Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran SAVI pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 di SD Kristen Karmel 02 Thekelan Kec. Getasan Kab. Semarang

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kajian Teori
Kajian teori ini merupakan paparan dari para ahli untuk mendukung

penilitian yang dilakukan dan diambil dari beberapa teori para ahli yang mengkaji
beberapa pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Dalam pembahasan kajian
teori ini berisi pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI dan hasil belajar
Matematika. Dalam kajian teori dibahas tentang Hakikat Matematika di SD,
Hasil belajar matematika, Model Pembelajaran SAVI, Penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, hipoteisis tindakan.

2.1.1 Hakikat Matematika
Matematika dipelajari oleh anak sejak berada di tingkat pendidikan
terendah yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD). Ilmu matematika juga seringkali
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak menginjak usia
sekolah. Berkaitan dengan pembelajaran matematika di SD akan dijelaskan
sebagai berikut.


2.1.1.1 Matematika
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berhitung
berpikir kritis, dan kreatif, serta kemampuan memecahkan masalah. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pengertian Matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Kurikulum 2006) Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
1

2

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit.
Untuk mengusai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Ruseffendi (dalam Heruman 2012:1) matematika adalah bahasa
simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu
tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat di simpulkan dasar materi yang
diberikan di tingkat sekolah dasar adalah materi bilangan, yang digunakan sebagai
dasar untuk mempelajari materi pembelajaraan yan merupakan pola dan hubungan
sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau model tertentu yang dapat dibuat
generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata Pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah. sekolah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika.

3

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Menurut ( Heruman, 2012 : 2) dalam mengajarkan matematika harus bisa
memahami dan mengetahui bahwa kemampuan setiap siswa itu berbeda, dan
semua siswa belum tentu senang dengan pembelajaran matematika. Memang
tujuan akhir dalam pembelajaran matematika di SD agar siswa terampil dalam
menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar
kompetensidasar pada siswa. Pembelajaran matematika tidak hanya berorientasi
pada penguasaan materi matematika saja, tetapi materi matematika diposisikan
sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang

lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan
kompetensi yang harus dicapai siswa sesuai tahapan.
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi
matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil
belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar kompetensi ini dirinci
dalam kompoetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap
aspeknya.Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut
didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran
dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus diantaranya :
1) Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan
menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
2) Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat
dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi.
3) Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data
dengan berbagai cara.
4) Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi,
persamaan, dan identitas trigonometri.
5) Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan fungsi


4

2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran secara keseluruhan dari
awal sampai akhir yang berupa nilai. Penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik
pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang baik. Menurut (Nasution, 2006 : 36) hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
yang diberikan guru.
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat
evaluasi tertentu. (Widoyoko, 2009 : 1), mengemukakan bahwa hasil belajar
terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju
evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan
evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment),
sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang didapat tersebut
diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan,
emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:6) hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang perlu diingat dalam hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Hasil belajar dapat di peroleh dari 6 aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai.

5

2.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan

faktor-faktor yang


mempengaruhinya. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak
jenisnya, tetapi menurut (Slameto, 2003: 54 – 72) dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu: faktor intern (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern
(faktor dari luar siswa).
a)

Faktor Intern
Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam

pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses belajar, semua
kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk mencerna materi yang akan
dipelajari. Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu
faktor jasmaniah dan psikologis.
1)

Faktor jasmaniah
Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan

intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang lemah dapat
menurunkan kualitas belajar siswa.

2)

Faktor psikologis
Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis

terdiri dari tujuh faktor, yaitu : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, kesiapan.
b)

Faktor Ekstern
Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini satu sama lain
memberikan warna tersendiri pada perkembangan individu, terutama dalam
kegiatan belajar.
1)

Lingkungan Keluarga
Lingkungan


ini

memberikan

kontribusi

yang

berarti

terhadap

perkembangan individu. Keluarga ini merupakan lingkungan yang pertama
dikenal oleh anak dan sebagian besar waktunya dilalui bersama keluarga.
Pengaruh keluarga bisa berasal dari kepedulian orang tua berupa dukungan
motivasi belajar.

6

2)


Lingkungan Sekolah
Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu tertentu

merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu.
3)

Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh

terhadap beajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi adalah
sebagai berikut : kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media masa
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas,
pembelajaran dengan percobaan sederhana yang digunakan untuk meningkatkan
aktivitas belajar, menumbuhkan rasa senang belajar dan membangun rasa santai
serta semangat dalam belajar

2.1.3 Pengertian Keaktifan siswa
Menurut Depdiknas (2006 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar

mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik mental intelektual dan
emisional guna memperoleh hasil belajar yang baik.
Keaktifan berasal dari kata dasar aktif, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, aktif diartikan sebagai giat. Keaktifan siswa berarti suatu usaha atau kerja
yang dilakukan dengan giat dan menghasilkan perubahan dari tidak melakukan apaapa menjadi melakukan sesuatu. Sedangkan aktivitas siswa dapat digolongkan dalam
bentuk sikap, kesibukan, maupun kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Keaktifan siswa itu seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan
data, berpendapat, dan presentasi. Ketika siswa hanya mendengarkan penjelasan guru
saja, maka ia akan cepat lupa dengan informasi yang ia dengar. Karena belajar yang
hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan cepat lupa, padahal
ilmu pengetahuan seharusnya disimpan dalam jangka waktu lama. Keaktifan siswa

dapat diartikan sebagai interaksi antara siswa dengan guru maupun interaksi
antara siswa dengan siswa yang lainnya.

