Peranan Pemeriksa Pajak Atas Kebenaran Perhitungan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Badan Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Karees).

(1)

I Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Sebagaimana kita tahu pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling besar. Penerimaan dari sektor pajak sangat mendukung terlaksananya pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Salah satu penerimaan pajak yang terbesar didapat dari penghasilan badan. Di Indonesia sendiri saat ini masih menggunakan sistem pemungutan secara self-assessment atau dengan kata lain WP diberikan hak untuk mengitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang dibayarkan. Karena itu penting bagi DJP (Direktorat Jenderal Pajak) untuk mengetahui kebenaran atas SPT (Surat Pemberitahuan) yang dilaporkan. Kebenaran atas SPT yang disampaikan hanya dapat dibuktikan dengan adanya pemeriksaan atau audit atas pajak.

Pemeriksaan pajak menjadi aktivitas yang penting yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa SPT yang dilaporkan WP benar. Pemeriksaan pajak sendiri dilaksanakan oleh pemeriksa pajak atau yang biasa disebut pejabat fungsional pemeriksa pajak. Oleh karena itu pemeriksa pajak mempunyai peran yang sangat besar dalam membuktikan kebenaran SPT. Tentunya dalam menjalankan tugasnya pemeriksa pajak harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bertolak dari uraian di atas, penulis membahas mengenai peranan pemeriksa pajak atas kebenaran perhitungan SPT yang dilaporkan oleh WP, bagaimana pelaksanaan pemeriksaan pajak dan apakah pemeriksa pajak berperan atas kebanran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Penulis mencoba untuk menyusun, mengolah, menganalisis, serta menginterpretasikan fakta sehingga dapat menghasilkan suatu hipotesis yaitu “Pemeriksa pajak berperan atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Atas dasar data yang berhasil dikumpulkan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pemeriksaan pajak telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan dan hasil jawaban kuesioner sebesar 98% menyatakan bahwa pemeriksa pajak berperan atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Ini berarti pemeriksa pajak pada KPP Pratama Bandung Karees mempunyai peranan yang sangat penting atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(2)

Universitas Kristen Maranatha iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

SURAT PERNYATAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah……… 4

1.3 Tujuan Penelitian………. 5

1.4 Kegunaan Penelitian……… 5

1.5 Kerangka Pemikiran……… 6

1.6 Metodologi Penelitian………. 9

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan………... 13

2.2 Pengertian Pemeriksa Pajak dan Atribut Pemeriksa Pajak…….. 13

2.3 Pajak ……… 14

2.3.1 Definisi Pajak……….. 14

2.3.2 Pajak Penghasilan ……….. 15

2.3.3 Surat Pemeberitahuan (SPT)………... 16


(3)

Universitas Kristen Maranatha v

2.4.1 Definisi Pemeriksaan Menurut UU Perpajakan………….. 17

2.4.2 Sasaran Pemeriksaan……… 18

2.4.3 Tujuan Pemeriksaan………. 19

2.4.4 Alasan Pemeriksaan………. 19

2.4.5 Jenis Pemeriksaan………. 21

2.5 Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan……… 21

2.5.1 Ruang Lingkup………... 21

2.5.2 Kriteria Pemeriksaan………... 22

2.5.3 Jangka Waktu Pemeriksaan……….... 23

2.5.4 Standar Pemeriksaan………... 24

2.5.5 Kertas Kerja Pemeriksaan………... 26

2.5.6 Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak…………... 27

2.5.7 Penyegelan………... 30

2.5.8 Pemberitahuan dan Pembahasan Hasil Akhir Pemeriksaan 30 2.5.9 Pemeriksaan Ulang……….. 32

2.6 Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain……….. 33

2.6.1 Ruang Lingkup……….... 33

2.6.2 Jangka Waktu Pemeriksaan………... 34

2.6.3 Standar Pemeriksaan……….... 35

2.6.4 Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak………….... 36


(4)

