RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PAD

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
PADI VARIETAS LOKAL DAN HIBRIDA
TERHADAP PEMUPUKKAN PUPUK KANDANG
(GROWTH AND PRODUCTIVITY RESPONSE OF HYBRID AND
LOCAL VARIETY RICE TO MANURE FERTILIZING)
Adi Prayoga *) , Budianto *) , M. Saikhu **)
*)

Dosen STPP Malang;

*)

Pelaksana Teknis STPP Malang

Email: adiprayoga41@yahoo.com.

ABSTRAK
Penelitian respon pertumbuhan dan produktivitas padi varietas lokal
dan hibrida terhadap pemupukkan pupuk kandang dilaksanakan pada bulan
Juli sampai Oktober 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
respon pertumbuhan dan produktivitas padi varietas lokal dan hibrida pada

beberapa jenis pemupukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dari masingmasing varietas pada berbagai jenis pemupukkan tidak berbeda nyata. Jumlah
anakan per rumpun dari masing-masing varietas cenderung lebih banyak
pada perlakuan pemupukkan dengan pupuk kimia (unorganik), dan
pemupukkan dengan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang dibandingkan
perlakuan

dengan

pemupukkan

dengan

pupuk

kandang

(organik).

Produktivitas masing-masing varietas meningkat dengan pemupukkan 50%

pupuk kimia + 50% pupuk kandang.
Kata Kunci : pertumbuhan, produktivitas, pupuk kandang

ABSTRACT
Research of growth and productivity response of hybrid and local
variety rice to manure fertilizing was conducted on July to October 2013.
This research aim to analyse growth and productivity response of hybrid and
local variety rice to fertilizing variation.
Result of the study suggest that plant tall of each variety on fertilizing
variation not significant. Seedling number of each variety inclined
fertilizing with unorganic fertilizer only, and 50% unorganic fertilizer + 50%
organic fertilizer combination more than organic fertilizer only. Productivity
of each variety increase by fertilizing 50% unorganik fertilizer + 50%
organic fertilizer combination.
Key words : growth, break event productivity, and manure fertilizer

PENDAHULUAN
Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita
akibat peningkatan pendapatan.


Kebutuhan beras untuk tahun 2025

diperkirakan mencapai 78 jutan ton GKG (Abdullah, 2003). Dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan tersebut hingga saat ini varietas unggul baru
terus dikembangkan

untuk mempertahankan dan meningkatkan daya hasil.

Varietas unggul telah mem- berikan kontribusi besar terhadap peningkatan
produksipadi nasional. Hingga saat ini varietas unggul tetap lebih besar
sumbangannya dalam peningkatan produktivitas dibandingkan dengan
komponen teknologi lainnya (Sembiring dan Wirajaswadi, 2001 dalam
Dahliana dkk., 2012).
Penggunaan varietas moderen pada sistem pertanian konvensional
telah mendorong petani untuk mengaplikasikan pupuk anorganik b erdosis
tinggi dan mengabaikan penggunaan pupuk organik (pupuk kandang).
Guna menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis yang berlebihan
dalam


upaya meningkatkan produksi, model intensifikasi padi sawah

dimasa mendatang selayaknya tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk
kimia sintetis, namun perlu dikembangkan inovasi teknologi yang mampu
memperbaiki kesuburan lahan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usaha, serta memberikan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan
pendapatan rumah tangga petani.
Pertanian organik merupakan alternatif pilihan yang patut untuk
dipertimbangkan karena dalam jangka panjang diharapkan akan dapat
meningkatkan dan mempertahankan tingkat produksi dan kesuburan lahan
sehingga ekonomi petani lebih stabil (Sutanto, 2002).
Usahatani organik yang murni sulit dilakukan secara tiba-tiba
agar tidak terjadi penurunan produktivitas. Namun diperlukan waktu yang

cukup sebagai masa transisi dengan cara pengurangan penggunaan pupuk
kimia sintetik dan pestisida

kimia sintetik yang

disertai


dengan

penambahan bahan organik ke dalam tanah. Dalam pengembangan padi
organik, disyaratkan varietas padi yang digunakan adalah varietas unggul
lokal dengan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan varietas unggul
hibrida. Sampai sekarang belum ada varietas unggul untuk padi organik.
Varietas ungggul lokal yang digunakan untuk produk beras organik varietas
Menthik Wangi.
Tanaman padi yang ditanam secara organik (padi organik) di
Indonesia dan informasi tentang usahatani padi organik relatif masih
terbatas. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk menganalisis respon
pertumbuhan dan hasil varietas padi unggul hibrida dibandingkan varietas
unggul lokal terhadap pemupukkan organik.
Tujuan dari penelitian adalah :
a) Menganalisis respon pertumbuhan masing-masing varietas terhadap dosis
pemupukan.
b) Menganalisis produktivitas masing-masing varietas pada beberapa jenis
pemupukan


METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STPP Malang dengan
ketinggian 490 dpl, suhu berkisar 24 – 28 o C, curah hujan normal 1780 mm
per tahun, dan pengairan semi teknis. Dari sumber mata air pertama.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian faktorial dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor. Faktor
pertama adalah Jenis Varietas yang terdiri 2 (dua) macam yaitu varietas
varietas Sarinah (V 1 ), varietas Mentik Wangi (V 2 ), varietas IPB3S (V 3 ). Dan
varietas IPB4S (V 4 ) Faktor kedua adalah Jenis Pemupukan yang terdiri dari
tiga macam, yaitu 100% pupuk anorganik dosis Rekomendasi (D 1 ), 50%
pupuk anorganik dosis rekomendasi + 50% pupuk kandang (D 2 ), dan 100%
pupuk kandang (D 3 ). Kombinasi faktor ada 12 kombinasi, yaitu V 1 D1 , V 1 D2 ,
V1 D 3 , V 2 D1 , V2 D 2 , V 2 D3 , V 3 D1 , V3 D 2 , V 3 D3 , V4 D 1 , V 4 D2 , V4 D 3 . Masingmasing kombinasi faktor diulang sebanyak 3 (tiga) kali sehingga terdapat 36
petak percobaan.
Jumlah sampel pengamatan per petak percobaan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 5 rumpun tanaman yang dipilih dengan teknik diagonal.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer, yaitu hasil
pengukuran terhadap sampel rumpun tanaman.
Komponen pertumbuhan dan


produksi yang di amati dan di ukur

dalam penelitian ini, adalah :
1) Tinggi tanaman (cm), dihitung tinggi tanaman berdasarkan sampel.
Dilaku- kan pada umur 30 HST, 50 HST dan saat panen (anakan
produktif).
2) Jumlah Anakan per rumpun, dihitung per rumpun.
3) Jumlah gabah per malai, dihitung jumlah gabah yang ada di malai pada
setiap sampel. Di lakukan setelah panen.
4) Jumlah gabah per rumpun, dihitung jumlah gabah pada setiap rumpun

sampel. Dilakukan saat panen.
5) Bobot Gabah Kering Panen (GKP) per rumpun, dilakukan dengan cara
menghitung berat gabah berisi pada setiap sampel. Dilakukan pada saat
panen.
6) Bobot Gabah Kering Panen (GKP) per meter persegi, dilakukan dengan
cara menimbang bobot gabah hasil panen per meter persegi dari setiap
petak penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dibagi atas dua bagian, yaitu parameter
pertumbuhan dan parameter hasil.
Parameter Pertumbuhan
1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan dari pangkal batang sampai

ujung daun tertinggi. Hasil analisis varian tinggi tanaman seperti disajikan
pada Tabel 1, berikut ini :
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
Varietas

V1
Pupuk

D1
D2
D3
Rerata


(Sarinah)
89,03ab
91,33ab
96,27b
92,21

V2
(M. Wangi)
88,93ab
85,53ab
82,83ab
85,76

V3
(IPB3S)
87,27ab
93,33ab
85,30ab
88,63


V4
(IPB4S)
86,00ab
78,63a
84,56ab
83.06

Rerata
87,81
87,21
87,24

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
ada beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Menelaah Tabel 1 diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara
varietas dan jenis pemupukkan terhadap tinggi tanaman, yaitu ada beda nyata
antara kombinasi varietas sarinah dan pemupukkan organik dengan
kombinasi varietas IPB4S dan pemupukan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk

kandang, sedangkan dengan dan antar kombinasi perlakuan yang lain tidak
berbeda nyata. Tinggi tanaman yang dicapai pada kominasi varietas Sarinah
dan pemupukan organik adalah 96,27 cm, sedangkan pada kombinasi varietas
IPB4S dan pemupukan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang adalah
78,63 cm. Hal ini disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan karena secara
potensi genetik sifat tinggi tanaman kedua varietas hampir sama yaitu
potensi tinggi tanaman vaietas sarinah adalah 107 - 116 cm, sedangkan
varietas IPB4S adalah 114 cm (Lesmana, dkk. 2004).
2. Jumlah Anakan per Rumpun
Jumlah anakan yang dihitung adalah seluruh jumlah anakan
yang tumbuh pada setiap rumpun. Hasil analisis varian jumlah anakan
per rumpun seperti disajikan pada Tabel 2, berikut ini:
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun
Varietas
Pupuk
D1
D2
D3
Rerata

Keterangan

:

V1
(Sarinah)

V2
(M.

