KONSTRUKTIVISTIK DAN PEMBELAJARAN Berdas (1)

KONSTRUKTIVISTIK DAN PEMBELAJARAN
(Berdasarkan Teori Piaget dan Vygotsky)
Edi Sutomo
email
twitter

: edisutomo1985@gmail.com
: @ed_1st

Abstrak: makalah ini bermaksud mendeskripsikan beberapa teori yang
melandasi pembelajaran konstruktivistik terkait bagaimana dan seperti
apa pembelajaran konstruktivistik. Batasan kajian pada makalah ini
terletak pada pandangan konstruktivistik yang dibatasi pada pandangan
Piaget dan Vygotsky sebagai tokoh ternama dalam bidang konstruktivistik.
Beberapa metode pembelajaran yang berkembang dari teori konstriktivistik
antara lain pembelajaran aktif, pembelajara berbasis masalah,
pembelajaran kooperatif, diskusi dan scaffolding.
Kata Kunci : Konstruktivistik, Teori Belajar

1. Pendahuluan
Pendidikan yang berkembang saat ini dikembangkan berdasarkan pada hasil

penelitian-penelitian para ahli yang terdahulu. Tak dapat dipungkiri bahwa proses dan
penyelenggaraan pendidikan haruslah selalu berkembang. Hal ini dimaksudkan agar
tercipta manusia-manusia yang memiliki tingkat intelektual lebih tinggi dari pada
sebelumnya. Meskipun paradigma pembelajaran kontruktivistik telah dikenal sejak
tahun 1710, tetapi pada kenyataannya pradigma pembelajaran yang dikembangkan di
sekolah lebih didominasi oleh pembelajaran behavioristik. Atas dasar beberapa kajian
ternyata model behavioristik memiliki beberapa kelemahan antara lain terlalu
mekanistik dan kurang mampu

mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sehingga sebagai jawaban atas kelemahan tersebut maka diskusi dan kajian model
pembelajaran konstruktivistik menjadi makin marak karena dianggap lebih baik
daripada model behavioristik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik.
Maraknya diskusi dan kajian tentang pendekatan pembelajaran konstruktivistik
biasanya lebih diarahkan pada apa dan bagaimana pembelajaran konstruktivistik itu

1


diterapkan. Kajian tentang apa pembelajaran konstruktivistik biasanya dilakukan
dengan mengkontraskan antara pendekatan pembelajaran konstruktivistik dengan
pendekatan pembelajaran lainnya (behavioristik). Oleh sebab itu pada makalah ini
penulis bermaksud mendeskripsikan beberapa teori yang melandasi pembelajaran
konstruktivistik untuk memperkaya bagaimana dan seperti apa pembelajaran
konstruktivistik tersebut. Berdasarkan tujuan dari makalah ini, maka batasan kajian
ini terletak pada pandangan konstruktivistik yang dibatasi pada pandangan Piaget dan
Vygotsky sebagai tokoh ternama dalam bidang konstruktivistik.
2. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah hasil pemikiran dari para ahli yang berpendapat
bahwa manusia tidak akan lepas dari belajar. Manusiapun bisa belajar tanpa harus
dituntun oleh orang lain, melainkan bisa belajar sendiri dan mengkontruksi
pengetahuan sendiri. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
sosial maupun pengalaman pribadinya. Manusia akan semakin berkembang seiring
berjalannya waktu. Sehingga konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Pengetahuan itu bisa diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun dari hasil
pengamatan
Faham konstruktivisme (dalam Suparno, 1997) adalah faham yang beranggapan
bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi

pengetahuannya melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungan mereka. hal tersebut yang mendasari bahwa faham konstruktivisme
semakin berkembang hingga sekarang. Pengembang konstrukivisme yang terkemuka
diantaranya adalah Piaget dan Vygotsky.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai konstruktivistik dan aplikasinya,
penyusun akan membahas kembali mengenai sejarah singkat dari Piaget. Ialah penemu
teori konstruktivistik, yang cukup ternama dibidangnya. Piaget merupakan psikolog
pertama yang menggunakan filsafat konstruktivistik dalam proses belajar. Ia

