Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas T1 152009016 BAB II

(1)

1 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pengertian Museum

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani “mouseion” yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil pemujaan terhadap Muses, dewa yang berhubungan dengan kegiatan seni. Muses adalah salah satu dari sembilan Dewi yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi. (Luhfi Asiro dkk.2008: 2)

Pengertian Museum dewasa ini adalah Sebuah lembaga yang bersifat tetap,tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum,yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, museum merupakan bagian atau gedung yang digunakan untuk menyimpan, merawat benda-benda yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti nilai sejarah, budaya dan sebagainya.(Poerwadarminta, 1995:65)

Begitu pentingnya museum dalam pembelajaran sejarah, maka tidak terlepas dari bahasan yang menguak arti penting museum dalam sejarah. Museum seperti yang kita ketahui adalah sebuah lembaga tetap yang mencoba atau mencari keuntungan yang melayani masyarakat dan perkembangan yang


(2)

2 terbuka untuk umum. Bagi dunia pendidikan,terutama dalam pembelajaran sejarah,keberadaan museum menjadi sangat penting karena koleksi-koleksi yang dimiliki dapat memberikan informasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan sejarah,baik sejarah alam,flora fauna maupun sejarah peradaban dan budaya.( Luhfi Asiro dkk 2008 : 4-5)

Menurut Perpem Nomor 19/1995 Museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional. (Luhfi Asiro dkk 2008 : 4-5)

B. Media Belajar

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam


(3)

3 mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan. Dan merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau ketrampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. (Arief Sukadi Sadiman,dkk, 1984 :16).

Media pendidikan adalah alat, metode,dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah (Oemar Hamalik, 1980 : 22-23). Selain itu media pembelajaran atau dikenal dengan istilah media pendidikan adalah semua alat bantu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran dari sumber guru maupun sumber lain kepada anak didik atau warga belajar. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat memacu pemikiran,perasaan, dan perhatian penerima pesan sehingga tercipta bentuk komunikasi pembelajaran(Arif Sukadi Sadiman,dkk 1984 :4)

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dan dengar termasuk teknologi perangkat keras.

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran.


(4)

4 Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.( http://belajarpsikologi.com-media pembelajaran).

C. Pengertian Sejarah

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “syajara” artinya terjadi. Sedangkan kata “syajaratun” artinya pohon kayu yang terus menerus tumbuh dari bumi ke udara yang mempunyai cabang, dahan,daun, dan bunga serta buah. Menurut Muhammad Yamin di dalam kata sejarah tersirat makna pertumbuhan atau kejadian. Secara etimologis makna kata sejarah adalah tumbuh, hidup,berkembang dan bergerak terus menerus dan akan berjalan terus sepanjang masa.


(5)

5 Selain kata sejarah dalam bahasa Arab ada kata-kata yang artinya hampir sama yaitu “silsilah” yang pada umumnya menunjuk pada keluarga. Misalnya prasasti kedu menceritakan silsilah raja-raja Mataram Kuno (Hindhu). Kata “kisah” dalam bahasa Arab menunjuk pada masa lampau yang merupakan cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi misalnya kisah Nabi Nuh dengan perahunya.

Dalam bahasa yang lain misalnya Belanda yaitu “geschiedenis” dari kata geschieden yang berarti terjadi. Dalam bahasa Jerman yaitu kata “geschichte” dari kata geschiehen yang berarti terjadi. Dalam bahasa Inggris yaitu kata history yang berasal dari bahsa yunani historia yang berarti apa yang diketahui karena penyelidikan atau mengandung arti belajar dengan cara bertanya. Menutut Aristoteles seorang fisuf Yunani kata historia berarti penelaahan secara sistematis mengenai seperangkat gejala alam tanpa memepersoalkan susunan kronologisnya.

Ada sejumlah definisi sejarah yang dikemukakan oleh para ahli yaitu diantaranya :

1. Menurut Norman E. Cantor, dalam bukunya yang berjudul “study history” terdapat 3 definisi yaitu yang pertama sejarah adalah studi tentang apa yang telah diperbuat, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau. Yang kedua sejarah adalah biografi yakni suatu karya imajinatif kreatif pengarang yang berusaha untuk menciptakan atau menghidupkan kehidupan dan pikiran orang-orang penting yang benar-benar pernah hidup pada waktu tertentu.yang ketiga yaitu sejarah adalah


(6)

6 studi tentang manusia dalam aspek sosialnya baik dalam waktu lampau ataupun sekarang.

