MAKALAH RESPONSI PRECEPTORSHIP DAN MENTO

MAKALAH RESPONSI PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keperawatan I
Dosen Pembimbing : Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh :

Sri Mangunatun Khasanah 22020113120009
A.13.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kapada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat
pada

waktunya


yang

berjudul

“Makalah

Responsi

Preceptorship

dan

Mentorship”.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan. Makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, diantaranya :
1. Bapak Agus Santoso selaku koordinator Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan.
2. Bapak Muhamad Rofii selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen
keperawatan

3. Bapak Bambang selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen
keperawatan
4. Ibu Devi Nurmalia selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen
keperawatan
5. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik moral maupun materiil.
6. Teman-teman yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Penyusun mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kekurangan, terimakasih.
Semarang, 23 Mei 2015
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................

i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

BAB II

ISI..................................................................................................... 3

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk mengembangkan dan mengendalikan mutu keperawatan dapat dilakukan
dengan salah satu cara yaitu mengembangkan lahan praktik keperawatan disertai dengan
pembinaan sumber daya keperawatan untuk melaksanakan pengalaman belajar di
lapangan dengan benar bagi peserta didik (Dermawan, 2012). Untuk mendukung dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tersebut, dibutuhkan tenaga perawat yang
kompeten dan professional, sehingga manajer keperawatan mengelola tenaga
keperawatan dengan baik sejak proses awal (Kuntoro, 2010 dalam Indriani, Rahayu dan
Pindani, 2013).
Proses

pembelajaran

dalam

pendidikan


keperawatan

adalah

meningkatkan

kemampuan mahasiswa sebagai perawat profesional. Hasilnya adalah perawat yang
mampu meningkatkan derajat kesehatan. Untuk itu, selain belajar teori mahasiswa
keperawatan juga belajar di lapangan. Pembelajaran di lapangan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan teori
(Asmara, 2012). Namun, menurut kramer dalam Indriani, Rahayu dan Pindani (2013)
masalah yang muncul dalam mahasiswa atau perawat baru adalah kesulitan dalam
beradaptasi dengan lingkungan kerja maupun ketika praktik di lapangan sebagai
ketakutan akibat konflik antara peran keperawatan dan kenyataan peran sesungguhnya.
Pengelolaan tenaga keperawatan dengan baik, dapat dilakukan dengan berbagai upaya
salah satu metodenya adalah preceptorship dan mentorship.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui precetorship dan mentorship dalam keperawatan.
Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui definisi precetorship
b. Untuk mengetahui tujuan precetorship

c. Untuk mengetahui manfaat precetorship
d. Untuk mengetahui tahapan precetorship
e. Untuk mengetahui definisi mentorship
f. Untuk mengetahui tipe mentorship
g. Untuk mengetahui tahapan mentorship
h. Untuk mengetahui proses mentorship
i. Untuk mengetahui mentor dalam mentorship
j. Untuk mengetahui manfaat mentorship
C. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari preceptorship ?
b. Apa tujuan dari preceptorship ?
c. Apa manfaat dari preceptorship ?
d. Apa saja tahapan dalam preceptorship ?
e. Apa definisi dari mentorship ?
f. Apa saja tipe dari mentorship ?
g. Apa saja tahapan dalam mentorship ?
h. Bagaimana proses dalam mentorship ?

i. Apa saja syarat, fungsi, dan kompetensi dari mentor dalam mentorship ?
j. Apa saja manfaat dari mentorship ?

BAB II
ISI
A. Preceptorship
1. Definisi
Preceptorship merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendidik
perceptee dalam pembelajaran di klinik dengan cara mendidik yang sesuai dengan
tujuan (objektif), dan karakterstik perceptee berdasarkan konsep pembelajaran
(Nursalam, 2002). Menurut Asmara (2012), perceptorship berfokus pada transfer
pengetahuan dan keterampilan perawat pemula atau mahasiswa. Metode ini
mengintegrasikan dalam proses transisi atau pengaturan klinis bagi mahasiswa atau
perawat pemula selama dibimbing oleh preceptor. Selama proses bimbingan terdapat
hubungan timbal balik antara preceptor dan preceptee yaitu saling memberikan
dukungan dan kepercayaan dalam lingkungan pembelajaran. Hubungan timbal balik
tersebut juga ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif oleh preceptee dalam
pembelajaran yang tidak hanya ceramah, informasi dan demenostrasi keterampilan.
Dari pembahasan dan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa preceptorship
merupakan proses mendidik yang dilakukan oleh seseorang (preceptor) untuk

