PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Administrasi Pendidikan
Oleh: Mariza Silvia
1100992
DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
(2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(3)
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh Mariza Silvia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Mariza Silvia 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(4)
(5)
(6)
Mariza Silvia, 2015
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat”. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat. Hal ini dilihat dari hasil penilaian kinerja yang dilakukan oleh pengawas madrasah aliyah bahwa Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat masih cenderung kurang dalam aspek manajerial dibandingkan dengan aspek kinerja lainnya. Hal ini didasarkan dari data Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) yang masuk ke Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat, data LPJ yang masuk seharusnya ada 62 LPJ, akan tetapi kenyataannya yang masuk ke Kementrian Agama itu hanya sekitar 80% saja, hal ini menunjukkan 20% Kepala Madrasah yang tidak membuat LPJ, belum paham dan mengerti mengenai manajerial sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket tertutup dengan menggunakan skala likert (lima skala penilaian). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 62 orang. Teknik sampel yang digunakan yaitu total sampling sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan kecederungan umum dengan menggunakan teknik WMS (Weight Mean Score) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kecederungan umum motivasi kerja kepala madrasah aliyah berada dalam kategori baik dan kecenderungan umum kinerja manajerial kepala madrasah aliyah pun berada pada kategori baik. Hasil uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa data kedua variabel berdistribusi normal. Perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja manajerial kepala madrasah aliyah. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa pengaruh motivasi kerja memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial kepala madrasah aliyah. Hasil uji determinasi dan analisis regresi dapat dilihat bahwa motivasi kerja dapat menentukan kinerja manajerial kepala madrasah aliyah. Adapun faktor lain yang dapat menentukan kinerja manajerial kepala madrasah aliyah diantaranya kemampuan, keterampilan, kepemimpinan, imbalan, persepsi, sikap dan lain-lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima, artinya motivasi kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat. Adapun implikasi apabila motivasi kerja kurang baik yaitu tertundanya pelaksanaan program kerja madrasah, terbengkalainya tugas-tugas kepala madrasah, para guru dan staf menjadi tidak semangat bekerja, dan sebagainya. Sedangkan untuk kinerja manajerial jika organizing kurang baik, maka akan muncul dampak dimana para guru dan staf tidak tau apa yang harus dikerjakan karena tugas pokok dan fungsi yang diberikan tidak jelas, adanya kekuasaan yang saling bertubrukan, adanya guru atau staf yang double job, kerja sama antar anggota organisasi lemah, pelaksanaan pekerjaan yang tidak efektif dan efisien karena bukan ditangani oleh orang yang tepat atau ahli, dan sebagainya. Untuk mencegah hal ini, menerapkan sistem remunerasi (tunjangan kinerja) bagi kepala madrasah, menyelenggarakan diklat terkait manajerial, di Kelompok Kerja Madrasah (KKM), memberikan atau mengikuti training motivation.
(7)
Mariza Silvia, 2015
ABSTRACT
This study entitled “Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat”. This study was concerning the issue related to managerial performance of Madrasah Aliyah headmaster in West Bandung Regency. It is seen from the result of performance assessment carried out by the Madrasah Aliyah supervisors that the head of Madrasah Aliyah in West Bandung Regency tends to lack of managerial aspect compared to other performance aspects. It is based on the data report or LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) of Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) or Accountability Operational Assistance Quality Management which received by Ministry of Religion in West Bandung Regency, supposed to be 62 data reports. However, it was only 80% data reports had been received by the Ministry, while the 20% of Madrasah Headmaster who did not make their data reports, did not understand how to make data reports and school management. This study was using descriptive method and also used quantitative approach. The technique for data collection was closed questionnaire which used Likert scale (five scales of assessment). The population of this study was all the headmasters of Madrasah Aliyah in West Bandung Regency, which about 62 people. The writer used total sampling as its sampling technique. Based on the general tendency by WMS (Weight Mean Score) technique, the motivation of madrasah aliyah headmaster tend to in the good category also the managerial performance in good category. The distribution normality test showed that two variables were distributed normally. The calculation of correlation coefficient showed that working motivation had a low influence to managerial performance of madrasah aliyah headmasters. The significant test showed that working motivation had positive correlation and significantly influenced the madrasah aliyah headmaster managerial performance. Moreover, determination and regression analysis tests showed that working motivation determined the managerial performance of madrasah aliyah headmasters. There were also the other factors which determined the managerial performance of madrasah aliyah headmasters, which are ability, skills, leadership, reward, perception, attitude and many else. The result of this study proved that the hypothesis was accepted, which means working motivation had a significant and positive influence to Madrasah Aliyah headmasters in West Bandung Regency. There were implications that the working motivation is bad which caused the delaying school working programs, abandonment the headmasters’ tasks, the unmotivated teachers and so on. While if the managerial performance was not well-organized, it would cause effect that teachers and staff members did not know that to do, and their job desk; collision power; ‘double job’ cases for teachers and staffs; low of cooperation between teachers and staffs; ineffective and inefficient jobs caused did not done by the proper people. To prevent these problems, it supposed to be better to apply remuneration system (performance allowance) for headmasters, made a training program related to school management in Working Group Madrasah and gave or joined a motivation training.
(8)
(9)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 11
1. Konsep Kinerja Manajerial Kepala Madrasah ... 11
a. Pengertian Kinerja Manajerial ... 11
b. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 14
c. Kinerja Manajerial Kepala Madrasah ... 17
2. Konsep Motivasi Kerja ... 25
a. Pengertian Motivasi Kerja ... 25
b. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja ... 28
c. Indikator Motivasi Kerja ... 30
d. Teori Motivasi Kerja ... 32
(10)
4. Penelitian Terdahulu ... 38
B. Kerangka pemikiran ... 41
C. Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 46
B. Metode Penelitian ... 48
1. Metode Deskriptif ... 48
2. Pendekatan Kuantitatif ... 49
C. Partisipan, Populasi dan Sampel ... 50
1. Partisipan ... 50
2. Populasi ... 52
3. Sampel ... 53
D. Instrumen Penelitian ... 54
1. Definisi Operasional ... 55
2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 55
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 57
4. Tahap Uji Coba Instrumen ... 60
E. Prosedur Penelitian ... 69
F. Analisis Data ... 71
1. Seleksi Data ... 71
2. Klasifikasi Data ... 72
3. Pengolahan Data... 72
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 84
1. Seleksi Data ... 84
2. Klasifikasi Data ... 85
3. Hasil Pengolahan Data ... 85
(11)
1. Gambaran Motivasi Kerja Kepala Madrasah Aliyah di
Kabupaten Bandung Barat ... 107
2. Gambaran Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat ... 117
3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat ... 131
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 134
B. Implikasi ... 135
C. Rekomendasi ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 137 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hierarki Kebutuhan Manusia ... 33
Tabel 3.1 Partisipan Penelitian ... 50
Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 52
Tabel 3.3 Skala Likert ... 57
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X ... 57
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y ... 59
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 62
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 63
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas II Variabel X ... 65
Tabel 3.9 Hasil Uji Valditas II Variabel Y ... 65
Tabel 3.10 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 73
Tabel 3.11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 79
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Angket ... 84
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan WMS Variabel X ... 85
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan WMS Variabel Y ... 91
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel X ... 100
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y ... 101
Tabel 4.6 Nilai Korelasi Antara Variabel ... 102
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Signifikasi Koefisien Korelasi ... 103
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 104
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 7
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Produktivitas ... 15
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 42
Gambar 2.3 Hipotesis Penelitian ... 45
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 47
Gambar 4.1 Kecenderungan Umum Variabel X ... 87
Gambar 4.2 Kecenderungan Umum Variabel Y ... 93
Gambar 4.3 Regresi Linear Sederhana ... 106
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Nama Lampiran Halaman
Lampiran 1 Instrumen Penelitian Kisi-kisi Instrumen
141
Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Uji Coba Instrumen Penelitian Uji Validitas
152
Uji Reabilitas
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Pengolahan Data Data Mentah
166
Weight Means Score (WMS)
Mengolah Data Mentah Menjadi Baku Uji Normalitas
Uji Hipotesis Lampiran 4 Tabel Statistika
Tabel Distribusi t Tabel Product Moment
197
Lampiran 5 Riwayat Hidup 200
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu bangsa. Adanya pendidikan merupakan suatu kewajiban dan pengelolaan pendidikan yang berkualitas adalah suatu keharusan bagi suatu bangsa jika bangsa tersebut ingin maju dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya. Dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam proses pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan yang berkualitas tersebut.
Masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya lebih dari 250 juta jiwa, mayoritas (80%) berpenduduk muslim, tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan lembaga pendidikan yang mengembangkan kurikulum dengan muatan keislaman yang dikenal dengan istilah “madrasah”. Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Pasal 1 (2) dijelaskan bahwa,
Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama islam yang mencakup Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Sekarang ini, oleh pemerintah, antara madrasah dengan sekolah umum tidak lagi terpisahkan dan dibedakan, sebagaimana dipaparkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan dalam pasal 17 ayat (2) dan pasal 18 ayat (3) bahwa Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat, Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan MA Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
(16)
yang sederajat. Oleh karena itu, sama halnya dengan sekolah umum, madrasah memegang peranan penting dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, terutama dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Akan tetapi, sebagian orang masih ada yang beranggapan bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan yang kualitasnya masih dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mapenda Departemen Agama Kota Bekasi pada tahun 2007 (dalam Asro’i, 2013, hlm. 5) menunjukkan adanya penurunan minat masyarakat terhadap madrasah, hal itu terlihat dengan adanya indikasi: (1) madrasah menjadi alternatif terakhir, sehingga siswa yang masuk ke madrasah pada umumnya merupakan siswa yang tidak diterima di sekolah umum; dan (2) semakin sedikitnya siswa yang diserap madrasah, baik dari SMP/MTs ke MA, dari SD/MI ke MTs, apalagi dari TK/RA yang diserap MI.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepala madrasah sebagai orang yang paling berperan dalam pengelolaan madrasah memiliki tugas yang cukup berat, dimana kepala madrasah harus mampu meningkatkan kualitas madrasah dan menjadikan madrasah sebagai sekolah yang mampu bersaing dengan sekolah lainnya. Hal ini sejalan dengan Mulyasa (2003, hlm. 24) yang menyatakan bahwa “kepala sekolah salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan”.
Selain itu, kepala madrasah juga merupakan ujung tombak dalam membangun dan membentuk madrasah yang berkualitas dan inovatif dalam perkembangan pendidikan yang semakin cepat ini. Oleh karena itu, tugas yang diemban kepala madrasah menjadi semakin berat sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan yang dihadapinya, maka diperlukan dukungan kompetensi dan motivasi yang terwujud dalam kinerja yang bagus.
Kinerja kepala madrasah menjadi salah satu sebab tinggi atau rendahnya mutu madrasah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
(17)
terdahulu yang menyatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di madrasah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) rendahnya kinerja kepala MA; (2) kompetensi guru belum optimal; (3) budaya MA; dan (4) Keterbatasan sarana dan prasarana (Saparudin, 2011, hlm. 4). Selain itu, penelitian lain juga meyebutkan bahwa rendahnya mutu madrasah disebabkan juga oleh: (1) kinerja kepala MA yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas; (2) budaya organisasi MA yang belum kondusif yaitu adanya dualisme dalam manajemen antara kepala MA dengan ketua yayasan/pengurus; serta (3) kompetensi guru belum optimal (Rois, M. 2008, hlm. 10).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan Ketua Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Kabupaten Bandung Barat (Jum’at, 28 februari 2014) di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat, diketahui bahwa sejauh ini dari hasil penilaian kinerja kepala madrasah yang dilakukan oleh pengawas Madrasah Aliyah bahwa Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat masih cenderung kurang dalam aspek manajerial dibandingkan dengan asepek kinerja lainnya. Menurut beliau, hal ini didasarkan dari data Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) yang masuk ke Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat, data LPJ yang masuk seharusnya ada 62 LPJ, akan tetapi kenyataannya yang masuk ke Kementrian Agama itu hanya sekitar 80% saja, hal ini menunjukkan 20% Kepala Madrasah yang tidak membuat LPJ, belum paham dan mengerti mengenai manajerial sekolah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, terlihat permasalahan yang terjadi yaitu dalam hal monitoring/pengawasan dan evaluasi, kemampuan membuat dan menyusun laporan, serta pengembangan rencana sekolah. Seharusnya seorang kepala madrasah harus mampu melaksanakan monitoring/pengawasan dan evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Jika aspek pengawasan ini tidak
(18)
dilaksanakan dengan benar, maka dapat berakibat pada proses pengambilan keputusan dan pengembangan perencanaan sekolah kedepannya.
Kemampuan manajerial menjadi salah satu aspek yang kurang dimiliki oleh kepala madrasah dibandingkan dengan kemampuan lainnya. Padahal, Supriadi (1998, hlm, 346) mengungkapkan bahwa, “kepala sekolah merupakan seorang manajer yang menjadi sumber daya manusia penting dalam menentukan mutu pendidikan”. Hal ini sejalan dengan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dimana berfungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader/Pemimpin, Inovator dan Motivator (EMASLIM), jadi sudah seharusnya kepala madrasah memiliki kinerja yang baik sebagai seorang manajer. Kinerja sendiri diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005, hlm. 9). Sejalan dengan itu, Sulistyorini (2001, hlm. 89) juga mengemukakan bahwa
“kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau sekelompok orang
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan
untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan”.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang diantaranya adalah motivasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Mangkunegara (2005, hlm. 13) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Motivasi merupakan hal yang sangat berperan penting dalam meningkatkan suatu aktifitas kerja seorang pegawai guna mencapai hasil kinerja yang lebih baik.
Hasibuan (2005, hlm. 95), mendefenisikan “motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.” Sedangkan motivasi
(19)
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang dicirikan dengan disiplin, semangat kerja, ambisi, kompetensi dan kerja keras (Hasibuan, 2001, hlm. 184). Dapat diartikan bahwa adanya motivasi kerja menjadi suatu dorongan bagi kepala madrasah untuk bekerja secara maksimal dikarenakan adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan Fattah (1996, hlm. 19) yang menjelaskan bahwa
“pada hakekatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu.”
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Madrasah (2014, hlm. 26), jumlah madrasah aliyah yang ada di Indonesia adalah 6.664, yang berstatus negeri (MAN) sebanyak 758 (kurang lebih 11%) dan yang berstatus swasta (MAS) sebanyak 5.906 (sekitar 89%). Berdasarkan data tersebut, di Kabupaten Bandung Barat juga hanya ada satu Madrasah Aliyah Negeri sedangkan sisanya merupakan Madrasah Aliyah swasta yang didirikan oleh yayasan. Hal ini melatarbelakangi bahwa pengangkatan kepala madrasah bukan berdasarkan kompetensi tapi biasanya berdasarkan keturunan dan tidak ada lagi orang yang menjadi kepala madrasah, oleh karena latar belakang seperti itu pula, dalam melakukan pekerjaannya, motivasi kepala madrasah itu lebih berdasarkan kepada pengabdian karena Allah SWT. Motivasi kerja sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial kepala sekolah diperkuat dengan hasil penelitian dari Suhendi (2012, hlm. 153) yang menyimpulkan bahwa variabel motivasi kerja kepala sekolah secara nyata memberikan nilai signifikansi untuk kinerja manajerial kepala sekolah.
Bertitik tolak dari permasalahan yang dikemukakan diatas, dapat diduga bahwa motivasi kerja kepala madrasah aliyah itu berpengaruh terhadap kinerja manajerial kepala madrasah aliyah. Namun demikian, hal ini belum tentu benar bahwa motivasi kerja kepala madrasah aliyah di Kabupaten Bandung Barat ini memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kinerja manajerial kepala madrasah aliyah, sehingga perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui hal tersebut. Maka dari itu penulis
(20)
merasa tertarik untuk melakukan pengkajian lebih mendalam mengenai permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat”.
