ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR BERAT B

PRESENTASI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI NY. R
DI PUSKESMAS JATIPURO / BPM DEWI AHMAD

DISUSUN OLEH :
1. Astari Afrianty Munggaran

(P27224016155)

2. Atika Setyo Cahyani

(P27224016156)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2017/2018

A. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir
1000- 1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).

a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,
infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan
antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.

c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Permasalahan pada BBLR
BBLR

memerlukan

perawatan

khusus

karena

mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan
kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).


a. Ketidak stabilan suhu tubuh

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan
36°C - 37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada
suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu
ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
Hipotermia

juga

terjadi

karena

kemampuan

untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi

panas sangat terbatas karena pertumbuhan otototot yang belum
cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya
lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat
yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur
suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar
dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Gangguan pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru,
toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga
mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek
batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.

c. Imaturitas imunologis Pada bayi kurang bulan tidak
mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa
kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi
menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran
tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga

bayi mudah menderita infeksi.

d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek
menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot
usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat
besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing
Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat
dan penurunan berat badan bayi.

e. Imaturitas hati

Adanya

gangguan

konjugasi

dan


ekskresi

bilirubin

menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K
sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk
belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.

f. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar
gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir
rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam
pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan
glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga
dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan
direspon


bayi

dengan

melepaskan

noreepinefrin

yang

menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru
menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis
anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat
dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat
memicu timbulnya hipoglikemi.

5. Penatalaksanaan BBLR

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress
fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri,
2003) :

a. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa
penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi
surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan
miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika
mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih
baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit

bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.

b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena
produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan
sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus
dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang
diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori
minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam
kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser
(1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :

1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara
bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh
orang lain sebagai penggantinya.

2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator

Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
Berat Bayi

Suhu inkubator (⁰C) Menurut Umur
36°C

˂ 1500 gr

1 – 10 hari

34⁰C
11

hari

33⁰C


32⁰C
˃ 5 Minggu

3 3 – 5 Minggu

Minggu
1500 – 2000

1 – 10 hari

gr
2100 – 2500 gr

1 – 2 hari

11

hari



4 ˃

Minggu

Minggu

3 hari – 3 minggu

˃
Minggu

˃ 2500 gr

1 – 2 hari

˃ 2 hari

Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1°C
setiap perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi
merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama
pada bayi preterm dan sakit.
Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang
sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi
harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2)

Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus
dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus
dijaga kebersihannya.

3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan
sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
d. Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air.
Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena
kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup
bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis

4

3

terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi
BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti
makanan belum sepenuhnya berkembang.
Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi
preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang
terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi
yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus
didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi
oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi
mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea,
bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan
reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat
diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami

distensi

abdomen

yang

dapat

mempengaruhi

pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur
sebagai berikut (Jones, dkk., 2005) :

Kapasitas lambung berdasarkan umur
Umur

Kapasitas (ml)

Bayi Baru Lahir

10 – 20

1 minggu

30 -90

2 – 3 minggu

75 – 100

1 bulan

90 - 150

3 bulan

150 - 200

1 tahun

210 - 360

f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal
mungkin.

Bayi

yang

dirawat

di

dalam

inkubator

tidak

membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau
alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian
tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa
harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut
dapat

digunakan

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan.

Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak
terlalu

terang

meningkatkan

kenyamanan

dan ketenangan

sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup
merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola
tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas
fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi
sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress
pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.

g. Stimulasi Sensori

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi
visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau
mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran.
Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua
atau keluarga, suara dokter, bidan yang berbicara atau bernyanyi.
Memandikan,

menggendong,

atau

membelai

memberikan

rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap
dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau
dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan
stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik
apnea.

h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan
dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang
tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya,
apalagi perawatan bayi di unit keperawatan khusus mengharuskan
bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua
mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut,
depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi
memerlukan dukungan dari bidan. Bidan dapat membantu
keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional,
antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk
melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini
dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak
kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain
yang dapat diberikan bidan adalah dengan menginformasikan
kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk
meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan

yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat
mengenai kondisi bayinya.

