PENGARUH NET SALES TOTAL ASSETS TURN OVE

PENGARUH NET SALES, TOTAL ASSETS TURN OVER, SUKU BUNGA
KREDIT DAN KURS USD TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERCATAT PADA
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh :
Septian Yudha Kusuma
ABSTRAK
Earning per Share (laba per lembar saham) adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar
sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Salah satu alasan investor
membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai EPS kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki EPS tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS rendah. Penelitian mengenai EPS sejauh ini lebih
banyak mengarah pada faktor-faktor fundamental perusahaan, namun pada penelitian ini ditambahkan dua faktor
makro yang diduga berpengaruh terhadap EPS yaitu Suku Bunga Kredit dan Kurs USD.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh net sales, total assets turn over, tingkat suku bunga
kredit dan kurs valuta asing terhadap EPS pada perusahaan yang tercatat pada BEI tahun 2007-2011. Populasi
dalam penelitian ini yaitu sebanyak perusahaan yang tercatat dalam BEI. Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 15 perusahaan Otomotif dan Komponen dari tahun 2007-2011, sehingga
didapatkan sampel sebanyak 67.
Berdasarkan analisi yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai bahwa: (1) Net sales
terbukti secara signifikan mempengaruhi EPS. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.000 < 0,050.

(2) Total assets turn over (TATO) tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi EPS. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikasi sebesar 0.390 > 0,050. (3) Suku bunga kredit terbukti secara signifikasn mempengaruhi EPS.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.019 < 0,050. (4) Kurs USD tidak terbukti secara signifikan
mempengaruhi EPS. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi sebesar 0.380 > 0,050.
Kata kunci: earning per share, net sales, total asset turn over, tingkat suku bunga kredit, kurs USD.

PENDAHULUAN
Pasar modal yaitu situasi dimana
para penjual dan pembeli dapat
melakukan
negosiasi
terhadap
pertukaran suatu komoditas atau
kelompok komoditas, dan komoditas
yang dipertukarkan disini adalah modal
(Ang, 1997: 3.3). Modal disini dapat
berupa modal hutang (obligasi) dan
modal ekuitas (saham). Pasar modal
memiliki peranan yaitu sebagai sarana
untuk penyaluran dana bagi pihak yang

kelebihan dana dan pihak yang
memerlukan dana.
Untuk dapat melakukan transaksi
di pasar modal, maka perusahaan harus
melakukan langkah go public. Ang
(1997: 2.6) mengemukakan bahwa
beberapa keuntungan yang diperoleh
perusahaan go public antara lain: (1)
Memperoleh dana murah dari basis
yang sangat luas untuk keperluan
penambahan modal, yang tentunya
dapat dimanfaatkan perusahaan untuk
keperluan
pengembangan
usaha,
membiayai berbagai rencana investasi
termasuk proyek yang memiliki resiko
tinggi. (2) Memberikan likuiditas dan

nilai

pasar
terhadap
kekayaan
perusahaan yang merupakan nilai
ekonomis dari jerih payah para pendiri
(founder). Melalui pasar sekunder, para
pemegang saham pendiri setiap saat
bisa menjual sebagian atau seluruh
sahamnya (likuiditas). (3) Mengangkat
pandangan masyarakat umum (image)
terhadap perusahaan sehingga menjadi
incaran para profesional sebagai tempat
untuk bekerja. Daya tarik para
profesional maupun manajer terhadap
perusahaan
public
adalah
kelangsungan hidup terjamin dan
evaluasi jenjang karir yang lebih
obyektif.

(4)
Pemegang
saham,
khususnya individu akan cenderung
menjadi konsumen yang setia kepada
produk perusahaan, karena adanya
rasa ikut memiliki perusahaan (sense
belonging). (5) Perusahaan publik
menikmati secara cuma-cuma promosi
melalui
media
massa,
terutama
perusahaan yang sahamnya aktif
diperdagangkan, likuid dan pemilikan
sahamnya
tersebar
luas
serta
kapitalisasi yang besar.


160

Masyarakat
yang
bertindak
sebagai investor tentu saja tidak begitu
saja akan membeli saham perusahaanperusahaan yang telah go public
tersebut. Investor yang akan melakukan
investasi akan menganalisis data
historis perusahaan terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui
kekuatan
maupun
kelemahan
perusahaan,
mengidentifikasi kecenderungan atau
pertumbuhan yang mungkin ada,
mengevaluasi efisiensi operasional dan

memahami
sifat
dasar
maupun
karakteristik
operasional
dari
perusahaan tersebut.
Earning per Share (laba per
lembar
saham)
adalah
tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar
sahamnya
yang
mampu
diraih
perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. EPS diperoleh dari laba

yang tersedia bagi pemegang saham
biasa dibagi dengan jumlah rata – rata
saham biasa yang beredar. Salah satu
alasan investor membeli saham adalah
untuk mendapatkan deviden, jika nilai
EPS kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan
untuk
membagikan
deviden. Maka dapat dikatakan investor
akan lebih meminati saham yang
memiliki EPS tinggi dibandingkan
saham yang memiliki EPS rendah.
Perusahaan tidak akan berjalan
tanpa adanya sistem penjualan yang
baik. Penjualan merupakan ujung
tombak
dari
perusahaan,
sebab

penjualan merupakan faktor penentu
atas perolehan laba yang optimal
sehingga
kontinuitas
perusahaan
terjamin.
Dalam
setiap
kegiatan
penjulan
diperlukan
adanya
perencanaan dan strategi yang baik
untuk mencapai target yang diinginkan
perusahaan.
Dalam
kegiatan
operasional perusahaan, penjualan
merupakan salah satu alat penunjang
dari beban yang menjadi tanggungan

