HUBUNGAN INDONESIA MALAYSIA TERHADAP TE

TUGAS PENGANTAR ILMU POLITIK
HUBUNGAN INDONESIA - MALAYSIA TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA
DI MALAYSIA

Disusun Oleh :
Rosyidah Ayu Rahmasari (20170510037)
Dosen Pembimbing :
Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

PENDAHULUAN
Indonesia dan Malaysia adalah Negara yang memiliki kedekatan geografis dimana
letak kedua Negara yang saling berdekatan, selain itu juga kedua Negara memiliki hubungan
historisdimana dari abad pertengahan hingga akhir millennium pertama, sebagian besar
Semenanjung Malaya (Wilayah Malaysia Barat) berada dibawah pengaruh Kerajaan
(Imperium)Sriwijaya.
Dan masih banyak kesamaan lainnya yang dimiliki kedua Negara.Jika secara rasional

Negara yang memiliki kesamaan-kesamaan tersebut semestinya bisa berhubungan dengan
baik, tapi pada kenyataannya untuk kasus Indonesia-Malaysia malah justrusebaliknya.Konflik
Indonesia-Malaysia dimulai dari penentangan Indonesia terhadap pembentukan Negara
Federasi Malaysia masa Orde Lama(era Soekarno) yang kemudian berbuntut pada Politik
Konfrontasi yang berkelanjutan.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini karena saya ingin menyampaikan pendapat saya
dan beberapa politikus tentang hubungan negara antara Indonesia dan Malaysia terhadap
Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia pada era setelah Soeharto dan pada tahun
2017 ini. Yang disetiap tahunnya pasti terdapat konflik atau masalah anatar kedua negara ini
dalam berbagai bidang apapun.
Menghangatnya konflik pada Orde Lama dan munculnya politik baru Soekarno
“Ganyang Malaysia” dari puncak konfrontasi kedua Negara. Setelah beralihnya masa Orde
IndoLama ke Orde Baru Indonesia mengalami krisis ekonomidan membutuhkan dana besar
untuk perbaikan yang kemudian mendorong Soeharto untuk mengubah kebijakan Politik Luar
Negeri Indonesia yang tadinya berkonfrontasi di masa Soekarno, menjadi membuka dan
memperbaiki hubungan dengan Malaysia. Hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip
politik Indonesia di masa Soekarno yang High Profile.

Mengingat lapangan kerja yang tersedia di dalam negeri tidak dapat menampung
jumlah angkatan kerja, maka salah satu jalan yang telah ditempuh Pemerintah adalah

membantu menyalurkan TM ke negara-negara yang membutuhkan. Migrasi TKI ke luar
negeri selain membawa keuntungan juga menimbulkan permasalahan baik di negara asal
maupun di negara tujuan. Dan tak sedikit dari mereka menjadi TKI ilegal, yang tidak
mendapatkan izin dari pemerintah untuk bekerja di Malaysia. Karena mereka ingin lebih
mudah untuk bekerja disana tanpa melakukan proses yang lama.

DISKUSI
Sebagai negara serumpun yang dulunya bernama nusantara, Malaysia memiliki
magnet sendiri dalam konteks destinasi TKI. Selain utamanya karena faktor ekonomi; faktor
budaya, sosial agama, dan bahasa, merupakan faktor

pelengkap para TKI untuk

menentukanMalaysia sebagai negara tujuan bekerja. Sementara kasus-kasus yang melanggar
hak-hak TKI sebagai pekerja, atau juga yang melanggar Hak Asasi Manusia, cukup banyak
ditemui di Malaysia. Setiap tahun, 20.000 TKI dari Malaysia dipulangkan ketika diketahui
mereka illegal (Tempo ,31Agustus 2014). Upaya untuk memperkuat posisi Indonesia dalam
bargain dengan Malaysia memang sebuah keniscayaan. Hal paling mendesak yang perlu
dilakukan saat ini adalah merenegosiasi MoU antara Indonesia dan Malaysia. Perlu dibuat
MoU yang setara dan salingmenguntungkan, utamanya untuk pekerjaan di sektor domestik

seperti MoU dengan Saudi Arabia yang sepertinya telah mengalami perbaikan dan penguatan
sisi perlindungan bagi TKI.