7

2.1.3.1 Unsur keaktifan siswa
Sudjana menjelaskan bahwa kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai
proses terdiri dari enam unsur, yaitu unsur belajar, peserta didik, tingkat kesulitan
belajar, stimulus dan lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, pola
respon. Menurut Paul B. Dierdich yang dikutip oleh S. Nasution, aktivitas siswa
dapat digolongkan menjadi delapan, yaitu:
a) Visual Activities yaitu membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi.
b) Oral Activities yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan: wawancara, diskusi.
c) Listening Activities yaitu mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, pidato.
d) Writing Activities yaitu menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin.
e) Drawing Activities yaitu menggambar, membuat grafik, peta, pola, diagram.
f) Motor

Activities

yaitu

melakukan

percobaan,

membuat

konstruksi,,

mereparasi, bermain, memelihara binatang, berkebun.
g) Mental

Activities

yaitu

menanggapi,

mengingat,

memecahkan

soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h) Emotional Activities yaitu menaruh minat, merasa, bosan, gembira, berani,
senang, gugup.

2.1.4 Model pembelajaran SAVI
SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan
aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh dalam
pembelajaran. Pembelajaran ini menganut aliran ilmu kognitif modern yang
menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar yang melibatkan
emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan
pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang
belajar dengan cara-cara yang berbeda. Pembelajaran ini juga mengkaitkan
sesuatu dengan realita hidup. Model pembelajaran SAVI adalah pembelajaran
yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang
dimiliki siswa, (Henry, 2009). Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari:

8

1) Somatic
”Somatic” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh=soma. pembelajaran
somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh
(indera, peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu
kegiatan pembelajaran berlangsung).
2) Auditory
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Hal ini dapat diartikan dalam
pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang
sedang mereka alami, menerjemahkan pengalaman siswa dengan kata-kata.
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Setiap siswa yang
menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat langsung.
Secara khususnya pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat
contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan dan sebagainya ketika belajar.
4) Intelektual
Belajar dengan memecahkan masalah dalam kehidupan. Dengan pikiran
mereka secara internal akan menggunakan kecerdasan untuk merenungkan
suatu pengalaman dan mencari solusi. Hal ini diperkuat dengan makna
intelektual adalah bagian diri yang terdiri dari merenung, mencipta, dan
memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian SAVI diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran itu hendaknya menggunakan semua semua alat indera yang kita
punya, belajar mendengar dan membahas pengalaman yang dialami siswa, akan
lebih berkesan dan bermakna kalau belajar dengan melihat contoh nyata dan
langsung, sehingga dalam belajar siswa mampu memecahkan masalah dalam
kehidupannya dengan kecerdasan yang dimilikinya.

9

2.1.5 Sintak Model Pembelajaran SAVI
Sintak Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas.
Sintak pembelajaran SAVI melalui beberapa fase:
1) Fase persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan
belajar auditori. Pada awalnya guru memberikan beberapa pertanyaan seputar
materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa,
guru memberikan tepuk tangan bagi yang bisa menjawab agar tercipta suasana
kelas yang menyenangkan. .
2) Fase penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan visual.
Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda nyata yang berada
dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini guru menyampaikan
gambaran percobaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian
siswa diajak untuk mengalami secara langsung dengan mengamatinya.
3) Fase pelatihan (kegiatan inti) adalah bentuk penerapan somatic. Pada tahap ini
guru memberikan lembar pengamatan untuk dikerjakan bersama teman
kolompoknya kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan
guru dibahas bersama-sama dan dikumpulkan.
4) Fase penampilan hasil kegiatan penutup adalah sebagai bentuk belajar. Pada
tahap ini guru memberikan soal pelatihan/ pertanyaan umpan balik secara
individu dan memberikan pemantapan berupa mengaitkan pembelajaran yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran
pelaksanaan dari model SAVI meliputi tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap
pelatihan dan tahap penampilan hasil.

10

2.2

Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan Purwanti Silvianawati, 2011 dengan judul

“Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan
Model Pembelajaran SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari
04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011”. Penelitian dengan pembelajaran SAVI
lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Hewan dan
Tumbuhan, dengan hasil rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen 82.8125 dan
69.6875 untuk kelas kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI pada saat proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa
lebih meningkat.
Penelitian yang telah diteliti oleh Fitrianingsih, Ika 2009 Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan “SAVI” Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa.
Menyimpukan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kombinasi efek
antara pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran model SAVI. Ini
berarti bahwa prestasi belajar akan lebih tinggi dapat dicapai pada pembelajaran
dengan penggunaan pendektan SAVI dengan ditinjau dari hasil belajar siswa yang
meningkat
2.3

Kerangka pikir
Pembelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran SAVI

yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan
konsep terhadap suatu pembelajaran secara langsung dengan menemukan sendiri
kebenaran dari materi yang dipelajari. Pembelajaran dengan penerapan model
SAVI mengacu pada tiga aspek dimana aspek tersebut adalah aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Alur kerangka pikir yang dibuat untuk mengarahkan
tujuan penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka
kerangka pemikiran digambarkan dalam sebuah gambar skema agar penelitian
mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian.

11

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka pikir Model Pembelajaran SAVI

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran
disampaikan
secara
konvesional

Siswa kurang
aktif, hasil belajar
rendah

Pembelajaran
dengan model SAVI

Perencanaan

Refleksi

Tindakan siklus I

Siklus I

Siklus II

Tindakan siklus II

Refleksi

Guru
menyampaikan
materi belajar

Guru sebagai
fasilitator

Keaktifan siswa
meningkat, hasil belajar
siswa mencapai KKM

12

2.4

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan

peneliti adalah dalam proses belajar mengajar guru menggunakan model
pembelajaran SAVI, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Matematika, serta membantu siswa dalam pemahaman materi secara mendalam
untuk mencapai nilai KKM 72 yang ditetapkan sekolah dan keaktifan siswa kelas
3 semester 2 SD Kristen Karmel 02 pada tahun ajaran 2014/2015 meningkat
secara signifikan.