Universitas Kristen Maranatha vi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian……… 40

3.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak………. 40

3.1.2 Struktur Organisasi ………. 44

3.2 Metodologi Penelitan……… 47

3.2.1 Metode Penelitian Yang Digunakan……… 47

3.2.2 Operasionalisasi Variabel……… 48

3.2.3 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian………. 54

3.2.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis……… 54

3.2.4.1 Analisis Statistik……… 55

3.2.4.2 Penerapan Hipotesis……… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pemeriksaan……… 58

4.1.1 Ruang Lingkup Pemeriksaan……… 58

4.1.2 Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan……… 59

4.1.3 Jenis Pemeriksaan………. 60

4.1.3.1 Jenis-jenis Pemeriksaan……… 60

4.1.3.2 Kriteria Pemeriksaan……… 61

4.1.4 Lembar Penugasan Pemeriksaan………... 64

4.1.5 Lain-lain……… 64

4.2 Pelaksanaan Pemeriksaan……….. 67


(5)

Universitas Kristen Maranatha vii

4.2.1.1 Pemeriksaan Lapangan Untuk Menguji Kepatuhan

Pemenuhan Kewajiban Perpajakan………. 69

4.2.1.2 Pemeriksaan Lapangan Untuk Tujuan Lain……… 86

4.2.2 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor………. 91

4.3 Peranan Pemeriksa Pajak Atas Kebenaran Perhitungan SPT Tahunan Pajak Badan Sesuai Dengan Peraturan Perundang- Undangan Perpajakan………... 100

4.4 Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis………. .. 102

4.4.1 Analisis Deskriptif……….. 103

4.4.2 Analisis Statistik……….. 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 106

5.2 Saran……….. 108

DAFTAR PUSTAKA 109


(6)

Universitas Kristen Maranatha viii

DAFTAR LAMPIRAN

- Surat Perintah Pemeriksaan……….. ix

- Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak ……….. x

- Surat Tugas……… xi

- Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan ……… xii

- Bukti Peminjaman dan Pengembalian……… xiii

- Permintaan Peminjaman………. xiv

- Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen……….. xv

- Surat Pernyataan Wajib Pajak………. xvi

- Permintaan Bantuan Tenaga Ahli……… xvii

- Surat Peringatan……… xviii

- Daftar Peminjaman……… xix

- Berita Acara……….. xx

- Surat Perpanjangan Jangka Waktu Pemeriksaan……….. xxi

- Penyataan Penolakan Pemeriksaan……… xxii

- Surat Penolakan Membantu Pemeriksaan……….. xxiii

- Surat Panggilan I……… xxiv

- Berita Acara Keterangan……… xxv

- Lembar Kuesioner……… xxvi

- Jawaban Variabel X………. xxxiii


(7)

Bab I Pendahuluan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar sumber pembiayaan negara berasal dari sektor pajak. Penerimaan dari sektor pajak sangat mendukung terlaksananya pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman akan peraturan perpajakan menjadi sangat penting bagi para Wajib Pajak agar bisa kewajiban pajaknya dengan tepat.

Perhatian pajak pada umumnya diberikan pada perhitungan pajak penghasilan. Pajak sendiri menurut Rochmat Soemitro (2006: 1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan penghasilan adalah kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh setiap orang pribadi dan juga badan. Informasi mengenai kemampuan ekonomis ini disajikan melalui informasi financial berupa laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

Indonesia sendiri hingga saat ini masih menganut sistem Self-Assessment. Menurut Mardiasmo (2006) sistem self-assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk


(8)

Bab I Pendahuluan

2 Universitas Kristen Maranatha menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Sejak diberlakukannya sistem self-assessment ini, Wajib Pajak (WP) Badan diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak-pajak yang menjadi kewajibannya. Namun demikian, masih banyak WP Badan yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya. Karena masih menggunakan sistem Self-Assessment, penting bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan kebenaran atas laporan keuangan Wajib Pajak, khususnya adalah Wajib Pajak atas Badan.