Program pemutihan kabarnya sedang dan masih diperjuangkan oleh KBRI. Program
pemutihan atau yang dikenal dengan legalisasi pekerja Indonesia illegal ini dilakukan dengan
memberikan paspor dan ijin kerja. Namun hal ini tidak bisa dilakukan secara serentak. Pada
praktiknya hanya di negara bagian Sabah saja yang mau menjalankan program pemutihan
TKI illegal disana dengan mengharuskan pengelola kerja dan pengguna jasa TKI membayar
sejumlah pajak tertentu. Hal ini juga mengalami kendala tersendiri jika para pengelola
tersebut mengeluhkan pajak yang berat untuk pengurusan izin kerja, membayar pajak,
asuransi danmembuat kontrak kerja.
Kedutaan dan konsulat di Malaysia merupakan pion yang harus menyediakan nasehat
hukum yang kompeten tanpa mengambil keuntungan dari TKI yang mempunyai upah rendah
dalam kaitan pekerjaan dan masalah pidana yang dihadapi. KBRI juga harus konsisten
melaksanakan peraturan yang ada dalam menyelesaikan perselisihan TKI dengan
majikannya,menyediakan informasi dan ikut berpartisipasi dalam proses yang menjamin
transparansi dana kuntabilitas, serta menyediakan mekanisme yang efisien untuk merespon
pengaduan TKI tanpa diskriminasi. Sementara pemerintah pusat juga harus menyediakan
mekanisme penerimaan dan respon terhadap pengaduan dari konsuler atas persoalan TKI di
negara penempatan, sehinggainformasinya dapat diteruskan kepada anggota keluarganya di

Indonesia. Selanjutnya, yang tidakkalah penting adalah memberikan kriteria, penilaian,
monitor, evaluasi bahkan sangsi atauhukuman kepada agen perekrut atau pun agensi mitra di
Malaysia1.

1

https://www.academia.edu/11796711/Potret_TKI_di_Malaysia_dalam_Bingkai_Pembangunan_dan_
Hubungan_antara_Indonesia_dan_Malaysia diakses pada hari kamis tanggal 5 Oktober 2017 pukul
20.31

Bagi TKI di Malaysia, diperlukan upaya untuk menjalin afiliasi dengan Syarikat
Pekerja yangtelah mendapatkan legalitas dari Kerajaan Malaysia. Dari proses tersebut, akan
terjadi peningkatan kesadaran mengenai hak dan kewajiban sebagai pekerja. Karena saat ini
yang terjadi di sana, TKI berorganisasi dengan latar belakang kedaerahan/primordialisme,
sehingga perjuangan akan terjaminnya hak-hak TKI masih sangat parsial. Hal ini merupakan
pekerjaan rumah yang serius danharus dipecahkan bersama dengan seluruh stakeholder
seperti; Depnakertrans, Imigrasi, KBRI,Kemenlu, BNP2TKI, Dinas Sosial, dll. Di satu sisi,
perlunya memperbaiki perekonomian dan pembangunan di dalam negerisekiranya menjadi
prioritas pemerintah sebagai negara membangun (developmental state). Sebagai negara yang
berkomitmen dalam pencapaian tujuan-tujuan MDGs tahun 2015 untuk mengurangi

kemiskinan dan kelaparan, pemerintah dan badan yang ditunjuk seperti BadanPerencana
Pembangunan

dituntut

untuk

berperan

aktif

menyediakan

akses

lapangan

pekerjaan,meningkatkan SDM, menggalakkan perekonomian makro dan mikro, memberikan
subsidi dan bantuan kepada Unit-unit Kerja Masyarakat, memberikan subsidi pendidikan dan
kesehatan dll sehingga kedepannya, mampu semakin menyejahterakan rakyat tanpa harus