6. Pertumbuhan Fisik BBLR
a. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran yang terjadi pada
individu yang lebih muda pada semua spesies (Jones, dkk., 2005).
Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah , ukuran atau
dimensi sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran
berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(Chamley, dkk., 2005).

b. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari
dalam (dari bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain (Jones,
dkk., 2005) :

1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum
stabil

dapat

menganggu

penyerapan

nutrisi

yang

mengakibatkan kegagalan pada tahap awal pertumbuhan.
Asupan nutrisi dapat pula terganggu karena beberapa hal,
termasuk

adanya

intoleransi

makanan,

dugaan

NEC

(Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal reflux
yang parah.

2) Ketidak matangan pencernaan dan penyerapan nutrisi
Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima
nutrisi enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh
karena fungsi pencernaan yang belum matang dan penyerapan
lemak yang kurang baik.

3) Pembatasan cairan Pembatasan cairan
mungkin diperlukan pada beberapa kondisi, akan tetapi dapat
berakibat pada pertumbuhan bayi. Pertumbuhan menjadi
terhambat, dan hal ini terjadi pada waktu pertumbuhan
seharusnya sangatlah pesat. Oleh karena itu, pembatasan
cairan harus dipertimbangkan dengan benar.

4) Peningkatan kebutuhan energi
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan energi, misalnya kedinginan atau stress fisik karena
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh bayi. Bayi dengan
kondisi jantung tertentu dan beberapa penyakit paru kronis
mengalami peningkatan penggunaan energi. Kontak kulit
secara langsung antara bayi dengan ibunya melalui PMK dapat
mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi perpindahan
panas dari tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi selalu
stabil. Selain itu, PMK akan membuat bayi menjadi lebih
nyaman dan tidak stress serta meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan diri ibu dalam merawat dan menyusui bayi.
Hal ini dapat meminimalkan penggunaan energi oleh bayi
sehingga

energi

yang

ada

dapat

digunakan

untuk

pertumbuhannya. Bayi yang mengalami stress fisik dapat
berakibat peningkatan denyut jantung dan pernafasan bayi
sehingga meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen dan
energi.
Bohnhorst dan Heyne (2001) meneliti tentang manfaat PMK
terhadap pernafasan dan termoregulasi pada bayi BBLR
dengan usia gestasi antara 24-31 minggu didapatkan hasil pada
pengukuran suhu rektal terdapat peningkatan suhu setelah
dilakukan PMK dari 36,2-37,4°C menjadi 36,6-38,6°C.
5) Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi
karena fungsi ginjal yang belum matang sehingga memerlukan
jumlah sodium yang lebih banyak untuk mempertahankan
sodium serum tetap normal.

6) Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak
sampai payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak
susu berkurang karena kandungan ASI yang paling kaya akan
lemak adalah ASI yang terakhir keluar. Melalui PMK ibu juga
diajarkan cara menyusui yang benar sehingga ibu dapat
menyusui dengan benar dan lebih percaya diri.

7) Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein
dipercepat. Pada kondisi ini peningkatan asupan protein tidak
terlalu bermanfaat karena dapat memicu stress metabolik.

8) Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi
pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas
ini bukan hanya aktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran bidan
sangat diperlukan dalam mengupayakan aktivitas pasif pada
bayi, misalnya dengan mengubah posisi dan memberi pijatan
ringan pada bayi. Pemberian aktivitas pasif pada bayi dapat
dilakukan melalui PMK karena selama aktivitas ini ibu
dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara lembut
kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh Feldman dan Eidelman (2002)
pada 73 bayi preterm yang dilakukan PMK secara termitten
dan diikuti perkembangannya selama 6 bulan, memberikan
dampak positif pada perkembangan neurophysiological,
kognitif, dan perkembangan motorik serta proses parenting. 20
c. Penilaian pertumbuhan Fisik
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan
kulit. Akan tetapi pengukuran yang paling mudah dan sering
digunakan

pada

bayi

untuk

memantau

dan

menilai

pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan (Kosim Sholeh,
2005).
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gr dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir < 1500 gr ).

Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari
kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai
kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya :

1) 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 2030 gr/hr)

2) 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr ( misalnya
30-35 gr/hari)

d. Cara mengukur berat badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah
pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi
masalah yang masalah yang berhubungan dengan BBLR,
memantau pertumbuhan, serta menghitung dosis obat dan jumlah
cairan. Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau
diperlukan lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga
kali penilaian berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali
selama bayi masih dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan
minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan
5-10 gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat
timbangan harus ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan
sekali seminggu atau setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika
buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang
bersih di atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan
telanjang dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang
untuk ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10
gr terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan
berat badan.

B. Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother care
1. Pengertian
perawatan metode kanguru merupakan suatu cara khusus dalam
merawat bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit
bayi dengan kulit ibu yang berguna untuk membantu perkembangan
kesehatan bayi melalui peningkatan kontrol suhu, menyusui,

pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi (KMC India
Network, 2004). Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan metode
kanguru sebagai suatu cara perawatan untuk bayi BBLR terutama
dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit dengan kulit
antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat perawatanditeruskan di
rumah, dikombinasi dengan pemberian ASI yang bertujuan agar bayi
tetap hangat.

2. Manfaat Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk
perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan
psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh
kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan metode kanguru
sebagai berikut (Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :

a. Manfaat pada bayi
1) Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi
pernapasan relatif terdapat dalam batas normal.

2) Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian
infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran
pernafasan bawah.

3) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan
sehingga menurunkan stress pada bayi.

4) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku
5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan
memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.

6) Meningkatkan ikatan ibu dan bayi.
7) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan
kognitif bayi.

8) Waktu tidur bayi menjadi lebih lama.
9) Memperpendek masa rawat.
10)

Menurunkan resiko kematian dini pada bayi.

11)

Mencegah kolik pada bayi.

12)

Meningkatkan perkembangan motorik bayi.

13)

Mempertahankan homeostasis.

b. Manfaat bagi ibu
Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada
ibu antara lain :

1) Mempermudah pemberian ASI
2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
3) Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik.
4) Ibu lebih sayang pada bayinya.
5) Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.
6) Meningkatkan produksi ASI
7) Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam
menyusui.

c. Manfaat bagi petugas kesehatan
Memberikan manfaat dari segi efisiensi tenaga, karena ibu lebih
banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja
petugas akan berkurang.

d. Manfaat bagi institusi kesehatan
Ada tiga manfaat bagi fasilitas pelayanan kesehatan melalui
penerapan PMK yaitu:

1) Lama perawatan lebih pendek, sehingga tempat perawatan
dapat digunakan bagi pasien lain yang memerlukan

2) Pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat
canggih lain)

3) Efisiensi anggaran
e. Manfaat bagi negara
Peningkatan penggunaan ASI jika dilakukan dalam skala makro
dapat menghemat devisa negara ( import susu formula )

3. Kriteria pelaksanaan PMK
Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK
adalah bayi BBLR dengan berat lahir ≤ 1800 gram, tidak ada
kegawatan pernafasan dan sirkulasi, tidak ada kelainan kongenital
yang berat,dan mampu bernafas sendiri. PMK dapat ditunda hingga
kondisi kesehatan bayi stabil dan ibu siap untuk melakukannnya Pada
bayi yang masih dirawat di NICU atau masih memerlukan

pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian oksigen tambahan
atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif (CPAP), infus intra
vena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah pelaksanaan
PMK melalui pengawasan dari petugas kesehatan.

4. Persyaratan PMK
Persiapan yang dilakukan tidak hanya meliputi persiapan bayinya saja
tetapi juga kesiapan ibu dan keluarga, petugas kesehatan, dan
lingkungan yang mendukung (Depkes RI, 2008; WHO, 2003).

1) Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus
difasilitasi oleh pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung
disemua tingkat pelayanan. Adapun kebijakan nasional diperlukan
untuk menjamin integrasi yang efektif dari sistem kesehatan,
pendidikan, serta pelatihan yang ada.

2) Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki
kebijakan dan petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi
dan budaya lokal tetapi tetap mengacu pada petunjuk nasional
maupun internasional. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas
kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal
ibu.

3) Petugas kesehatan yang terlatih
Petugas kesehatan yang ada seperti dokter dan bidan harus
memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan pelaksanaan
PMK serta berpengalaman dalam memberikan PMK.

4) Peralatan dan perlengkapan
a) Tersedianya peralatan emergency (oksigen, isap lendir,
stetoskop, alat resusitasi, termometer, oksimetri)

b) Timbangan bayi
c) Kursi yang nyaman untuk PMK
(ada sandaran punggung dan tangan) atau tempat tidur

Kursi untuk PMK

d) Lingkungan ruangan yang nyaman dilengkapi ruang
konseling, wastafel, dan kamar mandi

e) Baju kanguru atau kain panjang, pakaian ibu atau jas
pelindung/kimono, topi, kaus kaki, dan sarung tangan bayi

5) Kesiapan ibu dan keluarganya
Kesiapan ibu meliputi komunikasi, edukasi, adaptasi, personal
hygiene baik. Jika ibu baru saja merokok, mintalah untuk mandi
sebelum PMK dan berhenti merokok selama beberapa waktu
sebelum melakukan PMK.

6) Kesiapan bayi
Kesiapan bayi meliputi kondisi bayi telah stabil dan hemodinamik
stabil ( frekuensi jantung, pefusi jaringan, pulse oksimetri,
frekuensi nafas, suhu tubuh, aktifitas).

5. Memulai Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru pada BBLR dapat dilakukan dalam dua
cara :

a. PMK intermitten PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi
hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih dalam
perawatan di inkubator dengan durasi minimal 1 jam secara terus
menerus dalam 1 hari. Metode ini dilakukan di fasilitas unit
perawatan khusus ( level 2) dan intensif ( level 3).

b. PMK kontinu PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung.

6. Komponen Perawatan Metode Kanguru
Empat komponen yang terdapat dalam PMK meliputi :

a. Kangarooo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu. Posisi ini disebut juga dengan kontak kulit
ke kulit antara ibu dengan bayinya. Posisi bayi diamankan dengan
menggunakan baju kanguru atau kain panjang. Kepala bayi
dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan posisi sedikit tengadah
(ekstensi). Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar
saluran nafas bayi tetap terbuka dan memberi peluang terjadinya
kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu
fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi ‘kodok’
(frog position), tangan harus dalam posisi fleksi. Ikatkan dengan

kuat kain/baju kanguru agar bayi tidak terjatuh. Perut bayi jangan
sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu
sehingga bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan
merangsang bayi. Setelah bayi menempel pada ibu, pakaikan ibu
baju kimono atau hem besar agar kehangatan bayi tetap terjaga.
Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju
kanguru :

1) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher
sampai punggung bayi.

2) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi
saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.

3) Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

Gambar
Memposisikan bayi
untuk PMK

Gambar Ibu memakai
baju kimono/hem besar

b. Kangaroo nutrition (nutrisi)
Posisi kangaru sangat ideal bagi proses menyusui, melalui PMK
proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi
yang dipulangkan memperoleh ASI. Untuk pertama kali

menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau
diberi pakaian,lalu tunjukan pada ibu cara menyusui yang benar.
Kemudian letakan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu ibu agar
bayi dalam posisi melekat yang benar. Biarkan bayi menghisap
selama ia mau.
Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik dan lama,
anjurkan menyusui terlebih dahulu, kemudian gunakan metode
minum yang lain. Bayi pada kehamilan kurang dari 30 sampai 32
minggu biasanya perlu diberi minum melalui pipa lambung.
Pemberian minum melalui pipa dapat dilakukan saat bayi berada
dalam posisi kanguru.
Pada bayi dengan masa kehamilan 32 sampai 34 minggu dapat
diberi minum melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat
diberikan 1 atau 2 kali sehari saat bayi masih diberi minum
melalui pipa lambung. Jika bayi dapat minum melalui gelas
dengan baik maka pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi.
Pada saat minum melalui gelas, maka bayi dikeluarkan dari posisi
kanguru. Pada bayi dengan usia kehamilan 32 minggu atau lebih
biasanya sudah dapat mulai menyusu pada ibu.
Bayi sudah bisa menelan tetapi belum dapat nenghisap secara
kuat. Pada bayi dengan usia kehamilan 34 sampai 36 minggu atau
lebih dapat memenuhi semua kebutuhannya langsung dari ASI.
Reflek hisap yang efektif baru timbul pada bayi degan usia
kehamilan 34 minggu.