Kebenaran atas SPT Pajak Badan tersebut hanya bisa didapat dari laporan pemeriksa pajak yang independen. Tenaga pemeriksa berperan sentral dalam meningkatkan penerimaan pajak. Ini disebabkan hanya pemeriksa pajak sajalah yang dapat membuktikan kebenaran laporan pajak dari Wajib Pajak. Dan yang menjadi kebutuhan terbesar di Dirjen Pajak saat ini adalah tenaga para pemeriksa, khususnya pemeriksa yang memahami dan mengerti tentang pajak.

Keberadaan pemeriksa sendiri sangat dibutuhkan karena jumlah pembayar pajak atau Wajib Pajak yang harus diawasi sangatlah besar, yakni empat juta

(Sumber : Kompas, 2007) . Sedangkan menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani

Indrawati (Sumber : Kompas, 4 Desember 2007) mengatakan bahwa kebutuhan pengadaan pemeriksa/auditor untuk memeriksa kebenaran laporan keuangan wajib pajak sudah memasuki tahap kritis dan kronis, itu sebabnya tuntutan agar penerimaan pajak meningkat semakin bertambah, namun pemerintah dihadapkan pada masalah keterbatasan jumlah pemeriksa pajak.


(9)

Bab I Pendahuluan

3 Universitas Kristen Maranatha Menurut Arens (2003) audit adalah proses pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Dalam masalah pajak ini, Pemeriksa Pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, yang bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan.

Pemeriksa pajak sendiri akan melakukan tugasnya untuk memeriksa apakah SPT Tahunan Pajak Badan sudah dilaporkan secara benar. Pemeriksaan pajak adalah hak dari fiskus dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak untuk melengkapi tugas-tugas fiskus dalam memberikan penyuluhan dan pelayanan kepada Pengusaha Kena Pajak. Pemeriksaan pajak sendiri dimaksudkan sebagai alat kendali self- assessment yang merupakan salah satu sistem perpajakan yang dianut negara kita, yang berlaku mulai tahun fiskal 1984. Hal ini ditujukan untuk menentukan apakah seluruh laporan pajak Wajib Pajak telah dinyatakan dengan benar dan telah sesuai dengan kriteria tertentu, khususnya sesuai dengan Peraturan Pajak. Selain itu pemeriksa pajak juga akan melakukan audit atas kepatuhan Wajib Pajak tersebut.

Peningkatan kepatuhan WP Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dapat dilakukan fiskus dengan menyempurnakan manajemen pemeriksaan, yaitu pemeriksaan pajak. Pengertian pemeriksaan sendiri menurut UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun


(10)

Bab I Pendahuluan

4 Universitas Kristen Maranatha 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Melihat jumlah Wajib Pajak yang sangat banyak, maka peranan pemeriksa pajak dalam memeriksa kebenaran laporan pajak dan kepatuhan Wajib Pajak Badan menduduki posisi penting dalam terwujudnya penerimaan negara khususnya sektor pajak.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul :

“PERANAN PEMERIKSA PAJAK ATAS KEBENARAN PERHITUNGAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK BADAN SESUAI

DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN”

(Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Karees)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Apakah pemeriksaan SPT Tahunan Pajak Badan berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan?

2. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan pemeriksaan atas SPT Tahunan Pajak Badan?


(11)

Bab I Pendahuluan

5 Universitas Kristen Maranatha 3. Bagaimana peranan pemeriksa pajak atas kebenaran perhitungan SPT

Tahunan Pajak Badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan SPT Tahunan Pajak Badan berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dan pelaksanaan pemeriksaan atas SPT Tahunan Pajak Badan.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemeriksa pajak atas kebenaran perhitungan SPT Tahunan Pajak Badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun yang diharapakan penulis dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

a. Merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana teori-teori yang sudah diperoleh di masa kuliah dapat diterapkan dalam keadaan yang sesungguhnya.

b. Menambah wawasan bagi penulis, khususnya pengetahuan dalam bidang auditing dan juga perpajakan.


