NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI)

  NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI) Oleh :

UMI ROCHMATUL UMMAH 111 12 072 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

MOTTO

              

              

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat

menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

  (Q.S al- Ra’d: 11)”

Vi

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan do‟a restu, kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang serta memberikan dukungan baik moril maupun materiil 2. Suami tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan apapun dalam menyelesaikan skripsi ini dan yang selalu memberikan nasihat untuk selalu sabar dalam meraih kesuksesan 3. Bapak Prof. Dr. Budiharjo, M. Ag, yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

  4. Seluruh bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga, yang dengan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis

  5. Mbak Masruroh, Ika serta adik-adikku yang telah memberikan semangat serta terimakasih telah memberikan motivasi

  6. Teman-teman PAI B 2012 seperjuangan yang telah mengajari bagaimana meraih kesuksesan serta motivasi dan dukungan

  7. Teman-teman PPL SMK Muhammadiyah Plus Salatiga dan KKN 2016 yang telah mengajari bagaimana kehidupan yang sesungguhnya dan tanggung

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada junjungan nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing ummat pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan ilmunya dan cahaya kemulyaannya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “NILAI- NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL FURQON AYAT 63- 67”. Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah penulis lalui dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

  1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.

  3. Ketua Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

  4. Dosen pembimbing Bapak Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag. atas bimbingan, arahan

  5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Segenap keluarga tercinta yang memberikan semangat berupa moril, materil dan spirit untuk menyelesaikan pendidikan ini.

  8. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

  Akhirnya penulis hanya bisa berdo‟a, semoga amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan hanya Allah yang Maha Sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

  Salatiga, September 2017 Penulis

  Umi Rochmatul Ummah

  

ABSTRAK

  Ummah, Umi Rochmatul. 2017 Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al-Q ur‟an Surat al-Furqon Ayat 63-67. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Pembimbing: Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag

  Kata Kunci: Nilai-nilai Akhlak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah makna nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-Furqon ayat 63-67. Pertanyaan yang ingin diuraikan melalui penelitian ini adalah: 1). nilai-nilai pendidikan akhlak yang Allah ajarkan kepada manusia (Hamba yanga beriman) melalui wahyu surat al- Furqon ayat 63-

  67. 2). Bagaimana uraiaan para mufassir “yang telah penulis tentukan” membahas tafsir surat al-Furqon ayat 63-67. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), Yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Studi kepustakaan merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatu-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti Pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di bidang tafsir, pendidikan yang relevan dengan pembahasan ini, yakni dengan membaca, menganalisis dan dipahami untuk selanjutnya dituangkan ke dalam skripsi ini.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ahlak yang dapat diambil dan diamalkan oleh setiap muslim yang menghendaki kehidupan yang baik di dunia dan akhirat maka harus menjalankan yang Allah kehendaki dalam al-

  Qur‟an, setiap manusia yang beriman (

  mu‟min) harus mengamalkan nilai-nilai akhlak yang

  terkandung dalam surat al-Furqon ayat 63-67, sifat yang Allah jelaskan dalam ayat ini pertama setiap hamba Allah yang beriman hendaknya selalu memiliki sifat tawadhu‟ baik dalam menjaga dirinya sendiri maupun bersikap tawadhu‟ dalam bersosial, gambaran akhlak tawadu‟ yang sempurna telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, mengisi anugrah malam yang Allah berikan dengan memperbanyak sujud kepada Allah sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diterima, selalu memohon kepada Allah dengan do‟a-do‟a sebagai bentuk kepasrahan seorang hamba akan balasan yang dijanjikan Allah, menanamkan ketaqwaan (rasa takut) atas balasan yang kelak diberikan berupa neraka jahannam dan setiap hamba Allah yang beriman hendaknya mebelanjakan nikmat rizqi yang Allah anugerahkan dengan cara dan porsi

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i HALAMAN BERLOGO …………………………………….………………… ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………………. iv PENGESAHAN ………………………………………………………………… v MOTTO …………………………………………………………………………. vi PERSEMBAHAN ……………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… viii ABSTRAK ……………………………………………………………………… x DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1

B.