2

menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan
intelektual. Menurut Wadsworth, 1989 (dalam Suparno, 1997), berpendapat bahwa
perkembangan intelektual Piaget dipengaruhi oleh keahlianya dalam bidang biologi.
Diantaranya, mengamati kehidupan keong yang setiap kali harus beradaptasi dalam
lingkungannya.
Suparno (1997) menjelasakan Piaget mempercayai bahwa setiap makhluk hidup
beradaptasi dan mengorganisasi diri untuk mempertahankan hidupnya. Ia berfikir
bahwa perkembangan pemikiran akan dipengaruhi oleh perkembangan biologis dalam
hal beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Piaget, 1971 (dalam Suparno, 1997)

menyatakan bahwa teori pengetahuan itu pada dasarnya adalah teori adaptasi pikiran
kedalam suatu suatu realitas, seperti organisme beradaptasi dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual yang dengannya
pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah
diketahui oleh seorang yang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian baru.
Pandangan konstruktivistik dilandasi oleh teori Piaget tentang skema, asimilasi,
akomodasi, dan equilibration. Berikut ini akan dideskripsikan beberapa teori yang
melandasi pendekatan konstruktivistik.
a. Skema
Menurut Wadsworth, 1989(dalam Suparno, 1997)skema adalah suatu struktur
mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungansekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda nyata yang dapat
dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang, maka
tidak memiliki bentuk fisik dan tidak dapat dilihat. Skema adalah hasil kesimpulan
atau bentukan mental, konstruksi hipotesis, seperti intelek, kreativitas,
kemampuan, dan naluri.

3


Skema tidak pernah berhenti berubah atau menjadi lebih rinci. Skema seorang
anak berkembang menjadi skema orang dewasa. Gambaran dalam pikiran anak
menjadi semakin berkembang dan lengkap. Misalnya anak yang sedang berjalan

dengan ibunya melihat seekor kuda. Lalu ibunya bertanya, “Apa nama binatang itu
nak?” Karena anak tersebut baru kali itu melihat kuda dan sudah sering melihat

sapi, maka ia menjawab “Itu sapi”. Anak tersebut melihat ada sesuatu yang sama

antara kuda dengan konsep sapi yang ia punyai, yaitu berkaki empat, bermata dua,
bertelinga dua, dan berjalan merangkak. Anak tersebut belum dapat melihat
perbedaannya, melainkan melihat kesamaannya antara sapi dengan kuda. Bila
anak mampu melihat perbedaannya, ia akan mengembangkan skemanya tentang
kuda, tidak sebagai sapi lagi.
Menurut Piaget, skema berkembang seturut perkembangan intelektual
khususnya dalam taraf operasional formal. Piaget membedakan empat taraf
perkembangn kognitif seseorang, yaitu:
1) Taraf sensori-motor (0-2 tahun)
2) Praoperasional (2-7 tahun)
3) Taraf operasional kongkrit (7-11 tahun)

4) Taraf operasional formal (11 tahun keatas)

b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam
skema yang telah ada. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, melainkan
memperkembangkan skema. Misalnya, seseorang yang baru mengenal konsep
balon, maka dalam pikiran orang itu memiliki skema “balon”. Kalau ia

mengempeskan balon itu kemudian meniupnya lagi sampai besar dan meletus atau

4

mengisinya dengan air sampai besar, ia tetap memiliki skema tentang balon.
Perbedaannya adalah skemanya tentang balon diperluas dan terici lebih lengkap,
bukan hanya sebagai balon yang menggelembung karena terisi udara, melainkan
balon dengan macam-macam sifatnya. Asimilasi merupakan salah satu proses
individu dalam mengadaptasikan dan mengoirganisasikan diri dengan lingkungan

