LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN A
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
“ PENGUKURAN PERMEABILITAS ATAU KONDUKTIFITAS
HIDRAULIK TANAH”
Disusun Oleh :
AGUSTIAN
C1011141080
RIPAWATI
C1011141070
ABSAH
C1011141088
MEGA ANDRIA
C1011141082
SONA APRIANSYAH
C1011141061
TIODORUS WANDI
C1011141062
LICUNG
C1011141063
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penetapan konduktifitas hidraulik tanah baik vertikal maupun horizontal sangat
penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air. Tanah-tanah yang memiliki
konduktifitas hidraulik lambat, diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan
banyak air.
Perkiraan kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman memerlukan pertimbangan
kehilangan air dari tanah melalui rembesan ke bawah dan ke samping. Selain itu bagi
daerah yang berdrainase buruk atau tergenang memerlukan data konduktifitas hidraulik
tanah agar perencanaan fasilitas drainase dapat dibuat untuk dapat menyediakan jumlah
air dan udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Konduktifitas hidraulik jenuh secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini
sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah.
Penetapan konduktifitas hidraulik dalam keadaan jenuh dilakukan mengikuti
cara yang dikemukakan oleh De Boodt (1967) berdasarkan hokum Darcy.
B.
TUJUAN
Untuk mengukur Permeabilitas atau Konduktifitas Hidraulik Tanah
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemebilitas Tanah
Permeabilitas menujukan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur,
sturktur dan tekstur serta unsur organik lainya juga ikut ambil bagian dalam menaikan
laju inflasi dan menurukan laju air. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah,
begitu juga dengan permeabilitas (Rohmat, 2009).
Permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah.Permeabilitas berbeda
dengan drainase yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas
dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel –
partikel lainya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk kedalam tanah
(Rohmat, 2009).
Faktor – faktor yang mempengaruhi permebilitas menurut Hanafiah, (2007). antara lain
sebagai berikut:
a. Tekstur
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan
permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir
akan mudah melewatkan air dalam tanah. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur
terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptive, yang
semakin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan
airnya, hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
b. Struktur
Struktur juga mempengaruhi permebilitas. Semakin banyak ruang antar struktur,
maka semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang
berstruktur lempeng akan sulit di tembus oleh air dari pada berstruktur remah.
c. Porositas
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau
udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori
dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut.
d. Viskositas
Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka
semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut.
e. Gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas tanah, karena
permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya gravitasi.
B. Faktor – Faktor Yang Dipengaruhi Permeabilitas
Adapun beberapa faktor – faktor yang dipengaruhi permebilitas tanah menurut
Soepardi, (1975) antara lain sebagai berikut:
a. Infiltrasi
Infiltrasi yaitu kecepatan air auk melalui tanah. Pada tekstur tanah pasir yang
memiliki ruang pori besar, akan akan memiliki daya infiltrasi yang cepat dan
permeabilitasnya sangat tinggi. Namun pada tekstur pada tekstur liat akan berbeda,
tekstur liat memiliki kemampuan yang baik menyimpan air, maka akan mengakibatkan
daya infiltrasi menjadi lambat, yang menyebabkan permeabilitas akan juga lambat.
b. Aliran Drainas
Drainase merupakan aliran air, drainase pada masing – masing tekstur tanah tidak
sama. Pada tekstur tanah pasir yang memiliki ruang pori yang besar maka drainasenya
akan tinggi sehingga permeabilitasnya pun akan semakin cepat namun tekstur tanah liat
memiliki aliran drainase yang kurang baik, yang menyebabkan permeabilitasnya
melambat.
c. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses penguapan. Pada tanah jenuh, akan memiliki kadar
air yang tinggi atau banyak maka evaporasinya akan tinggi sehingga permebilitasnya
pun akan tinggi. Namun tidak akan tanah tak jenuh yang memiiki kadar air yang rendah
sehingga evaporasi pun akan rendah dan permebilitasnya rendah pula
d. Erosi
Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah di permukaan sebagai akibat dari
tumbukan buturan hujan dan aliran air dipermukaan. Pada umumnya dikenal 3 tipe erosi
pada taanah yaitu erosi permukaan, erosi alir dan erosi parit. Erosi akan berpengaru
pada permeabilitas tanah, apabila erosi besar maka permeabilitas tanah akan rendah
begitu juga sebaliknya apabila erosi rendah maka permebilitasnya akan tinggi.
BAB III
METODOLOGI
A.
Alat-alat
1.