membantu mahasiswa atau perawat pemula mengenai pengetahuan dan keterampilan
yang sesuai tujuan, karakteristik individu dan konsep pembelajaran. Menurut Mehen
dan Clark dalam Indriani, Rahayu & Pindani (2013) preseptor adalah seorang
perawat yang memiliki kemampuan ahli dalam perawatan klinis sehingga ia
mengajar, memberikan bimbingan, menginspirasi rekannya, menjadi panutan, serta
mendukung pertumbuhan dan perkembangan preceptee dalam waktu tertentu. Tidak
semua individu dapat menjadi preseptor, untuk menjadi preseptor kurang lebih
memiliki pengalaman kerja selama 12 tahun dalam bidangnya. Menurut Dermawan
(2012) untuk menjadi preceptor memiliki kriteria tertentu, yaitu :
a. Berpengalaman dan ahli di bidangnya
b. Berjiwa kepemimpinan
c. Mempunyai keterampilan komunikais yang baik
d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan
e. Mendukung perkembangan professional
f. Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model preceptorship

g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif
h. Fleksibilitas untuk berubah
i. Mempu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.

2. Tujuan
Menurut Dermawan (2012) tujuan preceptorship dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Preceptorship secara mikro
Bertujuan membantu proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner, dan
memfasilitasi individu untuk berkembang dari lingkungan barunya.
b. Preceptorship secara makro
Bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat di dalam berorganisasi.
Dengan preceptorship, dapat digunakan sebagai media untuk bersosialisasi dan
orientasi, sehingga selama proeses ini dapat memberikan pandangan dan harapan
preceptee akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.
3. Manfaat
Metode preceptorship setelah diterapkan maka manfaatnya adalah tercapainya
kompetensi, terbangun kepercayaan dan penyaluran atau berbagi pengetahuan dan
keterampilan (Asmara, 2012). Manfaat dari penggunaan metode preceptorship tidak
hanya bagi preceptee tetapi dapat dirasakan juga oleh preceptor yaitu pengingkatan
diri preseptor dalam memecahkan masalah, dan peningkatan wawasan dalam
memberikan bimbingan. Selain itu, adanya preseptor meningkatkan pengalaman dan
rasa percaya diri preseptee dalam merawat pasien (Dermawan, 2012). Menurut
Gruendemann (2005) dalam Indriani, Rahayu & Pindani (2013) Selama proses
preceptorship akan terjalin kemitraan antara preseptor dan preseptee sehingga dapat

menurunkan tingkat ansietas mahasiswa atau perawat baru dan meningkatkan
produktivitas.
4. Tahapan Preceptorship
Proses preceptorship dimulai dari awal wawancara sampai akhir wawancara, yaitu :
(Dermawan, 2012)
a. Persiapan Pertemuan (Awal Wawancara)
Pada tahap awal ini, preceptor memiliki tugas untuk menjelaskan kepada prceptee
mengenai hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan, dukungan dan mekanisme

bimbingan serta mengidentifikasi dan cara belajar selama proses preceptorship.
Untuk mencapai keberhasilan dalam bimbingan, tugas preceptor adalah mencari
tahu mengenai kebutuhan preceptee, tugas apa saja yang dibebankan,
menanyakan psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan dan memberikan
dukungan untuk self assessment setiap tahap bimbingan.
b. Tahap Pelaksanaan (Wawancara Lanjutan)
Tahap kedua preceptor membantu preceptee untuk membahas mengenai
kelemahan dan kelebihan preceptee, mengklarifikasi setiap ide yang ditentukan
oleh preceptee, memberikan saran untuk perbaikan, dan preceptor menganalisis
perkembangan selama wawancara.
c. Tahap Evaluasi (Wawancara Akhir)

Kegiatan yang terakhir adalah mengevaluasi selama keberjalanan kegiatan
preceptorship. Evaluasi ini meliputi kesiapan preceptee dalam menerapan hasil
wawancara, rencana selanjutnya, preseptor memberikan masukan kepada
preceptee, menilai kemajuan dan kemampuan dalam proses wawancara tentang
topik yang sudah disepakati, dan merefleksi untuk belajar dari pengalaman oleh
preceptee.