baru sehingga pengertian orang itu berkembang.
c. Akomodasi
Seseorang dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru,tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang ia punyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang
telah ada. Dalam keadaan seperti ini orang itu akanmengadakan akomodasi, yaitu
(a) membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau
(b) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Misalnya,
seorang anak memiliki skema bahwa semua binatang berkaki dua atau empat.
Skema itu didapat dari abstraksinya terhadap binatang yang pernah dijumpainya.
Pada suatu ketika ia berjalan ke sawah dan menemukan banyak binatang yang
kakinya lebih dari empat. Anak tersebut merasakan bahwa skema lamanya tidak
cocok lagi dan terjadi konflik dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan
terhadap skema lamanya. Ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema
baru bahwa binatang dapat berkaki dua, empat, dan atau lebih dari empat.
Skema seseorang dibentuk dengan pengalaman sepanjang waktu. Skema
menunjukkan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang sekarang tentang dunia
sekitarnya. Karena skema itu suatu konstruksi, maka bukan tiruan dari kenyataan
dunia yang ada. Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi ini terus berjalan
dalam diri seseorang. Dalam contoh pengalaman anak di atas, ia akan terus

mengembangkan skemanya tentang kaki binatang bila dijumpainya pengalaman
yang berbeda, misalnya bahwa ada juga binatang yang tidak berkaki.

5

d. Equilibration
Proses asimilasi dan akomodasi perlu

untuk perkembangan kognitif

seseorang. Dalam perkembangan intelek seseorang diperlukan keseimbangan
antara asimilasi dengan akomodasi. Proses ini

disebut

equilibrium, yaitu

pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi
dan akomodasi. Disequilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara
asimilasidan akomodasi. Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke

equilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri individu melalui asimilasi
dan akomodasi. Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamnya (skema). Bila terjadi ketidakseimbangan, maka
seseorang terpacu untuk mencari

keseimbangan dengan jalan asimilasi atau

akomodasi.
e. Teori Pengetahuan Piaget
Bagi Piaget semua pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) dari
kegiatan atau tindakan seseorang, kemudian membedakan adanya tiga macam
pengetahuan, yaitu:
1) Pengetahuan fisis
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek
atau kejadian seperti bentu, besar, kekasaran berat serta bagaimana objekobjek itu berinteraksi satu dengan yang lain.
2) Pengetahuan matematis-logis
Pengetahuan logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir
tentang pengalaman dengan suatu objek atau kejadian tertentu.
3) Pengetahuan sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya

dan sosial yang secara bersamaan menyetujui sesuatu.

6

f.

Kelemahan Teori Piaget
Konstruktivisme Piaget terlalu personal dan individual dan kurang
menekankan pentingnya masyarakat dan lingkungan terhadap cara invidu
membangun pengetahuannya.

3. Pandangan Vygotsky Mengenai Pembelajaran Konstruktivistik
Piaget dan Vygotsky merupakan dua tokoh utama konstruktivisme. Kedua tokoh ini
memandang

bahwa

peningkatan

pengetahuan


merupakan

hasil

konstruksi

pembelajaran dari pebelajar, bukan sesuatu yang diberikan oleh orang lain. Kedua
tokoh ini juga berpendapat bahwa belajar bukan semata pengaruh dari luar, tetapi ada
juga kekuatan atau potensi dari dalam individu yang belajar.
Perbedaan dari pandangan kedua tokoh tersebut diantaranya; 1) Piaget
memandang pentahapan kognitif anak berdasarkan umur yang kaku, semestara
Vygotsky menyatakan bahwa dalam setiap tahapan itu terdapat perbedaan kemampuan
anak, 2) Piaget lebih menekankan pada perkembangan kognitif anak sebagai manusia
individu yang mandiri, sementara Vygotsky mementingkan perkembangan kognitif anak
sebagai makhluk sosial, dan merupakan bagian integral dari masyarakat, dan 3)Piaget
menamai potensi diri anak sebagai skemata, sementara Vygotsky menyebutnya sebagai
“Zone of Proximal Development”.

a. Zone of Proximal Development (ZPD)
Menurut konsep Zone of Proximal Development (ZPD), perkembangan
psikologi bergantung pada kekuatan sosial luar sekaligus pada kekuatan batin
(inner resources). Asumsi konsep dasar ini adalah bahwa perkembangan psikologis
dan pembelajaran tertanam secara sosial, dan untuk memahaminya kita harus
menganalisis masyarakat sekitar dan hubungan-hubungan sosialnya. Vygotsky
menyatakan bahwa anak mampu meniru tindakan yang melampaui kapasitasnya,
namun hanya dalam batas-batas tertentu. Ketika sedang meniru, anak sanggup
melakukan secara lebih baik bila dibimbing oleh orang dewasa daripada

