PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI POPULASI SUBJ

Senin 3-5
PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI POPULASI/ SUBJEK, DAN
TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN KUANTITATIF DAN
KUALITATIF

Untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penelitian
Yang dibina oleh Bapak Prof. Amat Mukhadis

Akhsan Alam
Desi Adi Saputro
Marchel Edgar Arasy
Rifqi Aziz
Wahyu Firmansyah

Oleh :

(120511427440)
(120511427469)
(120511427484)
(120511427413)

(120511427468)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
MARET 2015

1

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian menurut

Suprapto (Narbuko&Achmadi,

2003:1) adalah


penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta
sistematis.
Sebagai ilustrasi pentingnya sampel pada sebuah penelitian yaitu seorang
pembuat petasan sebelum menjual petasan buatannya ke pasar ingin
mengetahui mutu petasan yang telah dibuatnya. Dia melakukan percobaan
dengan menyulut semua petasan yang telah dibuat dan ternyata semua
petasannya meletus sesuai harapannya. Akan tetapi kemudian dia menyesal,
karena dia bermaksud ingin menguji petasan yang telah dibuatnya, namun
petasannya habis karena telah dicoba semua. Hal ini memberikan gambaran
bahwa pengambilan sampel itu sangat penting, karena dengan pengambilan
sampel yang benar maka kita akan memperoleh hasil yang mungkin bisa
hampir menyamai karakteristik seluruh populasi.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki karakteristik masing-masing
seperti dalam pengambilan sampelnya. Misalnya saja penelitian kuantitatif
yang menggunakan metode pengambilan sampel probabilitas, sedangkan
penelitian

kualitatif


menggunakan

metode

pengambilan

sampel

nonprobabilitas. Pada penelitiann kuantitatif ini menggunakan metode
probabilitas karena ingin menciptakan sampel yang representatif agar dapat
digeneralisir pada populasi. Sebaliknya, logika dari sampel kualitatif adalah
melakukan sampel untuk menyoroti dimensi atau proses utama dalam
kehidupan sosial (Lawrence:2013:270). Jadi pada penelitian kualitatif sampel
harus dipilih karena karakteristik khusus dalam kumpulan gejala atau kasus
yang diteliti.
Lawrence (2013:271) berpendapat bahwa kita harus menghindari
kesalahan yang mungkin terjadi pada saat pengambilan sampel yaitu, pertama

3


melakukan sampling secara ceroboh dan yang kedua adalah memilih jenis
sampel yang tidak sesuai dengan tujuan studi. Hal ini yang melatar-belakangi
penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan wawasan tentang cara
mengambil sampel secara tepat, akurat dan hasil yang didapat akan sesuai
dengan tujuan studi yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan perbedaan dari Populasi dan sampel?
2. Apa Fungsi populasi dan sampel pada penelitian kuantitatif dan
kualitatif?
3. Apa yang dimaksud dengan kerangka sampel untuk penelitian?
4. Apa saja metode-metode pengambilan sampel untuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif?
5. Bagaimana menentukan jumlah sampel untuk penelitian?

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Populasi dan Sampel pada Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Menurut Prasetyo & Jannah (2010:119) populasi adalah keseluruhan
gejala/satuan yang ingin diteliti. Dan Singarimbun & Effendi (1995:152)
mengartikan populasi sebagai jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciricirinya akan diduga. Dari pendapat tantang pengertian populasi ini dapat
disimpulkan bahwa populasi merupakan semua kumpulan unit gejala yang
memiliki ciri-ciri untuk diteliti. Contoh populasi untuk penelitian misalnya :
seluruh siswa di SMK Negeri 1 Bolang.
Menurut Moehnilabib DKK (2003:61) terdapat dua status yang mungkin
terjadi pada populasi yaitu, pertama populasi sebagai objek maksudnya
adalah populasi ini bertindak sebagai substansi yang diteliti misalnya : hasil
produksi baut, mur roda gigi dan lainnya. Kedua adalah populasi sebagai
sumber informasi seperti manusia dan dokumen. Dalam penelitian tertentu
populasi juga bisa bersifat ganda.
Populasi pada sebuah penelitian dapat dikategorikan menjadi dua yaitu,
populasi terhingga (finite population) dan populasi tak terhingga (infinite
population) (Moehnilabib DKK, 2003:62). Populasi terhingga adalah
populasi yang jumlah anggotanya terbatas dan dapat ditentukan atau
diketahui

jumlahnya.