Rumusan dan Batasan Masalah……………………………………………. 8

C.

Tujuan dan manfaat Penelitian …………………………………………….. 8

D.

Metode penelitian ………………………………………………………….. 9

1. Jenis Penelitian ……………………………………………………….... 9 2. Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………………… 9

  E.

  

AnalisisData ……………………………………………………………….. 10

F.

Sistematika Penulisan Skripsi ……………………………………………. 11

BAB II KOMPILASI AYAT SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 A. Tafsir Al Furqon Karya Ahmad Musthofa Al Maraghy……………….. 14 B. Tafsir An-Nuur Karya Teungku Muhammad Hasbi

  ash- Shiddieqy………………………………………………………….. 20 C.

  

Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab …………………………. 23

BAB III MUNASABAH DAN ASBABUN NUZUL SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 A. Munasabah…………………………………………………………….. 35 1. Pengertian Munasabah……………………………………………… 35 2. Munasabah Antar Ayat…………………………………………….. 35 B. Asbabun Nuzul…………………………………………………………. 44 BAB IV PEMBAHASAN A. Tafsir Al Furqon Karya Ahmad Musthofa Al- Maraghi………………. 46 1. Sifat hamba Allah dalam Berjalan………………………………….. 46 2. Sifat Hamba Allah terhadap Orang jahil……………………………….. 47 B. Tafsir An-Nuur teungku Muhammad Hasbhi ash-shidiqqi……………… 47

1. Sifat hamba Allah dalam Berjalan …………………………………. . 47 2.

  Sifat Hamba Allah terhadap Orang jahil………………………………… 48 C. Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab…………………………….. 48 1.

  Sifat hamba Allah dalam Berjalan…………………………………… 49 2. Sifat Hamba Allah terhadap Orang jahil …………………………… 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islam adalah agama yang memberikan arti yang sangat penting bagi

  kehidupan manusia, Islam lahir ketika peradaban dunia dan umat manusia dalam keadaan yang sangat rendah, bahkan keaadaan itu begitu memprihatinkan baik dalam hubungan manusia dengan tuhan-Nya maupun dalam hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungan yaitu keaadaan yang digambarkan dengan zaman kegelapan dan kebodohan (zaman jahiliyah).

  Islam lahir dengan membawa dasar pokok yang menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia baik untuk masa itu maupun untuk masa yang akan datang, dasar pokok yang menjadi pedoman manusia tersebut yakni al-

  Qur‟an dan al-Hadits yang didalamnya menguraikan dengan jelas tentang moral atau akhlak dalam segala bentuk kegiatan manusia. Islam lahir dengan membawa tujuan pendidikan yang agung yaitu menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya.(Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1983: 28). Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Allah melalui nabinya yaitu nabi Muhammad saw selain sebagai suri tauladan bagi manusia yaitu dengan memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motifasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide pembentukan pribadi muslim itu. (Tim Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1983: 27 ) .

  Salah satu misi Muhammad yang diutus sebagai nabi dan rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia karena mulia atau tidaknya seseorang sangat bergantung kepada sejauh mana ia menampilkan dirinya dengan akhlak yang agung. (H.Ahmad Yani 2014: 8) sebagai “uswatun hasanah” bagi umat Islam apapun yang dilakukan oleh Rosulullah saw tidak akan salah apalagi bertentangan dengan tatanan kemaslahatan manusia, hal demikian dapat terjadi karena untuk sampai kearah penyempurnaan akhlak harus dilakukan secara bertahap dengan melaksanakan ajaran dan petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam al- qur‟an. Allah berfirman dalam al-Qur‟an surat al-Qolam ayat 4 :

