Laporan Ternak Babi 3 SUHU DAN KELEMBA

MK
: Produksi Ternak Babi dan Kuda
Dosen : Dr. Ir. Salundilk, M Si
Asisten : Desmawita K Barus, S Pt, M Si
Jadwal : Kamis, 07.00-10.00 WIB

SUHU DAN KELEMBAPAN SERTA FORMULASI
RANSUM TERNAK BABI

LOU AYY ALZAMAKHSYARI
D14154001

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak babi merupakan penghasil sumber daging dan untuk pemenuhan gizi

yang sangat efisien di antara ternak-ternak yang lain karena babi memiliki
konversi terhadap pakan yang cukup tinggi, semua bahan pakan bisa diubah
menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien. Ternak babi bersifat peridi
(Prolific), satu kali beranak bisa 6-12 ekor dan setiap beranak 2 kali di dalam satu
tahun. Persentase karkas babi cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan
persentase karkas kambing dan domba 45-55%, kerbau 38%, sapi 50-60%. Dan
ternak babi juga sangat efisien dalam mengubah sisa-sisa makanan serta hasil
ikutan pertanian maupun pabrik (Lubis 1963).
Pengaruh temperatur lingkungan terhadap performans babi menunjukkan
bahwa temperatur yang cocok adalah 20-27°C. Semakin rendah temperatur atau
suhu lingkungan, babi akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dan sebagian
besar energi pakan dialihkan menjadi produksi panas tubuh dan akan diubah
untuk produksi daging. Bila temperatur atau suhu lingkungan tinggi, konsumsi
pakan babi akan menurun, konsumsi air minum akan meningkat, dan terjadi
perubahan tingkah laku mengakibatkan stres atau kematian (Sihombing 2006).
Memahami akan hal tersebut maka diperlukannya suhu dan kelembapan yang
tepat dalam pemeliharaan ternak babi.
Pemberian pakan yang semestinya merupakan hal yang sangat penting
sebab biaya pakan menduduki tempat tertinggi dari biaya produksi total hingga
80%, ini disebabkan babi tumbuh sangat cepat dan konsekuensinya keperluan

akan pakan sangat tinggi. Anak babi yang beratnya 1,4 kg pada waktu lahir
mencapai 163 kg setelah 18 bulan kemudian. Bila babi diberi pakan berlebihan
maka cenderung menjadi gemuk dengan cepat dan sifat ini adalah menurun, hal
ini juga tidak ekonomis (Williamson dan Payne 1993). Melihat akan kebutuhan
pakan ternak babi maka diperlukannya formulasi ransum yang tepat sehingga
kebutuhan ternak babi untuk menghasilkan daging dapat tercapai.
1.2 Tujuan
Mengetahui suhu dan kelembapan yang tepat bagi ternak babi di setiap
periode pemeliharaannya. Mengetahui cara memformulasikan ransum dengan
menggunakan metode square pearson method untuk periode pemeliharaan starter,
grower, dan finisher.

2 METODE
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Responsi produksi ternak babi dan kuda dilakukan pada hari Rabu, 16
September 2015. Pelaksanaan responsi dilakukan di RK A1D, gedung Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Metode Kerja
Metode kerja dilakukan dengan mencari data melalui pustaka yang dapat

berupa jurnal ilmiah, buku, dan internet dari sumber yang terpercaya. Metode
dalam memformulasikan pakan dilakukan dengan mempelajari cara formulasi
ransum yang telah dijelaskan ketika praktikum.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Suhu dan Kelembapan Bagi Ternak Babi
Suhu dan kelembapan bagi ternak babi dipengaruhi oleh suhu di lingkungan
sekitarnya. Indonesia merupakan negara sub-tropis yang memiliki suhu dengan
rata-rata 27.2 ˚C, namun di berbagai daerah memiliki suhu yang berbeda. hal
tersebut tergantung pada letak geografis, kelandaian, kecepatan angin, dan hujan.
Suhu tubuh ternak babi berkisar pada 38-39 ˚C. Suhu yang tepat bagi ternak babi
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Suhu optimum ternak babi menurut Alberta Goverment Canada
Periode Pemeliharaan
Piglet
Weaner
Grower
Finisher
Breeding Stock