2. Menurut Wilhelm Buer, dalam bukunya yang berjudul Einfuhrung in das stadium der geschicte ia menyatakan bahwa sejarah adalah ilmu yang meneliti gambaran dengan penglihatan yang singkat untuk merumuskan fenomena kehidupan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi karena hubungan manusia dengan masyarakat memilih fenomena tersebut dengan memperhatikan akibat-akibat pada jamannya serta bentuk kualitasnya dan memusatkan perubahan-perubahan itu sesuai dengan waktunya serta tidak akan terulang lagi.

3. Menurut Roeslan Abdulgani, dalam buku sosialisme Indonesia ia menyatakan sejarah sebagai salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penelidikan tersebut untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan.

4. Menurut Muhammad Yamin, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang pada umumnya berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan tanda-tanda lain.


(7)

7 Meskipun definisi-definisi di depan terdapat kekurangan dan kelebihannya telah dapat menyumbangkan buah pikir masing-masing tetapi sesungguhnya telah dapat menyumbangkan buah pikiran kearah perkembangan sejarah modern. Dari definisi di atas dapat ditemukan unsur-unsur sejarah seperti :

a. Sejarah adalah kegiatan manusia.

b. Kegiatan tersebut terjadi pada waktu lampau dan ada kaitannya dengan waktu kini dan yang akan datang.

c. Kegiatan waktu lampau itu merupakan peristiwa yang paling penting. d. Kegiatan tersebut terjadi pada ruang tertentu.

Berdasarkan unsur-unsur sejarah diatas dapat dirumuskan suatu definisi tentang sejarah sebagai berikut : Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa penting yang dibuat oleh manusia pada waktu dan ruang tertentu dalam perjuangan hidupnya. Manusia yang membuat sejarah, peristiwa penting yaitu peristiwa yang membawa perubahan, perkembangan dan pembaharuan masyarakat banyak, kemudian ruang dan waktu (lampau, sekarang, yang akan datang) dan perjuangan hidup manusia.(Tri Widiarto, 2000: 1-10)

D. Fungsi Museum Sebagai Sumber Belajar

Mengingat pentingnya tujuan pengajaran sejarah, seharusnya dalam proses belajar mengajarnya dilaksanakan memberikan tendensi pada internalisasi nilai-nilai yang akan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kausalitas. Agar proses berpikir terlatih sejak


(8)

8 dini maka pembelajaran sejarah harus memberikan “space” yang luas bagi para siswa untuk berpikir. Berpikir itu sendiri merupakan keterampilan operasional dilakukan secara sadar dimana yang memungkinkan intelegensi bekerja atas dasar eksplorasi pengalaman (De Bono, Edward. dalam Direktorat PLP, 2005:42).

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief,


(9)

9 candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/)

Museum merupakan sumber belajar lingkungan yang mencakup dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan melestarikan alam. (Depdiknas. 2004).

Museum mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah 2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum 3. Pusat penikmatan karya seni 4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 5. Obyek wisata 6. Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan 7. Suaka Alam dan Suaka Budaya 8. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan 9. Sarana untuk bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.

Museum mempunyai peranan sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkrit pada masyarakat dalam hal ini peserta didik maupun guru pengajar. Museum menyimpan berbagai


(10)

10 benda yang dapat dijadikan media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman sejarah. Oleh karena itu museum menjadi tempat ideal sebagai informasi kesejarahan. Kunjungan para peserta didik ke museum akan mengakibatkan terjadinya suatu transformasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu ke generasi sekarang. ( Luhfi Asiro dkk 2008 : 4-5) E. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dari judul penulis adalah “Pemanfaatan Museum Mahameru Sebagai Sumber Belajar Bagi Siswa SMA Negeri di Kabupaten BLora Tahun Pelajaran 2009-2010” dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Nihza Al Lutfi, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kabupaten Blora memiliki banyak benda cagar budaya. Benda cagar budaya tersebut kemudian disimpan dalam sebuah museum daerah yang bernama Museum Mahameru. Beberapa sekolah telah memanfaatkan koleksi-koleksi Museum Mahameru. Pemanfaatan ini tentunya tidak semudah yang dibayangkan sehingga perlu diteliti bagaimana pemanfaatan koleksi tersebut. Tujuan diadakan penelitian adalah mengidentifikasi koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dan mengamati pemanfaatan museum mahameru sebagai sumber belajar sejarah. Museum Mahameru memiliki beberapa koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah. Pemanfaatan museum mahameru telah dilaksanakan dengan cara yang sederhana yaitu dengan pemberian tugas pada siswa untuk mencari sumber belajar di Museum Mahameru Kabupaten Blora. Perbedaan yang mendasari penelitian yang diteliti adalah pada waktu pelaksanaan,objek atau tempat yang diteliti. Penelitian dengan judul