B. Rumusan Masalah
Kinerja merupakan hasil kerja seseorang dalam melaksanakan segala tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Kinerja seseorang menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung proses pencapaian tujuan organisasi. Begitupun dalam konteks persekolahan, kinerja kepala madrasah, dalam hal ini kinerja manajerial menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung proses pencapaian tujuan pendidikan maupun tujuan organisasi sekolah.
Kinerja kepala madrasah pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Henry Simamora (dalam Mangkunegara, 2005, hlm. 14) yang membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang kedalam tiga faktor umum, yaitu faktor individual, faktor psikologis dan faktor organisasi. Ketiga faktor berasal dari faktor internal dan eskternal yang memepngaruhi seseorang dalam bekerja.
Faktor individual terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang dan demografi. Kemudian faktor psikologis terdiri dari persepsi, attitude,
personality, pembelajaran, dan motivasi. dan yang terakhir yaitu faktor
organisasi, dimana faktor ini terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job design.
(21)
Sumber: Henry Simamora (dalam Mangkunegara, 2005 hal. 14) Gambar 1.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Agar penelitian ini tidak meluas dan fokus, maka dari pemaparan latar belakang diatas, faktor-faktor kinerja yang mempengaruhi kinerja seseorang, peneliti membatasi variabel yang dibahas yaitu mengenai variabel motivasi. Motivasi menjadi salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi performance kepala madrasah dalam melaksanakan segala tugas pokok dan fungsinya.
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana motivasi kerja Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
Kinerja
Faktor individual
Faktor organisasi
Motivasi
Faktor psikologis
(22)
2. Bagaimana motivasi kerja Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
3. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian memberikan gambaran arah dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi faktual mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial kepala madrasah aliyah di Kabupaten Bandung Barat. 2. Tujuan khusus
Sedangkan tujuan khususnya yaitu:
a. Memperoleh informasi mengenai motivasi kerja Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat.
b. Memperoleh informasi mengenai kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat.
c. Analisis pengaruh motivasi kerja Kepala Madrasah Aliyah terhadap Kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan bagi beberapa pihak yang terkait, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan yang luas terkait bahasan tentang motivasi kerja dan kinerja manajerial kepala madrasah.
(23)
2. Untuk kepala madrasah aliyah, sebagai bahan informasi untuk evaluasi diri Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat. 3. Untuk Pengawas, sebagai informasi mengenai gambaran kondisi
motivasi kerja dan kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat, dan sebagai bahan untuk rencana perbaikan dan peningkatan kualitas kinerja Kepala Madrasah Aliyah kedepannya.
4. Untuk Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat, sebagai informasi untuk bahan masukan kepada pihak Kementrian Agama betapa pentingnya motivasi kerja dan kinerja manajerial kepala madrasah aliyah terhadap peningkatan dan kemajuan mutu madrasah di Kabupaten Bandung Barat.
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya merupakan bab perkenalan yang menguraikan konteks dan urgensi dilakukannya penelitian ini. Bab ini berisi mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Merupakan bab yang menjelaskan dan menguraikan mengenai teori-teori yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, yaitu mengenai motivasi kerja dan kinerja manajerial Kepala Madrasah. Selain itu, dipaparkan pula mengenai kerangka pemikiran yang merupakan alur penelitian penulis dalam melihat masalah yang diteliti, dan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berisi mengenai Desain Penelitian, Partisipan, Populasi dan Sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data. Pada dasarnya, bagian ini menjelaskan dan menggambarkan metodologi penelitian dan alur penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
(24)
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Merupakan bab yang menguraikan mengenai temuan penelitian mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat yang telah dilakukan dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang disebutkan dalam rumusan masalah penelitian.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang diuraikan oleh penulis terhadap hasil analisis temuan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat, dan memaparkan mengenai hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian ini.
(25)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian. Desain penelitian menjadi acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian yang menggambarkan perencanaan pelaksanaan penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2005, hlm. 84), bahwa, “Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Selain itu, Arikunto (2010, hlm. 90) mengemukakan juga bahwa, “Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan”. Desain penelitian menjadi suatu rancangan pelaksanaan yang dibuat oleh peneliti agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan Nasution (2009, hlm. 23) yang mengemukakan, “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar data dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.”
Adapun kegunaan sebuah desain penelitian bagi peneliti menurut Nasution (2009, hlm. 23), yaitu:
1. Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya;
2. Desain itu juga menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian;
3. Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan juga member gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti lain.
Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien, berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dibuatlah sebuah desian penelitian, Berikut gambaran desain penelitian pada penelitian ini:
(26)
Studi Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah
Rumusan Masalah
Landasan Teori
Penentuan populasi dan
sampel
Pendekatan dan Metode
Penyusunan instrument
Penyebaran instrument & Pengumpulan
Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Kesimpulan dan Rekomendasi Analisis Data Pengujian
Hipotesis
Hipotesis Penelitian
(27)
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara atau prosedur ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dalam melaksanakan penelitian. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 3), “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti untuk mengetahu cara-cara seperti apa yang digunakan untuk mendapatkan data-data penelitian dan tata cara pengolahan data-data penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang memiliki fokus pada pemecahan masalah-masalah atau fenomena-fenomena aktual yang terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan Surakhmad (1998, hlm.139) yang mengemukakan,
metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang ditunjukkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, karena penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey dan teknik test; studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisa kuatitatif, studi kooperatif atau operasional.
Selain itu, hal senada juga di ungkapkan oleh Arikunto (2010, hlm. 3) bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”.
Hal yang hampir sama pun diungkapkan oleh Ali (1985, hlm. 120) mengenai metode penelitian deskriptif yaitu,
metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh
(28)
langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan; dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi.
Sedangkan pengertian metode deskriptif menurut Syaodih (2012, hlm. 54) yaitu “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena penelitian yang dilakukan mengangkat fenomena yang berlangsung pada saat ini terkait motivasi kerja dan kinerja manajerial kepala madrasah. Diharapkan dengan menggunakan metode deskriptif, maka penelitian ini dapat menghasilkan gambaran yang jelas tentang kondisi aktual tentang motivasi kerja dan kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat.
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan perhitungan statistika dalam pengolahan data-datanya. Hal ini sebagaimana Sugiyono (2011, hlm. 14) jelaskan bahwa,
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk menelitipada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuntitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal itu, maka dalam proses pengolahan data-data yang dilakukan dalam penelitian ini, untuk memperoleh gambaran terkait variabel X (motivasi kerja) dan variabel Y (kinerja manajerial kepala madrasah) dilakukan melalui serangkaian perhitungan statistika.