perusahaan.
Di dalam mengatasi persaingan di
dalam dunia usaha, perusahaan dituntut
untuk tetap menjaga kualitas produk
dari perusahaan. Perlu adanya sistem
penjualan maupun sistem pemasaran
yang baik agar konsumen tertarik untuk

membeli produk perusahaan dan tetap
loyal untuk menggunakan produk
perusahaan. Apabila perusahaan telah
memiliki sistem penjualan maupun
pemasaran yang baik, akan berakibat
pada peningkatan penjualan dan laba
perusahaan. Penelitian dari Pancawati,
Pramuka
dan
Jaryono
(2004)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh

signifikan antara net sales terhadap
EPS.
Dalam
menjalankan
fungsi
penjualan, diperlukan adanya aset guna
mendukung proses penjualan itu
sendiri. Penggunaan aset yang efektif
merupakan salah satu faktor penting
dalam memenuhi kualitas produk
perusahaan. Total Assets Turn Over
(TATO) menggambarkan efektifitas
penggunaan seluruh aset perusahaan
dalam rangka menghasilkan penjualan
atau berapa rupiah penjualan bersih
yang dihasilkan dari setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam bentuk aset
perusahaan.
Pancawati, Pramuka dan Jaryono
(2004) menunjukkan bahwa adanya

pengaruh yang signifikan antara Total
Assets Turn Over terhadap EPS.
Dengan memperhitungkan besarnya
TATO, perusahaan dapat mengetahui
apakah
aset
yang
digunakan
perusahaan
sudah efektif
dalam
menunjang
penjualan
perusahaan.
Aktifitas yang rendah pada tingkat
penjualan akan mengakibatkan semakin
besarnya kelebihan dana yang tertanam
pada aset tersebut. Kelebihan dana
tersebut sebaiknya ditanamkan pada
aset
lain
yang
lebih
produktif.
Sebaliknya, semakin tinggi aktifitas
pada tingkat penjualan, maka semakin
efektif aset yang digunakan perusahaan
dalam memperoleh laba perusahaaan.
Kinerja perusahaan tercermin
pada laba operasional atau laba bersih
per lembar saham serta rasio-rasio
keuangan
yang
menggambarkan
kekuatan manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Sedangkan
risiko
perusahaan tercermin dari daya tahan
perusahaan dalam menghadapi faktor
diluar perusahaan. Tingkat suku bunga
kredit merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh di dalam perusahaan.

161

“Kenaikan tingkat bunga pinjaman
memiliki dampak negatif terhadap setiap
emiten, karena akan meningkatkan
beban bunga kredit dan menurunkan
laba bersih” (Samsul, 2006: 201).
Selain itu, nilai tukar juga
berpengaruh terhadap perusahaan.
Menurut
Ang
(1997:
19.11)
melemahnya
nilai
tukar
rupiah
memberikan pengaruh negatif terhadap
pasar ekuitas, karena menyebabkan
pasar ekuitas menjadi tidak mempunyai
daya tarik. Melemahnya nilai tukar
rupiah akan berakibat pada penurunan
penjualan pada perusahaan terutama
bagi perusahaan yang berorientasi
ekspor,
sehingga
hal
ini
akan
menurunkan
laba
maupun
EPS
perusahaan.
Riset mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi EPS dilakukan oleh
Beaver dan Morse (1987) yang menguji
pengaruh risiko, pertumbuhan
dan
metode akuntansi terhadap earning
price ratio. Penelitian Beaver dan Morse
(1987) dilakukan sepanjang periode
1956 sampai dengan 1970, analisis
dilakukan dengan menggunakan regresi
berganda. Hasil penelitian membuktikan
bahwa risiko bisnis dan pertumbuhan
perusahaan memiliki daya jelas sebesar
50% terhadap variasi perubahan
earning price ratio.
Riset di Indonesia mengenai
earning per share dilakukan oleh
Bhirawa (2000) yang menguji faktorfaktor yang mempengaruhi price
earning ratio saham blue chip di Bursa
Efek Jakarta. Variabel dalam riset
tersebut meliputi growth, deviden
payout ratio, standar deviasi earning
ratio, financial leverage, return on equity
dan net asset per share. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa deviden payout
ratio dan financial leverage merupakan
variabel yang mempengaruhi price
earning ratio, saham-sama perusahaan
blue chip.
Penelitian
Mahmuda,
Tjandarakirana dan Saputra (2003)
menguji
variabel-variabel
yang
mempengaruhi EPS dan pengaruhnya
bersama informasi akuntansi terhadap
perubahan harga saham perusahaan
manufaktur di BEI. Variabel dalam

