METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102 SKRIPSI

  

METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT

ASH-SHAFFAT AYAT 102

SKRIPSI

  

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

FATICHURRIZA RIZQA

  

NIM: 111 12 200

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

  

MOTTO

َ: َ َ للا َ َ َ َ ك َ لَا َ نَ َ س َ لَا

  َ قَملسوَويلعَللاَىلص َُث ََ اَ ن ََ ع َ ُيَ د ََ اَ ب

  َ وَ ل َ نَ َ م َ عَ ن َ رَُس

)وجامَنباَهاور( َ َ س َ أ

َ لَ َ كَ

  دَُك َ ح َ دَ ب َُ نَ وَ أ َ أاَ و رَُمَ و َُهَ م َ وَ أ َ مَ

  

Dari Anas Bin Malik menceritakan dari rasulullah SAW.

Rasulullah SAW. bersabda: Muliakanlah anak-anakmu semua,

dan baguskanlah pendidikan mereka”

  

(HR. Ibnu Majah).

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang dari kecil hingga saat ini dan selalu memberikan nasehat serta mendukung setiap langkahku.

  2. Adikku tersayang Sani Nur Faiza yang selalu memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam lelahku.

  3. Kepada Bapak Drs.A. Bahruddin, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

  4. Sahabatku Sholikhatul Arifah dan Sri Widayati yang selalu memberikan motivasi dan semangat, temanku laily Agustini, Aza Nurul Laili dan Dita Oktaviani yang selalu memotivasi, serta seluruh teman-temanku seperjuangan yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.

  5. Teman-teman PAI F, teman-teman PPL dan kelompok KKN yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti- nantikan syafa‟atnya kelak di yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul “METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT ASH- SHAFFAT AYAT 102”.

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Drs.A. Bahruddin,M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 10 Maret 2017 Penulis

  Fatichurriza Rizqa NIM. 111-12-200

  ABSTRAK

  Rizqa, Fatichurriza. 2017. ”Metode Pendidikan Islam dalam Surat Ash- Shaffat Ayat 102”. Jurusan S1 PAI Institut Agama Islam Negeri.

  Pembimbing Drs. A. Bahruddin, M. Ag. Kata Kunci: Metode Dialog, Pendidikan

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dialogis dalam Al- Qur‟an surah Ash-Shaffat ayat 102. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui kajian ini adalah: 1) Bagaimana metode pendidikan dialog dalam surat Ash-Shaffat ayat 102. 2) Bagaimana implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam.

  Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu jenis penelitian di mana objek penelitiannya digali dengan cara membaca, memahami, menelaah buku-buku dan kitab-kitab tafsir serta sumber- sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Metode pendidikan islam dalam surah ash-Shaffat ayat 102 dalam perspektif islam. Metode dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah pembicaraan antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan didalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan pembicaraan. 2) Implementasi atau penerapan metode pendidikan dialog dalam pendidikan islam adalah pembelajaran yang efektif yang terjadi saat ada interaksi antara guru dan peserta didik, guru bertanya kepada peserta didik menjawab atau sebaliknya. Maka guru dapat menilai pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan sehingga akan ditemukan kesamaan persepsi tentang visi, misi dan tujuan pembelajaran pendidikan yang dilakukan. Bila interaksi dan sinergi ini terjalin dengan harmonis maka kesuksesan dalam proses pembelajaran akan berhasil.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v MOTTO .................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ................................................

  B.

  8 Rumusan Masalah .........................................................

  C.

  8 Tujuan Penelitian ..........................................................

  D.

  8 Manfaat Penelitian ........................................................

  E.

  9 Metode Penelitian .........................................................

  F.

  10 Penegasan Istilah ...........................................................

  G.

  46 D. Metode Pendidikan Islam ............................................. 55

  71 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  70 B. Saran .............................................................................

  Kesimpulan ...................................................................

  63 BAB V PENUTUP A.

  60 B. Implementasi Metode Pendidikan Dialog dalam Pendidikan Islam .................................................................

  BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102 A. Metode Pendidikan Islam Dalam Surat Ash-Shaffat Ayat 102 ........................................................................

  40 C. Tujuan Pendidikan Islam .............................................

  Sistematika Penulisan ...................................................

  33 B. Dasar-Dasar Pendidikan Islam ....................................

  Pengertian Pendidikan Islam ........................................

  21 BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM A.

  18 C. Munasabah ...................................................................

  15 B. Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat ..............................

  Redaksi dan Mufrodhat .................................................

  13 BAB II TELAAH AL- QUR‟AN SURAT ASH-SHAFFAT AYAT 102 A.

  72 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 75

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Daftar SKK Lampiran 4 Lembar Konsultasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti

  mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhadjir, 2000: 20-21).

  Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah,1999:1).

  Pendidikan juga diartikan sebagai segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.

  Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk, dan tingkat lingkunan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam hal berperilaku. Dalam langkah kegiatan pendidikan selanjutnya, ketiga sasaran ini menjadi kerangka pembudayaan kehidupan manusia (Suhartono, 2008:80).

  Menurut pandangan Islam bahwa “pendidikan” adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) (Ahmad, 1992:16).

  Dikaitkan pendidikan dari kata bahasa Arab, bahwa pendidikan kepada anak itu mulai dari tumbuh, artinya mulai dari sejak ada di dalam kandungan ibu hingga menjadi besar, lahir ke dunia dan dan berkembang sehingga mencapai dewasa bisa menjaga diri dan bertanggung jawab.

  Ki Hajar Dewantara sebagai ahli pendidikan juga mengemukakan pengertian pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hasbullah,1999:4).

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa pndidikan bisa diartikan sebagai berikut:

  1. Pendidiakan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan; peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.

  2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan perasaan yang berbeda.

  Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling memengaruhiguna terlaksananya proses pendidikan ( transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan-ketrampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).

  3. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan.

  4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  5. Pendidikan merupakan suatu pengalaman yang sedang dialami yang memberikan pengertian, pandangan (insight), dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkannya berkembang.

  Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa ada pengajaran, dan pengajaran tidak akan berarti jika tanpa diarahakan ke tujuan pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan usaha pembinaan pribadi secara utuh dan lebih menyangkut masalah citra dan nilai.

  Sedangkan pengajaran merupakan usaha mengembangkan kapasitas intelektual dan berbagai ketrampilan fisik (Suwarno, 2006:22-23).

  Syari‟at Islam tidak akan di hayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam denagn berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.

  Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnnya para Ulama cerdik dan pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka (Daradjat, 2011: 28).

  Dalam al- Qur‟an juga dijelaskan arti pendidikan seperti dalam surat Al-

  A‟alaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut:

               

َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

           ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

  Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu lah

yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui (Depag, 1982:1079).

  Menurut Yusanto, (2004: 11) secara faktual, pendidikan melibatkan tiga unsur pelaksana yaitu: sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di sekolah guru mempunyai peranan ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Dalam proses pembelajar, tugas utama guru tenaga pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotorik melalui transpormasi pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan, dan dan keterampilan. Sebagai pendidik guru membantu mendewasakan anak-anak secara psikologis, sosial, dan moral. Secara subtansial, guru selain sebagai pengajar dan pendidik juga mempunyai tanggungjawab dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode atau strategi pembelajaran.

  Dalam pengelolaan kelas dan penggunaan metode pembelajaran, guru di tuntut untuk kreatif dan inovatif karena gurulah yang tahu secara pasti situasi dan kondisi kelas, serta keadaan peserta didik dengan berbagai latar belakang sosialnya, menurut Muslich (2007: 73) bahwa kemampuan siswa dalam satu kelas tentu beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang kurang. Sehubungan dengan keragaman kemampuan tersebut, guru perlu mengatur secara cermat, kapan siswa harus bekerja secara perorangan, secara berpasangan, secara kelompok, dan secara kelasik. Oleh karena itu, maksimalisasi fungsi dan peran guru akan berimplikasi pada perbaikan dan peningkatan dari aspek proses pembelajaran, yang salah satu tolak ukurnya berupa peningkatan prestasi belajar siswa.

  Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan inti kegiatan dalam proses pendidikan. Segala sesuatu yang belum di programkan akan di laksanakan dalam proses belajar mengajar yang melibatkan semua komponen pembelajaran dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah di tetapkan dapat tercapai. Salah satu komponen pembelajaran selain guru adalah pengunaan metode pembelajaran. Salah satu tujuan penggunaan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah siswa diharapkan dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru selain itu, metode pembelajaran memiliki korelasi yang sangat esensial terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang dapat memacu keiginan tahuan siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar akan memberi peluang besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran (Roestiyah 2001: 136).

  Yang di maksud dengan metode pendidikan ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas.

  Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang di maksud di sini mencakup juga metode mengajar. Metode itu banyak sekali, dan akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-teori pengajaran. Untuk kepentingan pengembangan teori-teori pendidikan islam, masalah metode mengajar tidaklah terlalu sulit. Metode-metode mengajar yang dikembangkan dapat saja digunakan atau di ambil untuk memperkaya teori tentang metode pendidikan islam (Tafsir,1992:131).

  Pada dasarnya, metode pendidikan islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan kaum mukminin dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk Ilahi dan konsep-konsep peradapan Islam (An- Nahlawi,1995:204).

  Metode yang dianggap paling penting dan menonjol adalah metode melalui dialog Qur‟ani dan Nabawi. Bentuk dialog dalam Al-Qur‟an dan sunnah sangat variatif. Namun, bentuk yang paling penting adalah dialog khitabi (seruan Allah) dan ta‟abbudi (penghambaan terhadap Allah), diaolog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, serta dialog nabawiah.

  Kejelasan tentang aspek-aspek dialog ditujukan agar setiap pendidik dapat memetik manfaat dari setiap bentuk dialog tersebut dan dapat mengembangkan afeksi,penalaran, dan perilaku ketuhanan anak didik. Selain itu, seorang pendidik dapat memanfaatkan dialog untuk melengkapi metode pengajaran ilmu-ilmu lainnya (An- Nahlawi,1995:205-206). Dalam al-

  Qur‟an surat As-Shaffat ayat 102

  َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

               

  َ َََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ             

  Artinya

  : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-

sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam

mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia

  menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar" (Depag, 1982:

  726).

  Berdasarkan dari pembahasan di atas penulis memutuskan untuk meneliti dengan judul sebaga i berikut “METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM

  SURAT ASH- SHAFFAT AYAT 102”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana metode pendidikan islam dalam surah As-Shaffat ayat 102? 2. Bagaimana implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui metode pendidikan islam yang terkandung dalam al-Qur‟an surat as-Shaffat ayat 102

2. Mengetahui implementasi metode pendidikan dialog dalam pendidikan Islam D.

   Manfaat Penelitian

  Adapun beberapa manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Harapan dari penulis adalah agar dapat bermanfaat dalam menjelaskan metode pendidikan islam dalam telaah surat As-Shaffat untuk dijadikan pegangan para pengajar maupun para pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik supaya dalam proses pembelajaran tidak menimbulkan rasa kejenuhan dan mencapai kelancaran dalam proses pembeljaran tersebut.

  2. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pendidikan, terutama mengenai metode pendidikan islam dalam al- Qur‟an surat as-Shaffat ayat 102.

3. Penelitian ini ada implementasi dengan pengajaran khususnya program Studi

  Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literature atau bacaan tentang metode pendidikan islam dalam al- Qur‟an surat As-Shaffat ayat 102.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka ( library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1983: 3).

  Penelitian tersebut dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, bahwa jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode

  library research. Dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik yang

  primer maupun yang sekunder, di cari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel, dan jurnal) (Kuswaya, 2009: 11).

2. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data- data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, jurnal dan sebagainya (Suharsimi,1993:234).

  Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah: a. Sumber data primer

  Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data secara langsung dari sumber asli yaitu

1. Tafsir Al-Qur‟anul Karim

2. Tafsir Al-Misbah 3.

  Tafsir Al-Maraghi b. Sumber data sekunder

  Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Sumber data sekunder di ambil dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnyayang berhubungan dengan judul sekripsi ini

3. Metode analisis data

  Guna mencari permasalahan yang ada di atas, penulis menggunakan metode tahlily. Metode tahlily adalah metode kajian al- Qur‟an dengan menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat al-

  Qur‟an sebagaimana tercantum dalam mushaf, kemudian segi yang dianggap perlu diuraikan bermula dari kosa kata, asbab al-

  nuzul, munasabah dan penafsiran dari ayat tersebut (Sihab, 1994: 86).

  Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas asbabun nuzul jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dari hadis (Budihardjo, 2012: 132).

F. Penegasan Istilah 1.

  Pendidikan Pendidikan ialah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

  Definisi pendidikan bisa dilihat dari dua sudut pandang, yakni pendidikan menurut sudut pandang luas dan sudut pandang sempit. Menurut sudut pandang yang luas, pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti itu berlangsung di dalam segala jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan. Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu memengaruhi pertumbuhan individu, sosial, dan religius, sehingga menjadi manusia seutuhnya, manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan setempat. Sedangkan pendidikan menurut sudut pandang yang sempit adalah seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal ini, pendidikan menurapakan suatu usaha sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh institut persekolahan untuk membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang eksistensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan kehidupan yang selalu muncul (Suhartono, 2008: 43-46).

  Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan bisa dipahami sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus-menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan menujuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Ahmadi, 2014: 38).

2. Metode

  Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu

  Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani yaitu

  “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata , yaitu “metha”

  yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Inggris dikenal term method dan way yang dterjemahkan dengan metode dan cara, dan dalam bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata seperti kata Al-thariqah, Al-manhaj, dan Al-wasilah. At-thariqah berarti jalan, Al-manhaj berarti sistem dan Al-wasilah berarti mediator atau perantara. Dengan demikian, kata Arab yang paling dekat dengan arti metode adalah Al-Thariqah.

  Metode juga dapat diartikan sebagai seperangkat cara, jalan dan tehnik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam Silabi Mata Pelajaran (Ramayulis, 2008: 4).

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam memahami isi dan kajian skripsi ini, maka penulis memaparkan sistematika yang terbagi menjadi lima bab beserta penjelasan secara garis besar isi per babnya.

  Bab I Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan sekripsi.

  Bab II Bab ini membahas tentang telaah Qur‟an surat as-Shaffat ayat 102.

  a.

  Redaksi dan Mufrodhat b.

  Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat c. Munasabah

  Bab III Bab ini menguraikan tentang konsep pendidikan Islam a. Pengertian pendidikan islam b. Dasar-dasar pendidikan Islam c. Tujuan pendidikan Islam d. Metode pendidikan Islam

  Bab IV Dalam bab ini berisi analisis tentang metode pendidikan islam dalam surat as-Shaffat ayat 102 dalam perspektif islam yang berisi: a.

  Metode pendididkan islam dalam surat as-Shaffat ayat 102 b. Implementasi Metode Pendidikan Dialog dalam Pendidikan Islam

  Bab V Merupakan bab penutup yang menghasilkan kembali ringkasan sekripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran.

BAB II TELAAH AL- QUR’AN SURAT AS-SHAFFAT AYAT 102 A. Redaksi dan Mufrodhatnya

  

َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

               

  َ َََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ             

  

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-

sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar "(Depag,1982: 724).