V3
(IPB3S)

15,40abcde
13,07a
13,33ab
13,93

Wangi)
18,00e
16,53cde
14,27abcd
16,27

16,00bcde
16,80de
16,00bcde
16,23

V4
(IPB4S)
13,90abc
13,73abc
12,67a
13,43

Rerata
15,83
15,03
14,08

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

menunjukkan

tidak ada beda nyata antar perlakuan pada taraf

kepercayaan 95%.
Menelaah Tabel 2 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh
interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap jumlah
anakan, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan

pemupukkan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang dengan
kombinasi varietas Menthik Wangi dan pemupukan 50% pupuk kimia
+50% pupuk kandang, dengan kombinasi varietas IPB3S dan
pemupukan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang, dengan
kombinasi varietas Menthik Wangi dan pemupukan kimia (anorganik),
dengan kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan kimia (anorganik),
dan dengan kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan pupuk
kandang, sedangkan dengan dan antar kombinasi perlakuan yang lain
tidak berbeda nyata. Hal ini mungkin disebabkan faktor responsifitas
terhadap penggunaan jenis pupuk yang berbeda antar varietas.
Menurut (AAK, 1990), salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah
anakan adalah penggunaan pupuk. Ketersediaan hara dalam jumlah
cukup pada saat pertumbuhan anakan sangat diperlukan (Andoko,
2008).Disamping

itu,

seperti

diketahui

bahwa

jumlah

anakan

dipengaruhi oleh factor genetik. Keluarnya anakan tergantung dari 2
(dua) faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan sekitarnya
(Harjadi, 1993). Hal menarik dari hasil penelitian ini adalah diketahui
bahwa varietas IPB3S yang merupakan varietas unggul hibrida yang
dirakit

untuk

jenis

tanaman

yang

respon

terhadap

masukan

pemupukan yang tinggi menunjukkan pertumbuhan jumlah anakan
yang lebih tinggi dibandingkan varietas Lokal Sarinah dan Menthik
Wangi pada perlakuan pemupukan dengan pupuk kandang (pupuk
organik).

Parameter Hasil
1. Jumlah Gabah Per Malai
Jumlah gabah per malai yang dihitung adalah rata-rata jumlah gabah
per malai pada setiap sampel. Hasil analisis varian jumlah gabah per malai
seperti disajikan pada Tabel 3, berikut ini:
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Gabah Per Malai
Varietas

V1
Pupuk

D1
D2
D3
Rerata

Keterangan

(Sarinah)
71,05ab
91,14c
72,97ab
78,39

:

V2
(M. Wangi)
67,98ab
69,93ab
69,77ab
69.23

V3
(IPB3S)
81,34bc
62,79a
80,38bc
74,84

V4
(IPB4S)
73,20ab
70,92ab
65,57ab
69.90

Rerata
73,39
73,70
72,17

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

menunjukkan tidak ada beda nyata pada taraf kepercayaan
95%.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi
antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap jumlah gabah per malai, yaitu
ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan pemupukkan 50%
pupuk kimia + 50% pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan yang lain,
kecuali dengan kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan kimia, dan dengan
kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan pupuk kandang tidak berbeda
nyata. Hal ini diduga disebabkan panjang malai yang berbeda, namun pada
penelitian ini parameter tersebut tidak diamati. Hal menarik dari hasil
penelitian ini adalah diketahui bahwa pada kombinasi varietas IPB3S dan
pemupukkan organik jumlah gabah per malainya paling banyak dibandingkan
varietas yang lain.

2. Jumlah Gabah Per Rumpun
Jumlah gabah per malai yang dihitung

adalah

rata-rata

jumlah

gabah per malai pada setiap sampel. Hasil analisis varian jumlah gabah per
malai seperti disajikan pada Tabel 4, berikut ini:
Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Gabah Per Rumpun
Varietas
Pupuk
D1
D2
D3
Rerata

V1

V2

V3

V4

(Sarinah)
1721,33abc
1805,00abcd
1458,33a

(M. Wangi)
1582,33ab
1753,33abc
2042,00bcd

(IPB3S)
2223,00cd
2228,33cd
2317,67d

(IPB4S)
1598,33ab
1534,67ab
1965,33ab

1661,55

1792,55

2256,33

cd
1699,44

Keterangan: Angka-angka

yang

diikuti

dengan

huruf

Rerata
1781,25
1830,33
1945,83

yang

sama

menunjukkan tidak ada bedanya pada tingkat kepercayaan 95%.