Tabung silinder (berukuran diameter 5 cm dan tinggi 5 cm)
2.
Bak perendam
3.
Stop watch
4.
Permeameter (alat pengukuran permeabilitas tanah)
5.
Jepitan
6.
Ember plastik 2 buah
B.
Bahan
1.
Sampel tanah utuh yang diambil dengan ring silinder dari lapangan
2.
Air bersih
C.
Cara Kerja
1.
Contoh tanah utuh diambil dari lapangan dengan tabung silinder.
2.
Bungkus bagian bawah ring yang tumpul dengan kain berpori (kain kasa)
3.
Contoh tanah dengan tabung silinder direndam dalam air pada bak perendam setinggi
3 cm dari dasar bak selama 24 jam. Maksud perendaman adalah untuk mengeluarkan
semua udara dalam pori-pori tanah, sebab permeabilitas ini ditetapkan dalam keadaan
jenuh.
4.
Setelah perendaman selesai, contoh tanah beserta ring dimasukkan ke tabung
perendam permeameter.
5.
Isilah tabung meter/buret dan tabung perendam dengan air hingga penuh sampai air
keluar dari pipa kecil, kemudian tutup tabung perendam.
6.
Turunkan air dalam buret dengan membuka keran. Untuk pengukuran awal, pada
tanah mineral biasanya ditentukan pada ketinggian air 12 cm hingga turun pada
ketinggian 11 cm. untuk tanah gambut dari ketinggian air 7 cm sampai 5 cm.
7.
Catat waktu yang dibutuhkan untuk penurunan air dalam buret dari ketinggian/head
awal (h1) yang telah ditentukan (12 cm) hingga ketinggian/head akhir (h2) (11 cm)
dengan stop watch. Pekerjaan ini diulang 3 kalli dan hasilnya direratakan.
8.
Keluarkan contoh tanah dan bersihkan ring
9.
Ukur diameter ring kemudian cari luas penampangnya
10. Ukur diameter buret dan cari luas penampangnya
11. Bersihkan dan rapikan kembali semua peralatan
12. Catat hasil pengukuran pada tabel
BAB III
HASIL, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum
Luas
No
Kode Sampel
Penampa
ng Buret
(a) (cm2)
Luas
Waktu
Tinggi
Penampan
Yang
Head
Head
Buret (i)
g Contoh
Dibutuhka
Awal
akhir
(cm)
Tanah (A)
n (t)
(h1) (cm)
(h2) (cm)
(detik)
32,22
10,72
7
7
5
5
1
2
Gambut (0-5 cm)
Gambut (5-10
1,76
1,76
7
7
(cm2)
19,625
19,625
3
cm)
Alluvial (0-5
1,76
7
19,625
18.63
7
5
4
cm)
Alluvial (5-10
1,76
7
19,625
12,62
7
5
cm)
B.
PERHITUNGAN
Keterangan :
G1 = Gambut (0-5 cm)
G2 = Gambut (5-10 cm)
A1 = Alluvial (0-5 cm)
A2 = Alluvial (5-10 cm)
Rumus K = ((a x i) / A) x (2,3 / t) x log (h1 / h2)
1)
G1
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 32,22) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,071384233) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,071384233 x 0,146128035
= 0,000133641
2)
G2
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 10,72) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,214552238) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,214552238 x 0,146128035
= 0,000401672
3)
A1
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 18,63) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,12345679) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,12345679 x 0,146128035
= 0,000231128
4)
A2
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 12,62) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,182250396) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,182250396 x 0,146128035
= 0,000341198
C.
PEMBAHASAN
Interprestasi data :
Untuk interprestasi data dapat menggunakan klasifikasi konduktifitas hidraulik
menurut Uhland O’neal (1951) pada tabel. 2
Tabel 2. Klasifikasi Konduktifitas Hidraulik
Klas
Konduktifitas Hidraulik
Sangat Lambat
Lambat
Agak Lambat
Sedang
Agak Cepat
Cepat
Sangat Cepat
(cm/jam)
25,00
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa permeabilitas pada
tanah gambut dengan kedalaman 0-5 cm permeabilitasnya jauh lebih tinggi
dibandingkan permeabilitas pada tanah gambut dengan kedalaman 5-10 cm, sedangkan
permeabilitas pada tanah alluvial pada kedalaman 0-5 cm tidak berbeda jauh
dibandingkan permeabilitas pada tanah alluvial dengan kedalaman 5-10 cm.