Misalnya

siswa

sekolah

dasar

se-kecamatan

Bululawang, Guru di SMP negeri 1 Kediri. Populasi tak terhingga adalah
populasi yang jumlahnya tidak dapat ditentukan dan diketahui secara pasti.
Misalnya konsumen minuman bersoda merk A.
Menurut Lawrence (2013:270) sampel merupakan sehimpunan kecil kasus
yang dipilih peneliti dari himpunan besar dan akan menggeneralisasi pada
populasi. Dari pengertian ini, sampel merupakan kasus/gejala yang dipilih
oleh peneliti untuk dijadikan sumber informasi tentang penelitiannya.
Menurut Ulfatin (2014:33) pada penelitian kualitatif, tidak ada konsep sampel
karena tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi. Sampel lebih dimaknai

sebagai upaya memilih subyek yang paling tepat untuk diteliti.Setiap metode
5

penelitian memiliki cara yang berbeda dalam penarikan sampelnya. Misalnya
pada penelitian kuantitatif yang menggunakan sampling probabilitas yang
sangat efisien untuk penelitian kuantitatif. Sementara itu penelitian kualitatif
menggunakan

sampling

teknik

nonprobabilitas.

Kita

tidak

boleh


membedakan kuantitatif-kualitatif secara berlebihan dalam beberapa situasi,
terutama studi kuantitatif akan menggunakan strategi Sampling kualitatif dan
sebaliknya
kesimpulan

(Lawrence:2013:270).
bahwa

seorang

Dari

peneliti

pendapat
kualitatif

ini,

dapat


dapat

diambil

menggunakan

pengambilan sampel dari penelitian kuantitatif untuk kebutuhan khusus dari
rencana peneliti tersebut.
Menurut Suprapto (2000:35) terdapat dua cara pemilihan elemen anggota
sampel yaitu sebagai berikut :
1) Dengan pengembalian kembali, artinya elemen populasi yang sudah
terpilih dikembalikan lagi sehingga ada kemungkinan terpilih kembali
sebagai anggota sampel
2) Tanpa pengembalian kembali, artinya elemen populasi yang sudah
terpilih tak dikembalikan kembali, sehingga tak mungkin terpilih
kembali menjadi anggota sampel
B. Fungsi Populasi dan Sampel
Dari pengertian yang disampaikan oleh Lawrence (2013:270) yaitu
populasi adalah ide abstrak dari sehimpunan besar kasus untuk diambil

sampel oleh peneliti dan hasil dari sampel tersebut digeneralisasikan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi populasi pada penelitian kuantitatif
dan kualitatif adalah sebagai berikut :
1) Himpunan besar kasus-kasus yang bisa diteliti oleh peneliti kuantitatif
dan kualitatif
2) Wilayah peneliti untuk mengambil sampel penelitiannya
3) Populasi berfungsi sebagai generalisasi hasil penelitian (untuk
penelitian kuantitatif)
Fungsi utama dari pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif adalah
untuk membuat sampel yang representatif (Lawrence:2013:270). Pada

6

penelitian kuantitatif, sampel yang dipilih pada populasi harus dapat
merepresentasikan kasus-kasus yang ada didalamnya setelah dilakukan
penelitian. Sementara itu pada penelitian kualitatif, pengambilan sampel
memiliki tujuan untuk memperdalam pemahaman tentang proses, hubungan,
atau kejadian sosial yang lebih besar (Lawrence:2013:270). Jadi penelitian
kualitatif mengambil sampel untuk memahami sebuah proses, hubungan atau
kejadian-kejadian sebagai data penelitiannya. Pada penelitian kualitatif

penggunaan sampel tidak bisa merepresentasikan seluruh populasi, karena
sampel yang diambil harus memiliki karakteristik khusus seperti proses kasus,
hubungan kasus dan kejadian-kejadian yang ada didalam populasi.
C. Kerangka Sampling
Menurut Lawrence (2013:275) kerangka sampling adalah suatu daftar
khusus dalam populasi. Merumuskan kerangka sampling secara akurat sulit
dibuat untuk semua elemen dalam sebuah populasi. Contoh dari sampel ini
adalah buku petunjuk telepon, catatan sim, nama-nama siswa kelas X di SMK
N 1 Pahlawan.