  Mufrodhat (kosa kata). berasal dari kata yang artinya samapai,

  غلب اغولب غلبي غلب - –

  menyampaikan, mendapat, baligh, masak (Yunus, 1989: 71). Jadi kata

  غلب

  diartikan dengan seorang anak yang telah berumur dewasa secara biologi mapun akal karena sudah bisa beragumen. berasal dari kata yang artinya bekerja , berjalan

  يعس ايعس يعسي يعس

  • – -

  dan berlari (Yunus, 1998: 171). Juga bisa berarti bertindak, berbuat,

  لمع

  berusaha (Munawwir, 1984: 634). Jadi diartikan sebuah gambaran tentang

  يعس

  ciri bahwa seseorang telah dewasa sudah bisa bekerja membantu menafkahi keluarga. berasal dari kata yang berarti

  ىءز ةيؤز اي ءز ىسي ىءز - – –

  memperlihatkan pendapat, pikiran, bermimpi (Yunus, 1998: 136). Merupakan kata kerja (masa kini dan datang) ini untuk mengisyaratkan bahwa apa

  عزاضم

  yang beliau lihat itu seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampaian itu (Shihab, 2003: 63). Jadi maksud dari penggunaan kata ini adalah untuk membantu sesuatu yang terjadi seakan-akan masih terasa hingga saat ini. dari kata artinya menyembelih,

  حب ذ ات احب ذ \ احب ذ حب ري حب ذ – –

  memotong (Yunus, 1998: 133). Juga berarti menyembelih, membunuh, mencekik/menjerat leher sampai mati dan membelah atau memecahkan (Munawwir, 1984:441).

  Kata yang artinya saya menyembelihmu merupakan kata kerja

  كحب ذا

  (masa kini dan datang). Penggunaan bentuk tersebut untuk kata

  عزاضم

  menyembelihmu untuk mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi itu belum selesai dilaksanakan, tetapi hendaknya segera dilaksanakan.

  Karena itu pula jawaban sang anak menggunakan kata kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan bahwa ia siap, dan bahwa hendaknya sang ayah melaksanakan perintah Allah yang sedang maupun yang akan di terimanya (Shihab, 2003:63). berasal dari kata artinya melihat, merenungkan,

  سظن سظن ا سظن سظني – –

  memikirkan, mempertimbangkan (Munawwir, 1984: 1433). Terkait dengan ayat di atas merupakan sebuah kemampuan intelektual yang digunakan untuk

  سظن

  mempertimbangkan kemudian memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan hidup dan mati. dari kata diartikan bekerja lebih efektif atau

  لعفئ لعف لعفأ لاعف لعفي – –

  efisien, lebih berdaya guna (Ali dan Muhdlor, 2003: 176). Hal ini mengisyaratkan bentuk kepatuhan Nabi Ismail kepada Allah dan orang tuanya dengan mematuhi perintah. berasal dari kata yang berarti menyuruh

  سمأ - ازاما اسمأ – سمأي – سما (Yunus, 1989: 48). Juga bisa berarti memerintahkan (Munawwir, 1984: 38).

  Kata apa yang diperintahkan kepadamu, bukan berkata: sembelihlah aku,

   سمإت ام

  masih berkaitan dengan kata sebelumnya yakni hal tersebut adalah perintah Allah swt. Bagaimanapun bentuk, cara dan kandungan apa yang diperintahkan-Nya, maka ia sepenuhnya ia pasrah (Shihab, 2003: 63). Kalimat ini juga dapat merupakan obat pelipur lara bagi keduanya dalam menghadapi ujian berat itu. berasal dari kata yang artinya akan mendapatkan

  دجو ادجو دجي دجو - –

  sesuatu yang dimaksud (Yunus, 1989: 492). Maksudnya anak ini Ismail kelak akan menjadi orang yang ternama atas ketaatan dan kebaikannya.