B. Mentorship
1. Definisi
Mentorship (mentoring) merupakan hubungan antara orang yang mempunyai
pengalaman atau keterampilan lebih dengan orang yang pengalaman atau
keterampilannya sedikit yang disepakati untuk menambah atau mengembangkan
kompetensi yang spesifik (M Murray dan M Owen, 1991 [seperti] dikutip oleh
Dermawan, 2012). Menurut Rolfe Flett, 2001; Sencer, 1999 dalam Huriani dan
Malini (2006), mentorship merupakan hubungan antara dua orang yang memberikan
kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan dan
pembelajaran yang keduanya didasarkan kepada dukungan, kritik membangun,
keterbukaan, kepercayaan, penghargaan, dan keinginan untuk belajar dan berbagi.
Mentoring sebagai sarana proses belajar disana terdapat pembentukan karakter dan
kepribadian sebagai mentee karena adanya seorang mentor dalam suatu organisasi.
Melalui kegiatan belajar, seorang mentee akan menjadi lebih mandiri dibandingkan
sebelumnya yang tergantung orang lain. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi
yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktik keperawatan
yang dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang
merupakan dasar dalam penyelasaian suatu masalah (Nurachmah, 2007 dalam
Dermawan, 2012).
2. Tipe
Menurut Dermawan (2012) tipe mentoring ada 2 yaitu :
a. Mentoring Alami
Yang dimaksud dalam tipe mentoring ini adalah mentoring yang hubungannya
tidak direncanakan, seperti persahabatan.
b. Mentoring yang di rencanakan
Yaitu kegiatan mentoring yang dilakukan dengan mengikuti program –
program terstruktur, dimana mentor dan mentee memilih dan memadukan
kegiatan mentoring melalui proses yang bersifat formal.

3. Tahapan Mentoring
Menurut John Maxwell dalam Dermawan (2012) tahapan mentoring ada empat,
yaitu :
a. I do, you watch
Seorang mentor memberikan contoh kepada mentee, yaitu mentee melihat
secara langsung apa yang dilakukan oleh mentor dari tahap persiapan
sampai tahap evaluasi
b. I do, you help
Selanjutnya, mentor mengajak mentee untuk memulai membantunya.
Sehingga pada tahap ini, mentee akan belajar dan merasakan proses lebih
mendalam. Proses yang dimaksud adalah, mentee akan mulai mencoba
untuk praktik secara langsung.
c. You do, i help
Tahap ketiga merupakan tahapan dimana seorang mentee mulai tampil dan
melakukan tindakan. Peran mentor dalam tahapan ini adalah membantu
mengarahkan agar mentee tetap dalam jalur yang benar.
d. You do, i watch
Tahap terakhir adalah seorang mentor merasa yakin dengan kompetensi dan
kapabilitas mentee. Sehingga, mentor hanya mengamati mentee.
4. Proses dalam Mentoring
a. Persiapan untuk penempatan
Mengalokasikan mentor untuk setiap mentee dengan penempatan dan durasi.
b. Mengenalkan tempat praktik
Sebelum masuk tempat praktik, mentee harus mendapat pelatihan dalam
penanganan basic life support, health and safety.
c. Interview kemajuan
(intial interview)
-

Membantu mentee menyususn tujuan yang bisa dicapai

-

Kenalkan mentee pada tempat kesempatan belajar

(intermediate interview)
-

Dukung mentee untuk mengkaji diri sendiri

-

Berikan saran untuk perbaikan

-

Melihat perkembangan mentee

-

Dorong mentee untuk menjawab pertanyaan

(final interview)
-

Mentee mengisi self assessment

d. Evaluasi
Mentee dievaluasi praktiknya sebagai bagian dari proses audit atau
pemeriksaan
5. Mentor
Tidak semua individu dapat menjadi seorang mentor, berikut merupakan syarat
untuk menjadi mentor yaitu (Dermawan, 2012) :
a. Dapat dipercaya
b. Memiliki pengetahuan yang lebih baik
c. Skill
d. Semangat tinggi
e. Sikap empati
f. Peduli
Selain syarat, mentor juga memiliki fungsi sebagai guru, penasihat, konselor, dan
panutan. Kompetensi yang perlu mentor miliki adalah :
a. Memiliki pengetahuan dan pengalaman
b. Membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang
konstruktif
c. Memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberi
instruksi
d. Memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)
e. Memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi
6. Manfaat
a. Bagi mentor
-

Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektf yang luas,
mengembangkan pandangan baru tentang masalah dan mengetahui lebih
baik dari kebutuhan

-

Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas biasanya, sehingga menjadi
lebih objektif dan untuk belajar terhadap pertanyaan diri sendiri dan
mental

-

Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu
dan organisasi.