Populasi
Parameter

Apa yang ingin
anda bicarakan

Apa yang seharusnya anda
observasi dalam data
Sampel
Statistik

Kerangka
sampling

Gambar model dari logika kerangka sampling (Lawrence :2013:278)

Setiap ketidaksesuaian antara kerangka sampling dan populasi yang
didefinisikan secara konseptual, akan menghasilkan galat (Error). Contoh

7

kasus keterbatasan kerangka sampling (Lawrence :2013:277) yaitu ketika
majalah Litery Digest melakukan survai untuk pemilu presiden Amerika
Serikat dengan mengirimkan kartu pos pada sampel yang dipilih untuk
menuliskan nama presiden pilihannya . Secar berturut-turut selama empat kali
yaitu tahun 1920, 1924,1928 dan 1930 majalah tersebut memprediksi secara
tepat. Ketika tahun1936, majalah tersebut meningkatkan jumlah sampel dari 1
juta menjadi 10 juta sampel. Majalah tersebut malah memprediksi salah
dengan memprediksi bahwa Alf. Landon akan menang, namun kenyataannya
Franklin D. Rooselvelt yang menang mutlak. Ini merupakan salah satu contoh
kesalahan sampling. Kerangka sampling yang digunakan oleh majalah ini
kurang mewakili populasi target secara akurat. Dari kesalahan ini dapat
disimpulkan dua hal penting untuk menentukan sampling penelitian yaitu
kerangka sampling harus dibuat secara akurat dan jumlah sampel yang besar
belum tentu bisa mewakili seluruh populasi. Singarimbun & Effendi
(1995:153) berpendapat bahwa kerangka sampling yang baik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Harus meliputi seluruh unsur sampel
2) Tidak ada sampel yang dihitung dua kali
3) Harus yang terbaru (Up to date)
4) Batas-batasannya harus jelas
5) Harus dapat dilacak di lapangan
Menurut Ulfatin (2014:177) pada penelitian kualitatif perlu diperhatikan
beberapa hal untuk menentukan subjek penelitiannya :
1. Subjek atau orang yang dipilih hendaknya telah cukup lama dan
intensif terlibat dalam aktivitas yang menjadi fokus penelitian
2. Saat dipilih, ia masih terlibat penuh dalam kegiatan yang diteliti
3. Ia mau dan memiliki waktu yang cukup untuk ditanya dan memberikan
informasi yang diperlukan peneliti
4. Ia secara sukarela bersedia memberikan informasi yang lugas dan
benar
Dari subjek yang telah dipilih oleh peneliti dengan memperhatikan beberapa
hal dari pendapat Ulfatin diatas maka dapat dibuat kerangka Sampling agar

8

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan informasi yang sesuai dengan
penelitiannya.
Contoh Kerangka Sampling :
No.

Nama

Usia

Pekerjaan

1

Alexander F.

25

Petani

2

Bill G.

27

Petani

3

Charly A.

28

Petani

4

Daniel R.

29

Petani

5

Edward C.

25

Petani

6

Francklin G.

27

Petani

dst

......

D. Metode-metode Pengambilan Sampel
Menurut Prasetyo & Jannah (2010:122) untuk menarik sampel, terdapat
dua macam metode pengambilan sampel yaitu : pengambilan sampel
probabilitas

dan

pengambilan

sampel

nonprobabilitas.

Dua

metode

pengambilan sampel ini memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan
kebutuhan dari peneliti maupun sampel yang akan diteliti. Metode
pengambilan sampel probabilitas memiliki arti bahwa setiap sampel pada
populasi akan memiliki kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel.
Sedangkan, pengambilan sampel nonprobabilitas merupakan pengambilan
sampel yang mendasarkan bahwa setiap sampel tidak memiliki kesempatan
untuk dipilih oleh peneliti. Pengambilan sampel nonprobabilitas, hasil
penelitiannya belum bisa menggambarkan populasi karena sampel yang
diambil harus memiliki karakteristik khusus.
Dibawah ini adalah metode-metode pengambilan sampel yang dapat
digunakan oleh peneliti berdasaekan kedua macam metode diatas yaitu :
1. Sampling Probabilitas
a. Pengambilan sampel acak sederhana
Menurut Singarimbun & Effendi (1995:155) pengambilan
sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan

9

elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Lawrence (2013:279) berpendapat bahwa
langkah-langkah pengmabilan sampel acak sederhana yaitu :
1) Menentukan

populasi

dan

target

populasi

serta

mengidentifikasi beberapa unsur sampel yang spesifik
2) Membuat kerangka sampling yang akurat
3) Memilih proses acak untuk memilih sejumlah unsur dari
kerangka sampling dengan cara pengundian atau tabel angka
acak.
Contoh dari Lawrence (2013:279) pengambilan sampel acak
sederhana dengan metode pengundian yaitu toples berisi 5000
kelereng berwarna merah dan putih. Jumlah kelereng yang
diambil sebanyak 100 buah kelereng setiap sampel. Seorang
peneliti akan mengambil kelereng didalam toples yang telah
dikocok dengan mata tetutup. Peneliti mengambil 130 sampel
dengan mengambil 100 kelereng yang sama setiap sampel untuk
memperoleh data jumlah kelereng merah yang ada didalam toples.
Maka didapat hasil :
Merah

Putih

Jumlah sampel

42

58

1

43

57

1

45

55

2

46

54

4

47

53

8

48

52

12

49

51

21

50

50

31

51

49

20

52

48

13

53

47

9

54

46

5

55

45

2

10

57

43

Total

1
130

Kesimpulan yang diambil dari hasil ini adalah bahwa kelereng
merah yang ada didalam toples adalah 50% dari keseluruhan
jumlah kelereng didalam toples. Hal ini didasari dari campuran
yang paling umum dari sampel tersebut adalah 50/50.
Dibawah ini adalah tabel bilangan acak untuk Sampling acak
sederhana :

11

Contoh

pengmbilan

sampel

acak

sederhana

dengan

menggunakan tabel bilangan acak yaitu :


Contoh dari suprapto (2000 : 86) : seorang ahli sosiologi
pedesaan ingin meneliti kehidupan petani. Khususnya untuk
mengetahui

apakah

mereka

berada

dibawah

garis

kemiskinan atau tidak dan berapa persen yang berada
dibawah

garis

kemiskinan.

Dari

kepala

desa

dia

memperoleh daftar rumah tangga petani sebagai kerangka
sampling sebanayak N = 1000 rumah tangga. Ahli sosiologi
tersebut bermaksud memilih sampel sebanyak n = 20 rumah
tangga. Cara memilihnya menggunakan tabel bilangan acak
adalah sebagai berikut :
1) Tabel diberikan nomor mulai dari 000, 001,002, ....,999.
Hal ini dimaksudkan agar ketika pengambilan sampel
pada bilangan acak bisa tinggal pilih saja. 000 ini
menunjukkan sampel pertama dan 999 menunjukkan
sampel yang ke seribu
2) Gunakan pensil yang diarahkan dengan mata tertutup
untuk

memilih

sampel

yang

pertama.

Misalkan

menyentuh angka di blok 4 baris 2 kolom 4. Kita bisa
pergunakan 515 atau 584 atau 158.
3) Misalkan kita pergunakan 515 maka selanjutnya adalah
urutan di blok 4 mengarah kebawah. Sehingga diperoleh
nomor sampel :
515, 658, 829, 175, 085, 649, 345, 487, 080, 922, 359,
948, 095, 097, 282, 022, 715, 436, 248, 545.
b. Pengambilan sampel acak sistematis
Pengambilan sampel acak sistematis merupakan suatu
metode pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja
yang dipilih secara acak, sedangkan selanjutnya dipilih secara

12

sistematis meurut pola tertentu(Singarimbun&Effendi,1995:160).
Langkah-langkah

yang

kita

lakukan

untuk

menentukan

pengambilan sampel ini adalah :
1. Menentukan populasi atau target populasi yang akan
diteliti
2. Membuat kerangka sampling secara akurat
3. Menghitung interval sampling untuk menciptakan
metode seleksi kuasi acak (Lawrence :2013:282).
4. Menentukan

secara

acak

sampel

pertama

lalu

mengambil sampel berpola secara sistematis sesuai
interval sampling yang ada.
Menghitung interval sampling mudah dilakukan. Kita
memerlukan ukuran sampel dan ukuran sampel yang akan diteliti
(Lawrence:2013:282). Misalkan terdapat 900 nama dan sampel
yang ingin kita ambil adalah 300 nama, maka interval sampling
didapatkan 900/300 yaitu 3.
Penggunaan metode ini hampir sama dengan metode
sam8kkkkpel acak sederhana. Namun, pada situasi khusus seperti
elemen sampel yang disusun dalam beberapa pola atau siklus ,
maka pengambilan sampel acak sistematis ini akan digunakan
(Lawrence, 2013:284). Misalnya daftar nama suami dan istri yang
disusun berurutan sehingga memerlukan pengambilan secara
sistematis agar tidak terjadi pengambilan sampel suami saja atau
istri saja.
Contoh pengambilan sampel sistematis yaitu :


