BUMI DAN ALAM SEMESTA. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alam semesta atau jagad raya didefinisikan sebagai ruang-waktu dimana
semua energi dan materi berkumpul. Massa dan energi yang berada di alam semesta
terdiri atas 73% energi gelap, 23% materi gelap dingin dan 4% atom. Alam semesta
mungkin mempunyai 1011 galaksi dimana tiap-tiap galaksi mempunyai 1011 bintang
yang tersebar dengan masing-masing bintang memiliki 1057 atom hidrogen.
Alam raya = mayapada = alam semesta
Dalam perjalanan pembentukan alam raya munculnya manusia di bumi secara
nisbi masih sangat baru. Oleh karena itu walaupun manusia dengan tekun mencari-cari
bagaimana caranya alam raya tercipta sering terhalang karena keterbatasan
pandangannya, yang mengira bahwa bumi tempat ia berpijak itulah alam raya.
Oleh sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman purbakalah hingga
sekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya
bumi sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan kecendekiaannya.
Perkembangan citra manusia mengenai alam raya seringkali terikat sangat erat
pada pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. Hal ini
menyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui
pengalaman.
Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan pemikiran

apa yang melandasi menjadikan konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah,
bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung pada
tingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagad
raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, konsepsi ini berasal dari Newton.
Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa alam ini tidak berubah keadaannya sejak
waktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang perkembangan
pemikiran tentang bumi dan alam semesta alam serta pembentukan komponen bumi
tersebut.

1

1.2. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan struktur bumi
2. Menjelaskana pembentukan benua dan samudera
3. Menjelaskan gempa bumi dan tsunami

2

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Struktur Bumi
Bumi memiliki struktur dan kompisisi penyusunnya. Jika bola bumi dipotong
dari permukaan hingga ke bagian inti, maka akan terdapat lapisan-lapisan penyusun
yang dapat dibedakan secara fisik dan kimiawi.
Lapisan bumi terluar disebut Kerak Bumi (Crust), lapisan ini padat dan getas.
Ketebalannya berkisar antara 5 km hingga 30 km. Kerak dibagi menjadi dua, yaitu:
Kerak Benua dan Kerak Samudera.
Lapisan dibawahnya adalah Mantel Bumi (Mantle). Secara fisik, lapisan ini
terbagi menjadi dua, yaitu: mantel bagian atas (upper mantle) yang bersifat padat,
mantel bagian tengah yang bersifat gel/semi-solid (sebenarnya lapisan tengah ini juga
masih bagian dari upper mantle), dan mantel bagian bawah (lower mantle) yang
bersifat padat.
Lapisan di bawah mantel disebut Inti Bumi (Core). Inti bumi terbagi menjadi
dua, yaitu: inti bumi bagian luar (outer core) dan inti bumi bagian dalam (inner core).
2.2 Pembentukan Benua dan Samudera
1. Benua
Bumi sebagai benda alam pada pada mulanya merupakan benda yang
berpijar yang kemudian mendingin. Pada proses ini terbentuklah kerak yang
keras yang disebut kulit atau kerak bumi (lithosfer). Pada awalnya lapisan ini

sangat labil. Dalam proses pendinginan yang terus berlangsung itu, bumi juga
bergerak mengadakan rotasi sehingga kulit yang baru terbentuk itu retak-retak
dan bergeser saling menjauh karena seolah-olah kulit yang sudah keras itu
mengapung pada bagian bumi sebelah dalamnya yang diperkirakan masih
lumer.
Salah satu teori yang mengemukakan tentang terbentuknya benuabenua yang ada di bumi adalah Teori Wegener. Teori ini dikemukakan oleh
seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman yaitu Wegener pada tahun 1915.
Teori Wegener ini disebut juga dengan hipotesis Continental Drift (perkisaran