Berdasarkan hasil perhitungan permeabilitas hidraulik di atas maka, hasil-hasil
tersebut menunjukkan bahwa permeabilitas masing-masing tanah tergolong Sangat
Lambat, karena hasil perhitungan rata-rata berada kurang dari 0,125 cm/jam. Keadaan
ini mungkin disebabkan oleh pori-pori tanah yang tersumbat, tidak terdapat rongga yang
bisa menyerap air dengan cepat, dan keadaan tanah yang tidak terdapat oksigen (O2).
Pada keadaan tanah yang seperti ini sepertinya sangat cocok untuk areal
persawahan yang membutuhkan air dalam jumlah yang banyak, tetapi keadaan ini harus
diubah dengan cara pembuatan drainase yang baik agar tersedia jumlah air dan udara
(O2) yang baik bagi tanaman, sehingga memenuhi syarat tumbuh yang diinginka
tanaman persawahan.
Kondisi tanah yang baik merupakan kondisi yang diinginkan oleh tanaman
untuk dapat tumbuh dengan baik agar pertumbuhan tanaman maksimal dan tanaman
dapat menghasilkan produksi yang maksimal / memuaskan, hal ini juga berdampak pada
penghasilan ekonomi petani yaitu penghasilan petani dapat meningkat, karena
keuntungan yang didapat akan lebih besar.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan permeabilitas atau konduktifitas hidraulik tanah di atas
dapat disimpulkan :
Permeabilitas tanah gambut dan alluvial yang di hitung dengan kedalaman
masing-masing 0-5 dan 5-10 cm, hasil permeabilitasnya tergolong sangat lambat,
sehingga tanah tersebut sebaiknya digunakan untuk area persawahan yang
membutuhkan banyak air, tetapi harus dibuat sistem drainase yang baik agar
syarat tumbuh tanaman dapat terpenuhi.
Permeabilitas tanah yang sangat rendah ini kemungkinan dipengaruhi oleh
kandungan oksigen (O2) yang dihilangkan, pori-pori tanah yang tersumbat,
sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyerap air.
Permeabilitas tanah yang sangat lambat harus dibuat saluran drainase yang baik
untuk menanggulangi masalah permeabilitasnya, agar tanah bisa digunakan untuk
area pertanian.
“ PENGUKURAN PERMEABILITAS ATAU KONDUKTIFITAS
HIDRAULIK TANAH”
Disusun Oleh :
AGUSTIAN
C1011141080
RIPAWATI
C1011141070
ABSAH
C1011141088
MEGA ANDRIA
C1011141082
SONA APRIANSYAH
C1011141061
TIODORUS WANDI
C1011141062
LICUNG
C1011141063
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penetapan konduktifitas hidraulik tanah baik vertikal maupun horizontal sangat
penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air. Tanah-tanah yang memiliki
konduktifitas hidraulik lambat, diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan
banyak air.
Perkiraan kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman memerlukan pertimbangan
kehilangan air dari tanah melalui rembesan ke bawah dan ke samping. Selain itu bagi
daerah yang berdrainase buruk atau tergenang memerlukan data konduktifitas hidraulik
tanah agar perencanaan fasilitas drainase dapat dibuat untuk dapat menyediakan jumlah
air dan udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Konduktifitas hidraulik jenuh secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini
sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah.
Penetapan konduktifitas hidraulik dalam keadaan jenuh dilakukan mengikuti
cara yang dikemukakan oleh De Boodt (1967) berdasarkan hokum Darcy.
B.
TUJUAN
Untuk mengukur Permeabilitas atau Konduktifitas Hidraulik Tanah
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemebilitas Tanah
Permeabilitas menujukan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur,
sturktur dan tekstur serta unsur organik lainya juga ikut ambil bagian dalam menaikan
laju inflasi dan menurukan laju air. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah,
begitu juga dengan permeabilitas (Rohmat, 2009).
Permeabilitas dapat mempengaruhi kesuburan tanah.Permeabilitas berbeda
dengan drainase yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas
dapat mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel –
partikel lainya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk kedalam tanah
(Rohmat, 2009).
Faktor – faktor yang mempengaruhi permebilitas menurut Hanafiah, (2007). antara lain
sebagai berikut:
a. Tekstur
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan
permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir
akan mudah melewatkan air dalam tanah. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur
terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptive, yang
semakin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan
airnya, hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
b. Struktur
Struktur juga mempengaruhi permebilitas. Semakin banyak ruang antar struktur,
maka semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang
berstruktur lempeng akan sulit di tembus oleh air dari pada berstruktur remah.
c. Porositas
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau
udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori
dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut.
d. Viskositas
Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka
semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut.
e. Gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas tanah, karena
permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya gravitasi.