Seorang peneliti ingin mengambil sampel siswa di
SMK negeri Bangsa sebanyak n = 50 siswa. Peneliti
mendapatkan daftar nama siswa sebanyak N=500.
Peneliti ingin

mengetahui

apakah

setiap

siswa

memiliki latar belakang sekolah menengah pertama
yang baik. Pemecahannya dengan pengambilan sampel
sistematis ini adalah sebagai berikut :

13

1) Beri nomor pada daftar nama siswa mulai dari 1
sampai dengan 500.
2) Hitunglah interval Sampling dengan rumus :
sehingga diperoleh hasil
3) Pilih sampel pertama dengan mengunakan tabel
bilangan acak atau mengundi nomornya. Sampel
pertama ini akan menjadikan patokan awal.
Misalnya sampel pertama adalah nomor ke 3
4) Pilih sampel berikutnya dengan mengikuti interval
sampling yaitu 10. Maka akan diperoleh sampel
pada nomor 3,13, 23,33, 43, 53, 63, 73, 83, 93, 103,
dst.
c. Pengambilan sampel berlapis/strata
Keragaman sampel dalam sebuah populasi, maka makin
besar

perbedaan

sifat

antara

lapisan-lapisan

tersebut

(Singarimbun&Effendi,1995:162). Untuk menggambarkan sifatsifat populasi ini diperlukan sebuah pembagian dalam lapisanlapisan yang seragam. Menurut Lawrence (2013:286) langkahlangkah menggunakan sampel berlapis adalah :
1) Membagi populasi ke dalam sub-populasi berdasarkan
informasi
2) Mengambil sampel acak dari setiap sub-populasi
Dalam pengambilan sampe berlapis, kita dapat mengontrol
ukuran secara relatif dari setiap strata daripada membiarkan
proses

acaka

mengendalikannya.

Hal

ini

menjamin

kerepresentatifan atau memperbaiki proporsi dari strata yang
berbeda dalam sampel (Lawrence:2013:286)

14

Contoh pengambilan sampel berlapis (Lawrence, 2011:287)
adalah sebagai berikut:


Seorang peneliti ingin mengambil sampel dari 100 staf
general hospital, distratifikasikan berdasarkan posisi kerja
Populasi

Posisi

Sampel

N

persen

diambil n

Administrasi

15

2,88

3

Staf Dokter

25

4,81

5

Dokter Magang

25

4,81

5

Perawat Terdaftar

100

19,23

19

Asisten Perawat

100

19,23

19

Teknisi Medis

75

14,42

14

Mantri

50

9,62

10

Tata Usaha

75

14,42

14

Staf Pemeliharaan

30

5,77

6

Pegawai Kebersihan

25

4,81

5

Total

520

100

100



yang

Pengambilan sampel berlapis diatas, sampel yang diambil
berdasarkan presentase setiap posisi staf general hospital.
Misalnya saja untuk staf dokter dengan persentase 4,81%



maka sampel yang diambil adalah 5 orang.
Nilai 19,23% ini didapat dari :

Jadi misalkan untuk staf dokter :
%=
d. Pengambilan sampel gugus (Cluster)
Sampling gugus (Cluster Sampling) adalah jenis sampel
acak yang memakai beberapa tahapan dan sering digunakan untuk
mengatasi daerah geografis yang luas dimana unit dikumpulkan
kemudian diseleksi secara acak dan selanjutnya sampel diambil