7

dilakukannya sendiri. Vygotsky (1978) mendefinisikan ZPD sebagai jarak antara
“tingkat perkembangan aktual anak sebagaimana ditentukan oleh kemampuan

memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial
sebagaimana ditentukan oleh pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau kerjasama dengan sebaya yang mampu”. Oleh karena itu ZPD,

merupakan perangkat analitik yang diperlukan untuk merencanakan pembelajaran
dan pembelajaran yang berhasil harus menciptakan ZPD yang merangsang
serangkaian proses perkembangan batiniah.
b. Sosiokultural
Menurut Vygotsky pengertian ilmiah itu tidak datang dalam bentuk jadi
individu dan menekankan pentingnya interaksi sosial dan sistem yang secara
kultural telah berkembang dengan baik. Konstruktivisme tidak dapat dipikirkan
sebagai sesuatu keyakinan yang lepas dari unsure sosial kultural.
c. inner speech
Konsep sentral lain dalam karya Vygotsky adalah “pembicaraan batin”
(inner speech). Konsep ini muncul dari penjelajahan Vygotsky untuk menemukan
hubungan antara tindakan pikiran yang tidak terlihat dengan bahasa sebagai
fenomena kebudayaan, yang bisa dijelaskan dengan analisis obyektif. Pembicaraan
batin atau pembicaraan dengan diri sendiri merupakan masalah utama dalam
persoalan hubungan antara pikiran dan bahasa. Para behavioris menyatakan
bahwa pikiran hanyalah pembicaran subvocal, pembicaraan lahiriah yang tumbuh
sangat kecil. Vigotsky bertentangan dengan behavioris, menegaskan bahwa pikiran
berkembang untuk merefleksikan kenyataan sosial. Proses komunikasi dengan
orang lain menghasilkan perkembangan makna kata yang kemudian membentuk
struktur kesadaran. Pembicaraan batiniah tidak mungkin ada tanpa interaksi
sosial.

8

4. Aplikasi Konstrutivistik dalam Pembelajaran
Aplikasi konstrutivistik dalam pembelajaran tidak dipungkiri banyaknya, hampir
semua model pembelajaran bertumpu pada teori konstrutivistik yaitu model
pembelajaran modern seperti: pembelajaran kooperatif, diskusi, model pembelajaran
berbasis masalah, discovery learning, pembelajaran aktif dan model pembelajaran
lainnya. Setiap Model pembelajaran dimulai dengan langkah apresepsi agar peserta
didik mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki sebagai dasar untuk mendapat
pengetahuan yang baru, hal ini merupakan aplikasi konstruktivistik.
a. Pembelajaran aktif
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna
dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajara. Hal
ini sesuai dengan teori skema, asimilasi, akomodasi dan equilibirasi ala Piaget.
b. Pembelajaram Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupaka bagaimana siswa mengkonstruksi
suatu pengetahuan melalui penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan
pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki. Pembelajaran ini juga sejalan
dengan teori inner speech yang dicetuskan oleh Vigotsky.
c. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang
mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran ini memakai prinsip teori Vygotsky tentang sosiokultural.
d. Diskusi
Diskusi bisa dilakukan siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa
dengan lingkungan. Metode pembelajaran diskusi ini memakai prinsip ZPD ala
Vigotsky.

9

e. Scaffolding
Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberi
sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal pembelajaran, kemudian
mengurangi dan member kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung
jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan maslah pada langkah-langkah pemecahan, member contoh
ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh mandiri.
5. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gagasan pokok pembelajaran
konstruktivistik antara lain; teori Piaget tentang skema, asimilasi, akomodasi, dan
equilibration, konsep yang dikembangkan Vygotsky semisal Zone of Proximal

Development (ZPD); Sosiokultural dan inner speech banyak berkembang hingga
saat ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2012. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
Suparno, Paul. 1997. Fisafat Konstruktifisme dalam Pendidikan . Jogjakarta :
Kanisius
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

10