3

benua). Menurut teori ini, bumi pada 250 juta tahun yang lalu hanya terdiri
dari satu benua yang sangat besar, kemudian retak dan bergeser saling
menjauhi satu sama lainnya. Akibat pergeseran itu terbentuklah benua-benua
Amerika, Asia, Eropa, Afrika, Australia dan benua Antartika (Hendro dan
Yeni, 2004:2.40).
Teori di atas didukung oleh fakta sebagai berikut:
a) Sepanjang Timur Amerika Selatan ternyata mempunyai bentuk dan lekukan
yang kira-kira sama dengan lekukan pada Benua Afrika sebelah Barat.
b) Lekukan bagian Selatan Benua Australia cocok dengan tonjolan Benua

Antartika.
c) Lekukan Semenanjung India dan Pulau Madagaskar cocok dengan teluk
yang terbentuk antara Afrika dengan Antartika.
Kecocokan-kecocokan di atas tidak hanya dari segi geografik, tetapi
juga cocok dari segi geologi, yaitu dari jenis dan umur batuan-batuannya yang
kira-kira sama.
Peristiwa pergeseran itu berlangsung dalam jutaan tahun. Secara
kronologis dapat dirinci sebagai berikut:
a) Pada 225 juta tahun yang lalu, masih merupakan satu benua yang besar
Super Continental yang disebut Pangea.
b) Pada 200 juta tahun yang lalu Super Contonental pecah menjadi tiga bagian
yakni Benua Eropa-Asia, Afrika –Amerika, dan Benua Antartika-Australia.
c) 135 juta tahun yang lalu Afrika dan Amerika mulai memisah di sela-selanya
terdapat Samudera Atlantik.
d) Kemudian, 65 juta tahun yang lalu Australia dan Antartika memisahkan diri
dan terjadilah Lautan Indonesia. Pergeseran masih berlangsung sampai saat
sekarang.

4


Gambar 1 Kronologis Terbentuknya Benua-benua di Bumi
Harry Hens (dalam Hendro dan Yeni, 2004:2.41) memberikan pendapat
tentang pergerakan benua-benua bahwa benua buan hanyut ke sana kemari
seperti es terapung, tetapi tertanam kuat pada basalt dasar samudera. Dasar
samudera yang baru didesak terus-menerus ke atas dari astenosfer yang panas
pada pematang samudera. Pematang samudera merupakan bibir yang terbentuk
pada dua sisi celah dalam bumi, tempat bahan panas selubung bumi tertekan ke
atas.
Bahan ini kemudian mendingin dan mengeras dalam lithosfer dan
menempatkan diri ke tepi lempengan lithosfer pada kedua sisi retakan (kerak
samudera). Bahan tersebut bergerak ke bawah darai pematang tengah
samudera bersama lempengan melintasi dasar laut dengankecepatan 1,5
sampai 7,5 cm pertahun sebagai perluasan dasar laut. Bagian yang ditumpangi

5

menekuk ke bawah dan tenggelam dalam astenosfer, dipanaskan lagi kemudian
pecah lagi, meleleh dan terserap masuk kembali ke bagian dalam bumi.
Pergeseran dan retaknya lithosfer kemudian runtuh, menyebabkan terjadinya
gempa tektonis. Perluasan dasar laut menyebabkan jarak antara benua

bertambah lebar.
Beradasarkan batuan beku yang dirasakan sangat keras, seakan-akan
bumi ini merupakan satu kesatuan, namun sebenarnya terdiri dari lempengan
tipis dan kaku seperti cangkang telur yang retak-retak.
Di bumi ini ada 6 lempengan utama, yaitu:
a) Lempengan Amerika, terdiri dari Amerika Utara dan Selatan serat separuh
dasar bagian Barat Samudera Atlantik.
b) Lempeng Afrika, terdiri dari Afrika dan sebagian samudera di sekitarnya.
c) Lempeng Eurasia, terdiri dari Asia, Eropa dan dasar laut sekitarnya.
d) Lempeng India, meliputi anak benua itu dan dasar samudera sekitanya.
e) Lempeng Australia, terdiri dari Australia dan samudera sekitanya.
f) Lempeng Pasifik, yang mendasari Samudera Pasifik.
Selain lempengan utama di atas, ada pula beberapa jenis lempengan
lainnya, yaitu seperti Lempeng Nazca, Lempeng Antarktika serta sejumlah
lempeng-lempeng regional lainnya, seperti Lempeng Laut Filipina, Lempeng
Cocos, Lempeng Arab, Lempeng Persia, Lempeng Cina, dll.

