DAFTAR ISI - DOCRPIJM de4abad86b BAB IIIBAB III OK FINAL

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

DAFTAR ISI
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan
Ruang ................................................................................................. 1
3.1.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya .................................................... 1

3.1.2

Arahan Penataan Ruang .............................................................................. 11
Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Khususnya
Untuk Bidang Cipta Karya ............................................................................ 37
Arahan RTRW Kawasan Strategis Nasional ................................................. 37
Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. ............................ 38
Arahan kepentingan penetapan KSN .......................................................... 38
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang .............................. 40
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) ........................................................................................................ 44
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) .................................................................. 45


3.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ........................ 46
Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah................................................... 54
3.2

RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA ......................... 62

3.2.1

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ........................................ 62

3.2.2

Pengembangan Kawasan (RPKPP) ............................................................... 63

Strategi Pembangunan Kabupaten / Kota ......................................................... 64
Strategi Pembangunan Kawasan ..................................................................... 64
3.2.3 Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten Minahasa Utara ................................. 64
3.2.4 Strategi Sanitasi Kota (SSK) ............................................................................... 65
Kerangka Pengembangan Sanitasi ................................................................... 65

Visi dan Misi ............................................................................................... 65
Sektor Persampahan .................................................................................................. 76
Aspek Higiene/ Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ............................................ 80

i

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
❖ Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula
memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN,
pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015- 2019) ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini
untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap
sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025
dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing
perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui
terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama
pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air
minum & sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan
meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses
100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu
semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan
infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung
pembangunan pertanian

1

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA


Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

❖ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah
hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan
dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode
2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan
landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat
dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah
menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun
demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan
kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan
berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial,
serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang
berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya
manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar
sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara

manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk
tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

2

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019
adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan
ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk
mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019
adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk
mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar
(perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi
untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal

perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan
peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada
tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang
layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses
terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam
rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga
air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya

keamanan


dan

keselamatan

bangunan

gedung

termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan
Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak

3

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA


pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan
pembangunan di luar Pulau Jawa;
2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7
kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan
kontribusi ekonomi;
3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI
yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang
diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta
menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;
4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau
kawasan

perkotaan

metropolitan

yang


diperuntukkan

bagi

masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer)
urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;
5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

❖ Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya
Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya
diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal
Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan
Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,

pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan.

4

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman,
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan

drainase lingkungan serta persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman,

pembinaan

penataan

bangunan,

pengembangan

sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan
permukiman,

pembinaan

penataan

bangunan,

pengembangan

sistem

penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan
drainase lingkungan serta persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta
Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat
melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem,
Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan
memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi
Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada
Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan
teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan
masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

5

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan
dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta
Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan
(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi,
penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat
peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan
perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi.
Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring
dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini
didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan
kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang
Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan
infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan
nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan
dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
terbangun.
6

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola
pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah,
yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu
diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu,
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan
kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung
pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan
wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung
keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh

7

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS
yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan
amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan
konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime
Tabel 3.2 Pengelompokan WPS

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis
Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau
Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur
dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: KintamaniDanau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk,
Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting
dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan
Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).
Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas
(KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau
Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban,
Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau
Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP
Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).
Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/
Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau JawaBali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau

8

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN);
Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah
(pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati,
Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan
Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas);
Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan
Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar,
Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan
Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).
Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program
Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya
mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta
Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi
yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik
kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan
arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang
Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi
Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka
mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui
perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang
Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan,
kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM
bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No
6/SE/DC/2014.
Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang
signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai
Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun.
Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta
Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan),
mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan
maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan

9

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat
berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.
Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para
pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung
tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan
komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada
periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam
2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS
maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga
dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan.

Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap
porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan,
meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019
untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan
partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 1000-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu
juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:
❖ Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak
layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
❖ Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan
penanganan kawasan rawan genangan;
❖ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan
dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan
permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;
10

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
❖ Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
❖ Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;
❖ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;
❖ Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman
nelayan/pesisir dan pulau terluar;
❖ Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan
berdasarkan RTRW dan RDTR;
❖ Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan
kawasan perbatasan
3.1.2 Arahan Penataan Ruang


Arahan RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
d. Perwujudan

keterpaduan, keterkaitan, dan

keseimbangan

perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

11

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya, dan/atau
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihanmiliter, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
ii. Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

12

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
c) memiliki sumber daya alam strategis nasional
d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f)

berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
g) rawan bencana alam nasional
h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan

13

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA


Arahan RTRW Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari
RTRWN.
a.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup
arahan

pengembangan

kawasan

lindung dan

budidaya,

serta

arahan

pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
b.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan
wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c.

Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

❖ Tujuan Penataan Ruang Pulau Sulawesi
a. pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber
daya kelautan dan konservasi laut;
b.

lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung
pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi;

c.

pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi;

d.

pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau
Sulawesi;

e.

pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

f.

kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang
berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan
keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan
masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup;

g.

jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar
wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

h.

kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan

i.

kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit
40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi
ekosistemnya.

14

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA


Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sulawesi

1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis
keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut,
2) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global
3) Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan dengan memperhatikan
potensi lestari
4) Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman
hayati tinggi
5) Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau
Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi
6) Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung
yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan
ketahanan pangan nasional
7) Strategi untuk pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk
meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung
8) Strategi untuk pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan
9) Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian
tengah Pulau Sulawesi
10) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industry
pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi
dan ramah lingkungan
11) Strategi untuk pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan
12) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi,
serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi
13) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi
yang ramah lingkungan
14) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, aspal,
panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup
15) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi dan pameran

15

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

16) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
17) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi dan pameran
18) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan
dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara
Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan
keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup
19) Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan
kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup
20) Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) pulau kecil terluar yang
meliputi Pulau Lingian, Pulau Salando, Pulau Dolangan, Pulau Bangkit (Bongkil),
Pulau Mantewaru, Pulau Makalehi, Pulau Kawalusu, Pulau Kawio, Pulau Marore,
Pulau Batu Bawaikang, Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau
Kakarutan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia
21) Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat
meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka
keterisolasian wilayah
22) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk
meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah
23) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan
aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi,
termasuk pulau-pulau kecil
24) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi
dan adaptasi bencana
25) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan wilayah pesisir
yang rawan bencana
26) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pada kawasan
rawan bencana
27) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung yang
bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas pulau
Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya

16

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

28) Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan
berfungsi lindung yang terdegradasi
29) Strategi untuk pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu
kawasan berfungsi lindung
30) Strategi untuk pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi
konservasi
Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi yaitu:
➢ Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang
Arahan pengembangan Pola Ruang
A. Rencana Kawasan Lindung
Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara seluas 701.855 Ha
meliputi:
1) Kawasan hutan lindung;
2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa
kawasan resapan air;
3) Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka
alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam
laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
5) Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan
gelombang pasang, kawasan rawan gerakan tanah dan rawan banjir;
6) Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi dan kawasan rawan
bencana alam geologi.
7) Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau cakupan yang luas
(DPCLS).
Adapun kawasan lindung meliputi:
a.

Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung seluas 162.099 adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun

17

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung meliputi:
a.

Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow
Selatan, Bolaang Mongondow Utara, dan Kotamobagu;

b. Minahasa;
c.

Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara;

d. Minahasa Utara;
e.

Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

f.

Kepulauan Talaud;

g.

Bitung;

h. Manado, meliputi bakau dan darat;
i.

Tomohon.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa Kawasan
Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang
berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air meliputi :
a.

Kawasan Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang,
Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen,
Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro;

b. Puncak tertinggi Pulau Karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar Gunung
Soputan di Minahasa Selatan dan Minahasa, Gunung Lokon, Gunung Tatawiran
di Tomohon, Gunung Tumpa di Manado dan Gunung Klabat, Gunung Dua
Saudara di Minahasa Utara dan Bitung;
c.

Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah Gunung Poniki,
Gunung Matabulewa, Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

d. Daerah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30º ditetapkan sebagai kawasan
resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

c.

Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.

18

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

a.