15

dari kumpulan unit sampel atau gugus (Lawrence:2013:287).
Misalnya kita mengambil sampling gugus dengan tiga tahap yaitu
sebagai berikut :
1) Memilih

sampel

dalam

gugus

besar

seperti

desa/kelurahan sampel yang dipilih
2) Selanjutnya adalah memilih secara acak untuk menjadi
gugus kecil seperti rumah tangga didesa atau kelurahan
yang terpilih
3) Mengambil sampel dari beberpa elemen yang ada
dalam rumah tangga dalam gugus kecil yang terseleksi
seperti wanita, anak laki-laki, pria dan sebagainya
Pengambilan sampel dengan metode ini biasanya untuk
mengatasi kurangnya kerangka sampling yang bagus untuk
populasi yang tersebar dan tingginya biaya untuk mencapai
elemen sampel (Lawrence, 2013:287). Jika populasi yang akan
diteliti memiliki jangkauan yang tersebar akan membuat biaya
penelitian menjadi lebih besar. maka dari itu pengambilan sampel
dengan metode ini akan memberikan solusi bagi para peneliti agar
sampel yang didapat dapat dijangkau dan dipilih sesuai kebutuhan
dari peneliti.
Contoh untuk pengambilan sampel gugus adalah sebagai
berikut :


Peneliti ingin mengambil sampel guru yang ada di SMK
negeri se-kabupaten Malang untuk meneliti persepsi guru
terhadap UN online. Karena jumlah SMK Negeri seKabupaten malang cukup banyak dan tersebar saling
berjauhan, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel gugus yaitu dengan beberapa langkah seperti :
1. Misalnya jumlah SMK Negeri Kabupaten dan kota
Malang sebanyak 17 SMK negeri. Peneliti memilih 5
SMK dengan mengundinya. Hasil pengundiannya adalah
SMK 1 singosari, SMK Negeri 10 malang, Smk Negeri 6

16

malang, SMK negeri 2 Turen, SMK negeri 2 Singosari,
SMK negeri 4 Malang.
2. Peneliti

mengelompokkan

guru-guru

sesuai

mata

pelajaran yang diajarkan. Misalnya terdapat 12 mata
pelajaran dan setiap SMK yang telah terpilih pada
langkah pertama akan berbeda-beda pengambilan sampel
untuk guru mata pelajaran. Misalnya untuk SMK negeri
1 Singosari terpilih guru dari mata pelajaran Matematika,
kejuruan, fisika dan agama.
3. Langkah terakhir adalah peneliti akan memilih guru dari
daftar guru mata pelajaran yang telah terpilih pada
langkah kedua. Misalnya mata pelajaran matematika :
No.

Nama Guru

Lama mengajar

1

Andrea Hirata*

6 tahun

2

Badrun Hasan

10 tahun

3

Cinta Laura*

4 tahun

4

Derianto subagyo

8 tahun

12

Reinald Arga*

15 tahun

13

Stewart Frank

13 tahun

...

* = guru yang dipilih sabagai sampel
2. Sampling Nonprobabilitas
a. Pengambilan sampel kemudahan (Convenience)
Menurut Prasetyo & Jannah (2010:135) pengambilan
sampel kemudahan (Convenience) dapat terpilih karena berada
pada waktu, situasi dan tempat yang tepat. Misalnya jika peneliti
ingin meneliti bagaimana pendapat tentang hasil seminar
pendidikan yang diadakan HMJ teknik mesin?. Kita tidak boleh
mengasumsikan

bahwa

semua

orang

mrngikuti

seminar

pendidikan tersebut. akan tetapi, sampel yang dapat memberikan
pendapat yang tepat adalah orang yang telah mengikuti seminar

17

pendidikan tersebut sehingga cara yang paling mudah adalah
menemui orang setelah mengikuti seminar di depan pintu ruang
seminar

tersebut.

Menurut

Lawrence

(2013:297)

sampel

kemudahan ini memiliki prinsip menemukan segala jawaban atas
segala kasus dengan cara yang mudah. Jadi peneliti akan memilih
sampel ditempat dimana kasus yang diteliti tersebut terjadi.
b. Pengambilan sampel kuota
Menurut Lawrence (2013:272) Sampling Kuota

adalah

sampel non-acak yang penelitinya pertama mengidentifikasika
sejumlah kategori umum ke dalam beberapa kasus, atau
mengelompokkan orang dan kemudian memilih kasus tersebut
untuk selanjutnya menetapkan seberapa banyak jumlahnya dalam
tiap kategori. Langkah-langkah yang dilakukan untuk sampling
kuota adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi kategori yang relevan dari populasi
yang kita sampling dengan menangkap perbedaan antar
unit misalnya pria dan wanita atau dibawah 30 tahun,
usia 30-60, di atas 60 tahun
2) Menentukan seberapa banyak kasus agar mendapatkan
setiap kategori
Menurut Narbuko (2003 : 116) kelemahan utama dari
teknik ini ialah petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah
kriteria-kriteria dalam populasi tercermin dalam sampel.
Contoh dari pengambilan sampel kuota ini adalah seorang
peneliti

ingin

meneliti

tentang

strategi

guru

menyusun

pembelajaran untuk kurikulum 2013. Peneliti memilih :
1. guru pria 15 orang dan wanita 15 orang yang berusia
dibawah 25 tahun
2. guru pria 10 orang dan wanita 10 orang yang berusia
25-30 tahun
3. guru pria 15 orang dan wanita 15 orang yang berusia
30-40 tahun