       Artinya:Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

  Akhlak dalam Islam merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna dan menuntun umat kepada roda kehidupan yang dapat menghantarkan kepada kebahagiaan dan kesejahteraan, tujuan yang paling tinggi dari segala tingkah laku manusia menurut pandangan Islam adalah mendapatkan ridho dari Allah SWT. Sedangkan tuntunan dan petujuk dari semua ajaran yang dapat menuntun manusia menuju kebahagian dan kesejahteraan itu terkandung dalam memancarkan ajaran islam yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim yang menginginkan kehidupan sesuai yang di harapkan oleh ajaran agama islam itu sendiri. Allah berfirman dalam surat al-Ahzab 21 :

  

             

   

Artinya:” Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

  Nabi agung Muhammad saw merupakan suri tauladan bagi umat manusia yang segala sesuatu amaliyahnya hendaknya menjadi pedoman bagi umat muslim yang benar-benar beriman dan yakin akan kebenaran yang beliau sampaikan, kebenaran-kebenaran yang beliau sampaikan merupakan bentuk dari ilmu yang semuanya bersumber dari kitab Allah (al-

  Qur‟an). Kebenaran nabi Muhammad juga terdapat dalam firman Allah surat al-Kahfi ayat 110.

  

              

          

  Artinya :

  “ Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti

  

mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya (Al-

Kahfi:110)”.

  Nabi Muhammad sesungguhnya adalah manusia biasa yang diwahyukan untuk membawa al- Qur‟an dan diperintahkan untuk memberitahu para umatnya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Esa. Dalam hal ini selain kewajiban yang berhubungan langsung dengan Allah “HablumminAllah” sebagai wujud pengabdian seorang hamba dengan TuhanNya dengan melaksankan ibadah- ibadah yang merupakan kewajiban bagi setiap hamba yang mengharapkan balasan dan kedekatan dengan Tuhan, al-

  Qur‟an juga memberikan jalan atau pun kunci bagaimana seorang hamba dapat memperoleh kebahagiaan akhirat yang dapat di tempuh dengan beribadah atau beramal kebaikan kepada sesama.

  Nilai-nilai akhlak itu bersumber atau berasal dari Allah, bukan buatan manuasia. Allah telah mewahyukan Qur‟an yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang mulia kepada Nabi Muhammad saw.,yang kemudian penjelasannya dipaparkan kepada sunnah Nabi saw. Nilai-nilai akhlak dan pendidikan akhlak bagi muslim berdiri diatas tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Motif dalam diri manusia adalah persoalan yang tumbuh dalam dirinya. Kenyataan bahwa pribadi muslim bertanggung jawab di hadapan Allah atas semua yang diucapkan dan yang dikerjakan. Dalam al Qur‟an telah dijelaskan dalam surat al Mudatstir ayat 38 yang berbunyi :

  Artinya :

  “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya” ( Q.S. Al Mudatstir : 38)

  Oleh karenanya, sesungguhnya tantangan generasi mendatang merupakan tantangan generasi yang teramat berat dan dilematik, pada satu sisi kemajuan teknologi akan memberikan banyak kemudahan dan kesejahteraan baru bagi manusia. Akan tetapi, kemajuan zaman dan teknologi juga seringkali membuat lupa dengan tujuan penciptaan manusia yang hendaknya menjadi hamba yang selalu bertaqwa kepada Allah.

  Globalisasi telah menikung manusia. Kita bahkan miris dengan generasi muda Islam, yang sebagian besar telah terpengaruh dengan budaya global yang negatif, bebas dari nilai-nilai dan hanya mengejar kesenangan duniawi. Mereka telah meninggalkan nilai-nilai moralitas Islam. Mereka terperosok dalam hedodis (kesenangan dunia) dan melupakan religiusitas dan spiritualias. Padahal untuk menggapai segala kenikmatan yang hakiki dan terhindar dari kemurkaan Allah harus berahlakul karimah “ Akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan itu sedemikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syari‟ah maka ini disebut amal yang baik dan kebiasaan yang baik (M. Abul Quasem, 1988: 81).

  Dengan kembali pada tujuan “ tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai, dengan melalui proses dan pembiasaan serta tujuan pendidikan bukanlah suatu suatu benda yang bersifat tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang ( Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN ; 1982/1983: 28), dengan demikian maka setiap tujuan menjalani kehidupan ini harus disandarkan pada tuntunan dan pedoman seorang muslim yakni al- Qur‟an.