Memperhatikan Tabel 4 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh
interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap jumlah gabah per
rumpun, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan
pemupukkan pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas Menthik
Wangi dan pemupukkan organik, dan dengan kombinasi perlakuan varietas
IPB3S dan ketiga jenis pemupukkan. Sedangkan dengan dan antar kombinasi
perlakuan yang lain tidak berbeda nyata. Jumlah gabah per rumpun paling
rendah dicapai pada kombinasi perlakuan varietas Sarinah dan pemupukkan
pupuk kandang. Hal ini disebabkan oleh umur bibit dan jumlah anakan,
karena pada kombinasi perlakuan tersebut banyak dilakukan penyulaman
yang mengakibatkan jumlah anakan sedikit. Sebagaimana diketahui bahwa
umur bibit pada saat tanam akan mempengruhi pertumbuhan anakan
(Anonim, 2008).
3. Bobot Gabah Kering Panen (GKP) Per Rumpun
Bobot gabah kering panen (GKP) per rumpun yang dihitung adalah
rata-rata bobot GKP per rumpun pada setiap sampel.
Hasil analisis varian bobot GKP per rumpun seperti disajikan pada
Tabel 5, berikut ini:
Tabel 5. Rata-Rata Bobot Gabah Kering Panen Per Rumpun (Gram)
Varietas
Pupuk
D1
D2
D3
Rerata

Keterangan

V1

V2

(Sarinah)
42,07a
40,93a
43,73a
42,43

(M. Wangi)
47,47ab
41,33a
42,97a
43,92

:

V3
(IPB3S)
52,20ab
58,37b
49,17ab
53,25

V4
(IPB4S)
48,47ab
50,80ab
45,03a
48,01

Rerata
47,55
47,86
45,23

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

menunjukkan tidak ada beda nyata pada tingkat kepercayaan
95%.

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara
varietas dan jenis pemupukkan terhadap bobot gabah kering panen

per

rumpun, yaitu ada beda nyata antara kombinasi varietas sarinah dan berbagai
pemupukkan pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan
pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, sedangkan dengan
kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata. Hasil bobot GKP per rumpun
yang dicapai pada kombinasi perlakuan varietas IPB3S dan pemupukkan
50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang adalah yang tertinggi. Hal ini
disebabkan jumlah anakan per rumpun dan jumlah gabah per rumpun pada
kombinasi perlakuan tersebut paling tinggi.
4. Bobot Gabah Kering Panen Per Meter Persegi
Bobot gabah kering panen (GKP) per m 2 yang dihitung adalah ratarata bobot GKP per satu meter persegi luas panen. Hasil analisis varian bobot
GKP per meter persegi seperti disajikan pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Rata-Rata Bobot Gabah Kering Panen per Meter Persegi
(Gram)
Varietas
Pupuk

V1

V2

V3

V4

(Sarinah)

(M.

(IPB3S)

(IPB4S)

Rerata

D1
D2

477,06a
600,15ab

Wangi)
490,55ab
525,70abc

600,43abc
672,00bc

589,33abc
694,03c

539,34
622,97

D3

c
568,13ab

502,28ab

558,67abc

585,93abc

553,75

Rerata

c
548,45

506,18

610,37

623,10

Keterangan

:

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

menunjukkan tidak ada beda nyata pada tingkat kepercayaan
95%.
Memperhatikan dan menelaah Tabel 6 diatas diketahui bahwa terdapat
pengaruh interaksi antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap bobot
gabah kering panen per meter persegi, yaitu ada beda nyata antara kombinasi
varietas sarinah dan pemupukkan kimia dengan kombinasi perlakuan varietas
IPB3S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50 % pupuk kandang, dan
dengan kombinasi perlakuan varietas IPB4 dan pemupukkan 50% pupuk
kimia + 50 % pupuk kandang, sedangkan dengan kombinasi perlakuan lain
tidak berbeda nyata. Hasil bobot GKP per meter persegi yang dicapai pada
kombinasi perlakuan varietas IPB4S dan pemupukkan 50% pupuk kimia + 50
% pupuk kandang adalah yang tertinggi. Hal ini disebabkan dengan
penambahan pupuk kandang maka unsur pospor yang dibutuhkan pada saat
pengisian gabah masih cukup tersedia sehinggga jumlah gabah isi lebih
banyak (Pramono,2004). Ketersediaan nutrisi (unsur hara) akan menentukan
kualitas hasil (Wijaya, 2008).
5. Produktivitas Per Hektar