(12)

Bab I Pendahuluan

6 Universitas Kristen Maranatha c. Sebagai bahan penelitian dalam penyusunan tugas akhir yang

merupakan prasyarat bagi sidang sarjana di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha.

2. Bagi instansi yang terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan pemeriksa pajak atas pemeriksaan SPT Pajak Badan, sehingga informasi tersebut dapat berguna bagi kelangsungan penerimaan negara dalam pemungutan pajak. Dan juga pemenuhan akan kebutuhan pemeriksa/auditor dapat dipenuhi.

3. Bagi pihak ketiga

Hasil penelitian yang terbatas ini, penulis berharap untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran yang akan menambah wawasan pengetahuan dan sekaligus dapat dijadikan referensi penelitian yang sama di masa yang akan datang.

1.5Kerangka Teoris dan Pengembangan Hipotesis

Ketika kehidupan sosial menjadi semakin kompleks, kecenderungan bahwa para pembuat keputusan menerima informasi yang tidak dapat dipercaya akan semakin besar. Hal ini menjadikan semakin pentingnya audit atas laporan keuangan serta kaitannya dengan jasa atestasi serta jasa assurance lainnya yang disediakan oleh para auditor atau pemeriksa.


(13)

Bab I Pendahuluan

7 Universitas Kristen Maranatha Dalam buku Auditing Pendekatan Terpadu, definisi auditing adalah :

“Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.”

( Arens & Loebbecke , 2003, 15)

Auditing dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen, yang dinamakan auditor. Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.

Sedangkan pengertian pajak sendiri adalah :

“Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

(Soemitro, 2002 , 1)

Dan pengertian penghasilan adalah:

“Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh dari manapun datangnya, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan dengan nama atau dalam bentuk apapun.”

(Undang-undang PPh, 1984, pasal 4)

Penghasilan meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan terjadi karena pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, sedangkan keuntungan adalah kenaikan manfaat ekonomis yang timbul dari pelaksanaan aktivitas perusahaan.


(14)

Bab I Pendahuluan

8 Universitas Kristen Maranatha Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 pasal 1 tertulis: “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak”. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut wajib pajak.

Setiap WP Badan diwajibkan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajaknya kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak. WP melaporkannya dengan menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT). Pengertian SPT adalah

“Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(Mardiasmo, 2006, 17)

Definisi pemeriksaan sendiri menurut UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

( UU No. 28 Tahun 2007)

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak , Kantor Wilayah (Kanwil), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka), dan juga Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemeriksaan pajak di KPP melingkupi lingkup pemeriksaan pajak, norma pemeriksaan pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak, pedoman pemeriksaan pajak, dan produk dari hasil


(15)

Bab I Pendahuluan

9 Universitas Kristen Maranatha pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak di KPP dilaksanakan oleh pegawai pajak yang telah ditunjuk.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu hak yang dimiliki fiskus sesuai dengan Pasal 29 UU KUP. Tujuan dilakukan pemeriksaan adalah :

- Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada WP.

- Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan pajak.

Melihat pajak penghasilan merupakan penerimaan pajak terbesar, maka peranan pemeriksa pajak untuk memeriksa kebenaran perhitungan SPT Pajak Tahunan Badan mutlak ada agar penerimaan bisa sesuai dengan kenyataan yang ada dan negara tidak dirugikan.

Atas dasar uraian di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Pemeriksa Pajak Berperan atas Kebenaran Pehitungan Surat

Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan Badan Sesuai Dengan Peraturan

Perundang-undangan Perpajakan”

1.6Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Rusdin (2004:9) : “Metode deskriptif yaitu


(16)

Bab I Pendahuluan

10 Universitas Kristen Maranatha suatu penelitian yang berusaha untuk mengumpulkan dan menyajikan data dari perusahaan untuk dianalisis sehingga memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti, yang bertujuan menghimpun data, menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat, untuk kemudian dianalisis dan ditarik suatu kesimpulan.

Sedangkan data yang dikumpulkan oleh penulis adalah data primer dan data sekunder melalui teknik pengumpulan sebagai berikut :

1. Literature Research (Penelitian Kepustakaan)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang digunakan untuk memperoleh landasan teoritis dari berbagai literature-literature dan artikel-artikel dari majalah atau makalah-makalah yang berhubungan dengan yang akan dibahas. Hasil dari penelitian kepustakaan ini akan menjadi data sekunder. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai pedoman dan landasan berpikir dalam pembahasan persoalan yang dihadapi.

2. Field Research (Penelitian Lapangan )

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan meninjau secara langsung ke objek yang akan diteliti, dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah di KPP Pratama Karees Bandung. Data yang diperoleh dari penelitian lapangan merupakan data primer yang penulis dapatkan dari :


(17)

Bab I Pendahuluan

11 Universitas Kristen Maranatha a. Pengamatan (observasi), yaitu suatu teknik pengumpulan data

dengan mengamati secara langsung kegiatan operasional objek penelitian.

b. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab pada bagian atau staf yang terkait pada objek penelitian.

c. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan memperhatikan objek yang diteliti.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu : 1. Variabel bebas ( Independent Variabel )

Suatu variabel digolongkan suatu variabel bebas apabila variabel dalam hubungan dengan variabel lain, variabel tersebut berfungsi untuk menerangkan atau mempengaruhi keadaan variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah “Peranan Pemeriksa Pajak”.

2. Variabel terikat ( Dependent Variabel )

Suatu variabel digolongkan variabel tidak bebas apabila variabel tersebut dalam hubungan dengan variabel lain dipengaruhi oleh keadaan variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah


(18)

Bab I Pendahuluan

12 Universitas Kristen Maranatha “Kebenaran Perhitungan SPT Tahunan Pajak Badan Sesuai Dengan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan”.

1.7LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada KPP Pratama Bandung Karees, yang berlokasi di Jalan Kiara Condong No.372 Bandung. Adapun penelitian ini dilaksanakan terhitung dari dikeluarkannya surat pengantar dari Universitas Kristen Maranatha, yaitu bulan Oktober.


(19)

Bab V Kesimpulan dan Saran

106 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan tentang peranan pemeriksa pajak atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran yang diharapkan menjadi masukan bagi KPP Pratama dalam peningkatan pemeriksaan pajak guna kelancaran penerimaan negara.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada KPP Pratama Bandung Karees mengenai peranan pemeriksa pajak atas pemeriksaan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksa pajak berperan atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Pemeriksa pajak memenuhi atribut-atribut sebagai pemeriksa Hal ini dapat dilihat dari :

• Pemeriksa pajak yang mendapat tugas untuk melaksanakan pemeriksaan telah memiliki keahlian dalam bidang pemeriksaan dan juga sudah mendapatkan pelatihan yang memadai.

• Pemeriksa pajak memiliki kode etik untuk memiliki integritas tinggi dan hal ini menjadi ukuran kualitas moral pemeriksa.


(20)

Bab V Kesimpulan dan Saran

107 Universitas Kristen Maranatha • Adanya pemisahan dan pembagian tugas, sehingga setiap pemeriksa

menjadi jelas akan tugas dan tanggung jawabnya

• Selain itu juga dalam melaksanakan tugasnya, pemeriksa pajak tidak hanya bertanggung jawab kepada negara, melainkan kepada DJP yang telah menunjuknya dan juga kepada masyarakat.