  Al Qur`an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka, yang in gin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Kandungan al Qur`an berhubungan dengan hal-hal keimanan, ilmu pengetahuan, kisah- kisah, filsafat, peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup man usia, baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

  Dapat dikatakan bahwa dalam al Qur`an termuat seluruh aspek pendidikan secara universal. Salah satu aspek pendidikan yang perlu dikembangkan termuat dalam surat al Furqan pada kelompok ayat-ayat terakhir.

  Kelompokayatinidimulai dari ayat ke 63 hingga 67 menampilkan ”ibadur

  

rahman”dengan sifat yang istimewa dan karakteristik khusus bagi hamba Al

lah.

  Sehingga sifat-sifat mereka inilah yang menjadi contoh hidup yang realistis bagi manusia yang dikehendaki islam. Sejalan dengan firman Allah yang Mereka adalah orang-orang yang keperibadianya baik, akhlak dan prilakunya baik baik terhadap sesame umat Islam. Selain berintraksi dengan sesamnay diwaktu siang mereka juga menunjukkan ketakwaanya di waktu malam, seperti halnya mengerjakan sholat malam. Kesadaran dalam bentuk pengabdian mereka wujudkan dengan ketaatan terhadap hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Ketaatan itu membawa mereka untuk selalu dekat dengan kebaikan dan pintu taubat.Sebagaimana telah banyak diketahui bahwa singkatnyapelaksanaan pendidikan bertujuan agar tercapai aspek manusia seutuhnya, yang berakhlak mulia, mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat serta dimulai dengan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada- Nya. sifat agung itulah yang sebenarnya ingin diwujudkan dandikembangkan dalam proses pendidikan. Hal ini terlihat dari perkataan Al Ghazali bahwa pendidikan dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri k epada Allah dan kesempurnaan insani dan mengarahkan manusia untuk me ncapai tujuan hidupnya yaitu bahagia dunia dan akhirat. Selain Al-Ghozali, masih banyak pula tokoh-tokoh pendidikan yang mengemukakan tujuan pendidikan yang hakiki. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk membahas dan mendalami tentang nilai-nilai pendidikan akidah dan akhlak seorang muslim untuk mencapai dan mendapat gelar “‟ibadurrahman” yang tertuang dalam surat al-Furqon ayat 63-67 tersebut dalam bentuk skripsi.

  Selain itu juga aplikasinya dalam menjalani kehidupan yang tidak hanya berorientasi pada keduniaan saja melainkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Maka penulis akan membahasnya dengan judul “ NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-

  QUR‟AN SURAT AL-FURQON AYAT 63-67 B.

   Rumusan dan Batasan Masalah

  Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana isi kandungan surat al-Furqon ayat 63-67 ? 2.

  Bagaimana isi kandungan surat al-Furqon ayat 63-67 menurut para mufassir dalam nilai pendidikan dan akhlak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian ini adalah : a.

  Penulis ingin mengetahui isi kandungan surat al-Furqon ayat 63-67.

  b.

  Penulis ingin mengetahui isi kandungan surat al-Furqon ayat 63-67 menurut para mufasir dalam nilai pendidikan dan akhlak.

2. Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah : a.

  Manfaat teoritis: Menambah wawasan dan referensi keilmuan penulis tentang nilai-nilai pendidikan dan akhlak dalam al-

  Qur‟an. Secara praktis pembahasan ini diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu pedoman dan acuan dalam penerapan nilai-nilai pendidikan dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari sesuai pedoman al- Qur‟an.

D. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data dari pendapat para ahli yang dituangkan dalam buku-buku, istilah ini biasanya disebut

  library research (penelitian pustaka). Yaitu mengadakan penelitian dengan

  cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Studi kepustakaan merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatu-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985:111). Pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di bidang tafsir, pendidikan yang relevan dengan pembahasan ini, yakni dengan membaca, menganalisis dan dipahami untuk selanjutnya dituangkan ke dalam skripsi ini.