penelitian
Mahmuda, Tjandarakirana
dan Saputra (2003) meliputi struktur
modal, struktur keuangan, risiko bisnis,
laba operasi per share, book value per
share pada perusahaan maufaktur
tahun 1998 dan 1999. Hasil penelitian
membuktikan bahwa struktur modal,
struktur keuangan dan risiko bisnis tidak
berepengaruh terhadap EPS pada
tahun 1998, sedangkan pada tahun
1999 hanya variabel price to book value
yang terbukti mempengaruhi EPS.
Selain Bhirawa (2000) dan
Mahmuda, Tjandarakirana dan Saputra
(2003), penelitian mengenai EPS juga
dilakukan oleh Pancawati, Pramuka dan
Jaryono (2004) yang menguji Pengaruh
variabel net sales, debt to equity ratio,
current ratio, inventory turn over, total
asset turn over, net profit margin dan
book value growth terhadap Earning Per
Share perusahaan pada periode
sebelum, saat dan sesudah krisis
moneter. Penelitian dilakukan terhadap
144 perusahaan manufaktur yang listing
di BEI. Hasil penelitian membuktikan
bahwa secara simultan variabel-variabel
tersebut mempengaruhi EPS. Secara
partial hanya variabel net sales, TATO
dan book value growth yang terbukti
mempengaruhi EPS. Hasil analisis
Chow Test juga membuktikan bahwa
pengaruh variabel-variabel tersebut
terhadap EPS adalah berbeda-beda
selama periode sebelum, saat dan
sesudah krisis moneter.
Perbedaan hasil riset Bhirawa
(2000)
dengan
Mahmuda,
Tjandarakirana dan Saputra (2003)
mengenai pengaruh struktur modal dan
struktur keuangan terhadap EPS
menunjukkan bahwa pengaruh kedua
variabel manajemen keuangan tersebut
tidak bisa dijadikan parameter kinerja
perusahaan mengingat tingkat struktur
modal dan struktur keuangan yang
optimal belum tentu menghasilkan
kinerja maksimal apabila tidak diikuti
dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan dan efisiensi
operasi perusahaan.
Penelitian ini terfokus pada net
sales dan total asset turn over yang
dalam penelitian Pancawati, Pramuka
dan Jaryono (2004) telah terbukti

162

signifikan mempengaruhi EPS. Namun
demikian riset ini menambahkan dua
variabel makro (suku bunga dan kurs
USD)
mengingat
kedua
variabel
memiliki
peran
penting
dalam
mempengaruhi perekonomian di mana
sebuah perusahaan beroperasi. Suku
bunga berdampak pada meningkatkan
harga
pokok
produksi
akibat
meningkaynya bahan baku dan bahan
penolong dari supplier lokal, sedangkan
kurs USD akan meningkatkan biaya
bahan baku dan bahan penolong yang
berasal dari supplier asing.
Meningkatnya
HPP
juga
berdampak pada menurunnya margin
meskipun
perusahaan
mampu
menghasilkan nilai penjualan yang
sama, sehingga akan menurunkan EPS,
apabila perusahaan tidak mampu
melakukan efisiensi operasi untuk
mengimbangi
meningkatnya
harga
bahan baku dan bahan penolong. Dari
sisi biaya bunga meningkatnya suku
bunga
akan
berdampak
pada
meningkatnya biaya utang, dan bagi
perusahaan-perusahaan dengan utang
luar negeri kewajiban akan meningkat
seiring dengan menurunnya nilai tukar
rupiah.
Sebagaimana dikatakan oleh Ang
(1997:11) nilai tukar dan suku bunga
merupakan dua variabel makro yang
mempengaruhi laba per lembar saham.
Hasil penelitian Hernendiastoro (2005)
membuktikan bahwa kondisi keuangan
mempengaruhi pendapatan saham
sehingga berdampak pada pendapatan
per lembar saham.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan
masalah
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Apakah net sales berpengaruh
terhadap EPS?
b.
Apakah total assets turn over
berpengaruh terhadap EPS?
c.
Apakah tingkat suku bunga kredit
berpengaruh terhadap EPS?
d.
Apakah
kurs
valuta
asing
berpengaruh terhadap EPS?
LANDASAN TEORI
Earning Per Share (EPS)
Investor dalam melakukan investasi

di pasar modal membutuhkan ketelitian
dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan saham. Penilaian
saham yang akurat dapat meminimalkan
resiko agar tidak salah dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, investor perlu
menganalisis
kondisi
keuangan
perusahaan untuk pengambilan keputusan
dalam melakkan investasi saham. Untuk
mengevaluasi
kondisi
keuangan
perusahaan, investor dapat melakukannya
dengan menghitung rasio keuangan
perusahaan yaitu EPS.
EPS akan diikuti secara erat oleh
pemegang saham, karena besarnya EPS
dari
suatu
perusahaan
merupakan
cerminan dari nilai perusahaan. Menurut
IAI (2002) dalam Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan
Nomor
56
menyebutkan “LPS dengan ringkas
menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan
dengan
saharn
beredar”.
Hal
ini
menjelaskan bagaimana kinerja suatu
perusahaan bila dikaitkan dengan sumber
pendanaan perusahaan tersebut guna
menghasilkan laba. Menurut Ang (1997:
6.22), EPS merupakan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak tahun
buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan (outstanding shares). Laba
bersih setelah pajak ini biasa disebut NIAT
(Net Income After Tax).
Penjualan
Keberhasilan suatu perusahaan pada
umumnya dilihat dari kemampuannya
dalam menghasilkan laba. Dengan laba
yang diperoleh, perusahaan akan dapat
mengembangakan berbagai kegiatan,
meningkatkan jumlah aktiva dan modal
serta
dapat
mengembangkan
dan
memperluas bidang usahanya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perusahaan
melakukan kegiatannya dalam bentuk
penjualan,
semakin
besar
volume
penjualan maka semakin besar pula laba
yang akan diperoleh perusahaan.
Menurut Siegel dan Shim yang
diterjemahkan
oleh
Kurdi
(1999),
“Penjualan adalah Penerimaan yang
diperoleh
dari
pengiriman
barang
dagangan atau dari penyerahan pelayanan
dalam
bursa
sebagai
barang
pertimbangan. Pertimbangan ini dapat
dalam benuk tunai peralatan kas atau