(29)
C. Partisipan, Populasi dan Sampel 1. Partisipan
Partisipan dari penelitian yang berjudul pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat ini yaitu seluruh Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 62 orang. Partisipan ini memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu sama-sama merupakan kepala madrasah aliyah di madrasah aliyah swasta di wilayah Kabupaten Bandung Barat, karena disana hanya ada satu madrasah aliyah negeri. Selain itu kepala madrasah ini hampir sebagain besar (55 orang) merupakan non-Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedangkan sisanya yaitu tujuh orang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tabel 3.1 Partisipan Penelitian No Status
Madrasah Kepala Madrasah
Status Kepala Madrasah
1 Negeri Madrasah Aliyah Negeri Cililin PNS
2 Swasta Madrasah Aliyah Al Bidayah Non-PNS
3 Swasta Madrasah Aliyah Banuraja Non-PNS
4 Swasta Madrasah Aliyah Muslimin Saguling Non-PNS 5 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Batujajar Non-PNS
6 Swasta Madrasah Aliyah Al-Muhajirin PNS
7 Swasta Madrasah Aliyah Madani Cihampelas Non-PNS 8 Swasta Madrasah Aliyah Al Mukhtariyah Mande Non-PNS
9 Swasta Madrasah Aliyah Yahisha Non-PNS
10 Swasta Madrasah Aliyah Al - Huda Cikalongwetan PNS
11 Swasta Madrasah Aliyah Al – Ikhwan Non-PNS
12 Swasta Madrasah Aliyah Persis Cipada Non-PNS
13 Swasta Madrasah Aliyah Al - Luthfah Cililin Non-PNS
14 Swasta Madrasah Aliyah Arafah Non-PNS
15 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Falah Cililin Non-PNS
16 Swasta Madrasah Aliyah Sumur Bandung PNS
17 Swasta Madrasah Aliyah Asy-Syifa Non-PNS
18 Swasta Madrasah Aliyah Yayasan Islam Rajamandala PNS
19 Swasta Madrasah Aliyah Karya Madani Non-PNS
(30)
No Status
Madrasah Kepala Madrasah
Status Kepala Madrasah 21 Swasta Madrasah Aliyah Muslimin Cijenuk Non-PNS
22 Swasta Madrasah Aliyah Darul Fikri Non-PNS
23 Swasta Madrasah Aliyah Bina Insani Cisarua Non-PNS
24 Swasta Madrasah Aliyah Darul Inayah Non-PNS
25 Swasta Madrasah Aliyah Yabis Pasirlangu Non-PNS
26 Swasta Madrasah Aliyah Al-Fatah Non-PNS
27 Swasta Madrasah Aliyah Al-Huda Gununghalu Non-PNS
28 Swasta Madrasah Aliyah Al Qomariah Non-PNS
29 Swasta Madrasah Aliyah Muslimin Celak PNS
30 Swasta Madrasah Aliyah Darul Ulum Padalarang Non-PNS
31 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Non-PNS
32 Swasta Madrasah Aliyah Persis Padalarang Non-PNS 33 Swasta Madrasah Aliyah Uswatun Hasanah Non-PNS 34 Swasta Madrasah Aliyah Az-Zahra Parongpong Non-PNS 35 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Iman Sindangkerta Non-PNS 36 Swasta Madrasah Aliyah YPI Nurul Huda
Sindangketa Non-PNS
37 Swasta Madrasah Aliyah Al-Mubarok Non-PNS
38 Swasta Madrasah Aliyah Darul Iman Sukaresmi Non-PNS
39 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Barokah Non-PNS
40 Swasta Madrasah Aliyah Nurul Qolbi Non-PNS
41 Swasta Madrasah Aliyah Muslimin Peusing Non-PNS
42 Swasta Madrasah Aliyah Darul Falah Non-PNS
43 Swasta Madrasah Aliyah Cikande Batujajar Non-PNS 44 Swasta Madrasah Aliyah Ishlahul Aqidah Non-PNS
45 Swasta Madrasah Aliyah Al-Barry Non-PNS
46 Swasta Madrasah Aliyah Anwarurrohman Non-PNS
47 Swasta Madrasah Aliyah Ar-Rochmah Non-PNS
48 Swasta Madrasah Aliyah An-Nur Non-PNS
49 Swasta Madrasah Aliyah Mathla'Ul Anwar Non-PNS 50 Swasta Madrasah Aliyah Atsauri Sindangkerta Non-PNS
51 Swasta Madrasah Aliyah Al-Hidayah Non-PNS
52 Swasta Madrasah Aliyah Terpadu Al Huda Non-PNS
53 Swasta Madrasah Aliyah Tanjungjaya Non-PNS
54 Swasta Madrasah Aliyah Al-Mu'Awanah Non-PNS
55 Swasta Madrasah Aliyah Assakinah Non-PNS
56 Swasta Madrasah Aliyah Al-Ittihad Non-PNS
57 Swasta Madrasah Aliyah Terpadu Darul Ahkam Non-PNS 58 Swasta Madrasah Aliyah Cahaya Harapan Non-PNS 59 Swasta Madrasah Aliyah Al-Barqunnajah Non-PNS 60 Swasta Madrasah Aliyah Al-Qur'An Al-Amanah Non-PNS 61 Swasta Madrasah Aliyah Al-Fadillah Cipatat Non-PNS 62 Swasta Madrasah Aliyah Miftahul `Ulum Non-PNS
(31)
(Sumber : Pokjawas Madrasah Aliyah Kabupaten Bandung Barat)
2. Populasi
Sugiyono (2015, hlm. 117) mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 62 orang.
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No NSM Nama Madrasah Kecamatan
1 131132170001 MAN Cililin Cililin
2 131232170001 MAS Al-Bidayah Batujajar 3 131232170002 MAS Banuraja Batujajar 4 131232170003 MAS Muslimin Jati Saguling 5 131232170004 MAS Nurul Hidayah Batujajar 6 131232170005 MAS Al-Muhajirin Cihampelas
7 131232170006 MAS Madani Cihampelas
8 131232170007 MAS Al-Mukhtariyah Mande Cihampelas
9 131232170008 MAS Yahisha Cihampelas
10 131232170009 MAS Al-Huda Cikalong Wetan 11 131232170010 MAS Al-Ikhwan Cikalong Wetan 12 131232170012 MAS Persis Cipada Cikalong Wetan 13 131232170013 MAS Al-Luthfah Cililin
14 131232170014 MAS Arafah Cililin
15 131232170016 MAS Nurul Falah Saar Cililin 16 131232170017 MAS P3 Sumur Bandung Cililin 17 131232170018 MAS Asy-Syifa Cipatat 18 131232170019 MAS YI-Rajamandala Cipatat 19 131232170020 MAS Karya Madani Cipeundeuy 20 131232170021 MAS Muslimin Cipeundeuy Cipeundeuy 21 131232170022 MAS Muslimin Cijenuk Cipongkor 22 131232170023 MAS YPI Darul Fikri Cipongkor 23 131232170024 MAS Bina Insani Cisarua 24 131232170025 MAS Darul Inayah Cisarua
(32)
No NSM Nama Madrasah Kecamatan 25 131232170026 MAS Yabis Pasirlangu Cisarua 26 131232170027 MAS Al-Fatah Gununghalu
27 131232170028 MAS Al-Huda Gununghalu
28 131232170029 MAS Al-Qomariyah Gununghalu 29 131232170030 MAS Muslimin Celak Gununghalu 30 131232170031 MAS Darul Ulum Padalarang 31 131232170032 MAS Nurul Hidayah Padalarang 32 131232170033 MAS Persis Padalarang Padalarang 33 131232170034 MAS Uswatun Hasanah Padalarang 34 131232170035 MAS Az-Zahra Parongpong 35 131232170036 MAS Nurul Iman Sindangkerta 36 131232170037 MAS YPI Nurul Huda Sindangkerta 37 131232170040 MAS Al-Mubarok Sindangkerta 38 131232170041 MAS Darul Iman Sukaresmi Rongga 39 131232170042 MAS Nurul Barokah Cipatat 40 131232170043 MAS Nurul Qolbi Gununghalu 41 131232170044 MAS Muslimin Peusing Sindangkerta 42 131232170045 MAS Darul Falah Cipeundeuy
43 131232170046 MAS Cikande Saguling
44 131232170047 MAS Ishlahul Aqidah Cikalong Wetan 45 131232170048 MAS Al-Barry Cikalong Wetan 46 131232170049 MAS Anwarurrohman Cipongkor 47 131232170050 MAS Ar-Rochmah Lembang
48 131232170051 MAS An-Nur Cikalong Wetan
49 131232170052 MAS Mathla`ul Anwar Cihampelas 50 131232170053 MAS Atsauri Sindangkerta 51 131232170054 MAS Al-Hidayah Gununghalu 52 131232170055 MAS Terpadu Al-Huda Cililin 53 131232170056 MAS Tanjungjaya Cihampelas 54 131232170057 MAS Al-Mu`awanah Ngamprah 55 131232170058 MAS Assakinah Ngamprah 56 131232170059 MAS Al-Ittihad Batujajar 57 131232170060 MAS Terpadu Daarul Ahkaam Cipongkor 58 131232170061 MAS Cahaya Harapan Cisarua 59 131232170062 MAS Al-Barqunnajah Cipongkor 60 131232170063 MAS Al-Qur`an Al-Amanah Lembang 61 131232170064 MAS Al-Fadillah Cipatat Cipatat 62 131232170065 MAS Miftahul `Ulum Cipatat
(Sumber : Pokjawas Madrasah Aliyah Kabupaten Bandung Barat) 3. Sampel
Sampel merupakan bagian dari Sugiyono (2015, hlm 118) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan
(33)
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Hal yang senada diungkapkan oleh Arikunto (2010, hlm. 109) bahwa yang dimaksud dengan “sampel adalah sebagian populasi yang diteliti.”