6

Gambar 2 Garis-garis Lempengan Bumi

Lempengan-lempengan tersebut setiap saat mengalami gerakan
horizontal yang antara lain menimbulkan pemisahan benua seperti yang
dikemukakan oleh Wegener. Akibatnya, Benua Amerika makin jauh dari Benua
Afrika, sedangkan Benua Australia karena desakan pematang tengah samudera
di sebelah Selatannya mengakibatkan benua itu makin mendekat ke Indonesia.
Di samping gerakan horizontal, terjadi pula gerakan vertikal, yaitu
desakan lava yang keluar dari lempengan di Samudera Indonesia yang
menyebabkan anak benua India makin terdesak ke Utara. Tapi karena daratan
Asia cukup kuat, untu bertahan, maka terjadilah kerutan bumi berupa
Pegunugan Himalaya yang tinggi.
Demikian pula akibat pematang tengah di Laut Tengah yang mendesak
Eropa ke Utara, maka terjadilah Pegunungan Alpen sebagai kerutan bumi
(Plate Tektonic Theory). Secara alami lempengan mengalami perusakan dan
pembangunan kembali (putus dan berasambung) yang gerakan lempengnya
menjadi gempa tektonik. Prose perusakan dan pembangunan kembali
wujudnya adalah patahnya daratan akibat desakana di dasar laut, sehingga di
daratan terjadi retakan. Di sepanjang retakan ini muncul pegunungan yang di

7


beberapa tempat lahir gunung berapi seperti pegunungan Rocky Mountain di
pantai Barat Amerika. Indonesia merupakan salah satu daerah yang sering
diguncang gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua deretan
pegunungan lipatan muda Circum Pasific dan Mediterania. Juga merupakan
pertemuan tiga lempeng lithosfer, yaitu lempengan India sebelah Barat,
lempengan Australia sebelah Barat dan Selatan, dan lempengan Samudera
Pasifik sebelah Timur, sehingga daratan Indonesia termasuk tidak tenang.
Penyebab terjadinya pegerakan lempeng yaitu:
a) Adanya arus konveksi dalam tubuh bumi, yakni: arus konveksi dari batas
inti dan mantel yang muncul ke permukaan bumi (thermal plume) dan
melalui litosfer dan mantle kembali ke batas inti – mantel.
b) Adanya panas pada batas inti–mantel yang muncul ke permukaan bumi
sebagai hotspot.
Ada empat macam gerakan lempeng, antara lain:

a) Subduksi

b) Pemekaran

c)Tumbukan


d) Sesar

Gambar 3 Macam-macam Pergerakan Lempeng Bumi

8

Fakta ilmiah di atas sebelumnya telah diterangkan oleh Allah SWT.
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam
sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. Hal ini
diterangkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Naml ayat 88 yang
artinya:
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
Perbuatan

Allah

Yang


Membuat

dengan

kokoh

tiap-tiap

sesuatu;

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an,
27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi
tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan
magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam
sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan
bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal
bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat

tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana
mengapungnya perjalanan awan. Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan
istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan
ini (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978,
s.12-13).
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting
dari gunung, sebagaimana yang terdapat dalam Surah Al-Anbiyâ’ ayat 31 yang
artinya:
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
itu (tidak) goncang bersama mereka dan tlah Kami Jadikan (pula) di bumi itu
jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas bahwa gunung-gunung
berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah

9

diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal
ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil
pergerakan

dan

tumbukan

dari

lempengan-lempengan

raksasa

yang

membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang
lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas
melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di
bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini
berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak
kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
“pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak
bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma” (General Science,
Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc.
Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui
sebuah perumpamaan sebagai "pasak". Hal ini telah Allah SWT wahyukan
dalam Surah An-Naba’ ayat 6-7, yang artinya:
"Bukankah Kami telah Menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (6); Dan
gunung-gunung sebagai pasak? (7)" (Al Qur'an, 78:6-7)
Dengan

kata

lain,

gunung-gunung

menggenggam

lempengan-

lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan
bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini,
mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing
di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya,
kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaranlembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah
dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut: “Isostasi:
kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di
bawah permukaan akibat tekanan gravitasi” (Webster's New Twentieth Century
Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975).

10

2. Samudera
Berdasarkan teori Wegener, pergeseran bagian bumi bersifat vertical
(geoinklinal) maupun horizontal yang masih berlangsung terus-menerus
hingga saat ini. Salah satu akibat dari peristiwa ini adalah terbentunya
Pegunungan Himalaya dan terbentuknya Samudera Hindia (Indonesia) yang
dalam.
Samudera Pasifik atau Lautan Teduh terbentuk karena massa bumi pada
saat masih berupa cairan terlepas dari permukaan bumi. Hal itu terjadi
mungkin dipengaruhi oleh rotasi bumi yang menimbulkan gaya sentripetal
(gaya menjauhi pusat) dan gaya tarik benda angkasa yang lain (Teori Tidal).
Teori terlepasnya bagian dari massa bumi ini lalu membentuk bulan, didukung
oleh kenyataan bahwa membesarnya lekukan Pasifik di permukaan bumi ini,
bila dihitung kira-kira sama dengan jumlah massa dari bulan. Jenis batuan di
bulan pun ternyata serupa dengan batuan Silisium Magnesium (Sima) yang
terdapat di dasar Samudera Pasifik.
Teori lain mengatakan bahwa bumi yang semula berupa awan panas,
mencair dan bertemperatur tinggi, kemudian berangsur-angsur mendingin
membentuk bumi purba yang berupa daratan dan terjadilah benua. Pada saat
bumi mendingin, banyak unsur yang berupa gas terutama H2 dan CH4. H2
terlepas dalam bentuk gas, keluar berbentuk lapisan awan tebal melapisi bumi
purba, demikian selanjutnya terjadi penguraian karena terkena sinar matahari
langsung, sehingga terjadilah lapisan udara atau atmosfer yang sekarang ini.
Bersamaan dengan terbentuknya atmosfer, terjadi pula proses
pendinginan udara dan hujan yang sekaligus akan mempercepat pendinginan
bumi. Siklus yang berlangsung bermilyaran-milyaran tahun akan membentuk
kumpulan air di lekukan-lekukan permukaan bumi. Lautan purba yang pada
mulanya diduga hanya 10% dari lautan yang ada pada saat sekarang ini.
Kondensasi yang dialami bumi akibat dari siklus massa udara panasdingin dan siklus hujan-penguapan menyebabkan jumlah air yang menutupnya
makin luas, hingga sekarang ini kira-kira 75% atau 11.375 juta km 3 air di
permukaan bumi dan disebut lautan atau samudera. Gejala suhu bumi semakin
meningkat pada akhir abad ke-20 sehingga menyebabkan mencairnya es di