Bobot Badan (kg)

Suhu (˚C)

Lahir hari ke-6
6-25
25-50
50-100
> 100

24-34
18-32
15-25
15-25
10-21

Sumber: Alberta Goverment Canada (2014)

Tabel 2 Suhu optimum ternak babi menurut Myer dan Bucklin
Animal

Litter-newborn
Young pigs (2-5 kg)
Young pigs (5-20 kg)
Growing pigs (20-55 kg)
Finishing pigs (55-110 kg)
Gestating sows
Lactating sows
Boars

Optimum
Temperature ˚C (˚F)

Desirable Limits ˚C

35 (95)
30 (85)
27 (80)
21 (70)
18 (65)
19 (65)

20 (65)
21 (65)

32-38
32-28
27-23
24-30
16-27
10-27
13-27
10-27

Sumber: Myer dan Bucklin (2015)

Suhu yang dibutuhkan oleh ternak babi akan berbeda pada setiap periode
pemeliharaan, hal tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan ternak babi pada setiap
periodenya berbeda. Ternak babi yang sudah mencapai periode finisher dan

memiliki bobot pada rentang 50-100 kg memiliki kebutuhan suhu lingkungan
yang cukup rendah karena terlah memiliki organ pencernaan serta pertumbuhan

yang sudah lengkap, sehingga suhu tubuhnya akan lebih tinggi dibandingkan
dengan anak babi yang baru lahir. Sumber pustaka yang didapatkan (Tabel 1)
merupakan suhu yang digunakan pada negara empat musim, sehingga
penyesuaian untuk suhu lingkungan di Indonesia masih cukup sulit terutama di
wilayah yang memiliki tingkat panas cukup tinggi. Kelembapan bagi ternak babi
tidak memiliki efek negatif yang terlalu besar terutama pada performa
pertumbuhan ternak babi. Namun, kelembapan yang tinggi akan memberikan efek
negatif pada suhu yang tinggi. Kelembapan yang baik bagi ternak babi berkisar
pada 80% (NRC 1981).
3.2 Formulasi Ransum Ternak Babi
Ternak babi membutuhkan ransum yang imbangan nutrisinya baik atau
sempurna, untuk memperoleh reproduksi dan produksi daging yang optimal.
Ternak babi membutuhkan energi, protein, mineral, vitamin dan air. Setiap zat
mempunyai fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh. Kekurangan atau
ketidakseimbangan zat-zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan
berdampak pada performans. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum
yaitu cara pemberian pakan, aroma pakan, kondisi lingkungan atau suhu kandang,
ketersedian air minum, jumlah ternak dan kesehatan ternak (Sihombing 1997).
Menentukan formulasi ransum diperlukannya kebutuhan protein kasar untuk
ternak babi pada setiap periode pemeliharaan. Kebutuhan nutrisi kandungan pakan

menurut Badan Standarisasi Nasiol Indonesia (BSNI) dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Syarat mutu pakan ternak babi SNI
Parameter
Kadar Air
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
Abu
Kalsium (Ca)
Fosfor total
Fosfor tersedia
Energi
metabolisme
Total aflatoksin
Asam amino
Lisin
Metionim
Metionim+Sistin

Periode Pemeliharaan

Starter
Grower
Finisher
Maks 14.0%
Maks 14.0%
Maks 14.0%
Min 17.0%
Min 15.0%
Min 13.0%
Maks 7.0%
Maks 7.0%
Maks 8.0%
Maks 5.0%
Maks 7.0%
Maks 7.0%
Maks 7.0%
Maks 8.0%
Maks 8.0%
0.90-1.20%
0.90-1.20%

0.90-1.20%
0.60-1.00%
0.60-1.00%
0.60-1.00%
Min 0.40%
Min 0.32%
Min 0.23%
Min 2900
Min 2900
Min 2900
Kkal/kg
Kkal/kg
Kkal/kg
Maks 50.0 µg/Kg Maks 50.0 µg/Kg Maks 50.0 µg/Kg
Min 1.05%
Min 0.35%
Min 0.60%

Sumber: Badan Standarisasi Nasional Indonesia (2006)