  ا

  سبص سبص - سبصي سبص

  • berasal dari kata yang artinya sabar, tabah hati,

  berani (Yunus, 1998: 211). Juga bisa berati yang artinya menahan,

  سبح

  mencegah ( Munawwir, 1984: 760). Mengaitkan kesabarannya dengan kehendak Allah, sambil menyebut terlebih dahulu kehendak-Nya, menunjukkan betapa tinggi akhlak dan sopan santun sang anak kepada Allah swt, tidak dapat diragukan bahwa jauh sebelum peristiwa ini pastilah sang ayah telah menanamkan dalam hati dan benak anaknya tentang ke Esaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang indah serta bagaimana seharusnya bersikap kepada-Nya. Sikap dan ucapan sang anak yang direkam ayat ini adalah buah pendidikan tersebut (Shihab, 2003: 63).

B. Sebab Turunnya Surat Ash-Shaffat

  Al- Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ayat-ayat dalam Al-

  Qur‟an ada yang diturunkan tanpa sebab dan ada pula ayat-ayat yang diturunkan setelah terjadinya suatu peristiwa yang perlu direspon atau dijawab. Peristiwa atau persoalan yang melatar belakangi turunnya ayat itu disebut asbabun nuzul (Depag, 2009: 228).

  Asbabun Nuzul secara bahasa terdiri dari dua kata asbab dan nuzul, asbab

  bentuk jama‟ dari sabab yang berarti sebab, sedangkan kata nuzul berasal dari akar kata nazala-yanzilu-nuzulan yang artinya turun, menurunkan sesuatu (Budihardjo, 2012: 21). Sedangkan asbabun nuzul menurut istilah adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan Al-

  Qur‟an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Shihab, 2012: 3).

  Pengetahuan mengenai asbabun nuzul atau sejarah turunnya ayat-ayat al- Qur‟an sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin memperdalam pengertian mengenai ayat-ayat al-

  Qur‟an. Dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat, maka seseorang dapat menggambarkan situasi dan kondisi saat ayat tersebut diturunkan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terkandung di balik teks ayat tersebut. Adapun asbabun nuzul surah Ash-Ahaffat adalah sebagai berikut. Surat as-Shaffat adalah Makkiyyah, yakni turun sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Penulis tidak menemukan satu ayat pun yang dikecualikan. Namanya pun disepakati, yakni ash-Shaffat. Nama ini terambil dari awal kata pada surah ini. Memang kata yang serupa terdapat pada surah al- Mulk, tetapi kata tersebut bukan pada awal ayat, di samping itu surat ash-Shaffat turun sebelum surat al-Mulk (Shihab, 2003: 3).

  Ulama juga berbeda pendapat menyangkut cara turunnya ayat-ayatnya. Apakah semua turun bersama-sama secara berurutan sekaligus atau dalam waktu yang berbeda-beda. At-Tirmidzi meriwayatkan, bahwa sementara sahabat Nabi saw berbincang- bincang dan berkata: “Seandainya kita mengetahui amalan yang paling dicintai Allah, niscaya kami mengamalkannya.” Maka turunlah firman-Nya surat Ash-Shaff ayat 1 dan 2

  َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ

               

  َ َََ َ َ َ َ َ      

  

Artinya: Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja

yang ada di bumi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (1).

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang

tidak kamu kerjakan?(2).

  Al-Hakim, Ahmad, Ibn Abi Hatim dan ad-Darimi menambahkan, bahwa “Rasulullah saw membacanya ayat di atas kepada kami sampai pada akhirnya( akhir surat)”, dan dalam riwayat lain “semuanya”.

  Riwayat lain menyatakan bahwa ayat ke dua surat ini yang mengecam sementara kaum muslimin, turun setelah perbincangan yang di sebut di atas.

  Tujuan pertama surat ini menurut Thahir Ibn Asyur adalah peringatan jangan sampai mengingkari janji Allah dan keharusan melaksanakan tuntunan agama serta anjuran untuk berjihad fi sabilillah, tidak goyah dan berusaha meneladani al-Hawariyyun (teman-teman setia Nabi Isa as).