B. Faktor – Faktor Yang Dipengaruhi Permeabilitas
Adapun beberapa faktor – faktor yang dipengaruhi permebilitas tanah menurut
Soepardi, (1975) antara lain sebagai berikut:
a. Infiltrasi
Infiltrasi yaitu kecepatan air auk melalui tanah. Pada tekstur tanah pasir yang
memiliki ruang pori besar, akan akan memiliki daya infiltrasi yang cepat dan
permeabilitasnya sangat tinggi. Namun pada tekstur pada tekstur liat akan berbeda,
tekstur liat memiliki kemampuan yang baik menyimpan air, maka akan mengakibatkan
daya infiltrasi menjadi lambat, yang menyebabkan permeabilitas akan juga lambat.
b. Aliran Drainas
Drainase merupakan aliran air, drainase pada masing – masing tekstur tanah tidak
sama. Pada tekstur tanah pasir yang memiliki ruang pori yang besar maka drainasenya
akan tinggi sehingga permeabilitasnya pun akan semakin cepat namun tekstur tanah liat
memiliki aliran drainase yang kurang baik, yang menyebabkan permeabilitasnya
melambat.
c. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses penguapan. Pada tanah jenuh, akan memiliki kadar
air yang tinggi atau banyak maka evaporasinya akan tinggi sehingga permebilitasnya
pun akan tinggi. Namun tidak akan tanah tak jenuh yang memiiki kadar air yang rendah
sehingga evaporasi pun akan rendah dan permebilitasnya rendah pula
d. Erosi
Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah di permukaan sebagai akibat dari
tumbukan buturan hujan dan aliran air dipermukaan. Pada umumnya dikenal 3 tipe erosi
pada taanah yaitu erosi permukaan, erosi alir dan erosi parit. Erosi akan berpengaru
pada permeabilitas tanah, apabila erosi besar maka permeabilitas tanah akan rendah
begitu juga sebaliknya apabila erosi rendah maka permebilitasnya akan tinggi.
BAB III
METODOLOGI
A.
Alat-alat
1.
Tabung silinder (berukuran diameter 5 cm dan tinggi 5 cm)
2.
Bak perendam
3.
Stop watch
4.
Permeameter (alat pengukuran permeabilitas tanah)
5.
Jepitan
6.
Ember plastik 2 buah
B.
Bahan
1.
Sampel tanah utuh yang diambil dengan ring silinder dari lapangan
2.
Air bersih
C.
Cara Kerja
1.
Contoh tanah utuh diambil dari lapangan dengan tabung silinder.
2.
Bungkus bagian bawah ring yang tumpul dengan kain berpori (kain kasa)
3.
Contoh tanah dengan tabung silinder direndam dalam air pada bak perendam setinggi
3 cm dari dasar bak selama 24 jam. Maksud perendaman adalah untuk mengeluarkan
semua udara dalam pori-pori tanah, sebab permeabilitas ini ditetapkan dalam keadaan
jenuh.
4.
Setelah perendaman selesai, contoh tanah beserta ring dimasukkan ke tabung
perendam permeameter.
5.
Isilah tabung meter/buret dan tabung perendam dengan air hingga penuh sampai air
keluar dari pipa kecil, kemudian tutup tabung perendam.
6.
Turunkan air dalam buret dengan membuka keran. Untuk pengukuran awal, pada
tanah mineral biasanya ditentukan pada ketinggian air 12 cm hingga turun pada
ketinggian 11 cm. untuk tanah gambut dari ketinggian air 7 cm sampai 5 cm.
7.
Catat waktu yang dibutuhkan untuk penurunan air dalam buret dari ketinggian/head
awal (h1) yang telah ditentukan (12 cm) hingga ketinggian/head akhir (h2) (11 cm)
dengan stop watch. Pekerjaan ini diulang 3 kalli dan hasilnya direratakan.
8.
Keluarkan contoh tanah dan bersihkan ring
9.