c. Kangaroo support (dukungan)
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan,
seluruh anggota keluarga, ibu, dan masyarakat.
1) Dukungan emosional Ibu memerlukan dukungan dari keluarga
untuk melakukan PMK.

2) Dukungan fisik Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
bagi ibu agar dapat melakukan PMK.

3) Dukungan edukasi Pemberian informasi yang dibutuhkan
sangat penting bagi ibu dan keluarganya agar dapat
memahami seluruh proses PMK dan manfaatnya. Hal ini

menentukan keberhasilan ibu dalam melakukan PMK baik di
rumah sakit ataupun di rumah. Melaksanakan PMK sebaiknya
keputusan sendiri dari ibu setelah memahami PMK dan bukan
dianggap suatu kewajiban.

d. Kangaroo discharge (pemulangan)
Bayi diperbolehkan pulang dengan tetap dilakukan PMK
dirumahnya.

Lingkungan

keluarga

sangat

penting

untuk

kesuksesan PMK. Bayi dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika
telah memenuhi kriteria :

1) Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik, tidak
ada apneu atau infeksi.

2) Bayi dapat minum dengan baik ( menyusui atau menggunakan
gelas).

3) Berat bayi telah kembali ke berat awal dan selalu bertambah
(kurang lebih 15 gram/kg/hr) selama 3 hari berturut-turut.

4) Ibu mampu merawat bayi dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow-up.

7. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan PMK Ada 10
langkah menuju keberhasilan perawatan metode kanguru yaitu
(Haksari, 2010) :

a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang kangaroo mother care /
PMK yang dikomunikasikan secara rutin pada staf yang merawat
bayi baru lahir.

b. Melatih seluruh staf terkait bayi baru lahir tentang ketrampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan yang sesuai.

c. Menginformasikan keuntungan dan tata laksana PMK pada
seluruh ibu hamil

d. Membantu ibu dengan bayi cukup bulan sehat untuk memulai
PMK. Membantu ibu dengan sesar dan kurang bulan, bayi sakit
untuk PMK sesegera mungkin dan memonitor bayi untuk
memastikan toleransi tanpa gangguan fisiologis dan perilaku

e. Menunjukkan pada ibu cara memposisikan bayi untuk
pemindahan yang aman dan PMK yang aman (kepala tegak di

tengah, tidak fleksi atau hiperekstended, bayi dalam keadaan
aman dan tidak akan jatuh atau keluar dari posisi PMK).

f. Lakukan 24/7 kangaroo care, menganjurkan ibu dan bayinya
untuk melakukan kontak kulit dengan kulit selama 24 jam
perhari, 7 hari seminggu sampai pemulangan.

g. Berikan bayi baru lahir dan bayi sedikitnya 1 jam PMK setiap
pemberian, jika PMK 24/7 tidak dapat dilakukan.

h. Mendorong dilakukannya PMK untuk kebutuhan bayi akan
kehangatan dan kenyamanan.

i. Berikan isolasi panas yang adekuat (tutup kepala, selimut hangat,
atau kain penutup penghangat yang dibutuhkan)

j. Bantu berkembangnya dukungan PMK bagi ibu melalui poster,
buku yang berisi tentang artikel PMK, dokumen pasien yang
dilakukan PMK, dan kelompok pendukung yang dapat
membantu tetap dilakukannya PMK setelah pemulangan.