Min 0.90%
Min 0.30%
Min 0.60%

Min 0.70%
Min 0.30%
Min 0.50%

Rekomendasi dari NRC (1998), menyatakan bahwa konsumsi ransum harian
babi periode starter adalah 950-1425 gr/hari atau dengan rata-rata 1250 gr.
Tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh keseimbangan dari energi dan protein
yang tersedia (North 1984). Bujur sangkar peason merupakan cara menyusun
formula ransum yang sangat sederhana dengan satu nutrien sebagai pembatas
seperti proteinn energi, ataupun mineral (Hermana dan Suci 2012). Pembuatan
formulasi ransum maka dibutuhkan kandungan nutrisi setiap bahan pakan, dalam
formulasi ransum pakan babi kali ini hanya menentukan kebutuhan protein pada
pakan. Formulasi menggunakan bujur sangkar pearson dibutuhkan kandungan
nutrisi protein pakan (PK) dalam bahan pakan tersebut. Kandungan nutrisi pada
bahan pakan pertanian yang dapat digunakan untuk ransum ternak babi dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan nutrisi bahan pakan dari limbah pertanian
Energi
Protein Kasar
Serat
Kalsium Posfor
Bahan Pakan
Metabolis
(PK) %
Kasar %
(Ca) %
(P) %
(Kkal)
3250
10.5
2.5
0.234
0.414
Jagung
Daun ubi
500
27
16.2
1.37
0.46
jalar
2980
12
9
0.03
0.12
Dedak padi
3480
3.2
3.45
0.28
0.23
Ubi Jalar
Daun
24
22
1.54
0.457
500
singkong
2856.2
48.67
0.01
6.32
2.95
Tepung ikan
3400
3.3
4.15
0.26
0.16
Singkong
Sumber: Sinaga (2010)

3.2.1 Formulasi Ransum Anak Babi (Starter)
Kebutuhan protein ternak babi periode starter pada Tabel 3 adalah 17.0%.
Bahan pakan yang digunakan untuk mencapai persentase protein tersebut adalah
daun ubi jalar dan jagung. Perhitungan formulasi ransum dapat dilihat Gambar 1.
= 17 – 10.5
= 7.5

Daun ubi Jalar
PK 27%
Protein
17%
Jagung
PK 10.5%

= 27-17
= 10
Gambar 1 Metode bujur sangkar pearson starter

Langkah selanjutnya setelah Gambar 1 adalah penentuan persentase daun
ubi jalar dan jagung yang digunakan. Perhitungan persentase masing-masing
bahan pakan untuk periode starter dapat dilihat pada Gambar 2.
Menghitung persentase bahan pakan:
Bagian Daun ubi jalar : [10/(7.5+10)] × 100 = 57.14 %
Bagian Jagung

: [7.5/(7.5+10)] × 100 = 42.85 %

Menghitung jumlah bahan pakan yang akan dicampur untuk 1 500 kg ransum:
Daun ubi jalar

: (57.14/100) × 1500 kg = 857.1 kg

Jagung

: (42.85/100) × 1500 kg = 642.75 kg

Gambar 2 Hasil persentase dan penggunaan bahan pakan dalam ransum starter

Hasil formulasi ransum menggunakan bahan pakan daun ubi jalar dan
jagung sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak babi starter. Pembuatan
ransum sebanyak 1500 kg membutuhkan 857.1 kg daun ubi jalar dan 642.75 kg
jagung.
3.2.2 Formulasi Ransum Babi Grower
Kebutuhan protein ternak babi periode grower pada Tabel 3 adalah 15.0%.
Bahan pakan yang digunakan untuk mencapai persentase protein tersebut adalah
daun singkong dan dedak padi. Perhitungan formulasi ransum dapat dilihat
Gambar 3.
= 15-12
=3

Daun singkong
PK 24%
Protein
15%
Dedak padi
PK 12%

= 24 – 15
=9
Gambar 3 Metode bujur sangkar pearson grower

Langkah selanjutnya setelah Gambar 3 adalah penentuan persentase daun
singkong dan dedak padi yang digunakan. Perhitungan persentase masing-masing
bahan pakan untuk periode grower dapat dilihat pada Gambar 4.