163

harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh
pada saat penjualan, karena terjadi
pertukaran, harga jual dapat ditetapkan
dan bebannya diketahui”.
Menurut
Swastha
(dalam
Hermansyah dan Ariesti, 2008: 2) menjual
adalah ilmu dan seni mempengaruhi
pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk
mengajak orang lain agar bersedia
membeli barang/jasa yang ditawarkannya.
Total Assets Turn Over
Total Assets Turn Over (TATO)
menggambarkan efektifitas penggunaan
seluruh asset perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan atau berapa
rupiah penjualan bersih yang dihasilkan
dari setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam bentuk asset perusahaan. Total
Assets Turn Over merupakan salah satu
indikator dalam menghitung rasio aktifitas.
Menurut beberapa pakar dalam Kodrat,
Sukardi dan Indonanjaya (2010: 237)
mengemukakan bahwa rasio aktifitas
mengukur tingkat efektifitas perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber
daya yang dimiliki.
Rasio aktivitas dirancang untuk
mengetahui apakah jumlah total dari
seluruh aktiva seperti yang tercantum
dalam neraca terlihat wajar, terlalu rendah
atau terlalu tinggi bila dibandingkan
dengan tingkat penjualan. Rasio yang
tinggi biasanya menunjukkan manajemen
yang baik. Sebaliknya rasio yang rendah
membuat manajemen harus melakukan
evaluasi ulang untuk masalah strategi
pemasaran
maupun
pengeluaran
modalnya (investasi).
Tingkat Suku Bunga Kredit
Salah satu alat kebijakan yang
digunakan pemerintah dalam pengendalian
uang beredar yaitu dengan bunga. “Bunga
adalah imbalan jasa untuk penggunaan
uang/ modal yang dibayar pada waktu
tertentu
berdasarkan
ketentuan/
kesepakatan,
umumnya
dinyatakan
sebagai presentase dari modal pokok”
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011:
223). Pemberi pinjaman telah menunda
penggunaan uang untuk keperluannya,
sehingga wajar apabila pemberi pinjaman
mendapatkan imbalan dari modal pokok
yang dipinjamkannya.

Kurs USD
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai
kurs dalam keuangan merupakan sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar
mata uang terhadap pembayaran saat kini
atau di kemudian hari, antara dua mata
uang masing-masing negara atau wilayah
(id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar).
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:
762) mengemukakan bahwa “Kurs adalah
nilai mata uang suatu negara yang
dinyatakan dengan nilai mata uang negara
yang lain”. Secara sederhana, yang
dimaksud kurs yaitu harga yang harus
dibayar dengan uang sendiri untuk
memperoleh satu unit uang asing
(Kindleberger, dalam Kasrori, 2006: 386).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan
bahwa kurs adalah pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, atau dapat
dikatakan sebagai perbandingan nilai atau
harga kedua mata uang tersebut.
Nilai tukar yang berdasarkan atas
kekuatan pasar akan selalu berubah-ubah
setiap salah dua komponen mata uang
berubah. Sebuah mata uang akan
cenderung berharga apabila permintaan
lebih besar daripada pasokan mata yang
tersedia. Peningkatan permintaan terhadap
mata uang adalah hal yang positif, karena
dengan meningkatnya permintaan maka
ada
peningkatan
volume
transaksi,
sehingga akan berhubungan erat dengan
tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan.
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
Hubungan Net Sales Terhadap EPS
Perusahaan harus mempunyai
strategi yang tepat agar dapat
memenangkan pasar dan menarik
konsumen
agar
loyal
terhadap
produknya. Untuk itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi
penjualan
harus
diperhatikan.
Dengan
mengetahui
faktor-faktor tersebut, perusahaan akan
dapat menentukan kebijaksanaan untuk
mengantisipasi kendala-kendala dalam
penjualan, sehingga perusahaan dapat
menjual produk dalam jumlah yang
besar dan volume penjualan selalu
meningkat
sesuai
dengan
yang
diharapkan. Hal ini akan berpengaruh
pula pada peningkatan laba perusahaan
maupun EPS, selain itu juga akan
berimbas pada peningkatan keuntungan

164

yang diperoleh para investor. Penelitian
dari Pancawati, Pramuka dan Jaryono
(2004) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh signifikan antara net sales
terhadap EPS.
H1: Net Sales berpengaruh
positif terhadap EPS
Hubungan Total Assets Turn Over
Terhadap EPS
Tingkat aktivitas operasi perusahaan
bergantung pada jumlah aset produktif
yang dimiliki, semakin banyak aset
produktif, maka aktivitas operasi juga
meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan atau laba bagi
perusahaan, serta EPS bagi para
pemegang saham. Hubungan positif antara
jumlah aset dengan laba atau EPS akan
tercapai
dengan
syarat
adanya
peningkatan dalam penjualan, karena
untuk menghitung Total Assets Turn Over
adalah dengan membagi jumlah penjualan
dengan total aset yang dimiliki, maka jika
Total Assets Turn Over suatu perusahaan
naik, maka secara otomatis EPS juga akan
naik dengan syarat mengabaikan faktorfaktor lain yang mempengaruhi laba atau
EPS
perusahaan.
Penelitian
dari
Pancawati, Pramuka dan Jaryono (2004)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh
signifikan antara Total Assets Turn Over
terhadap EPS.
H2: Total Assets Turn Over
berpengaruh positif terhadap EPS
Hubungan Suku Bunga Kredit Terhadap
EPS
“Kenaikan tingkat bunga pinjaman
memiliki dampak negatif terhadap setiap
emiten, karena akan meningkatkan beban
bunga kredit dan menurunkan laba bersih”
(Samsul, 2006: 201). Dari pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa kenaikan
tingkat bunga akan mengakibatkan pada
penjualan besar-besaran saham oleh para
investor dan mengalihkan investasinya
pada perbankan, hal ini menyebabkan
penurunan harga saham dan EPS.
H3:
Suku
Bunga
Kredit
berpengaruh negatif terhadap EPS
Hubungan Kurs USD Terhadap EPS
Menurut
Ang
(1997:
19.11)
“melemahnya
rupiah
memberikan
pengaruh negatif terhadap pasar ekuitas,

karena menyebabkan pasar ekuitas
menjadi tidak mempunyai daya tarik”.
Melemahnya nilai tukar rupiah akan
berakibat pada penurunan penjualan pada
perusahaan terutama bagi perusahaan
yang berorientasi ekspor, sehingga hal ini
akan menurunkan laba maupun EPS
perusahaan.
H4: Kurs USD berpengaruh positif
terhadap EPS
MODEL PENELITIAN
Net Sales (X1)