8. Penerapan PMK
PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/ prematur di
beberapa rumah sakit dengan katagori sebagai berikut :

a. Rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi
BBLR. Pada keadaan ini PMK merukan satu-satunya pilihan
perawatan karena jumlah inkubator dan bidan tidak memadai

b. Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas dan
tidak mampu merawat semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan
jika dibandingkan dengan perawatan konvensional dengan
menggunakan inkubator.

c. Rumah sakit yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai
disini PMK bermanfaat untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan
bayi, mengurangi resiko infeksi, meningkatkan ASI, dan
mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.

C. perinatologi
1. Pengertian
Ilmu perinatologi merupakan ilmu perpaduan antara obstetri dan ilmu
penyakit anak dengan memperlakukan janin dalam rahim sebagai

penderita, memerlukan perhatian khusus pada kehamilan umur 20
minggu sampai 28 hari setelah persalinan (Manuaba, 2003).
Perinatologi bersumber dari angka mortalitas dan morbiditas perinatal
yang masih tinggi. Di negara maju disebabkan oleh adanya kelainan
kongenital sedangkan di negara berkembang disebabkan oleh
kelahiran bayi dengan berat rendah, asfiksia, dan infeksi.

2. Tujuan
Mengupayakan penurunan angka kematian neonatus dengan jalan
meningkatkan antenatal care dalam arti luas dan memberikan
pertolongan persalinan menuju well born baby dan well health
mother. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
minggu pertama maka digalakkan program rooming-in karena
mempunyai keuntungan yang sangat besar, yaitu :
a. Meningkatkan kemampuan perawatan bayi mandiri

b. Dapat memberikan ASI setiap saatc.
c. Dapat meningkatkan kasih sayang pada bayi
d. Mengurangi terjadinya infeksi, terutama diare
e. Mengurangi kehilangan panas badan bayi sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh

f. Pemberian ASI eksklusif bertindak sebagai metode KB (keluarga
berencana) dalam waktu 4-6 bulan pertama

g. Menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatus
3. Konsep Perinatologi
Perinatologi diupayakan untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan perinatal melalui :

a. Meningkatkan

kesejahteraan

dan

pendidikan

masyarakat

khususnya melalui ANC (Ante Natal Care).

b. Meningkatkan fasilitas yang dapat memberikan pertolongan medis
modern, yaitu :

1) Melakukan intensive antenatal care
2) Menempatkan bidan di tengah masyarakat
3) Meningkatkan fasilitas

4) Puskesmas dapat melakukan PONED (Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar) dan rumah sakit kabupaten dapat
melakukan PONEK (Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi komprehensif)

5) Meningkatkan sistem rujukan
6) Menggalakkan penerimaan KB (keluarga berencana)
c. Secara nyata diupayakan agar dapat melakukan :
1) Menurunkan persalinan dengan berat bayi lahir rendah
2) Mempercepat pelaksanaan sistem rujukan
d. Mengikuti tumbuh kembang janin dalam rahim menuju well born
baby dan well health mother menggunakan alat tepat guna dan
berhasil guna.

e. Mengikutsertakan peran masyarakat melalui posyandu, PKK atau
LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan berperan aktif
dalam berbagai kegiatan perinatologi.

D. Ruang Perinatologi
1. Pengertian
Ruang perinatologi merupakan salah satu divisi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak yang memberikan pelayanan kesehatan bagi semua
bayi baru lahir (usia 0-30 hari) terutama dengan resiko tinggi.

2. Sumber daya Ruang Perinatologi
Dokter spesialis anak sub neonatologi, bidan yang telah dibekali
ketrampilan meliputi : resusitasi neonatus, perawatan metode kanguru,
PONED/PONEK, dan manajemen laktasi, tenaga penunjang medis
serta petugas administrasi untuk pencatatan dan pelaporan.

3. Kasus yang ditangani di Ruang Perinatologi
Bayi baru lahir dengan resiko tinggi, meliputi bayi lahir dengan
asfiksia, bayi prematur dan berat lahir rendah, hiperbilirubin, bayi
infeksi, bayi dengan kelainan kongenital termasuk yang memerlukan
tindakan pembedahan.