Dalam menetapkan sampel, Arikunto (2010, hlm. 112) menyatakan bahwa,
Untuk mendapatkan sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau antara 20-25% atau lebih.
Berdasarkan teori tersebut, dikarenakan populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 Kepala Madrasah Aliyah dan itu berjumlah kurang dari 100 orang, maka dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti dan membantu peneliti dalam melihat kondisi yang terjadi. Hal ini sejalan dengan Arikunto (2010, hlm. 101) yang mengungkapkan bahwa,
Instrumen penelitian diartikan sebagai alat bantu berupa saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionnaire), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview), lembar pengamatan atau panduan pengamatan, inventori (inventory), skala (scala), dan lain sebagainya.
Dalam menyusun instrumen, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti, diantaranya yaitu memahami variabel-variabel penelitian yang akan diteliti. Hal ini sejalan dengan Sugiyono (2010, hlm. 149) yang memaparkan bahwa dalam penyusunan instrumen penelitian terdapat titik tolak yang perlu diperhatikan yakni,
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan
(34)
instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
1. Definisi Operasional
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat”, maka ada dua variabel dalam penelitian ini, dimana motivasi kerja (variabel X) dan kinerja manajerial kepala madrasah (variabel Y). Definisi operasional ini dirumuskan untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap variabel yang akan diteliti dan menjadi titik tolak dalam penyusunan instrument penelitian. Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini.
a. Motivasi Kerja
Motivasi kerja yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu motivasi atau dorongan yang dimiliki oleh Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat untuk melaksanakan segala tugas dan tanggungjawabnya yang dapat berpengaruh terhadap kinerjanya, yang ini dilihat berdasarkan indikator disipilin, semangat kerja, dan ambisi. b. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan hasil kerja atau prestasi yang dicapai Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai manajer madrasah, yang dilihat melalui proses
planning, actuating, organizing, dan controlling.
2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner (angket). Sugiyono (2015, hlm. 199) memberikan pengertian “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
(35)
Dasar pemilihan kuesioner atau angket sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan adalah karena penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah responden sebanyak 62 kepala madrasah yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data melalui angket ini dirasa cocok karena peneliti tidak secara langsung tanya jawab dengan para responden. Sebagaimana Syaodih (2012, hlm. 56) yang mengemukakan bahwa “Angket atau kuesioner adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden)”.
Kemudian Akdon (2005, hlm. 131) mengemukakan juga bahwa, Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.Di samping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.
Adapun jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup, dimana kuesioner ini berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang telah ditentukan pilihan jawabannya menggunakan skala ukur. Teknik yang digunakan dalam mengukur variabel X dan variabel Y adalah dengan menggunakan skala
Likert. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 134) “Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
Berikut Sugiyono (2010, hlm. 135) memberikan gambaran:
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang d. Tidak Setuju d. Jarang
e. Sangat tidak Setuju e. Tidak Pernah
Dalam penelitian ini, skala Likert yang digunakan berjumlah lima gradasi dengan bentuk check list (√), dimana responden tinggal
(36)
membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai (Arikunto, 2010 hlm. 195). Berikut ini analisis jawaban yang digunakan dengan menggunakan skala Likert:
Tabel 3.3 Skala Likert
Analisis Jawaban Skor
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang-kadang (KD) 3
Jarang (J) 2
Tidak pernah (TP) 1
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen merupakan suatu aspek penting dalam proses penyusunan instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen berguna untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen menggambarkan dimensi dan indikator dari masing-masing variabel yang akan diteliti yang didasarkan kepada definisi operasional yang telah dibuat. Dimensi dan indikator ini kemudian dijabarkan kedalam item-item pernyataan untuk instrumen penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Motivasi Kerja)
Variabel X Indikator Sub Indikator No. Item
Motivasi Kerja
Disiplin 1. Kehadiran kepala madrasah ke madrasah
1,2,3,4
2. Ketepatan waktu kepala
madrasah dalam
menyelesaikan tugas-tugas
(37)
Variabel X Indikator Sub Indikator No. Item kepala madrasah
3. Kepatuhan kepala madrasah terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh pokjawas dan kementrian agama kab. Bandung Barat.
8,9,10
Semangat Kerja
1. Kepala madrasah memiliki gairah dalam bekerja
11,12,13,14
2. Kemauan kepala madrasah dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas sebagi seorang kepala madrasah.
15,16,17
3. Respon kepala madrasaha terhadap tugas-tugas yang diberikan sebagai seorang kepala madrasah
18,19,20
Ambisi 1. Memiliki target kerja yang jelas sebagai seorang kepala madrasah
21,22,23,24
2. Kepala madrasah memiliki daya saing dengan madrasah lain dalam mewujudkan madrasah yang lebih baik.
25,26,27
3. Memiliki keinginan untuk melakukan pengembangan diri sebagai bagian dari peningkatakan kompetensi
(38)
Variabel X Indikator Sub Indikator No. Item kepala madrasah.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y (Kinerja Manajerial)
Variabel Y Indikator Sub Indikator No. Item
Kinerja Manajerial
Kepala Madrasah
Planning 1. Menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
1,2,3
2. Menyusun perencanaan pengembangan berbagai aspek
manajemen madrasah
(kurikulum, SDM, kesiswaan, sarana dan prasarana, keuangan serta humas)
4,5,6, 7
Organizing 3. Mengelola dan mengembangkan organisasi madrasah sesuai dengan kebutuhan.
8, 9
(39)
Variabel Y Indikator Sub Indikator No. Item tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah 5. Menciptakan dan mengelola
budaya dan iklim madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
12,13,14
Actuating 6. Memimpin madrasah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya madrasah secara optimal
15,16,17,18
7. Mengelola perubahan dan pengembangan madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif
19
8. Mengelola sumber daya madrasah (SDM, sarana dan prasaran, humas, peserta didik, kurikulum, keuangan, dan ketatausahaan) dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal.
20,21,22, 23,24,25, 26,27,28
9. Memanfaatkan dan mengelola kemajuan sistem informasi madrasah untuk mendukung proses manajemen madrasah. mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
29,10
Controlling 10.Melakukan monitoring untuk proses pelaksanaan program kerja
(40)
Variabel Y Indikator Sub Indikator No. Item madrasah.
11.Melakukan evaluasi untuk melihat hasil-hasil target kerja yang telah dilaksanakan di madrasah.
32,33,34
12.Melakukan pelaporan dengan
membuat laporan
pertanggungjawaban kegiatan yang dilaksanakan oleh madrasah sebagai bentuk akuntabilitas.
35
4. Tahap Uji Coba Instrumen
Setelah menyusun angket, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba terhadap angket tersebut. Hal ini bertujuan agar diketahui apakah angket yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti di lapangan atau tidak, selain itu uji coba angket ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihannya sebagai alat ukur penelitian. Dalam melakukan uji coba instrumen ini, terdapat dua rangkaian uji coba yang dilakukan yaitu uji validitas instrument kemudian uji reliabilitas instrument.
a. Uji Validitas Instrumen
Uji coba yang pertama adalah uji validitas instrument. Arikunto yang dikutip oleh Akdon (2005, hlm. 143) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”.