(11)

11 Pemanfaatan Museum Mahameru Sebagai Sumber Belajar Bagi Siswa SMA Negeri di Kabupaten BLora Tahun Pelajaran 2009-2010 lebih menekankan pada siswa SMA Negeri dan terfokus pada tahun pelajaran 2009-2010. Berbeda dengan penelitian saat ini yaitu peneliti memfokuskan tentang sumber belajar untuk siswa SMA pada umumnya, dengan memanfaatkan koleksi-koleksi museum pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, diambil dari kompetensi dasar untuk kelas XI SMA. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama memanfaatkan museum sebagai sumber belajar sejarah.

Penelitian lainnya dengan judul “Relevansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia dengan Peninggalan Sejarah sebagai Sumber Belajar” dalam bentuk Tesis ditulis oleh Ester Arianti (Program Studi Sejarah, Program Pasca Sarjana , Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2003). Tesis ini membahas tentang pembelajaran sejarah kebudayaan Indonesia memiliki relevansi dengan peninggalan sejarah dan purbakala di Salatiga sebagai sumber belajar. Salatiga memiliki peninggalan sejarah yang cukup lengkap mewakili periode dalam sejarah kebudayaan Indonesia yaitu masa prasejarah, Hindu-Budha, Islam, dan masa pengaruh Barat. Peninggalan sejarah dan purbakala tersebut merupakan asset yang besar dalam pengembangan kegiatan proses belajar mengajar. Perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada pemanfaatan objek penelitian dan waktu penelitian. Penelitian dengan judul Relevansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia dengan Peninggalan Sejarah sebagai Sumber Belajar relevansinya terhadap mata kuliah. Berbeda dengan penelitian yang sedang diteliti yaitu relevansinya terhadap kompetensi


(12)

12 dasar Sekolah Menengah Atas. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama peneliti tentang peninggalan sejarah dan sama-sama bertujuan meningkatkan pendidikan khususnya pendidikan sejarah dengan memanfaatkan sumber belajar.


(1)

7 Meskipun definisi-definisi di depan terdapat kekurangan dan kelebihannya telah dapat menyumbangkan buah pikir masing-masing tetapi sesungguhnya telah dapat menyumbangkan buah pikiran kearah perkembangan sejarah modern. Dari definisi di atas dapat ditemukan unsur-unsur sejarah seperti :

a. Sejarah adalah kegiatan manusia.

b. Kegiatan tersebut terjadi pada waktu lampau dan ada kaitannya dengan waktu kini dan yang akan datang.

c. Kegiatan waktu lampau itu merupakan peristiwa yang paling penting. d. Kegiatan tersebut terjadi pada ruang tertentu.

Berdasarkan unsur-unsur sejarah diatas dapat dirumuskan suatu definisi tentang sejarah sebagai berikut : Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa penting yang dibuat oleh manusia pada waktu dan ruang tertentu dalam perjuangan hidupnya. Manusia yang membuat sejarah, peristiwa penting yaitu peristiwa yang membawa perubahan, perkembangan dan pembaharuan masyarakat banyak, kemudian ruang dan waktu (lampau, sekarang, yang akan datang) dan perjuangan hidup manusia.(Tri Widiarto, 2000: 1-10)

D. Fungsi Museum Sebagai Sumber Belajar

Mengingat pentingnya tujuan pengajaran sejarah, seharusnya dalam proses belajar mengajarnya dilaksanakan memberikan tendensi pada internalisasi nilai-nilai yang akan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kausalitas. Agar proses berpikir terlatih sejak


(2)

8 dini maka pembelajaran sejarah harus memberikan “space” yang luas bagi para siswa untuk berpikir. Berpikir itu sendiri merupakan keterampilan operasional dilakukan secara sadar dimana yang memungkinkan intelegensi bekerja atas dasar eksplorasi pengalaman (De Bono, Edward. dalam Direktorat PLP, 2005:42).

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief,


(3)

9 candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/)

Museum merupakan sumber belajar lingkungan yang mencakup dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan melestarikan alam. (Depdiknas. 2004).