4. Fasilitas dan pelayanan yang ada di Ruang Perinatologi
Inkubator, penghangat (Infant warmer), lampu fototerapi, peralatan
oksigenasi bayi, peralatan resusitasi, boks bayi, ruang tindakan dan

perawatan bayi, perawatan metode kanguru (PMK), ruang laktasi,
dapur susu, ruang konseling, tranfusi tukar

E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi BBLR


Faktor ibu : penyakit,
ibu, keadaan sosial
ekonomi
Faktor janin
Faktor plasenta
Faktor linngkungan





2000 gr – 2499
gr







Bayi lahir dengan
BBLR

˂2500 gr

TINDAKAN

Rawat di Puskesmas
Sedapat mungkin
dengan inkubator
Bila terpaksa,
dengan pemanas
radian betermo
meter
Beri ASI lebih sering

Evaluasi tiap 4 jam





Aktif

Teruskan

Minum
Suhu
Nafas
gerakan

Melemah

Rujuk ke
RS

BAB II
TINJAUAN KASUS

Tempat

: Pukesmas Jatipuro / BPM Dewi Ahmad

Bidan

: Dewi Ahmad, S.Tr.Keb

Diagnosa

: BBLR dengan hipotermi

2.1. PENGKAJIAN
Tanggal/Jam

: 20 Juli 2018 / 07.00 Wib

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama

: By. Ny. R

Tanggal/Jam lahir

: 19 Juli 2018 /22.00 Wib.

Alamat

: Ngalian, Rt 27/ 10 Jatisobo, Jatipuro

2. Riwayat persalinan sekarang
a. Lama persalinan : kala I : 8 Jam, II : 1 Jam, III : 30
b. Jenis persalinan

: spontan

c. Warna air ketuban

: putih Keruh

d. Anak lahir jam

: 22.00 Wib

e. Coput

: Tidak terdapat Caput

f. Chepal hematom

: Tidak ada

g. Apgar score

: 1 menit : 7, 5 menit : 8, 10 menit : 9

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No.

Hami

Umur ke

Jenis

Tempat

Kom

l ke

hamilan

persalinan

melahir

plikasi

Penolong

Jenis

BB/

Keadaan

kelamin

PB

lahir

Laki-

1700/

Hidup

laki

39

Lactasi

Perdarahan

infeksi

Keadaan
sekarang

kan

1

I

31+3
Mg

Spontan

Bidan

Tidak
ada

Bidan

tidak

100 Cc

Tidak

Hidup

4. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
-

Jenis

:-

-

Minum

:

-

Cara pemberian

:-

b. Eliminasi

-

:

-

BAK pertama

: Belum

-

Warna

:-

-

BAB pertama

: Belum

-

Warna

:-

-

Konsistensi

:-

B. DATA OBYEKTIF
1.

KU

: Baik

2.

Kesadaran

: compos mentis

3.

Tanda-tanda vital :
 N

: 152 x / menit

 Suhu

: 36,5 °C

 R

: 52 x/ menit

4.

Berat badan lahir

: 1700 Gr

5.

Panjang badan

: 39 Cm

6.

LK

: 27 Cm

7.

LD

: 27 Cm

8.

Tonus otot

: Baik

9.

Warna kuku

: Kebiruan

10.

Warna kulit

: Kemerahan

11.

Tangis bayi

: Kuat

12.

Pemeriksaan kepala

:

13.

14.

-

Keadaan ubun-ubun : Normal

-

Sutura

: Normal

-

Kelainan

: Tidak ada

pemeriksaan telinga
-

Kelainan

-

Reflek kedip akustik: positif, Pendengaran baik

Pemeriksaan mata

: Tidak ada
:

15.