11

kutub dan salju di puncah-puncak pegunungan yang berakibat semakin
meluasnya permukaan laut.
Semula manusia mengira bahwa dasar lautan rata seperti dataran di atas
benua luas. Pengukuran dalamnya laut oleh manusia sebelum ditemukan kapal
selam, hanya dengan batu yang diikat tali oleh juru batu, dan kemudian diukur
dengan alat penduga gema dengan gelombang bunyi. Baru menjelang Perang
Dunia II dengan alat-alat elektronik canggih, kapal selam dapat memetakan
dasar laut. Dan setelah Perang Dunia II dan dengan semakin lengkapnya saran,
maka semakin banyaknya manusia tertarik akan keadaan dasar laut yang
memiliki pesona alam dan memberikan harapan terhadap kepentingan
kehidupan manusia.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan
adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam
Surah Ar-Rahmân ayat 19-20, yang artinya:
"Dia Membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu
(19); Antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masingmasing[1443] (20)." (Al Qur'an, 55:19-20)
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la “yabghiyan”
maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud
ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi
oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak
diperlukan). Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk
keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu, seperti terusan Suez
dan terusan Panama.
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut
Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik
melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di
kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan
keduanya.
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama
lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan
gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang

12

saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis,
tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah
terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka (Davis, Richard A., Jr. 1972,
Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing,
s. 92-93).
2.3 Gempa Bumi dan Tsunami
1. Gempa Bumi
Gempa bumi bukanlah suatu hal yang baru bagi kita. Gempa bumi
bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain:
a) Letusan gunung berapi (erupsi vulkanik) atau disebut gempa vulkanik
b) Tumbukan meteor
c) Ledakan bawah tanah (seperti uji nuklir), dan
d) Pergerakan kulit bumi.
Yang paling sering kita rasakan adalah karena pergerakan kulit bumi,
atau disebut gempa tektonik. Berdasarkan Seismologi (ilmu yang mempelajari
fenomena gempa bumi), gempa tektonik dijelaskan oleh "Teori Lapisan
Tektonik" atau disebut juga dengan “Teori Tektonik Lempeng” (Theory of
Plate Tetonics) yaitu teori tentang konstruksi lempeng bumi. Kerak bumi
terdiri dari lempeng-lempeng yang membungkus bumi. Teori ini menyebutkan
lapisan bebatuan terluar yang disebut lithosfer yang mengandung banyak
lempengan dan berupa lapisan keras. Di bawah litosfer ada lapisan yang
disebut asthenosphere (astenosfer) yang bersifat lunak (plastis). Lapisan
astenosfer ini seakan-akan melumasi bebatuan tersebut sehingga mudah
bergerak. Hal ini dipelajari atau dibahas juga dalam “Geodinamika”
(pergerakan lapisan bumi).
Di antara dua lapisan ini, bisa terjadi tiga hal, yaitu lempengan
bergerak saling menjauh, maka magma dari perut bumi akan keluar menuju
permukaan bumi. Magma yang sudah di permukaan bumi ini disebut lava.
Lempengan bergerak saling menekan, maka salah satu lempeng akan naik
atau turun, atau dua-duanya naik atau turun. Inilah cikal gunung atau lembah,

13

atau lempengan bergerak berlawanan satu sama lain, misalnya satu ke arah
Selatan dan satunya ke arah Utara.

Gambar 4 Teori Lapisan Tektonik (Teori Tektonik Lempeng)
Prediksi di atas akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh media
tanah dan batu. Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave) yang
bergerak ke segala arah, dan inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah
tanah tempat sumber getaran disebut focus/pusat gempa.
Jika fenomena lempengen bergerak saling menekan atau bertemu
terjadi di dasar laut, ketika salah satu lempengan naik atau turun, maka
volume daerah di atasnya akan mengalami perubahan kondisi stabilnya.
Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan bertambah.
Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka volume daerah itu akan berkurang.
Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air
dari arah pantai akan tersedot ke arah tersebut. Gelombang-gelombang (tidak
hanya sekali) menuju pantai akan terbentuk karena massa air yang berkurang
pada daerah tersebut (efek dari hukum Archimedes); karena pengaruh gaya
gravitasi, air tersebut berusaha kembali mencapai kondisi stabilnya. Ketika
daerah tersebut cukup luas, maka gelombang tersebut mendapatkan tenaga
yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut tsunami.

14

2. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata, yaitu:
“Tsu” = Pelabuhan
“Nami” = Gelombang
Ini adalah terminologi untuk menyebutkan fenomena gelombang laut
yang tinggi dan besar akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang
secara vertikal mengurangi volume kolom air. Gangguan mendadak ini bisa
datang dari gempa yang disebabkan empat hal yang disebutkan di atas.
Tsunami menjadi bagian bahasa dunia setelah gempa besar 15 Juni
1896 menimbulkan gelombang besar (tsunami) yang melanda kota pelabuhan
Sanriku (Jepang) dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur
Honshu sepanjang 280 km.
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi,
tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang
Tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam
dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau
lebih. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5
skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai
pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan
berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002), di Indonesia pernah terjadi
Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali
akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang
mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak
adalah tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba,
1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike-slip kecil sekali kemungkinan
untuk menimbulkan tsunami.
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah:
a) Air laut yang surut secara tiba-tiba.

15

b) Bau asin yang sangat menyengat.
c) Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat
keras.

Gambar 5 Tahap-tahap terjadinya Tsunami
Tsunami terjadi jika:
a) Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR
b) Lokasi pusat gempa di laut
c) Kedalaman dangkal < 40 Km
d) Terjadi deformasi vertikal dasar laut.
Potensi Tsunami di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap Tsunami, terutama
kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain
Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan
Maluku, serta Timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah
Tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya
gelombang Tsunami antara 20-30 menit.
Indonesia merupakan salah satu daerah yang sering diguncang gempa
karena letaknya tepat pada pertemuan dua deretan pegunungan lipatan muda
Circum Pasific dan Mediterania. Juga merupakan pertemuan tiga lempeng
lithosfer, yaitu lempengan India sebelah Barat, lempengan Australia sebelah

16

Barat dan Selatan, dan lempengan Samudera Pasifik sebelah Timur, sehingga
daratan Indonesia termasuk tidak tenang.

Gambar 6 Peta Wilayah Rawan Tsunami di Indonesia (garis merah)

17

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Bumi memiliki struktur dan kompisisi penyusunnya. Jika bola bumi dipotong
dari permukaan hingga ke bagian inti, maka akan terdapat lapisan-lapisan
penyusun yang dapat dibedakan secara fisik dan kimiawi.
2. Terdapat beberapa teori menganai pembentukan bumi dan tsunami
3. Gempa bumi bisa disebabkan oleh berbagai sumber dan tsunami merupakan
fenomena gelombang laut yang tinggi dan besar akibat dari gangguan
mendadak pada dasar laut yang secara vertikal mengurangi volume kolom air.

18

DAFTAR RUJUKAN

Hendro Darmodjo dan Yeni Kaligis. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Ed. Rev. Cet.10.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Abdullah Aly dan Eny Rahma. 2006. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Cet. 3. Jakarta:
Bumi Aksara.
Akbar. 2007. Geofisika (Tsunami). Tersedia dalam http://www.bmg.go.id/data.bmg?
Jenis=Teks&IDS=8704394716716499700 (online). Diakses tanggal 20 Oktober
2014.
Bali Post. Edisi: Senin, 4 April 2005. Fenomena Tsunami dari Gempa Bumi. Tersedia
dalam http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/4/4/l5.htm (online). diakses
tanggal 19 Oktober 2014.
Jacub Rais. 2006. Indonesia di antara Dua Samudera, Dua Benua dan Tiga Lempeng
Tektonik Mega (Gempa, Gunung Api dan Tsunami). Tersedia dalam
http://www.mit.ipb.ac.id/files/Indonesia%20di%20antara%20Tiga%20Lempeng
%20Tektonik%20Mega.pdf (online). Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
http://www.keajaibanalquran.com/earth_movements.html (online). Diakses tanggal 20
Oktober 2014.
http://www.keajaibanalquran.com/earth_mountains.html (online). Diakses tanggal 19
Oktober 2014.
http://www.keajaibanalquran.com/earth_seas.html
Oktober 2014.

19

(online).

Diakses

tanggal

19