Selanjutnya rumus yang digunakan untuk pengujian validitas instrument pada penelitian ini yaitu rumus korelasi Pearson Product
Moment, dimana rumusnya terdapat dalam Sugiyono (2010, hlm. 255)
(41)
ℎ� = ∑ − ∑�
汜 . ∑
√{ .∑ − ∑ }. { .∑ − ∑ }
Keterangan :
ℎ� = Koefisien korelasi = Jumlah responden
∑ = Jumlah perkalian X dan Y
∑ = Jumlah skor tiap butir
∑ = Jumlah skor total
∑ = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan ∑ = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
Setelah mendapatkan nilai r, selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus berikut:
ℎ� = �√ −�√ −
Keterangan :
ℎ� � = Nilai ℎ� �
r = Koefisiensi korelasi hasil ℎ� � n = Jumlah responden
Untuk keperluan uji validitas instrumen penelitian ini, maka dilakukan penyebaran instrumen kepada 12 responden, yaitu kepada para Kepala Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandung. Dari hasil perhitungan uji validitas ini, diketahui bahwa dalam instrumen variabel X terdapat tujuh item yang tidak valid, yakni item 3, 6, 10, 12, 17, 19, dan 30.
(42)
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas
Variabel X (Motivasi Kerja Kepala Madrasah)
No. � � � � � ���� Keputusan
1 0,73 3,34 1,812 Valid
2 0,62 2,53 1,812 Valid
3 0,15 0,46 1,812 Tidak Valid
4 0,64 2,63 1,812 Valid
5 0,79 4,03 1,812 Valid
6 0,31 1,05 1,812 Tidak Valid
7 0,61 2,45 1,812 Valid
8 0,61 2,45 1,812 Valid
9 0,88 5,71 1,812 Valid
10 0,23 0,76 1,812 Tidak Valid
11 0,64 2,60 1,812 Valid
12 0,26 2,50 1,812 Tidak Valid
13 0,77 4,34 1,812 Valid
14 0,75 3,56 1,812 Valid
15 0,79 4,03 1,812 Valid
16 0,82 4,56 1,812 Valid
17 0,21 0,67 1,812 Tidak Valid
18 0,91 6,81 1,812 Valid
19 0,26 1,36 1,812 Tidak Valid
20 0,593 2,342 1,812 Valid
21 0,911 7,104 1,812 Valid
22 0,623 2,526 1,812 Valid
23 0,642 2,661 1,812 Valid
24 0,534 2,017 1,812 Valid
25 0,764 3,628 1,812 Valid
26 0,733 3,397 1,812 Valid
27 0,681 2,957 1,812 Valid
28 0,73 3,34 1,812 Valid
29 0,62 2,53 1,812 Valid
30 0,15 0,46 1,812 Tidak Valid
Sedangkan untuk instrumen variabel Y, dari hasil perhitungan uji validitas diketahui bahwa terdapat 22 item yang tidak valid, yakni item no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 13, 15, 16, 18, 20, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, dan 35.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas
(43)
Variabel Y (Kinerja Manajerial Kepala Madrasah)
No. � � � � � ���� Keputusan
1 0,154 0,453 1,812 Tidak Valid
2 0,134 0,691 1,812 Tidak Valid
3 0,285 0,954 1,812 Tidak Valid
4 0,326 1,104 1,812 Tidak Valid
5 0,067 0,224 1,812 Tidak Valid
6 -0,17 0,611 1,812 Tidak Valid
7 0,731 3,388 1,812 Valid
8 0,734 3,471 1,812 Valid
9 0,581 2,266 1,812 Valid
10 0,336 1,071 1,812 Tidak Valid
11 0,731 3,388 1,812 Valid
12 0,787 4,043 1,812 Valid
13 0,314 1,060 1,812 Tidak Valid
14 0,617 2,492 1,812 Valid
15 -0,06 -0,16 1,812 Tidak Valid
16 0,534 2,017 1,812 Tidak Valid
17 0,598 2,377 1,812 Valid
18 0,157 0,515 1,812 Tidak Valid
19 0,499 1,840 1,812 Valid
20 0,087 0,285 1,812 Tidak Valid
21 0,846 5,098 1,812 Valid
22 0,503 1,845 1,812 Valid
23 0,911 7,014 1,812 Valid
24 0,249 0,774 1,812 Tidak Valid
25 0,246 0,573 1,812 Tidak Valid
26 0,314 1,063 1,812 Tidak Valid
27 0,187 0,614 1,812 Tidak Valid
28 0,731 3,388 1,812 Valid
29 0,105 0,346 1,812 Tidak Valid
30 0,809 4,382 1,812 Valid
31 0,259 0,872 1,812 Tidak Valid
32 0,362 1,230 1,812 Tidak Valid
33 0,329 1,121 1,812 Tidak Valid
34 0,489 1,729 1,812 Tidak Valid
35 -0,06 -0,19 1,812 Tidak Valid
Hasil uji validitas yang telah dilakukan ternyata menunjukkan cukup banyak item pertanyaan yang tidak valid. Hal ini dapat disebabkan karena latar belakang ataupun karakteristik responden uji coba validitas berbeda dengan populasi penelitian yang akan diteliti.
(44)
digunakan dalam penelitian ini, maka dilakukan uji validitas yang kedua kepada sepuluh Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat, setelah memperbaiki struktur item pernyataan melalui pendalaman kajian teori dan konsultasi bersama dosen pembimbing.
Adapun hasil yang diperoleh dari uji validitas yang kedua ini untuk instrumen variabel X (motivasi kerja) semua item pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian. Sedangkan untuk variabel Y (kinerja manajerial kepala madrasah) dari 35 item pertanyaan, ada dua item yang dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 11 dan 34. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, maka dua item tersebut diperbaiki sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas II
Variabel X (Motivasi Kerja Kepala Madrasah)
No. � � � � � ���� Keputusan Keterangan
1 0,844 4,456 1,860 Valid Digunakan
2 0,856 4,691 1,860 Valid Digunakan
3 0,936 7,501 1,860 Valid Digunakan
4 0,976 12,58 1,860 Valid Digunakan
5 0,958 9,403 1,860 Valid Digunakan
6 0,886 5,397 1,860 Valid Digunakan
7 0,844 4,456 1,860 Valid Digunakan
8 0,855 4,658 1,860 Valid Digunakan
9 0,922 6,732 1,860 Valid Digunakan
10 0,884 5,344 1,860 Valid Digunakan
11 0,675 2,590 1,860 Valid Digunakan
12 0,844 4,456 1,860 Valid Digunakan
13 0,976 12,58 1,860 Valid Digunakan
14 0,976 12,58 1,860 Valid Digunakan
15 0,945 8,160 1,860 Valid Digunakan
(45)
No. � � � � � ���� Keputusan Keterangan
17 0,933 7,319 1,860 Valid Digunakan
18 0,678 2,608 1,860 Valid Digunakan
19 0,792 3,664 1,860 Valid Digunakan
20 0,856 4,674 1,860 Valid Digunakan
21 0,847 4,507 1,860 Valid Digunakan
22 0,824 4,112 1,860 Valid Digunakan
23 0,881 5,261 1,860 Valid Digunakan
24 0,716 2,902 1,860 Valid Digunakan
25 0,625 2,265 1,860 Valid Digunakan
26 0,856 4,683 1,860 Valid Digunakan
27 0,976 12,58 1,860 Valid Digunakan
28 0,675 2,590 1,860 Valid Digunakan
29 0,555 1,887 1,860 Valid Digunakan
30 0,886 5,397 1,860 Valid Digunakan
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas II
Variabel Y (Kinerja Manajerial Kepala Madrasah)
No. � � � � � ���� Keputusan Keterangan
1 0,856 4,674 1,860 Valid Digunakan
2 0,690 2,696 1,860 Valid Digunakan
3 0,563 1,929 1,860 Valid Digunakan
4 0,792 3,664 1,860 Valid Digunakan
5 0,559 1,908 1,860 Valid Digunakan
6 0,702 2,786 1,860 Valid Digunakan
7 0,856 4,674 1,860 Valid Digunakan
8 0,963 10,07 1,860 Valid Digunakan
9 0,869 4,956 1,860 Valid Digunakan
10 0,847 4,507 1,860 Valid Digunakan
11 0,473 1,517 1,860 Tidak
Valid Diperbaiki
12 0,856 4,674 1,860 Valid Digunakan
13 0,678 2,611 1,860 Valid Digunakan
14 0,963 10,07 1,860 Valid Digunakan
15 0,824 4,112 1,860 Valid Digunakan
16 0,832 4,245 1,860 Valid Digunakan
17 0,792 3,664 1,860 Valid Digunakan
18 0,963 10,07 1,860 Valid Digunakan
19 0,629 2,290 1,860 Valid Digunakan
20 0,912 6,279 1,860 Valid Digunakan
21 0,912 6,279 1,860 Valid Digunakan
(46)
No. � � � � � ���� Keputusan Keterangan
23 0,881 5,261 1,860 Valid Digunakan
24 0,928 7,057 1,860 Valid Digunakan
25 0,864 4,855 1,860 Valid Digunakan
26 0,809 3,899 1,860 Valid Digunakan
27 0,716 2,902 1,860 Valid Digunakan
28 0,710 2,854 1,860 Valid Digunakan
29 0,864 4,855 1,860 Valid Digunakan
30 0,625 2,265 1,860 Valid Digunakan
31 0,948 8,425 1,860 Valid Digunakan
32 0,856 4,683 1,860 Valid Digunakan
33 0,963 10,11 1,860 Valid Digunakan
34 0,455 1,445 1,860 Tidak
Valid Diperbaiki
35 0,918 6,547 1,860 Valid Digunakan