-

Tanda infeksi

: tidak ada

-

Conjungtiva

: Merah muda, tidak ikterik

-

Schlera

: Putih

-

Secret

: tidak ada

-

Kelainan

: tidak ada

Pemeriksaan hidung dan mulut
-

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Kelainan bawaan

: Tidak ada

Pemeriksaan leher
-

Pembengkakan

: tidak ada

-

Benjolan

: tidak ada

Dada
-

Inspeksi

: tidak retraksi dinding dada, tidak nafas cepat

-

Bentuk

: mendatar, simetris

-

Bunyi nafas

: normal, 52 x/ menit

-

Bunyi jantung

: normal 152x/menit

Bahu, lengan dan tangan
-

Gerakan

: Gerakan aktif

-

Kelainan bawaan

: Tidak ada

System syaraf
-

Reflek moro

: ada, lemah

-

Reflek rooting

: Lemah

-

Reflek sucking

:-

-

Reflek grasping

: Lemah

-

Reflek walking

:-

-

Reflek tonic neec

: Lemah

-

Reflek Babinski

: Lemah

Abdomen
-

Bentuk

: simetris

-

Perdarahan tali pusat: tidak ada

-

Kelainan bawaan

: tidak ada

-

Meteorismus

: tidak ada

Kelamin
-

Perempuan

-

Labia mayora

: Belum menutupi labia minora

22.

23.

24.

Kelainan bawaan

: tidak ada

Tungkai dan kaki
-

Bentuk

: simetris

-

Gerakan

: Lemah

-

Kelamin

: Perempuan

Kulit
-

Vernik

: ada

-

Tanda lahir : tidak ada

-

Lanugo

: ada, banyak

Pemeriksaan penunjang
-

Laboratorium

: Tidak dilakukan

-

Gol darah

: Tidak dilakukan

-

HB : Tidak dilakukan

-

Fibrinogen

: Tidak dilakukan

-

Leukosit

: Tidak dilakukan

-

Dll : Tidak dilakukan

2.2. INTERPRETASI DATA
Tanggal/Jam

:19 Juli 2018 / 22.02 Wib

A. Diagnosa : By. Ny. R dengan berat badan lahir sangat rendah , neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan.
B. Masalah : Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah
C. Kebutuhan :
-

Jaga kehangatan bayi

-

Jaga agar tidak terjadi hipoglikemi

2.3. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Potensi terjadi asfiksia.
2. Potensi tejadi hipoglikemi
3. Potensial terjadi hipotermi.
2.4. TINDAKAN SEGERA
19 Juli 2018, 22.05 WIB
1. Beri vit K
2. Beri salep mata
3. Beri oksigen
4. Jaga suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermi dengan cara dibedong,
kemudian dihangatkan dibawah lampu

5. Observasi gerakan, pernafasan, nadi, dan suhu bayi

2.5. PERENCANAAN
19 Juli 2018, 22.10 WIB
1. Monitor KU dan VS.
2. Hangatkan bayi dengan cara dibedong kemudian diletakan bayi dibawah
lampu ±34 °C
3. Bebaskan jalan nafas.
4. Rujuk bayi ke RSUD.Karanganyar
2.6. PELAKSANAAN
19 Juli 2018, 22.11 WIB
1. Memonitor KU dan VS.
KU : Baik
Nadi : 152 kali / menit
Respirasi 52 kali / menit
Suhu 36,5 °C
2. Membedong bayi, kemudian meletakan bayi pada lampu hangat
3. Membebaskan jalan nafas.
4. Merujuk bayi ke RSUD.Karanganyar
2.7. EVALUASI
Tanggal/Jam

: 19 Juli 2018/ 22.15 WIB

1. Bayi masih lemah.
2. Vital sign ;
-

S ; 35,2 °C

-

R : 52x/ Menit

-

HR : 150 x/Menit

3. BAK Pertama

:Belum BAK.

-

Warna

:-

-

BAB

: Belum BAB.

-

Warna

:-

-

Konsistensi

:-

4. Warna kulit kemerahan dan kuku agak kebiruan.

5. Menagis kuat
6. Bayi Ny.R telah dirujuk ke RSUD.Karanganyar
pada 19 Juli 2018, 22.30 WIB

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif, dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Mochtar Rustam, Dr. Prof. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, Jakarta, ECG.
Prawirohardjo, Sarwono, Dr. Prof. 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

HASIL UJI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA MAHASISWA BARU FMIPA TAHUN 2015 DAN ANALISA BUTIR SOAL TES DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS POINT BISERIAL

2 67 1

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

1 17 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58