H1

Total Assets Turn Over
(TATO) (X2)

H2

Earning Per Share (EPS)
(Y)
Suku Bunga Kredit (X3)
H3

Kurs USD (X4)

H4

METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian
ini meliputi Earning Per Share (EPS).
Menurut
Ang
(1997:
6.22),
EPS
merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak tahun buku dengan
jumlah
saham
yang
diterbitkan
(outstanding shares). Laba bersih setelah
pajak ini biasa disebut NIAT (Net Income
After Tax). Berdasarkan pengertian diatas,
Robbert Ang menggunakan rumus berikut
untuk menentukan besarnya EPS:
=

{

}

Variabel Independen
1)
Net Sales (NS)
Menurut
Swastha
(dalam
Hermansyah dan Ariesti, 2008: 2) menjual
adalah ilmu dan seni mempengaruhi
pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk
mengajak orang lain agar bersedia
membeli barang/jasa yang ditawarkannya.
Net Sales dihitung dengan cara sebagai
berikut:
NS = Penjualan – Potongan Penjualan – Retur
Penjualan

165

2)

Total Assets Turn Over (TATO)
Total Assets Turn Over merupakan
salah satu indikator dalam menghitung
rasio aktifitas. Menurut beberapa pakar
dalam Kodrat, Sukardi dan Indonanjaya
(2010: 237) mengemukakan bahwa rasio
aktifitas mengukur tingkat efektifitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumbersumber daya yang dimiliki. Adapun cara
menghitung Total Assets Turn Over
menurut Kodrat dan Indonanjaya (2010:
239) adalah sebagai berikut:
=

b.

c.

d.

Tersedia data laporan keuangan
yang telah diaudit selama kurun
waktu penelitian (periode 2007 –
2011).
Mencantumkan EPS, net sales dan
TATO pada laporan keuangan
selama kurun waktu penelitian
(periode 2007 –2011).
Memiliki utang dalam bentuk valas
maupun rupiah.

Dengan demikian semua anggota
populasi menjadi sampel atau bisa
dikatakan sampel penuh. Berikut ini daftardaftar perusahaan dalam penelitian:

3)

Suku Bunga Kredit (SB)
Suku bunga bank merupakan suku
bunga/ tariff yang dikenakan oleh bank
atas pinjaman (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2011: 1350). Suku bunga biasa
dinyatakan dengan prosentase. Dalam
penelitian ini, suku bunga dihitung dengan
rata-rata suku bunga dalam 1 tahun.
4)

Kurs USD
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai
kurs dalam keuangan adalah sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar
mata uang terhadap pembayaran saat kini
atau di kemudian hari, antara dua mata
uang masing-masing negara atau wilayah
(id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar).
Dalam
penelitian ini, kurs USD dihitung dengan
cara menghitung rata-rata suku bunga
dalam 1 tahun.
Populasi dan Sample Penelitian
Populasi penelitian
ini adalah
perusahaan otomotif dan komponen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
Perusahaan yang tercatat sebanyak 19,
dengan pengamatan selama 5 tahun
sehingga jumlah observasi sebanyak 95.
Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu dengan metode
purposive sampling, yaitu pemilihan
sampel
dengan
beberapa
kriteria.
Beberapa kriteria sampel dalam penelitian
ini yaitu:
a.
Perusahaan Otomotif dan Komponen
yang telah go public di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada kurun waktu
penelitian (periode 2007 – 2011).

166

Tabel 1
Daftar Perusahaan Penelitian
KODE
PERUSAHAAN
ADMG

POLYCHEM INDONESIA, Tbk

ASII

ASTRA INTERNASIONAL, Tbk

AUTO

ASTRA OTOPARTS, Tbk

BRAM

INDO KORDSA, Tbk

GDYR

GOODYEAR INDONESIA, Tbk

GJTL

GAJAH TUNGGAL, Tbk

HEXA

INDS

HEXINDO ADIPERKASA, Tbk
INDOMOBIL
SUKSES
INTERNASIONAL, Tbk
INDOSPRING, Tbk

INTA

INTRACO PENTA, Tbk

LPIN

SMSM

MULTI PRIMA SEJAHTERA, Tbk
MULTISTRADA ARAH SARANA,
Tbk
NIPRESS, Tbk
PRIMA
ALLOY
STEEL
UNIVERSAL, Tbk
SELAMAT SEMPURNA, Tbk

SQMI

ALLBOND MAKMUR USAHA, Tbk

SUGI

SUGI SAMAPERSADA, Tbk

TURI

TUNAS RIDEAN, Tbk

UNTR

UNITED TRACTOR, Tbk

IMAS

MASA
NIPS
PRAS

NAMA PERUSAHAAN

Sumber:
diolah (2012)

Data Sekunder

EPS
NS
TATO
SB
KURS
Valid N
(listw
ise)

Minimum

Maximum

67

-179.290

4393.528

67

58.090

162564

67
67

.320
6.500

1.590
8.670

67

8779.490 10398.350

Data Sekunder

N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Mean
455.554
30
13519.9
3
1.02836
7.49522
9385.93
955

yang

.96922337
.146
.146
-.102
1.193
.116

a. Test distribution is Normal.