2. Tehnik Pengumpulan Data

  catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto Suharsimi, 2010:274).

  Dikarenakan metode ini bersifat library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua, yaitu : Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari sumber primer dan sekunder.

  a.

  Sumber primer dalam penulisan ini adalah al-Qur‟anul Karim yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu surat al-Furqon ayat 63-67 dan berbagai pendapat para mufasir.

  b.

  Adapun sumber sekundernya adalah tafsir-tafsir al-Qur‟an yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak dan buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan skripsi.

E. Analisis Data

  Dalam menganalisis data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode Muqaran. Metode Muqaran adalah metode tafsir al- Qur‟an dengan cara membandingkan ayat dengan ayat yang lain, yaitu ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua masalah atau lebih, atau kasus yang berbeda dan yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah yang sama, atau membandingkan ayat-ayat dengan hadits-hadits yang tampak bertentangan

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

  Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, analisis data dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : KOMPILASI AYAT Merupakan pemaparan hasil penelitian yang berupa telaah terhadap Q.S al-Furqon ayat 63-67 yang meliputi pembahasan dari para mufassir yang telah ditentukan

  BAB III : MUNASABAH DAN ASBABUNNUZUL SURAT AL- FURQON AYAT 63-67

  Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan munasabah dan asbabunnuzul antar ayat tafsir surat al-Furqon ayat 63-67 dengan ayat-ayat pada surat yang berkaitan dengan tema pembahasan

  BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan diuraikan tentang analisis dari setiap ayat yang dikemuakakan oleh masing-masing mufassir yang kemudian ditarik kesimpulan dari tema pembahasan tentang nilai akhlak yang terkandung dalam ayat tersebut.

  BAB V : PENUTUP Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke V akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek penelitian serta daftar pustaka.

BAB II KOMPILASI AYAT SURAT AL-FURQAN AYAT 63-67

  

          

                       

  

            



  Artinya :

  63. Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang

  berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

  

64. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan

mereka.

  

65. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari

kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".

  

66. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat

kediaman.

  

67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak

berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah- tengah antara yang demikian.

A. TAFSIR AL FURQON KARYA AHMAD MUSTOFA AL- MARAGHY

  

        

   

  Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-

  orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang- orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

  Pada hamba Allah yang berhak menerima ganjaran dan pahala dari Tuhanya ialah orang yang berjalan dengan tenang dan sopan, tidak menghentak-hentakkan kaki maupun terompahnya dengan congklak dan sombong.

  Diriwayatkan bahwa Umar r.a melihat seorang budak berjalan dengan sombong. Umar berkata, “ sesungguhnya berjalan dengan sombong itu adalah berjalan yang dibenci, kecuali jika dilakukan di jalan Allah. Sesungguhnya A llah telah memuji beberapa kaum.” Lalu dia membaca : wa „ibadur-

  rahmanil- Lazzina yamsyuna „alal-ardi haunan,” maka bersikaplah sederhana dalam kamu berjalan.”

  Mengenai gambaran nabi saw, dikatakan, apabila tergelincir beliau mengangkat kakinya dengan kuat, beliau melangkah dengan sedikit condong kedepan, berjalan dengan halus dan tenang, langkahnya lebar, dan apabila berjalan, seakan ia sedang berada pada jalan yang menurun, yakni, beliau mengangkat kakinya dengan cepat dan melebarkan langkahnya, berbeda dengan orang yang berjalan dengan menyombongkan diri, semua itu beliau lakukan dengan halus dan pasti tanpa tergesa-gesa, karena itu dikatakan, seakan beliau berjalan pada jalan yang menurun. Demikian dikemukakan oleh Al- qodi „iyad di dalam Asy-Syifa‟.

  Ringkasan: mereka tidak sombong, tidak ingin meninggikan diri, tidak pula ingin mengadakan kerusakan di muka bumi.