18

4. guru pria 25 orang dan 25 orang yang berusia diatas 40
tahun
c. Pengambilan sampel bertujuan (Purposive)
Menurut

Lawrence

(2013:298)

Sampling

bertujuan

(Purposive Sampling) adalah sampel non-acak yang penelitinya
menggunakan

berbagai

metode

untuk

mencari

semua

kemungkinan kasus yang begitu spesifik dan populasinya sulit
dijangkau. Jenis pengambilan sampel ini biasanya digunakan pada
penelitian lapangan atau penelitian eksplorasi. Metode ini tidak
tepat jika tujuan penelitiannya untuk merepresentasikan kasus
yang terpilih untuk seluruh populasi. Contoh dari pengambilan
sampel bertujuan ini adalah ketika peneliti ingin apa yang
mempengaruhi budaya merokok pada siswa. Kita tidak bisa
membuat daftar siswa yang merokok karena tidak akan ada siswa
yang mau jujur bahwa dia merokok. Untuk mengumpulkan siswa
yang merokok maka peneliti harus ke lingkungan dimana siswa
tersebut biasa membeli rokok atau tempat dimana siswa
berkumpul untuk merokok.
d. Pengambilan sampel merembet/bola salju (Snowball)
Menurut Prasetyo & Jannah (2010:136) teknik penarikan
sampel bola salju (Snowball Sampling) digunakan apabila peneliti
tidak memiliki informasi tentang anggota populasi. Dan Lawrence
(2013:299) mengatakan bahwa fitur penitng dari pengambilan
sampel ini adalah setiap orang atau unit saling berkaitan dengan
yang lain, baik melalui hubungan langsung atau tidak langsung.
Peneliti akan memanfaatkan informasi dari orang atau unit yang
telah diobsevasi untuk mencari informasi dari sampel selanjutnya.
Setiap sampel memiliki hubungan atau jaringan atar sampel.
contoh pengambilan sampel merembet ini yaitu seorang peneliti
ingin meneliti tentang pengaruh perekonomian orang tua terhadap
motivasi belajar siswa. Peneliti akan mencari seorang siswa yang
berada perekonomian orang tuanya kurang lalu dari sampel

19

pertama ini akan dicari sampel berikutnya yang informasinya
berasal dari sampel pertama. Dan seterusnya hingga sampel yang
ditentukan terpenuhi. Inti dari pengambilan sampel ini adalah
antara sampel pertama dan berikutnya memiliki hubungan
misalnya teman atau saudara.
Skema pengambilan sampel merembet atau snowball
sampling adalah sebagai berikut :
A
B

D

E

C

F

G

H

I

Skema Snowball Sampling (Sugiyono, 2013:125)

E. Menentukan Jumlah Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian tidak ada yang pasti
(Narbuko&Achmadi, 2003:110). Jadi, setiap peneliti dapat menentukan
sendiri jumlah sampel yang diinginkannya pada sebuah populasi. Menurut
Singarimbun & Effendi (1995:150) ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang akan
diambil, yaitu sebagai berikut :
1. Derajat Keseragaman
Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang diambil pun
harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat
terwakili. Apabila populasi itu seragam, maka satu satuan elemen dari
seluruh populasi sudah cukup representatif untuk diteliti.
2. Presisi yang dikehendaki

20

Semakin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, maka semakin besar
jumlah sampel yang harus diambil. Sampel yang besar cenderung akan
memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya.
3. Rencana Analisa
Besarnya sampel memang sudah cukup sesuai untuk tingkat presisi
yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa,
maka jumlah sampel kurang mencukupi. Sampel yang besar ini
menyulitkan proses perhitungan statistik yang dilakukan karena
terkadang sampel memiliki karakteristik khusus yang tidak bisa
dimasukkan dalam sel-sel matriks secara benar. Jadi ketika mengambil
sampel perlu direncanakan pengambilan sampel yang sesuai dengan
analisa yang akan dilakukan peneliti.
4. Tenaga, biaya dan waktu
Kalau peneliti menginginkan tingkat presisi yang tinggi, maka jumlah
sampel yang besar dapat diambil. Akan tetapi hal ini akan membuat
tenaga, biaya dan waktu seorang peneliti akan menjadi lebih besar pula.
maka dari itu seorang peneliti harus menentukan secara bijak jumlah
sampel yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (2013:128) penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu dapat dihitung dari taraf kesalahan yang diinginkan
seperti tabel dibawah ini :