Produktivitas per hektar adalah hasil konversi rata-rata bobot GKP per
satu meter persegi luas panen. Hasil analisis varian produktivitas per hektar
seperti disajikan pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Rata-Rata Produktivitas (Ton/Ha)
Varietas
Pupuk
D1
D2
D3
Rerata

Keterangan

V1

V2

(Sarinah)
4,77a
6,00ab
5,68ab
5,48

(M. Wangi)
4,91a
5,26ab
5,03a
5,07

:

V3
(IPB3)
6,01ab
5,59ab
5,59ab
5,73

V4
(IPB4)
6,23ab
6,94b
5,86ab
6,34

Rerata
5,48
5,95
5,54

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama

menunjukkan tidak ada beda nyata pada tingkat kepercayaan
95%.
Menelaah Tabel 7 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi
antara varietas dan jenis pemupukkan terhadap produktivitas per hektar, yaitu
ada beda nyata antara kombinasi varietas IPB4S dan pemupukkan 50%
pupuk kimia + 50 % pupuk kandang dengan kombinasi perlakuan varietas
sarinah dan pemupukkan kimia, dengan kombinasi perlakuan varietas
Menthik Wangi dan pemupukkan kimia, serta dengan kombinasi perlakuan
varietas Menthik Wangi dan pemupukkan pupuk kandang, sedangkan dengan
kombinasi perlakuan lain tidak berbeda nyata, serta antar kombinasi
perlakuan lain tidak berbeda nyata. Produktivitas per hektar tertinggi yang
dicapai pada kombinasi perlakuan varietas IPB4S dan pemupukkan 50%
pupuk kimia + 50 % pupuk kandang. Hal ini diduga disebabkan oleh jumlah
gabah isi lebih banyak pada kombinasi perlakuan tersebut.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman dari masing-masing varietas terhadap jenis pemupukkan
tidak berbeda nyata, karena faktor genetik lebih mempengaruhi
dibandingkan faktor lingkungan seperti ketersediaan hara bagi tanaman.
2. Jumlah anakan per rumpun dari masing-masing varietas cenderung lebih
banyak pada perlakuan pemupukkan dengan pupuk kimia (unorganik),
dan pemupukkan dengan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang
dibandingkan perlakuan dengan pemupukkan menggunakan pupuk
kandang (organik) saja, karena ketersediaan hara dalam jumlah cukup
pada saat pertumbuhan anakan sangat diperlukan.
3. Produktivitas

dari

masing-masing

varietas

meningkat

dengan

pemupukkan 50% pupuk kimia + 50% pupuk kandang, karena fungsi
pupuk kandang adalah memperbaiki sifat fisik tanah dan biologi tanah,
disamping sebagai sumber unsur hara.
4. Produksi GKP per hektar tertinggi yang dicapai masing-masing varietas
sebagai berikut :
a) Kombinasi varietas Sarinah dan pemupukan 50 % kimia + 50% pupuk
kandang, sebesar 6 t/Ha,
b) Kombinasi varietas Menthik Wangi dan pemupukan 50 % kimia +
50% pupuk kandang, sebesar 5,26 t/Ha,
c) Kombinasi varietas IPB3S dan pemupukan kimia, sebesar 6,01 t/Ha,
d) Kombinasi varietas IPB4S dan pemupukan 50 % kimia + 50% pupuk
kandang, sebesar 6,94 t/Ha.
5. Varietas IPB3S dan IPB4S mempunyai respon yang baik terhadap
pemupukan dengan pupuk kandang (pupuk organik), sehingga Varietas
IPB3S dan IPB4S dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam
pengembangan padi organik.
DAFTAR PUSTAKA

AAK (Aksi Agraris Kanisius). 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta :
Kanisius.
Abdullah, B. 2003. Status Perkembangan Pemuliaan Padi Type Baru.
Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 11p.
Andoko Agus. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Dahliana, D., Yunus Musa, dan M. Iqbal Ardah. 2012. Pertumbuhan dan
Produksi Dua Varietas Padi Sawah pada Berbagai Perlakuan
Rekomendasi Pemupukkan. J. Agrivigor 11(2) : 262-274.
Harjadi, S. 1993. Budidaya Tanaman Pangan Padi Hibrida. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Lesmana, O. S., M. Toha, I. Las, dan B. Suprihatno. 2004. Deskripsi
Varietas Unggul Baru Padi. Sukamandi, Subang : Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Padi.
Pramono, J. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Agrosains.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik, Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Kanisisus: Yogyakarta.
Wijaya K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan
Resistensi Alami Tanaman. Prestasi pustaka: Jakarta.