Menghitung persentase bahan pakan:
Bagian Daun singkong : [9/(3+9)] × 100 = 75 %
Bagian Dedak padi

: [3/(3+9)] × 100 = 25 %

Menghitung jumlah bahan pakan yang akan dicampur untuk 1500 kg ransum:
Daun singkong

: (75/100) × 1500 kg = 1125 kg

Dedak padi

: (25/100) × 1500 kg = 375 kg

Gambar 4 Hasil persentase dan penggunaan bahan pakan dalam ransum grower

Hasil formulasi ransum menggunakan bahan pakan daun singkong dan
dedak padi sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak babi grower.
Pembuatan ransum sebanyak 1500 kg membutuhkan 1125 kg daun singkong dan
375 kg dedak padi.
3.2.2 Formulasi Ransum Babi Finisher
Kebutuhan protein ternak babi periode finisher pada Tabel 3 adalah 13.0%.
Bahan pakan yang digunakan untuk mencapai persentase protein tersebut adalah
daun ubi jalar dan singkong. Perhitungan formulasi ransum dapat dilihat Gambar
5.
= 13 – 3.3
= 9.7

Ubi jalar
PK 3.2%
Protein
13%
Singkong
PK 3.3%

= 13 – 3.2
= 9.8
Gambar 5 Metode bujur sangkar pearson finisher

Langkah selanjutnya setelah Gambar 5 adalah penentuan persentase ubi
jalar dan singkong yang digunakan. Perhitungan persentase masing-masing bahan
pakan untuk periode finisher dapat dilihat pada Gambar 6.

Menghitung persentase bahan pakan:
Bagian Ubi jalar

: [9.8/(9.7+9.8)] × 100 = 50.25 %

Bagian Singkong

: [9.7/(9.7+9.8)] × 100 = 49.74 %

Menghitung jumlah bahan pakan yang akan dicampur untuk 1500 kg ransum:
Ubi jalar

: (50.25/100) × 1500 kg = 753.75 kg

Singkong

: (49.74/100) × 1500 kg = 746.1 kg

Gambar 6 Hasil persentase dan penggunaan bahan pakan dalam ransum finisher

Hasil formulasi ransum menggunakan bahan pakan daun singkong dan
dedak padi sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak babi grower.
Pembuatan ransum sebanyak 1500 kg membutuhkan 753.75 kg ubi jalar dan
746.1 kg singkong.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada laporan praktikum suhu dan
kelembapan merupakan salah satu faktor yang menentukan performa ternak babi,
hal yang dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan adalah feed intake pakan pada
babi. Formulasi ransum merupakan salah satu cara dalam memenuhi kebutuhan
ternak babi untuk pertumbuhan serta efisiensi dalam pemeliharaan ternak babi,
maka cara formulasi pakan dengan cara sederhana perlu diketahui oleh peternak.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2015. Space Heating in Swine Production. Canada (US): Alberta
Goverment Canada.
[BSNI] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2006. Pakan Anak Babi Sapihan
(Pig Starter) SNI 01-3912-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional
Indonesia
[BSNI] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2006. Pakan Babi Pembesaran
(Pig Grower) SNI 01-3913-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional
Indonesia
[BSNI] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2006. Pakan Babi Penggemukan
(Pig Finisher) SNI 01-3914-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional
Indonesia
Lubis D A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta (ID): Pembangunan

Myer R and Bucklin R. 2015. Influence of Hot-Humid Environment on Growth
Performance and Reproduction of Swine. Florida (US): UF/IFAS Extension
Service, University of Florida.
[NRC]. 1998. Nutrient Requirements of Swine. Washington, D.C (US): National
Academy Press.
North M O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. Third Edition.
Westport. The Avi Publishing company inc. Connecticut.
Sinaga S. 2010. Pakan dan Ransum Babi Tambahan. [Internet]. [diunduh pada 28
September
2015].
Tersedia
pada:
http://blogs.unpad.ac.id/saulandsinaga/2010/02/18/pakan-dan-ransum-babitambahan/
Sihombing D T H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press
Sihombing D T H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Bogor (ID): Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Suci D M dan Hermana W. 2012. Pakan Ayam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Williamson G. dan W J A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.