        Artinya :” dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-

kata (yang mengandung) keselamatan”

  Jika mereka disapa oleh orang-orang bodoh dengan perkataan yang buruk, mereka tidak membalasnya dengan perkataan yang serupa, tetapi memberi maaf dan hanya mengatakan yang baik, Rasulullah saw., jika meNdapat perlakuan yang kasar dari orang yang jahil, hali itu membuat beliau semakin penyantun,

  Hasan al-Basri mengatakan, mereka adalah para penyantun yang tidak Sungguh malam yang paling baik, mereka meneguhkan keimanan dan mengalirkan air mata, memohon kepada Allah agar dimerdekakan dari perbudakan.

  Ibnu „Arabi mengatakan, ketika itu kaum muslimin belum diperintahkan untuk mengatakan salam kepada kaum musyrikin, beliau pula dilarang untuk itu, tetapi mereka disuruh untuk memberi maaf dan membiarkan perlakuan pada seorang jahil secara baik. Rasulullah saw. Bisa berada ditempat-tempat pertemuan kaum musyrikin; beliau memberikan salam kepada mereka dan mengadakan pendekatan kepada mereka tanpa merayu-rayu.

  Setelah mengemukakan mereka terhadap sesaman makhluk, selanjutnya Allah mengemukakan hubungan mereka dengan-Nya.Orang- orang yang bermalam dengan sujud dan berdiri untuk ibadah kepada Tuhan- Nya; yakni mereka menghidupkan seluruh malam atau sebagianya dengan shalat.

        Artinya: Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.

  Diungkapkanya ibadah dengan bangun malam secara khusus, karena salat isya‟ berarti ia telah bermalam dengan bangun bersujud kepada Allah. Al-

  Kalbi mengatakan, barang siapa mengerjakan shalat dua raka‟at setelah shalat Magrib dan emp at raka‟at setelah Isya‟ berarti ia telah bermalam dengan bangun bersujud kepada Allah.

  Serupa dengan ayat tersebut ialah firman Allah dalam ayat-ayat berikut: 

  

          



  Artinya : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka dengan penuh rasa takut dan harap, serta

  selalu berdoa kepada Rabbnya mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan.(As-sajdah,32:16)

  

            

  Artinya: “Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.Dan

  selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar (Az-zariat,51: 17- 18 )

  Mereka Memohon Dipalingkan Dari Azab

       Orang-orang yang memohon kepada Allah agar dia memalingkan mereka dari azab jahannam dan penderitaannya yang sangat keras.

  Di sini Allah memuji mereka, sekalipun mereka telah bergaul dengan baik dengan sesama makhluk dan sungguh-sungguh beribadah dengan sang Khaliq yang tidak mempunyai sekutu, namun mereka senatiasa takut kepada azab-

  Nya dan berdo‟a agar dia memalingkan mereka darinya, tidak menumpukkah harapan pada amal yang telah mereka lakukan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:

  

             Artinya: “ Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka

berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya

mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Al- Mu‟minun, 23:60)

  Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan

untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian

(sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka

kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

  Kemudian Allah mengemukakan dengan dua alasan mengapa mereka mengajukan permohonan itu :

        Karena azab jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal dan kerugian yang pasti

       Artinya: Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.

  Karena, jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat tinggal dan tempat menetap. Mereka mengatakan demikian berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka adalah orang yang paling tahu tentang besarnya apa yang mereka mohon, maka hal itu lebih memudahkan mereka agar memperolaeh apa yang mereka inginkan.

  Setiap Yang Berhutang Akan Meninggalkan Hutangnya Kecuali Yang berhutang Jahannam Hasan mengatakan, mereka telah mengetahui betul bahwa setiap yang berhutang akan lepas dari hutangnya, kecuali orang yang berhutang jahannam.

  Muhammad bin Ka‟ab mengatakan Allah ta‟ala menyuruh mereka untuk membayar harga surga di dunia tetapi mereka tidak membayarnya maka dia mengambil pembayaran itu dan memasukkan mereka ke dalam neraka.