Sumber:
diolah (2012)
yang

Standardized
Residual
67
.0000000

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
b. Calculated from data.

67

Sumber:
diolah (2012)

Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Diskriptif Statistik Sampel
N

Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan
untuk melihat bahwa suatu data
terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati
normal. Hasil pengujian normalitas
residual
statistik
model
dengan
menggunakan dengan menggunakan
metode one sample Kolmogorov –
Smirnov adalah sebagai berikut:

Data Sekunder

yang

Berdasarkan hasil uji KolmogorovSmirnow residual statistik didapatkan
nilai probabilitas sebesar 0.116 > 5%
yang menunjukkan bahwa distribusi
residual adalah berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Ghozali, 2009: 95). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Uji
asumsi klasik seperti multikolinearitas
dapat dilhat dari nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai

167

cut off yang umumnya dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10. Berdasarkan hasil
uji multikolinieritas dengan menggunakan
deteksi outlayer didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
No

Variabel

Tollerance

1

NS

.963

1.039

2

TATO

.964

1.037

3

SB

.930

1.075

4

KURS

.941

1.062

Sumber:
diolah (2012)

VIF

Keterangan
Tidak
terjadi
multikolinieritas
Tidak
terjadi
multikolinieritas
Tidak
terjadi
multikolinieritas
Tidak
terjadi
multikolinieritas

Data Sekunder

yang

Dari hasil uji multikolenieritas
diketahui bahwa nilai VIF keempat
variabel independen sebesar 1.039,
1.037, 1.075 dan 1.062 untuk net sales,
total assets turn over, suku bunga kredit
dan kurs USD. Dengan demikian
dinyatakan bahwa variabel independen
dalam penelitian bersifat orthogonal
atau tidak terjadi korelasi sempurna
satu sama lain.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan
pengganggu
pada
periode
t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2009: 99). Jika
terjadi korelasi maka dinamakan ada
masalah autokorelasi. Autokorelasi terjadi
karena
observasi
yang
berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Salah satu cara untuk menguji
autokorelasi yaitu dengan uji DurbinWatson (DW test). Berdasarkan pengujian
menggunakan
uji
Darbin-Watson
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1

R
.959 a

R Square
.920

Adjusted
R Square
.915

Std. Error of
the Estimate
237.259904

DurbinWatson
1.893

a. Predictors: (Constant), KURS, TATO, NS, SB
b. Dependent Variable: EPS

Sumber:
diolah (2012)

Data Sekunder

yang

Berdasarkan
pengujian
menggunakan
uji
Darbin-Watson
didapatkan hasil sebesar 1,893. Dengan
jumlah data sebanyak 67 dan variabel
independen sebanyak 4 variabel
dengan metode uji one – tailed
didapatkan nilai dl = 1,335 dan du =
1,572. Maka dinyatakan bahwa nilai
DW masuk dalam kategori 1 dimana
1,893 terletak diantara 1,572 dan 2,428
(4 – 1,572) atau dinyatakan tidak
terdapat masalah autokorelasi dalam
persamaan regresi yang dibentuk.
Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2009: 125). Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedartisitas.
Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan
nilai absolut residual dengan variabelvariabel independen penelitian. Hasil uji
heterokedastisitas dengan menggunakan
uji Glejser menunjukkan hasil sebagai
berikut:

168

Tabel 6
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa

Model
1

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1.417
1.337
-1.5E-006
.000

Standardized
Coefficients
Beta
-.076

t
1.060
-.607

-.242
-.118

.249
.082

-.122
-.184

-.972
-1.435

.335
.156

5.08E-005
a. Dependent Variable: ABS

.000

.047

.368

.714

(Constant)
NS
TATO
SB
KURS

Sumber:
diolah (2012)

Data Sekunder

Sig.
.293
.546

yang

Berdasarkan
tabel
di
atas
diketahui bahwa sebaran data bersifat
homokedastisitas, hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikasi uji nilai absolut
residual statistik terhadap variabel
independen yang tidak signifikan atau
lebih besar dari 5%. Sehingga data
yang di gunakan tidak ada gejala
heterokedastisitas.

Tabel 8
Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb

Uji Model
Uji F (ANOVA)
Berdasarkan hasil uji ANOVA
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji F

Model
1

Sum of
Squares
Regression
Residual
Total

40278158
3490120

df
4
62

Mean Square

F

10069539.43
56292.262

178.880

b. Dependent Variable: EPS

Sumber:
diolah (2012)

Data Sekunder

yang

Uji F sering kali juga dinamakan
dengan analysis of variance. Uji ini
bertujuan
untuk
menguji
apakah
variabel independen secara bersamasama
mempengaruhi
variabel
dependen. Hasil pengujian simultan
menunjukkan bahwa nilai signifikasi uji
bernilai
0.000
<
5%
yang
mengindikasikan bahwa net sales,
TATO, suku bunga kredit dan kurs USD
tepat mempengaruhi EPS.
Uji Determinasi
Uji determinasi adalah uji yang
digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variasi perubahan variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel

Adjusted
R Square
.915

Std. Error of
the Estimate
237.259904

DurbinWatson
1.893

b. Dependent Variable: EPS

Sumber:
diolah (2012)

Sig.