Kawasan Sempadan Pantai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut
tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di
seluruh wilayah provinsi;

b. Kawasan Sempadan Sungai, dengan lebar 100 meter dari muka air sungai,
mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu
Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai
Tondano, Sungai Malalayang, Sungai Ranowangko dan Sungai Talawaan;
c.

Kawasan Sempadan Danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu
Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Moat (terdapat di Minahasa Selatan dan
Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu
(Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Selatan), Danau
Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan
Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

d. Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi
semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.
d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
a.

Suaka Alam (SA) Laut, meliputi:
1. SA Laut Selat Lembeh di Bitung;
2. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan.

b. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi:
1. SM Gunung Manembo-nembo, di Minahasa dan Minahasa Selatan;
2. SM Karakelang Utara - Selatan di Kepulauan Talaud.
c.

Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi:
1. CA Dua Saudara, di Bitung;
2. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung;
3. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan Bolaang
Mongondow.
4. CA Gunung Lokon di Tomohon.

e.

Kawasan Rawan Bencana Alam
a.

Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi yaitu kawasan berada
disekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar.

b. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi:
1.

Kepulauan Sangihe dan Siau Tagulandang Biaro: Manganitu, Tamako dan
Siau Timur;

19

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.

Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec.
Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang;

c.

3.

Jalur jalan Manado-Amurang;

4.

Jalur jalan Manado-Tomohon;

5.

Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang (Minahasa Tenggara); dan

6.

Torosik (Bolaang Mongondow Selatan).

Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan
selatan Provinsi yang memiliki elevasi rendah;

d. Kawasan rawan gerakan tanah di Gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api
Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, dan Gunung Soputan di Kabupaten
Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten
Minahasa Selatan.
e.

Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan
dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow
Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow
Timur.

f.

Kawasan Lindung Geologi
a.

Kawasan Cagar Alam Geologi yang terletak di Lahendong dan sekitarnya di
Tomohon sebagai kawasan yang memiliki keunikan geologi, Leilem dan
sekitarnya di Minahasa dan Bukit Kasih Kanonang Kawangkoan di Minahasa,
Kawasan Cagar Alam Geologi yang memiliki keunikan proses geologi berupa
kemunculan solfatara dan fumarol yang terletak di Gunung Awu Kabupaten
Kepulauan Sangihe, Gunung Banua Wuhu di Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di
Kabupaten Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung, Gunung
Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokon Empung di Kota Tomohon dan
Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9 (sembilan) gunung
berapi aktif, yaitu:
1. Gunung Awu, dengan ketinggian kurang lebih 1.320 m dpl, berada di bagian
utara Kepulauan Sangihe dan Gunung Mahangetang (dibawah laut) di Kec.
Tatoareng, serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec. Marore, Kepulauan
Sangihe;

20

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2. Gunung Karangetang, dengan ketinggian kurang lebih 1.827 m dpl, berada
di bagian utara Pulau Siau (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);
3. Gunung Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m dpl dan Gunung
Submarine Banua Wuhu di Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan
Sangihe;
4. Gunung Soputan di Minahasa Selatan;
5. Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl dan Gunung
Mahawu, dengan ketinggian kurang lebih 1.311 m dpl di Tomohon;
6. Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang lebih 1.689 m dpl di Bolaang
Mongondow;
7. Gunung Tangkoko di Bitung;
8. Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan Sangihe; dan
9. Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan Talaud.
c.

Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan
aktif, yaitu: Sesar Amurang - Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat
Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan
sesar Manado - Kema.

d. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan
elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang
tersebar diseluruh wilayah provinsi.

g

Kawasan Perubahan Peruntukan Yang Berdampak Penting Dan Cakupan Yang
Luas Serta Bernilai Strategis (DPCLS).
Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan cakupan yang luas
serta bernilai strategis (DPCLS), meliputi :
a.

Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasan kurang lebih 222.98 Ha;

b. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih 10.17 Ha;
c.

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih 59.40 Ha;

d. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4.96 Ha;
e.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasan kurang lebih
65.21 Ha;

f.

Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha;

g.

Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha;

h. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha;
i.

Kota Manado dengan luasan kurang lebih 91.46 Ha.