2. Adanya prosedur dan pelaksanaan pemeriksaan yang memadai Hal ini dapat dilihat dari :

• Adanya peraturan yang mengatur tentang prosedur pemeriksaan, dimana didalamnya mengatur tentang ruang lingkup pemeriksaan, jangka waktu penyelesaian pemeriksaan, jenis pemeriksaan maupun kriterianya, lembar penugasan pemeriksa pajak, dan lainnya. Dengan demikian pemeriksa pajak memiliki petunjuk yang telah ditetapkan oleh DJP, sehingga tidak terjadi penyelewengan pada saat melakukan pemeriksaan. • Adanya perencanaan pemeriksaan, dimana sebelumnya ada

pemberitahuan terlebih dahulu kepada WP sehingga WP dapat bekerjasama dalam pelaksanaan pemeriksaan.

• Adanya peraturan mengenai petunjuk pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Dengan demikian pemeriksa pajak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan tidak ada penyimpangan.


(21)

Bab V Kesimpulan dan Saran

108 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pada dasarnya pelaksanaan pemeriksaan pajak sudah berjalan memadai, hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan-peraturan yang dibuat dengan tujuan keseragaman prosedur di setiap KPP dan juga pemenuhan fungsi pemeriksa pajak menjadi lebih jelas. Adapun penulis ingin mengemukakan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Adapun saran tersebut adalah sebaiknya jumlah pemeriksa pajak pada KPP ditambah, tujuannya agar pemeriksaan pajak dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu dengan bertambahnya jumlah personil pemeriksa diharapkan semua WP yang harus diperiksa dapat tertangani dan kebenaran perhitungan SPT yang disampaikan WP dapat terbukti kebenarannya. Dan tentunya ini akan berdampak baik bagi kelangsungan penerimaan pajak bagi negara.


(22)

190 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, and Beasley. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pelayanan

Terpadu. Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta : Indeks.

Champion Dean J.1981. Basic Statistic for Social Research. Edisi ke-2. New York: Macmillan Publishing Co.

Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Undang-Undang Nomor 28 tentang Tata Cara

Pemeriksan Pajak. Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Peraturan Direktur Jenderal Pajak

No.PER-19/PJ/2008. Jakarta

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Kompas. 4 Desember 2007. hal 1

Mardiasmo. 2006. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi

Siegel Joel dan Jae K Shim. 1994. Kamus Istilah Akuntansi.

Undang-Undang PPh. 1984. Pasal 4

www.pajak.go.id


(1)

Bab I Pendahuluan

11 Universitas Kristen Maranatha a. Pengamatan (observasi), yaitu suatu teknik pengumpulan data

dengan mengamati secara langsung kegiatan operasional objek penelitian.

b. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab pada bagian atau staf yang terkait pada objek penelitian.

c. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan memperhatikan objek yang diteliti.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu : 1. Variabel bebas ( Independent Variabel )

Suatu variabel digolongkan suatu variabel bebas apabila variabel dalam hubungan dengan variabel lain, variabel tersebut berfungsi untuk menerangkan atau mempengaruhi keadaan variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah “Peranan Pemeriksa Pajak”.

2. Variabel terikat ( Dependent Variabel )

Suatu variabel digolongkan variabel tidak bebas apabila variabel tersebut dalam hubungan dengan variabel lain dipengaruhi oleh keadaan variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah


(2)

12 Universitas Kristen Maranatha “Kebenaran Perhitungan SPT Tahunan Pajak Badan Sesuai Dengan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan”.

1.7LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada KPP Pratama Bandung Karees, yang berlokasi di Jalan Kiara Condong No.372 Bandung. Adapun penelitian ini dilaksanakan terhitung dari dikeluarkannya surat pengantar dari Universitas Kristen Maranatha, yaitu bulan Oktober.


(3)

Bab V Kesimpulan dan Saran

106 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menguraikan tentang peranan pemeriksa pajak atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran yang diharapkan menjadi masukan bagi KPP Pratama dalam peningkatan pemeriksaan pajak guna kelancaran penerimaan negara.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada KPP Pratama Bandung Karees mengenai peranan pemeriksa pajak atas pemeriksaan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeriksa pajak berperan atas kebenaran perhitungan SPT tahunan pajak badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Pemeriksa pajak memenuhi atribut-atribut sebagai pemeriksa Hal ini dapat dilihat dari :

• Pemeriksa pajak yang mendapat tugas untuk melaksanakan pemeriksaan telah memiliki keahlian dalam bidang pemeriksaan dan juga sudah mendapatkan pelatihan yang memadai.