b. Bagi mentee
-

Pengembangan dalam belajar mandiri

-

Meningkatkan kompetensi manajerial

-

Meningkatkan jaringan yang luas dari penyedia layanan

-

Meningkatkan

kapasitas

untuk

membuat

“kemampuan

belajar

mengaplikasikan” dalam konteks organisasi
-

Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

C. Penerapan Metode Preceptorship dan Mentorship
Dalam penelitian Fatikhu Yatuni Asmara tahun 2012 metode preceptorship
dan mentorship digunakan dalam penerapan bagi mahasiswa yang sedang belajar di
lapangan berupa praktik keperawatan maternitas di RSU Wonosobo. Selama belajar
praktik di rumah sakit ini, mahasiswa di berikan tugas untuk mencapai kompetensi
seperti perawatan pasien antenatal, memutuskan diagnosis, intervensi, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi. Penggunaan metode ini dalam praktik keperawatan
berfungsi sebagai metode pengawasan untuk membantu mahasiswa lebih mandiri
dalam proses pembelajaran.
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode
preceptorship dan mentorship selama belajar di lapangan berkaitan dengan peran
mahasiswa, mentor, dan preceptor, hambatan, solusi untuk mengatasi masalah,
pencapaian kompetensi mahasiswa dan kepercayaan diri mahasiswa. Dari kategori
tersebut didapatkan tema : pemahaman tentang penerapan preceptorship-mentorship,
perilaku mahasiswa, dan efek psikologis dalam melakukan preseptorship-mentorship.
Pada tema pertama mahasiswa mengetahui peran mereka, akan tetapi dalam
penerapannya selama proses pembelajaran di lapangan terdapat bias antara mentor
dan preceptor. Dimana preceptor dan mentor sama – sama menerima untuk konsultasi
penyusunan laporan, sedangkan peran dari preceptor adalah memandu mahasiswa
dalam merawat pasien termasuk dalam mendokumentasikan laporan.
Tema kedua yaitu perilaku mahasiswa selama pelaksanaan mengalami kendala
berupa jumlah perceptors adalah minimum, jumlah mahasiswa di setiap shift tidak
sama, jadwal mentor dan mentee tidak cocok, dan implementasi metode di rawat jalan
dan intranatal lingkungan terbatas. Untuk itu, masalah ini diatasi dengan menambah

jumlah preceptor, menggunakan co preceptor untuk mengawasi mahasiswa, membuat
kesepakatan jadwal antara mentor dan mentee untuk diskusi, dan menerapkan metode
dalam antenatal dan intranatal bangsal.
Tema ketiga yaitu efek psikologis bagi mahasiswa selama pelaksanaan metode
yaitu tercapainya kompetensi karena mendapat dukungan, meningkatkan kepercayaan
diri dalam merawat pasien karena membangun komunikasi yang baik dengan pasien.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preceptorship merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendidik
perceptee dalam pembelajaran di klinik berdasarkan konsep pembelajaran. Mentorship
(mentoring) merupakan hubungan antara orang yang mempunyai pengalaman atau
keterampilan lebih dengan orang yang pengalaman atau keterampilannya sedikit yang
disepakati untuk menambah atau mengembangkan kompetensi yang spesifik.
Menurut Registered Nurses of Ontario (2008) dalam Asmara (2012), ada perbedaan
antara preceptor dan mentor, yaitu preceptor betindak sebagai instrukstur. Preceptor
melakukan metode selama pengawasan seperti diskusi, mengajari mahasiswa atau
perawat baru secara langsung di bed pasien dan observasi. Selanjutnya, preceptor
mentransfer atau memperagakan keterampilan dan pengetahuannya kapada pasien dan
mahasiswa atau perawat baru mengamatinya. Sedangkan mentor bertindak sebagai
evaluator. Mentor menilai kompetensi yang dicapai, kendala, mendiskusikan solusi untuk
memecahkan masalah, dan merencanakan tindakan lebih lanjut (Lennox, Skinner &
Foureur, 2008 dalam Asmara, 2012).
B. Saran
Adanya preceptorship dan mentorship yang sangat penting untuk tenaga keperawatan
khususnya mahasiswa yang belajar praktik di lapangan maupun perawat baru yang
memulai di dunia kerja, maka sangat perlu metode ini diterapkan sebagai masa orientasi
dalam praktik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Asmara, F. Y. (2012). Implementation Of Mentorship Preceptorship Method In Internship
Nursing Student Nursing School Diponegoro University. (1-9).
Dermawan, D. (2012). Mentorship dan Preceptorship dalam Keperawatan. Profesi, 8,(1-9).
Huriani, E., & Malini, H. (2006). Mentorship Sebagai Inovasi Metode Bimbingan Klinik
Dalam Keperawatan. (1-13).
Indriani, M. Y., Rahayu, BM. S., & Pindani, B. (2013). Pengalaman Dukungan Preceptor
Pada Perawat Baru Selama Proses Magang Di Rumah Sakit Santo Brromeus
Bandung. (1-9).
Nursalam. (2002). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Jakarta: Salemba Medika.