  Menurut Sayyid Quthub, surat ini mempunyai dua tujuan pokok yang sangat jelas di samping beberapa isyarat lain yang dapat dikembalikan kepada kedua tujuan pokok itu. Tujuan pertama adalah menetapkan dalam jiwa setiap muslim bahwa ajaran agamanya merupakan sistem hidup yang terakhir yang ditetapkan Allah swt. Tujuan yang kedua adalah perasaan seorang muslim tentang hakikat tersebut dan pengetahuaanya tentang kisah akidah Ilahiah itu dan peranannya di pentas bumi ini mendorongnya untuk memantapkan niat untuk berjihad dalam memenangkan agama ini sebagaimana yang dikehendaki Allah serta tidak berada dalam kebimbangan antara ucapan dan tindakan (Shihab, 2003: 185-186).

  Al Biqa‟i menyimpulkan bahwa tujuan utama surah ini adalah membuktikan akhir uraian surah Yasin yakni kesucian Allah dari segala macam kekurangan, serta kembalinya semua hamba Allah kepada-Nya untuk memperoleh putusan yang adil menyangkut perselisihan mereka, dan ini mengharuskan keesaan-Nya. Tujuan itulah menurut ulama ini yang diisyaratkan oleh nama surat ini yakni ash-Shaffat yaitu para malaikat yang melukiskan diri mereka di sini sebagai

  

“Sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf, dan sesungguhnya kami benar-

benar bertasbih ( kepada Allah)”.

  Surah ini merupakan surah yang ke 56 dari segi perurutan turunnya. Ia turun sesudah surah al-An ‟am dan sebelum surat Luqman. Di perkirakan ia turun pada akhir tahun keempat dari kenabian atau awal tahun kelima, karena surat Al-

  An‟am turun pada tahun keempat. Jumlah ayat-ayatnya menurut cara perhitungan mayoritas ulama adalah 182 ayat (Shihab,2003: 4).

  Sihab menuliskan dalam bukunya tentang surat Ash-Shofat juga merupakan surat yang ke 108 dari segi perurutan surah-surah al- Qur‟an. Ia turun sesudah surah At-Taghabun dan sebelum surah Al-Fath. Turunya setelah peristiwa perang uhud yang terjadi pada tahun ke-3 H. Jumlah ayat-ayatnya sebanyak 14 ayat (2003: 187).

  Jadi surat Ash-Shaffat terdiri atas 182 ayat termasuk golongan surat Makiyyah, diturunkan sesudah surat Al-

  An‟aam. Dinamai dengan Ash-Shaffat (yang bershaf-shaf) ada hubungannya dengan perkataan Ash-Shaffat yang terletak pada ayat permulaan surat ini yang mengemukakan bagaimana para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhannya yang bersih jiwanya, tidak dapat digoda oleh syaitan. Hal ini hendaklah menjadi i‟tibar bagi manusia.

  C.

  Munasabah

  Munasabah berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabah, kata tersebut

  bentuk tsulatsi mujarad dari nasaba yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munasabah berarti muqarabah atau kedekatan dan kemiripan.

  Hal tersebut dapat terjadi pada dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan dapat terjadi pada seluruh unsur-unsur atau pada sebagiaannya saja. Secara istilah

  munasabah adalah adanya kecocokan, kepantasan, keserasian antara ayat dengan ayat atau surah dengan surah, atau munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al- Qur‟an baik pada surat maupun pada ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).

  Munasabah juga dapat diartikan keterkaitan dan keterpaduan hubungan

  antara bagian-bagian ayat, ayat-ayat, surah-surah dalam Al- Qur‟an. Hal itu berarti bahwa ayat atau surah baru bisa dipahami dengan baik bila keterkaitan dan keterpaduan itu diperhatikan. Dengan demikian ungkapan tentang munasabah itu sifatnya ijtihadi, yaitu pendapat pribadi dari yang mengungkapkan sebagai hasil ijtihadnya (Depag, 2009: 242).

1. Munasabah ayat dengan ayat surat Ash-Shaffat

  Al- Qur‟an surah Ash-Shaffat ayat 102 memiliki munasabah ayat antara ayat-ayat sesudahnya.

  

               

            