              Artinya :”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),

  Orang-orang yang tidak berlaku mubadzir didalam mengeluarkan nafkah, maka tidak mengeluarkanya lebih dari kebutuhan, tidak pula kikir terhadap diri mereka dan keluarga mereka sehingga mengabaikan kewajiban terhadap mereka tetapi mereka mengeluarkanya secara adil dan pertengahan dan sebaik-baik perkara adalah yang paling pertengahan.

  Yazid bin Abu Habib mengatakan, mereka adalah para sahabat, Muhammad saw yang tidak memakan makanan untuk bersenang-senang dan berenak-enakan tidak pula mengenakan pakaian untuk keindahan, tetapi mereka makan untuk menutupi kelaparan dan menguatkan mereka dalam beribadah pada Tuhan, serta mengenakan pakaian untuk menutupi aurat dan melindungi mereka dari panas serta dingin.

  B.

  

TAFSIR AN-NUUR KARYA TEUNGKU MUHAMMAD HASBHI ASH-

SHIDDIEQY             

  Artinya: “ Dan hamba-hamba Allah yang Rahman itulah yang berjalan dimuka bumi dengan lemah lembut.”

  Hamba-hamba Allah yang benar- benar mu‟min adalah mereka yang memperlihatkan sikap sombong dan congkak (arogan), dan bergaul dengan sesama secara akrab dan ramah.

  Hal ini tidak memberi pengertian bahwa kita harus berjalan seperti orang sakit berjalan, berpura-pura tunduk dengan maksud memperlihatkan kesalahan diri. Tetapi yang dimaksud adalah berjalan dengan tidak memperlihatkan sikap congkak dan takabur (besar kepala).

  Inilah sifat pertama dari sifat hamba Allah yang mukhlis (ikhlas). Yang berhak menerima pembalasan dan pahala dari Allah.

       

  Artinya: ” dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka

  mengucapkan kata-kata (yang mengandung ) keselamatan.”

  Jika mereka diganggu oleh orang-orang yang tidak berakal, mereka menyambut gangguan (godaan) itu dengan cara yang baik dan simpatik, yaitu dengan ucapan yang mengandung perdamaian. Tegasnya, mereka memberi maaf. Ini adalah sikap yang kedua

  

       

  Artinya: “ Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan

  berdiri untuk Tuhan mereka.”

  Mereka yang bersembahyang pada malam hari, baik bersembahyang pada seluruh atau sebagian malam. Dikhususkan “ibadah malam” disini karena ibadah malam jauh dari sikap riya‟.

  Ulama‟ salaf berkata : “ ayat ini mengandung pujian kepada orang yang melakukan sembahyang malam dengan hati yang ikhlas untuk memperoleh keridhoan Allah yang mulia.”inilah sifat yang ketiga.

              

  Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab

  Jahannam dari kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.”

  Hamba-hamba Allah yang benar-benar beriman senantiasa dalam ketakutan dan tidak merasa aman terhadap ancaman Allah. Maka, senantiasa mereka menyebut nama Allah, mereka takut kepada azab-Nya, dan selalu memohon: “wahai tuhan kami, palingkanlah kami dari azab jahannam yang disediakan untuk orang- orang durhaka.” Inilah sifat keempat.

  Allah selanjutnya menerangkan sebab-sebab, mengapa para mukmin yang benar mengemukakan seperti itu.

        Penyebab pertama, karena azab neraka adalah azab yang terus menerus melekat, tidak sedikitpun dapat terpisah, dan bahkan membinasakan.

      

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR‟AN (TELAAH SURAT „ABASA AYAT 1-10) SKRIPSI

0 0 92

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

NILAI-NILAI MIN AL-DHULUMAT ILA AL-NUR DALAM NOVEL PESANTREN IMPIAN KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 140

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 111

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 3 104

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM ALQUR’AN SURAT AL-INSAN AYAT 24 DAN SURAT AS-SYUURA AYAT 43 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 100

NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TAFSIR SURAT AT-TAUBAH AYAT 71 DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 126

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

1 1 91

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN PENERAPANNYA DALAM PAI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 2 105