Museum mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pusat Dokumentasi dan Penelitian llmiah 2. Pusat penyaluran ilmu untuk umum 3. Pusat penikmatan karya seni 4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 5. Obyek wisata 6. Media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu Pengetahuan 7. Suaka Alam dan Suaka Budaya 8. Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan 9. Sarana untuk bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.

Museum mempunyai peranan sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkrit pada masyarakat dalam hal ini peserta didik maupun guru pengajar. Museum menyimpan berbagai


(4)

10 benda yang dapat dijadikan media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman sejarah. Oleh karena itu museum menjadi tempat ideal sebagai informasi kesejarahan. Kunjungan para peserta didik ke museum akan mengakibatkan terjadinya suatu transformasi nilai warisan budaya bangsa dari generasi terdahulu ke generasi sekarang. ( Luhfi Asiro dkk 2008 : 4-5) E. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dari judul penulis adalah “Pemanfaatan Museum Mahameru Sebagai Sumber Belajar Bagi Siswa SMA Negeri di Kabupaten BLora Tahun Pelajaran 2009-2010” dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Nihza Al Lutfi, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kabupaten Blora memiliki banyak benda cagar budaya. Benda cagar budaya tersebut kemudian disimpan dalam sebuah museum daerah yang bernama Museum Mahameru. Beberapa sekolah telah memanfaatkan koleksi-koleksi Museum Mahameru. Pemanfaatan ini tentunya tidak semudah yang dibayangkan sehingga perlu diteliti bagaimana pemanfaatan koleksi tersebut. Tujuan diadakan penelitian adalah mengidentifikasi koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dan mengamati pemanfaatan museum mahameru sebagai sumber belajar sejarah. Museum Mahameru memiliki beberapa koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah. Pemanfaatan museum mahameru telah dilaksanakan dengan cara yang sederhana yaitu dengan pemberian tugas pada siswa untuk mencari sumber belajar di Museum Mahameru Kabupaten Blora. Perbedaan yang mendasari penelitian yang diteliti adalah pada waktu pelaksanaan,objek atau tempat yang diteliti. Penelitian dengan judul


(5)

11 Pemanfaatan Museum Mahameru Sebagai Sumber Belajar Bagi Siswa SMA Negeri di Kabupaten BLora Tahun Pelajaran 2009-2010 lebih menekankan pada siswa SMA Negeri dan terfokus pada tahun pelajaran 2009-2010. Berbeda dengan penelitian saat ini yaitu peneliti memfokuskan tentang sumber belajar untuk siswa SMA pada umumnya, dengan memanfaatkan koleksi-koleksi museum pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, diambil dari kompetensi dasar untuk kelas XI SMA. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama memanfaatkan museum sebagai sumber belajar sejarah.

Penelitian lainnya dengan judul “Relevansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia dengan Peninggalan Sejarah sebagai Sumber Belajar” dalam bentuk Tesis ditulis oleh Ester Arianti (Program Studi Sejarah, Program Pasca Sarjana , Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2003). Tesis ini membahas tentang pembelajaran sejarah kebudayaan Indonesia memiliki relevansi dengan peninggalan sejarah dan purbakala di Salatiga sebagai sumber belajar. Salatiga memiliki peninggalan sejarah yang cukup lengkap mewakili periode dalam sejarah kebudayaan Indonesia yaitu masa prasejarah, Hindu-Budha, Islam, dan masa pengaruh Barat. Peninggalan sejarah dan purbakala tersebut merupakan asset yang besar dalam pengembangan kegiatan proses belajar mengajar. Perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada pemanfaatan objek penelitian dan waktu penelitian. Penelitian dengan judul Relevansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia dengan Peninggalan Sejarah sebagai Sumber Belajar relevansinya terhadap mata kuliah. Berbeda dengan penelitian yang sedang diteliti yaitu relevansinya terhadap kompetensi


(6)

12 dasar Sekolah Menengah Atas. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama peneliti tentang peninggalan sejarah dan sama-sama bertujuan meningkatkan pendidikan khususnya pendidikan sejarah dengan memanfaatkan sumber belajar.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas T1 152009016 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas T1 152009016 BAB IV

0 6 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas T1 152009016 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Palagan Ambarawa Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB II

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA T1 152008004 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA T1 152008004 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA T1 152008004 BAB IV

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA T1 152008004 BAB V

0 0 3