43768278
66
a. Predictors: (Constant), KURS, TATO, NS, SB

R
R Square
.959 a
.920

a. Predictors: (Constant), KURS, TATO, NS, SB

ANOVAb
Model
1

independen penelitian. Pembacaan
hasil uji ini dapat dilakukan dengan
membaca R2 atau nilai adjusted R2,
namun demikian penggunaan adjusted
R2 akan menghasilkan estimasi yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan R2. Hal ini didasatkan pada
kenyataan
adanya
kelemahan
mendasar dari R2 yang bias terhadap
pertambahan jumlah variabel bebas.
Yang artinya bahwa setiap penambahan
variabel
bebas
cenderung
akan
meningkatkan nilai determinasi, dan hal
ini tidak terjadi pada adjusted R2, yang
mana peningkatan nilai determinasi
hanya akan terjadi apabila variabel yang
ditambahkan dalam model signifikan
mempengaruhi
variabel
terikat.
(Ghozali: 2009).

.000a

Data Sekunder

yang

Dari tabel diatas diketahui bahwa
nilai Adjusted R square sebesar 0,915
yang dapat dimaknai bahwa hanya
91,5% variasi EPS dapat dijelaskan
oleh net sales, TATO, suku bunga dan
kurs USD . Sedangkan (100 – 91,5%) =
8,5% dijelaskan oleh variabel lain selain
keempat variabel tersebut misalnya
Debt to Equity Ratio, Current Ratio,
Inventory Turn Over, Net Profit Margin.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis
dapat
dilakukan dengan uji regresi berganda
dan uji t. Uji regresi berganda dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk
melihat bagaimana variabel net sales,
total assets turn over, suku bunga kredit
dan kurs USD. Hasil uji regresi dengan
menggunakan bantuan SPSS for
Windows adalah sebagai berikut:

169

Tabel 9
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel
NS
TATO
SB
KURS

Coeficient β
.025
70.395
-76.286
.007

Sumber:
diolah (2012)

T
25.767
.741
-2.428
.131

Sig
.000
.462
.018
.896

Data Sekunder

yang

Sedangkan Uji t digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen
terhadap dependen secara parsial.
Hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji t adalah sebagai
berikut:
a.

Uji Hipotesis 1 (Hubungan Net
Sales terhadap EPS)
Hasil
pengujian
hipotesis
ini
menunjukkan bahwa nilai koefesien positif
sebesar 0.025 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.000 < 0,050 menunjukkan
bahwa hipotesis satu diterima, artinya
penjualan (net sales) berpengaruh positif
terhadap EPS, semakin tinggi nilai
penjualan, maka semakin tinggi EPS. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa penelitian
konsisten
dengan
hasil
penelitian
Pancawati, Pramuka dan Jaryono (2004).
Hasil analisis Pancawati, Pramuka dan
Jaryono (2004) menunjukkan bahwa net
sales
telah
terbukti
signifikan
mempengaruhi EPS.
b.

Uji Hipotesis 2 (Hubungan Total
Assets Turn Over terhadap EPS)
Hasil
pengujian
hipotesis
ini
menunjukkan bahwa nilai koefesien positif
sebesar 70.395 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.462 > 0,050 menunjukkan
bahwa hipotesis dua ditolak, artinya TATO
tidak terbukti signifikan mempengaruhi
EPS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
penelitian tidak konsisten dengan hasil
penelitian Pancawati, Pramuka dan
Jaryono (2004). Hasil analisis Pancawati,
Pramuka dan Jaryono (2004) menunjukkan
bahwa TATO telah terbukti signifikan
mempengaruhi EPS. Hal ini dapat terjadi
karena perusahaan tidak menggunakan
aktiva yang dimiliki secara optimal atau
perusahaan hanya memiliki sedikit aktiva
yang produktif. Apabila lebih sedikit aktiva

produktif,
maka
perusahaan
akan
menanggung beban yang besar pada
aktiva yang bersangkutan sehingga akan
berpengaruh pada laba maupun EPS.
c.

Uji Hipotesis 3 (Hubungan Suku
Bunga Kredit terhadap EPS)
Hasil
pengujian
hipotesis
ini
menunjukkan bahwa nilai koefesien negatif
sebesar -76.286 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.018 < 0,050 menunjukkan
bahwa hipotesis tiga diterima, artinya suku
bunga
kredit
terbukti
signifikan
mempengaruhi EPS. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa penelitian konsisten
dengan teori yang dikemukakan oleh
Samsul (2006). “Kenaikan tingkat bunga
pinjaman
memiliki
dampak
negatif
terhadap setiap emiten, karena akan
meningkatkan beban bunga kredit dan
menurunkan laba bersih” (Samsul, 2006:
201). Hal ini berarti bahwa apabila terjadi
kenaikan suku bunga, akan berpengaruh
terhadap inflasi yang berakibat dari
penurunan daya beli oleh masyarakat.
Selain itu dengan mengingkatnya suku
bunga,
maka
perusahaan
akan
menanggung beban atas hutang yang
semakin
tinggi,
sehingga
akan
mempengaruhi laba perusahaan maupun
EPS.
d.