21

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

B. Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan
potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan
produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena
itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2014-2034, penetapan
kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan
berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan
memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
Kawasan Budidaya meliputi:
a

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf
a, meliputi:
a.

Kawasan hutan produksi terbatas, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha
dari luas Provinsi, meliputi: HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di Pulau Salibabu,
Kepulauan Talaud; HPT Pulau Bangka, HPT Pulau Talise, HPT Gunung Wiau, HPT
Saoan di Minahasa Utara; HPT Gunung Tatawiran dan HPT Gunung Insarang di
Minahasa dan Tomohon; HPT Kayuwatu di Minahasa; HPT Sungai Togop, HPT
Gunung Surat , HPT Gunung Sinonsayang, HPT Gunung Simbalang, dan HPT
Gunung Mintu di Minahasa Selatan; HPT Sungai Ayong-Lobong, HPT Sungai
Andagile – Sungai Gambuta – Sungai Biau, HPT Molibagu-Pinolosian-Kombot,
HPT Sungai Tanganga – Sungai Salongo – Sungai Molibagu, HPT Sungai Dumoga,
HPT Mintu, dan HPT Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow.

b. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Tetap (HP) di wilayah Provinsi dengan luas kurang lebih 65.415 Ha dari luas
provinsi, yang meliputi : HP Tetap Sungai Ranoyapo I di Minahasa Selatan; dan
HP Sungai Ilangan I & II, Sungai Pililahunga – Sungai Milangodaa, Mataindo,
Matabulu, Inobonto-Poigar, Ongkak Mongondow di Bolaang Mongondow.
c.

Kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan
Produksi dapat dikonversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang
lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi.

b

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak
dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi
ganda, seperti sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus

22

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat
dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat
Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.
c.

Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian, terdiri atas :
(1) Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah provinsi,
terdapat di :
a. Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow;
b. Bintauna - Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
c. Dimembe di Minahasa Utara;
d. Tondano di Minahasa;
e. Tumpaan di Manahasa Selatan;
f. Seluruh Kabupaten dan kota yang memiliki lahan berpotensi untuk
pengembangan budidaya tanaman pangan.
(2) Kawasan Peruntukan Hortikultura, terdiri atas:
a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi (kubis, wortel,
kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa, Minahasa Selatan, Tomohon
dan di dataran tinggi Bolaang Mongondow, Modoinding, Modayag dan Passi
Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);
b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan dan
Minahasa Utara;
c. Budidaya tanaman buah salak dikembangkan di Siau Tagulandang Biaro dan
Minahasa Tenggara;
d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang dikembangkan
di Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Bolaang
Mongondow;
e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa Selatan dan
Minahasa Tenggara;
f. Budidaya tanaman nanas dikembangkan di Bolaang Mongondow dan
Minahasa Selatan;
g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow, Bolaang
Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow
Utara.

23

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

(3) Kawasan peruntukkan pertanian, berupa kawasan Agropolitan :
a. Klabat Minahasa Utara;
b. Pakakaan di Minahasa;
c. Agropolitan Modoinding;
d. Dumoga di Bolaang Mongondow;
e. Dagho di Kepulauan Sangihe;
f. Siau di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
g. Tombatu di Minahasa Tenggara.
(4) Kawasan Peruntukan Perkebunan, tersebar di seluruh wilayah provinsi, dengan
komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa, cengkeh, pala,
cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri,
aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan
Bolaang Mongondow Utara);
(5) Kawasan Peruntukan Peternakan, meliputi kawasan peruntukan peternakan
unggas, kawasan peruntukan peternakan sapi, kawasan peruntukan
peternakan kuda, dan kawasan peruntukan peternakan babi;
(6) Kawasan peruntukan peternakan unggas berupa ayam kampung, ayam potong,
bebek, dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi;
(7) Kawasan peruntukan peternakan sapi dan kuda, berada di Minahasa, Minahasa
Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Bolaang Mongondow,
Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang
Mongondow Timur;
(8) Kawasan peruntukan peternakan babi, berada di Minahasa, Minahasa Utara,
Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan
Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
(9)

Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa Kawasan Agropolitan
di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan
Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitan Modoinding di
Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumog