PPT KODE ETIK ANESTESIOLOGI DAN TERAPI I
Telaah Ilmiah
Kode Etik dalam
Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Oleh:
Janeva Septiana Sihombing,
S.Ked
Nur Eqbariah Baharuden, S.Ked
Pembimbing: dr. Yusni Puspita, Sp.An
Pendahuluan
Kode etik adalah suatu
sistem norma , nilai dan
juga aturan profesional
tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang
benar dan tidak baik bagi
profesional.
Tujuan Kode
Etik
Agar profesional memberikan jasa yang sebaikbaiknya kepada para pemakai atau para
nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak profesional
Etika pelayanan anestesiologi akan
selalu mengacu pada induknya yaitu
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI)
KODEKI
1.
Kewajiban terhadap pasien
2.
Kewajiban terhadap sesama dokter
spesialis anestesiologi
3.
Kewajiban terhadap sejawat bidang
lain
4.
Kewajiban terhadap paramedik
keperawatan dan paramedik non
keperawatan
5.
Kewajiban terhadap Rumah sakit
Kewajiban terhadap
pasien
1.
Kunjungan pra anestesia, dalam hal ini pelaksana anestesia
berkewajiban mengunjungi pasien sebelum anestesia. Dalam
standard pelayanan medik tidak ditentukan batasan kapan
kunjungan ini sehari sebelumnya, intinya harus menilai
dahulu sebelum menentukan seorang pasien untuk layak
anestesia.
2.
Pemeriksaan pasien harus dilakukan dengan lege artis,
dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia.
Rahasia pasien harus dijaga.
3.
Memberi informasi mengenai anestesia/analgesia yang
dilakukan kepada pasien atau keluarga. Tindakan ini
merupakan bagian dari informed consent. Tanpa persetujuan
ini akan mengakibatkan tindakan dokter tidak sah seperti
yang tercantum dalam PERMENKES No.
585/MENKES/PER/IX/89
4.
Pengawasan ketat terhadap pasien selama masih berada di
bawah pengaruh anestesia/analgesia di kamar pulih atau ICU
atau di bangsal
5.
Dokter anestesi yang berpraktek dalam satu kelompok
Kewajiban terjadap sesama
dokter spesialis anestesiologi
1.
Perasaan kolegialitas harus dibina antara sesama dokter spesialis anestesiologi
2.
Jika melaksanakan pelimpahan pasien, informasi mengenai pasien dan rencana
teknik anestesi/analgesia harus jelas
3.
Harus dicegah agar tidak terjadi usaha menggunakan seseorang dokter anestesi
untuk kepentingan pribadi (keuangan, balas budi) oleh dokter anestesi lain.
4.
Bila DSAn di suatu RS/tempat praktek berhalangan memberikan pelayanan anestesi
maka ia wajib minta digantikan oleh DSAn lain yang terdaftar di RS/tempat praktek
tsb terlebih dahulu. Bila tidak memungkinkan, maka dapat mencari DSAn lain.
5.
Seorang DSAn yang mempunyai jadwal anestesia >3 pada waktu bersamaan, maka
ia harus melimpahkan kelebihannya kepada DSAn yang lain dnegan mendahulukan
DSAn yang ada di RS tsb.
6.
Seorang yang sudah terdaftar di suatu RS/tempat praktek harus mendapat
kesempatan melakukan praktek profesinya di RS/tempat praktek tsb. Menjadi
kewajiban DSAn yang terdaftar di RS itu untuk memberi kesempatan dan mengatur
jadwal dan hari prakteknya.
7.
Bila terdapat pertikaian dan perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan
antar sesama DSAn yang menyangkut praktek profesi anestesiologi sebaiknya
meminta bantuan organisasi untuk menyelesaikannya.
8.
Hal-hal lain harus dengan KODEKI
Kewajiban terhadap sejawat bidang
lain
1.
Perasaan kolegialitas harus mendasari hubungan
antar sejawat
2.
Rujukan dari dokter lain harus diikuti dengan
keterangan dan maksud yang jelas
3.
Indikasi atau indikasikontra dan teknik
anestesia/analgesia ditentukan oleh DSAn, bukan
oleh dokter spesialis lain
4.
Pembatalan tindakan bedah yang memerlukan
anestesia/analgesia harus dilakukan berdasarkan
pertimbangan dan persetujuan DSAn dan operator.
5.
Pertentangan DSAn dan dokter spesialis lain dapat
diselesaikan melalui Panitia Etika RS
Kewajiban terhadap paramedik
keperawatan dan paramedik non
keperawatan
1.
Kerjasama dalam satu tim dengan paramedik dalam
penanganan pasien senantiasa dibina
2.
Dalam pelayanan anestesia, perawat anestesia bertugas
membantu DSAn. Tetapi dalam bidang perawatannya
mempunyai tugas mandiri. Pelayanan anestesia dapat
dilakukan oleh perawat anestesi sebagai tugas limpah di
bawah tanggung jawab DSAn
3.
Rasa tanggung jawab dalam diri paramedik sehubungan
dengan kerjasama tim hendaknya ditumbuhkan dan terus
dipupuk
4.
Penambahan ilmu yang ada hubungannya dengan lingkup
pekerjaan sehari-hari perlu diberikan berkala kepada
paramedik.
5.
Seorang DSAn hendaknya menjadi panutan dalam
pelaksanaan sehari-hari.
Kewajiban terhadap Rumah
Sakit
1.
Melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung
jawab sesuai dengan Pedoman Pelayanan
Anestesiologi yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Dokter Spesialis Anestesi Indonesia (IDSAI) dan
Standard Pelayanan Medik yang telah diputuskan
oleh IDI baik dalam segi pendidikan, penelitian
maupun pelayanan
2.
Melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
disiplin, jujur dan bertanggung jawab
3.
Mengupayakan kemajuan RS dengan segala
gagasan, usulan ataupun penemuan baru untuk
meningkatkan pelayanan terhadap pasien.
Kode Etik dalam
Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Oleh:
Janeva Septiana Sihombing,
S.Ked
Nur Eqbariah Baharuden, S.Ked
Pembimbing: dr. Yusni Puspita, Sp.An
Pendahuluan
Kode etik adalah suatu
sistem norma , nilai dan
juga aturan profesional
tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang
benar dan tidak baik bagi
profesional.
Tujuan Kode
Etik
Agar profesional memberikan jasa yang sebaikbaiknya kepada para pemakai atau para
nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak profesional
Etika pelayanan anestesiologi akan
selalu mengacu pada induknya yaitu
Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI)
KODEKI
1.
Kewajiban terhadap pasien
2.
Kewajiban terhadap sesama dokter
spesialis anestesiologi
3.
Kewajiban terhadap sejawat bidang
lain
4.
Kewajiban terhadap paramedik
keperawatan dan paramedik non
keperawatan
5.
Kewajiban terhadap Rumah sakit
Kewajiban terhadap
pasien
1.
Kunjungan pra anestesia, dalam hal ini pelaksana anestesia
berkewajiban mengunjungi pasien sebelum anestesia. Dalam
standard pelayanan medik tidak ditentukan batasan kapan
kunjungan ini sehari sebelumnya, intinya harus menilai
dahulu sebelum menentukan seorang pasien untuk layak
anestesia.
2.
Pemeriksaan pasien harus dilakukan dengan lege artis,
dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia.
Rahasia pasien harus dijaga.
3.
Memberi informasi mengenai anestesia/analgesia yang
dilakukan kepada pasien atau keluarga. Tindakan ini
merupakan bagian dari informed consent. Tanpa persetujuan
ini akan mengakibatkan tindakan dokter tidak sah seperti
yang tercantum dalam PERMENKES No.
585/MENKES/PER/IX/89
4.
Pengawasan ketat terhadap pasien selama masih berada di
bawah pengaruh anestesia/analgesia di kamar pulih atau ICU
atau di bangsal
5.
Dokter anestesi yang berpraktek dalam satu kelompok
Kewajiban terjadap sesama
dokter spesialis anestesiologi
1.
Perasaan kolegialitas harus dibina antara sesama dokter spesialis anestesiologi
2.
Jika melaksanakan pelimpahan pasien, informasi mengenai pasien dan rencana
teknik anestesi/analgesia harus jelas
3.
Harus dicegah agar tidak terjadi usaha menggunakan seseorang dokter anestesi
untuk kepentingan pribadi (keuangan, balas budi) oleh dokter anestesi lain.
4.
Bila DSAn di suatu RS/tempat praktek berhalangan memberikan pelayanan anestesi
maka ia wajib minta digantikan oleh DSAn lain yang terdaftar di RS/tempat praktek
tsb terlebih dahulu. Bila tidak memungkinkan, maka dapat mencari DSAn lain.
5.
Seorang DSAn yang mempunyai jadwal anestesia >3 pada waktu bersamaan, maka
ia harus melimpahkan kelebihannya kepada DSAn yang lain dnegan mendahulukan
DSAn yang ada di RS tsb.
6.
Seorang yang sudah terdaftar di suatu RS/tempat praktek harus mendapat
kesempatan melakukan praktek profesinya di RS/tempat praktek tsb. Menjadi
kewajiban DSAn yang terdaftar di RS itu untuk memberi kesempatan dan mengatur
jadwal dan hari prakteknya.
7.
Bila terdapat pertikaian dan perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan
antar sesama DSAn yang menyangkut praktek profesi anestesiologi sebaiknya
meminta bantuan organisasi untuk menyelesaikannya.
8.
Hal-hal lain harus dengan KODEKI
Kewajiban terhadap sejawat bidang
lain
1.
Perasaan kolegialitas harus mendasari hubungan
antar sejawat
2.
Rujukan dari dokter lain harus diikuti dengan
keterangan dan maksud yang jelas
3.
Indikasi atau indikasikontra dan teknik
anestesia/analgesia ditentukan oleh DSAn, bukan
oleh dokter spesialis lain
4.
Pembatalan tindakan bedah yang memerlukan
anestesia/analgesia harus dilakukan berdasarkan
pertimbangan dan persetujuan DSAn dan operator.
5.
Pertentangan DSAn dan dokter spesialis lain dapat
diselesaikan melalui Panitia Etika RS
Kewajiban terhadap paramedik
keperawatan dan paramedik non
keperawatan
1.
Kerjasama dalam satu tim dengan paramedik dalam
penanganan pasien senantiasa dibina
2.
Dalam pelayanan anestesia, perawat anestesia bertugas
membantu DSAn. Tetapi dalam bidang perawatannya
mempunyai tugas mandiri. Pelayanan anestesia dapat
dilakukan oleh perawat anestesi sebagai tugas limpah di
bawah tanggung jawab DSAn
3.
Rasa tanggung jawab dalam diri paramedik sehubungan
dengan kerjasama tim hendaknya ditumbuhkan dan terus
dipupuk
4.
Penambahan ilmu yang ada hubungannya dengan lingkup
pekerjaan sehari-hari perlu diberikan berkala kepada
paramedik.
5.
Seorang DSAn hendaknya menjadi panutan dalam
pelaksanaan sehari-hari.
Kewajiban terhadap Rumah
Sakit
1.
Melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung
jawab sesuai dengan Pedoman Pelayanan
Anestesiologi yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Dokter Spesialis Anestesi Indonesia (IDSAI) dan
Standard Pelayanan Medik yang telah diputuskan
oleh IDI baik dalam segi pendidikan, penelitian
maupun pelayanan
2.
Melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
disiplin, jujur dan bertanggung jawab
3.
Mengupayakan kemajuan RS dengan segala
gagasan, usulan ataupun penemuan baru untuk
meningkatkan pelayanan terhadap pasien.