Uji Hipotesis 4 (Hubungan Kurs
USD terhadap EPS)
Hasil
pengujian
hipotesis
ini
menunjukkan bahwa nilai koefesien positif
sebesar 0.07 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.896 > 0.050 menunjukkan
bahwa hipotesis empat ditolak, artinya nilai
tukar
tidak
terbukti
signifikan
mempengaruhi EPS. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa penelitian tidak
konsisten dengan teori yang dikemukakan
oleh Ang (1997). Menurut Ang (1997:
19.11) melemahnya nilai tukar rupiah
memberikan pengaruh negatif terhadap
pasar ekuitas, karena menyebabkan pasar
ekuitas menjadi tidak mempunyai daya
tarik. Melemahnya nilai tukar rupiah akan
berakibat pada penurunan penjualan pada
perusahaan terutama bagi perusahaan
yang berorientasi ekspor, sehingga hal ini
akan menurunkan laba maupun EPS
perusahaan.
Pada
penelitian
ini,
kemungkinan
perusahaan
lebih

170

berorientasi ke pasar domestik, sehingga
kurs USD tidak begitu berpengaruh secara
signifikan terhadap EPS.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh net sales, total assets turn over,
suku bunga kredit dan kurs USD terhadap
earning per share. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa:
a.
Net sales terbukti secara signifikan
mempengaruhi
EPS.
Hal
ini
ditunjukkan dengan nilai signifikasi
sebesar 0.000 < 0,050 yang artinya
hipotesis satu diterima.
b.
Total assets turn over (TATO) tidak
terbukti
secara
signifikasn
mempengaruhi
EPS.
Hal
ini
ditunjukkan dengan nilai signifikasi
sebesar 0.462 > 0,050 menunjukkan
bahwa hipotesis dua ditolak.
c.
Suku bunga kredit terbukti secara
signifikasn mempengaruhi EPS. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi
sebesar 0.018 < 0,050 yang
menunjukkan bahwa hipotesis tiga
diterima.
d.
Kurs USD tidak terbukti secara
signifikan mempengaruhi EPS. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi
sebesar 0.896 > 0.050 yang
menunjukkan bahwa hipotesis empat
ditolak.
e.
Hasil uji determinasi menunjukkan
bahwa nilai Adjusted R square
sebesar 0,915 yang dapat dimaknai
bahwa hanya 91,5% variasi EPS
dapat dijelaskan oleh net sales,
TATO, suku bunga dan kurs USD.
Sedangkan (100 – 91,5%) = 8,5%
dijelaskan oleh variabel lain selain
keempat variabel tersebut misalnya
Debt to Equity Ratio, Current Ratio,
Inventory Turn Over, Net Profit
Margin.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert. 1997. Buku Pintar Pasar
Modal
Indonesia.
Jakarta:
Mediasoft Indonesia.
Beaver, William dan Dale Morse. 1978.
What Determines Price Earnings
Ratios?. Financial Analysts Journal.

JSTOR
Bhirawa, Waspada Tedja. 2000. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio pada Sahamsaham Blue Chip di Bursa Efek
Indonesia.
Tesis.
Semarang:
Universitas Diponegoro.
Departemen Pendidikan Nasional. 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hermansah, Irwan dan Eva Ariesti. 2008.
Jurnal
Akuntansi
FE
Unes.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang.
Hernendiastoro, Andre, 2005. “Pengaruh
Kinerja Perusahaan Dan Kondisi
Ekonomi Terhadap Return Saham
Dengan Metode Intervalling (Studi
Kasus Pada Saham-saham LQ
45)”. Tesis. Semarang: Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Diponegoro Semarang.
Ikatan

Akuntansi
Pernyataan
Keuangan.
Empat.

Indonesia.
2002.
Standar Akuntansi
Jakarta:
Salemba

Kasrori, Jusuf. 2006. Jurnal Aplikasi
Manajemen. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Kodrat, David Sukardi dan Kurniawan
Indonanjaya. 2010. Manajemen
Investasi : Pendekatan Teknikal
dan Fundamental untuk Analisis
Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mahmuda, Rizka. Rina Tjandrakirana dan
Dewa Saputra. 2003. Fordema.
Sumatera
Selatan:
Universitas
Sriwijaya.
Nilai

Tukar.
(id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar.

171

diakses 21 Mei 2012).
Pancawati, Juwarin. Bambang Agus
Pramuka dan Jaryono. 2004.
Analisis
variable
yang
Mempengaruhi Earning Per Share
pada Perusahaan Manufaktur yang
Tercatat di Bursa Efek Jakarta (
Perbandingan
sebelum
dan
sesudah krisis ) selama periode
1997-2000. Jurnal Online: SMART.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal &
Manajemen Portofolio. Surabaya:
Penerbit Erlangga.
Siegel, Joel G dan Jae K. Shim yang
diterjemahkan oleh Moh Kurdi.
1999. Kamus Istilah Akuntansi.
Jakarta
:
PT
Elex
Media
Komputindo.

172

MBI
JURNAL
MANAJEMEN & BISNIS INDONESIA
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU
DENGAN MODERASI SUPERVISI AKADEMIK (Studi pada Guru Kelas SD di UPT
Dinas Pendidikan Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang). Sutrisno Budi Untara & Lie
Liana
PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU
DIMODERASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus pada Guru-Guru
SMP Negeri di Kecamatan Pati Kabupaten Pati). Matni & Y. Sutomo
PERAN PERSISTENSI LABA MEMODERASI PENGARUH EARNINGS OPACITY
TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN (Studi Empiris pada
Perusahaan Go Public di Indonesia selain Sektor Keuangan dan Properti). Sunarto &
Titiek Suwarti
PENGARUH NET SALES, TOTAL ASSETS TURN OVER, SUKU BUNGA KREDIT
DAN KURS USD TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERCATAT PADA BURSA EFEK
INDONESIA (BEI). Septian Yudha Kusuma
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN TERHADAP
LOYALITAS NASABAH PADA PT BANK JATENG PEMUDA SEMARANG. Hesti
Ristanto
PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENGAWAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA. Sudarman & Y. Sunyoto
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA DENGAN MELIHAT SIKAP,
PARTISIPASI DAN PERILAKU USAHA MASYARAKAT DUSUN KELOR, DESA
BANGUNKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN SLEMAN. Heru Yulianto

Vol. 3

No. 2

Hal 104-205

Juli 2014

Diterbitkan oleh :

Bagian Penerbitan AMINDO Semarang