• Pemeriksa pajak memiliki kode etik untuk memiliki integritas tinggi dan hal ini menjadi ukuran kualitas moral pemeriksa.


(4)

107 Universitas Kristen Maranatha

• Adanya pemisahan dan pembagian tugas, sehingga setiap pemeriksa menjadi jelas akan tugas dan tanggung jawabnya

• Selain itu juga dalam melaksanakan tugasnya, pemeriksa pajak tidak hanya bertanggung jawab kepada negara, melainkan kepada DJP yang telah menunjuknya dan juga kepada masyarakat.

2. Adanya prosedur dan pelaksanaan pemeriksaan yang memadai Hal ini dapat dilihat dari :

• Adanya peraturan yang mengatur tentang prosedur pemeriksaan, dimana didalamnya mengatur tentang ruang lingkup pemeriksaan, jangka waktu penyelesaian pemeriksaan, jenis pemeriksaan maupun kriterianya, lembar penugasan pemeriksa pajak, dan lainnya. Dengan demikian pemeriksa pajak memiliki petunjuk yang telah ditetapkan oleh DJP, sehingga tidak terjadi penyelewengan pada saat melakukan pemeriksaan.

• Adanya perencanaan pemeriksaan, dimana sebelumnya ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada WP sehingga WP dapat bekerjasama dalam pelaksanaan pemeriksaan.

• Adanya peraturan mengenai petunjuk pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Dengan demikian pemeriksa pajak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan tidak ada penyimpangan.


(5)

Bab V Kesimpulan dan Saran

108 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pada dasarnya pelaksanaan pemeriksaan pajak sudah berjalan memadai, hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan-peraturan yang dibuat dengan tujuan keseragaman prosedur di setiap KPP dan juga pemenuhan fungsi pemeriksa pajak menjadi lebih jelas. Adapun penulis ingin mengemukakan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Adapun saran tersebut adalah sebaiknya jumlah pemeriksa pajak pada KPP ditambah, tujuannya agar pemeriksaan pajak dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu dengan bertambahnya jumlah personil pemeriksa diharapkan semua WP yang harus diperiksa dapat tertangani dan kebenaran perhitungan SPT yang disampaikan WP dapat terbukti kebenarannya. Dan tentunya ini akan berdampak baik bagi kelangsungan penerimaan pajak bagi negara.


(6)

190 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, and Beasley. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pelayanan Terpadu. Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta : Indeks.

Champion Dean J.1981. Basic Statistic for Social Research. Edisi ke-2. New York: Macmillan Publishing Co.

Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Undang-Undang Nomor 28 tentang Tata Cara Pemeriksan Pajak. Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-19/PJ/2008. Jakarta

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.

Kompas. 4 Desember 2007. hal 1

Mardiasmo. 2006. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi

Siegel Joel dan Jae K Shim. 1994. Kamus Istilah Akuntansi.

Undang-Undang PPh. 1984. Pasal 4

www.pajak.go.id


Dokumen yang terkait

Dampak Pelaksanaan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

11 125 176

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

26 327 61

Tatacara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Denda Terlambat Atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

9 116 58

Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 56 66

Pelaksanaan Kewajiban Mengisi Dan Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Koperasi Swadharma Medan

1 65 51

Prosedur Pengolahan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan Atas Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Bandung Karees

1 23 40

Prosedur Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees

3 42 93

Prosedur pengolahan SPT PPH (Surat Pemberitahuan Pajak penghasilan) Tahunan Orang pribasi Pada KPP Pratama Bandung Karees

0 3 90

Prosedur Pengolahan SPT PPH (Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan) Tahunan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees

0 7 90