21

Tabel penentuan sampel menurut taraf kesalahan 1 (Sugiyono, 2013:128)

22

BAB III
KESIMPULAN

Menurut Singarimbun & Effendi (1995:152) mengartikan populasi sebagai
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Dari pendapat
tantang pengertian populasi ini dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan
semua kumpulan unit gejala yang memiliki ciri-ciri untuk diteliti. Menurut
Lawrence (2013:270) sampel merupakan sehimpunan kecil kasus yang dipilih
peneliti dari himpunan besar dan akan menggeneralisasi pada populasi. Dari
pengertian ini, sampel merupakan kasus/gejala yang dipilih oleh peneliti untuk
dijadikan sumber informasi tentang penelitiannya.
Perbedaan pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif dan kualitatif
adalah pada fungsi pengambilan sampel tersebut. jika pada penelitian kuantitatif
berufngsi sebagai generalisasi populasi. Dan pada penelitian kualitatif adalah
untuk memperdalam suatu kasus pada populasi, tetapi hasil penelitiannya tidak
bisa digeneralisasi pada populasi.
Ketika kita ingin menentukan pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian kita, maka kita harus melihat penelitian apa yang kita lakukan. Jika
penelitian kuantitatif yang menggunakan metode Probability Sasmpling maka kita
dapat memilih Sampling acak sederhana, acak sistematis, sampling berlapis, atau
sampling gugus. Sementara itu untu penelitian kualitatif yang menggunakan
Nonprobability Sampling, maka kita dapat menggunakan convenience sampling
(sampel kemudahan), quota sampling (Sasmpel Kuota), purposive sampling
(Sampel bertujuan) atau snowball sampling (Sampel merembet/bola salju). Akan
tetapi kita tidak boleh membedakan kuantitatif-kualitatif secara berlebihan dalam
beberapa situasi, terutama studi kuantitatif akan menggunakan strategi Sampling
kualitatif dan sebaliknya (Lawrence:2013:270).
Munculnya perrtanyaan seberapa besar sampel yang perlu kita ambil
didalam populasi, menurut Narbuko & Achmadi (2003:110) tidak ada yang pasti
untuk menentukan besarnya sampel yang diambil. Aka tetapi dari pendapat

23

Singarimbun & Effendi (1995:150) ada pertimbangan-pertimbangan untuk
menentukan besarnya sampel yaitu derajat keseragaman, presisi yang dikehendaki,
rencana analisa serta tenaga, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penelitian
tersebut.
Menurut Narbuko & Achmadi (2003:110) memang seyogianya jumlah
sampel itu lebih banyak daripada sedikit atau kurang. Maksudnya adalah kita
mengambil sampel pada populasi harus mampu mencerminkan seluruh isi dari
populasi jika hasil yang diinginkan adalah untuk digeneralisasi. Jika memang
menurut kita sampel yang kita teliti sudah cukup banyak, namun tidak kurang,
maka hasil yang didapatkan akan sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.

24

DAFTAR RUJUKAN

Lawrence, W.2011. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Terjemahan Sofia, Edina.2013. Jakarta : PT Indeks
Moehnilabib, M.A., Mukhadis, A., Ibnu, S., Suparno, Rofi’udin, A. & Sukarnyana,
I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang dengan Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Malang
Narbuko,C & Achmadi, A. 2003. Metodologi Penelitian: memberikan bekal
teoretis pada mahasiswa tentang metodologi serta diharapkan dapat
dilaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar. Jakarta :
PT Bumi Aksara
Prasetyo, B & Jannah, L.M. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif : teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Singarimbun, M & Effendi, S. 1995. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta : PT
Pustaka LP3ES Indonesia
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Suprapto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei Dan Eksperimen. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Ulfatin, Nurul. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan : Teori
dan Aplikasinya. Malang : Bayumedia Publishing

25