Ukur diameter ring kemudian cari luas penampangnya
10. Ukur diameter buret dan cari luas penampangnya
11. Bersihkan dan rapikan kembali semua peralatan
12. Catat hasil pengukuran pada tabel
BAB III
HASIL, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum
Luas
No
Kode Sampel
Penampa
ng Buret
(a) (cm2)
Luas
Waktu
Tinggi
Penampan
Yang
Head
Head
Buret (i)
g Contoh
Dibutuhka
Awal
akhir
(cm)
Tanah (A)
n (t)
(h1) (cm)
(h2) (cm)
(detik)
32,22
10,72
7
7
5
5
1
2
Gambut (0-5 cm)
Gambut (5-10
1,76
1,76
7
7
(cm2)
19,625
19,625
3
cm)
Alluvial (0-5
1,76
7
19,625
18.63
7
5
4
cm)
Alluvial (5-10
1,76
7
19,625
12,62
7
5
cm)
B.
PERHITUNGAN
Keterangan :
G1 = Gambut (0-5 cm)
G2 = Gambut (5-10 cm)
A1 = Alluvial (0-5 cm)
A2 = Alluvial (5-10 cm)
Rumus K = ((a x i) / A) x (2,3 / t) x log (h1 / h2)
1)
G1
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 32,22) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,071384233) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,071384233 x 0,146128035
= 0,000133641
2)
G2
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 10,72) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,214552238) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,214552238 x 0,146128035
= 0,000401672
3)
A1
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 18,63) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,12345679) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,12345679 x 0,146128035
= 0,000231128
4)
A2
= ((1,76 x 7) / 19,625) x (2,3 / 12,62) x log (7 / 5)
= (0,251428571 / 19,625) x (0,182250396) x log 1,4
= 0,012811646 x 0,182250396 x 0,146128035
= 0,000341198
C.
PEMBAHASAN
Interprestasi data :
Untuk interprestasi data dapat menggunakan klasifikasi konduktifitas hidraulik
menurut Uhland O’neal (1951) pada tabel. 2
Tabel 2. Klasifikasi Konduktifitas Hidraulik
Klas
Konduktifitas Hidraulik
Sangat Lambat
Lambat
Agak Lambat
Sedang
Agak Cepat
Cepat
Sangat Cepat
(cm/jam)
25,00
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa permeabilitas pada
tanah gambut dengan kedalaman 0-5 cm permeabilitasnya jauh lebih tinggi
dibandingkan permeabilitas pada tanah gambut dengan kedalaman 5-10 cm, sedangkan
permeabilitas pada tanah alluvial pada kedalaman 0-5 cm tidak berbeda jauh
dibandingkan permeabilitas pada tanah alluvial dengan kedalaman 5-10 cm.
Berdasarkan hasil perhitungan permeabilitas hidraulik di atas maka, hasil-hasil
tersebut menunjukkan bahwa permeabilitas masing-masing tanah tergolong Sangat
Lambat, karena hasil perhitungan rata-rata berada kurang dari 0,125 cm/jam. Keadaan
ini mungkin disebabkan oleh pori-pori tanah yang tersumbat, tidak terdapat rongga yang
bisa menyerap air dengan cepat, dan keadaan tanah yang tidak terdapat oksigen (O2).
Pada keadaan tanah yang seperti ini sepertinya sangat cocok untuk areal
persawahan yang membutuhkan air dalam jumlah yang banyak, tetapi keadaan ini harus
diubah dengan cara pembuatan drainase yang baik agar tersedia jumlah air dan udara
(O2) yang baik bagi tanaman, sehingga memenuhi syarat tumbuh yang diinginka
tanaman persawahan.
Kondisi tanah yang baik merupakan kondisi yang diinginkan oleh tanaman
untuk dapat tumbuh dengan baik agar pertumbuhan tanaman maksimal dan tanaman
dapat menghasilkan produksi yang maksimal / memuaskan, hal ini juga berdampak pada
penghasilan ekonomi petani yaitu penghasilan petani dapat meningkat, karena
keuntungan yang didapat akan lebih besar.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan permeabilitas atau konduktifitas hidraulik tanah di atas
dapat disimpulkan :
Permeabilitas tanah gambut dan alluvial yang di hitung dengan kedalaman
masing-masing 0-5 dan 5-10 cm, hasil permeabilitasnya tergolong sangat lambat,
sehingga tanah tersebut sebaiknya digunakan untuk area persawahan yang
membutuhkan banyak air, tetapi harus dibuat sistem drainase yang baik agar
syarat tumbuh tanaman dapat terpenuhi.
Permeabilitas tanah yang sangat rendah ini kemungkinan dipengaruhi oleh
kandungan oksigen (O2) yang dihilangkan, pori-pori tanah yang tersumbat,
sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyerap air.
Permeabilitas tanah yang sangat lambat harus dibuat saluran drainase yang baik
untuk menanggulangi masalah permeabilitasnya, agar tanah bisa digunakan untuk
area pertanian.