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah melakukan uji validitas instrument, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas instrument. Arikunto (2010, hlm. 154) memaparkan “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha. Adapun rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas ini menurut Riduwan (2009, hlm. 115) sebagai berikut:
=� ��− .( −∑�� �
� )
Dimana :
� = Nilai Reliabilitas
∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total
(47)
Langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam mencari nilai reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha ini sebagai berikut:
1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
���=�∑ � −�
∑ �
� �
Keterangan:
��� = Varians skor tiap-tiap item ∑ � = Jumlah kuadrat item �
∑ � = Jumlah item � dikuadratkan
� = Jumlah responden
2) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:
∑ � = +� +� … � Keterangan:
∑ � = Jumlah Varians semua item
+� +� … = Varians item ke-1,2,3...n 3) Menghitung varians total dengan rumus:
= �∑ −� ∑��
Dimana:
St = Varians total
∑ = Jumlah kuadrasat X total ∑ = Jumlah X total dikuadratkan
= Jumlah responden 4) Masukan nilai Alpha dengan rumus:
(48)
=� ��− .( −∑�� � �)
Nilai reliabilitas yang didapatkan dari hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment, dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 sehingga (dk) = 10 – 1 = 9, dan dengan signifikansi sebesar 5%. Dan keputusannya adalah jika > rtabel maka reliable dan jika > rtabel maka tidak reliable.
Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka diperoleh hasil perhitungan uji reliabilitas sebagai berikut:
a. Uji reliabilitas pada instrument variabel X (Motivasi Kerja) diperoleh :
= 0,892 rtabel = 0,666
dimana > rtabel , maka 0,892 > 0,666. Hal ini berarti data pada
variabel X dikatakan reliabel, karena nilai lebih besar daripada nilai rtabel
b. Uji reliabilitas pada instrument variabel Y (Kinerja Manajerial Kepala Madrasah Aliyah) diperoleh :
= 0,960 rtabel = 0,666
dimana > rtabel , maka 0,960 > 0,666. Hal ini berarti data dari
variabel Y dikatakan reliabel, karena nilai lebih besar daripada nilai rtabel .
E. Prosedur Penelitian
Bagian ini memaparkan secara kronologis langkah-langkah penelitian yang dilakukan terutama bagaimana desain penelitian dioperasionalkan secara nyata (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2014 hlm. 29). Berdasarkan
(49)
desain penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka prosedur penelitian dalam penelitian ini yaitu:
Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini dilakukan di Kantor Kementrian Agama Kab. Barat dengan cara melakukan wawancara dengan ketua kelompok kerja pengawas (Pokjawas) Madrasah Kabupaten Bandung Barat.
Latar belakang masalah penelitian ini berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti. Dari hasil penilaian kinerja kepala madrasah yang dilakukan oleh pengawas Madrasah Aliyah bahwa Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat masih cenderung kurang dalam aspek manajerial dibandingkan dengan asepek kinerja lainnya. Menurut beliau, hal ini didasarkan dari data Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) yang masuk ke Kementrian Agama Kabupaten Bandung Barat, data LPJ yang masuk seharusnya ada 62 LPJ, akan tetapi kenyataannya yang masuk ke Kementrian Agama itu hanya sekitar 80% saja, hal ini menunjukkan 20% Kepala Madrasah yang tidak membuat LPJ, belum paham dan mengerti mengenai manajerial sekolah.
Setelah adanya latar belakang masalah penelitian, dirumuskanlah rumusan penelitian. Rumusan masalah ini memuat identifiksi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2014 hlm. 23). Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana motivasi kerja Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimana kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
3. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap Kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat?
(50)
Untuk mendukung dan menunjang penelitian ini, maka tahap selanjutnya adalah mencari teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu berkaitan dengan teori tentang motivasi kerja (variabel X) dan teori tentang kinerja manajerial (variabel Y). Landasan teori ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyusunan penelitian ini, karena melalui landasan teori ditunjukkan
the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah
penelitian dalam bidang yang diteliti (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2014 hlm. 26).
Setelah menyusun landasan teori, tahap selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesisi penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “terdapat pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat”.
Langkah selanjutnya yaitu merumuskan metode penelitian. Metode penelitian ini menjelaskan tentang procedural pelaksanaan penelitian. Adapun metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam tahapan ini juga, peneliti menetukan populasi dan sampel serta menyusun instrument penelitian yang akan digunakan sebagai alat ukur.
Setelah merumuskan bagian metode penelitian, selanjutnya yaitu melakukan penyebaran instrument dan mengumpulkan data-data penelitian yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan penelitian ini.
Setelah melakukan penyebaran instrument dan mengumpulkan data-data, maka dilakukanlah pengolahan data. Dalam pengolahan data ini dilakukan analisis data meliputi perhitungan WMS (Weight Means Score), mengubah skor mentah menjadi skor baku, uji normalitas, dan dilakukan pengujian hipotesis penelitian (uji koefisien korelasi, uji signifikansi, uji koefisien determinasi, dan analisis regresi sederhana).
(51)
Setelah selesai melakukan pengolahan data dan telah dilakukan uji hipotesis, langkah selanjutnya adalah memaparkan pembahasan dari hasil analisis temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
Langkah terakhir setelah menyusun pembahasan yaitu menyusun kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan memberikan rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Adanya kesimpulan dan rekomendasi ini menjadi output dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan.
F. Analisis Data
Dikarenakan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuatitatif, maka proses analisis data dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistika. Adapun dalam proses pengolahan data dan analisis data ini, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS 22.0 for
Windows dan program Microsoft Office Excel 2007.
Langkah-langkah analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Seleksi Data
Dalam tahap ini, peneliti memeriksa keutuhan jumlah angket dan kesesuaian pengisian angket. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa data yang terkumpul telah memenuhi syarat atau sudah sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan sehingga data-data ini dapat diolah oleh peneliti.
2. Klasifikasi Data
Setelah melakukan seleksi data, tahap selanjutnya yaitu klasifikasi data. Dalam melakukan klasifikasi data, peneliti mengelompokkan data-data yang ada di setiap variabel, baik variabel X maupun variabel Y. Kemudian dilakukan pemberian skor terhadap jawaban para responden
(52)
melalui kriteria skor alternatif yang digunakan, yaitu kriteria skala Likert. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Akdon dan Hadi (2005, hlm. 180) bahwa, “klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti”.
3. Pengolahan Data
a. Menghitung Kecenderungan Umum Skor Variabel X dan Y Berdasarkan Perhitungan Rata-rata (Weight Means Score)
Setelah melakukan klasifikasi data, maka akan diperoleh skor mentah dari setiap responden pada masing-masing variabel. Skor mentah pada masing-masing variabel ini kemudian dihitung kecenderungan umumnya. Adapun dalam mengukur kecenderungan umum skor responden (�̅) dari masing-masing variabel ini digunakan rumus Weight
Means Score (WMS) yaitu :
�̅ =�∑ �
Keterangan:
�
̅ = Nilai dari setiap rata-rata yang dicari
x =Jumlah skor gabungan n = Jumlah data
(Riduwan, 2009, hlm. 38)
Setelah diketahui nilai rata-rata dari masing-masing sub indikator, indikator, dan variabel, selanjutnya hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria hasil perhitungan WMS yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.10
(53)
Rentang Nilai Kriteria Penafsiran
Variabel X Variabel Y 4,01 – 5,00 Sangat Baik Selalu Selalu
3,01 – 4,00 Baik Sering Sering
2,01 – 3,00 Cukup Kadang Kadang
1,01 – 2,00 Rendah Jarang Jarang
0,01 – 1,00 Sangat Rendah Tidak Pernah Tidak Pernah (Sumber: Akdon dan Hadi, 2005, hlm. 39)
b. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku
Setelah menghitung kecenderungan umum skor variabel x dan y berdasarkan perhitungan rata-rata (Weight Means Score). Selanjutnya adalah mengubah skor mentah yang didapat dari hasil klasifikasi data menjadi skor baku dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki berdistribusi normal atau tidak.
Mengubah Skor mentah menjadi skor baku bermanfaat untuk menaikan (mengubah) data ordinal menjadi data interval dengan jalan mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan rumus (Riduwan, 2009, hlm. 31):
�= 5 + �(�� −��̅) Keterangan:
Ti = Skor Baku Xi = Skor Mentah S = Standar Deviasi
�
̅ = Rata-rata (mean)
Untuk menggunakan rumus diatas, maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
(1)
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Barat, maka diperoleh beberapa implikasi yaitu sebagai berikut:
1. Motivasi kerja, terutama dalam indikator semangat kerja, apabila kepala madrasah tidak memiliki semangat kerja atau memiliki semangat kerja yang kurang baik, maka hal ini berdampak pada pelaksanaan program kerja di madrasah, yaitu tertundanya pelaksanaan program kerja madrasah yang sudah disusun sesuai dengan rencana, tentunya hal ini berimbas pada pelaksanaan program kerja yang lainnya. Tugas-tugas sebagai seorang kepala madrasah terbengkalai karena kurang responnya kepala madrasah dalam melaksanakan segala pekerjaannya. Selain itu, hal yang paling fatal adalah dampak terhadap sumber daya manusia (SDM), yaitu para guru dan staf di madrasah akan tertular menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, karena kepala madrasah tidak memberi atau menularkan semangat kerja. Dampak-dampak yang telah disebutkan, memiliki dampak juga terhadap kegiatan lainnya, dan yang paling utama adalah berdampak terhadap proses pencapaian tujuan madrasah sebagai organisasi pendidikan.
2. Kinerja Manajerial, menyangkut indikator organizing, apabila kinerja
organizing kepala madrasah kurang baik, maka akan muncul dampak
dimana para guru dan staf tidak tau apa yang harus dikerjakan karena tugas pokok dan fungsi yang diberikan tidak jelas, adanya kekuasaan yang saling bertubrukan, adanya guru atau staf yang double job, kerja sama antar anggota organisasi lemah, pelaksanaan pekerjaan yang tidak efektif dan efisien karena bukan ditangani oleh orang yang tepat atau ahli, dan sebagainya.
(2)
136
Mariza Silvia, 2015
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi yang bermanfaat. Adapun beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:
1. Menerapkan sistem remunerasi (tunjangan kinerja) bagi kepala madrasah non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari madrasah-madrasah swasta yang memiliki kinerja yang baik. Sehingga dengan adanya sistem remunerasi ini, kepala madrasah diharapkan memiliki motivasi yang tinggi untuk terus meningkatkan kinerjanya.
2. Menyelenggarakan diklat manajerial bagi kepala madrasah secara berkesinambungan. Pengetahuan dan wawasan manajerial menjadi hal mutlak yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang kepala madrasah, karena kepala madrasah merupakan seorang pemimpin dan manajer yang harus mengelola sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dari mulai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan dengan tepat, efektif dan efisien.
3. Kepala madrasah hendaknya aktif di Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Aktif di KKM memiliki banyak manfaat bagi kepala madrasah, KKM menjadi wahana bagi para kepala madrasah untuk dapat meningkatkan profesionalitas kepala madrasah. Aktivitas didalamnya memungkinkan kepala madrasah untuk dapat berdiskusi dan sharing terkait pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh kepala madrasah yang nantinya dapat meningkatkan motivasi dan wawasan kepala madrasah dalam proses peningkatan dan pengembangan mutu madrasah.
4. Meningkatkan motivasi kepala madrasah dengan memberikan ataupun mengikuti training motivation. Secara umum, hal ini bertujuan untuk membangun motivasi diri kepala madrasah untuk dapat bekerja dengan pencapaian kinerja terbaik.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, (2002). Identifikasi Faktor-Faktor Kemampuan Manajerial Yang
Diperlukan Dalam Implementasi School Based Management (SBM) Dan Implikasinya Terhadap Program Pembinaan Kepala Sekolah. Jurnal
Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Akdon, dan Sahlan Hadi. (2005) Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
As’ad, Moh. (2001). Seri Ilmu SDM: Psikologi Industri. Edisi Keempat.
Yogyakarta: Liberty.
Asro’i. (2013). Study Tentang Kinerja Mengajar Guru: Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Budaya Madrasah, Motivasi Kerja, dan Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliyah se-Kota Bekasi. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2008). Pedomana Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan. (2009). Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas
Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdikbud.
Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu. S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
(4)
138
Mariza Silvia, 2015
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasibuan, Malayu. S.P. (2007). Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Karweti, Engkay. (2010). Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SLB di Kabupaten Subang. Vol. 3, No. 2, hlm. 73 dan 81.
Kusnan. (2007). Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah dan Implikasinya
Terhadap Kinerja Guru. Vol. 3, hlm. 1-11.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama.
Mulyasa, E. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munir, Abdullah. (2010). Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Moekijat. (1989). Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nur’isfiani, Nia. (2011). Pengaruh Manajerial Kepala Sekolah Terhadap
Profesionalisme Guru Di SMK Negeri 1 Mundu Cirebon. (Skripsi).
Departemen Administrasi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nurdin, Diding. (2009). Kepemimpinan Mutu Penddikan. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.
Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah.
Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Kepala Madrasah.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen R. (2003). Perilaku Organisas Jilid I, Terjemahan Tim Indeks. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Rois, M. (2008). Pengaruh Gaya Kinerja Kepala MA terhadap Kompetensi Guru
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. (Tesis). Program Pasca Sarjana,
(5)
Saparudin, Yudhi. (2011). Pengembangan Produktivitas Madrasah: Studi
Kontribusi Kepala Madrasah Aliyah (MA), Budaya MA, Kompetensi Guru serta Ketersediaan Sarana dan Prasaran terhadap Produktivitas MA di Jawa Barat. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Siagian, Sondang P. (1992). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Siagian, Sondang. P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Suhendi, H. Asep. (2012). Kontribusi Motivasi Kerja dan Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah. Tesis
Administrasi Pendidikan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sulianita, Lilis. (2014). Peningkatan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah,
Bagaimana ?. [online]. Tersedia di :
http://edukasi.kompasiana.com/2014/02/06/peningkatan-kompetensi-manajerial-kepala-sekolah-bagaimana-633186.html [diakses 30 Nopember 2014]
Sulistyorini (2001). Hubungan Antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah
dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: Vol. 28, No.
1, hlm. 89.
Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Surakhmad. (1998). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutrisno, Edy. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana. Syaodih, Nana (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Terry, George R. dan Leslie W.Rue. (2010). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
(6)
140
Mariza Silvia, 2015
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Uno, Hamzah B., dan Nina, L. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Husaini. (2013). Manajemen. Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi
4. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Winardi. (2000). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.