memaksa mereka menjadi “pahlawan” devisa negara.
Hambatan – Hambatan Dalam Hubungan Indonesia dan malaysia
Dalam melakukan normalisasi hubungan dengan Malaysia, Indonesia mengalami
beberapahambatan, antara lain :
a. Walaupun kepemimipinan Soekarno telah digantikan oleh Soeharto, masih ada
kalanganyang menilai bahwa Kebijakan Konfrontasi dengan Malaysia harus tetap
dijalankan.Terlihat saat Duta Besar Indonesia untuk Jepang Rukmito Hendraningrat,
mengumumkan bahwa meskipun Indonesia telah “membuka pintu”, tapi pada prinsipnya
konfrontasiterhadap Malaysia tidak berubah. Hal inilah yang menjadi penghambat usaha

penyelesaian, karena Malaysia merasa curiga dengan pihak Indonesia. Pemerintah yang proSoekarno masih tidak menerima perdamaian dengan Malaysia karena sikap Malaysiayang
abstain dalam pemungutan suara di PBB mengenai masalah Irian Barat (Papua), dansimpati
terhadap PRRI-Permesta.
b. Para pengamat berpendapat bahwa kekeruhan hubungan dua negara bermula ketika
TunMahathir Mohamad menggantikan Tun Hussein On menjadi Perdana Menteri pada
tahun1981. Pergantian kepemimpinan di Malaysia telah membawa banyak perubahan
internaldi

Malaysia,


yang kemudian

berdampak dalam pelaksanaan politik luar

negeriMalaysia.Politik luar negeri Malaysia terhadap Indonesia yang dimasa Tun Abdul
Razak dan Tun Hussein On berlandaskan “Vision Serumpun” dengan memposisikan diri
sebagai “Self Induced Subordination” yang bagaikan hubungan antara“adik dan abang”
diketepikan. Hal itu terjadi karena berbagai kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai
Malaysia di masa pemerintahan PM Mahathir Mohamad pada tahun 1980-an dan 1990-an.
c.Kemajuan dalam bidang ekonomi Malaysia pada tahun 1980-an dan 1990-an, telah
memberi kepercayaan diri yang besar kepada Malaysia untuk memainkan peran yang besar
dan aktif dalam diplomasi internasional.2

Kampanye tentang perlunya “smartpartnership” atau kerjasama yang cerdas, fairness
dan equal serta “Malaysia boleh”dikumandangkan, yang berarti merubah “status quo”
kebijakan politik yang dijalankan pada masa PM Tun Abdul Razak dan Tun Hussein.
Perubahan politik Malaysia terhadap Indonesia, tidak banyak dipahami oleh rakyat Indonesia.
Kalaupun paham, sulitmenerimanya, sehingga sangat sensitif dan emosional ketika
muncul kasus penyiksaanTKI misalnya, klaim budaya dan lain sebagainya. Ketika terjadi
2


Ibid

krisis moneter pertengahan 1997, Malaysia dapat melokalisir danmeminimalisir dampak
negatif krisis tersebut terhadap ekonominya, sehingga segera bangkit dan ekonominya
tumbuh kembali dengan baik. Keadaan ini semakinmenghantarkan Malaysia maju dan
meninggalkan Indonesia. Berbanding dengan Indonesia, meskipun dari segi saiznya,
Malaysia hanya 1/3 daripada Indonesia, tetapi Malaysia mempunyai perkapita KDNK
sebanyak

tujuh

kali

ganda.Sementara

Indonesia,yang

dibantu


oleh

IMF

untuk

menyembuhkan ekonominya, justru mengalami krisis berkepanjangan, tidak saja terjadi krisis
politik yang memaksa Presiden Soeharto mundur sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998,
tetapi berlanjut dengan krisis ekonomi dan krisismulti dimensi, yang dampaknya masih terasa
sampai sekarang ini.3

Dilansir dari Republika.co.id menurut pengamat politik internasional dari Universitas
Gadjah Mada (UGM) Siti Muti'ah Setiawati menilai kunjungan Presiden Joko Widodo
bersama jajaran ke Malaysia merupakan momentum yang tepat untuk memperbaiki hubungan
bilateral kedua negara.“Presiden Joko Widodo dan jajaran menterinya harus melakukan
diplomasi positif untuk memperbaiki hubungan, terutama membicarakan mengenai isu tenaga
kerja Indonesia (TKI)," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin (6/2).Menurutnya,
diplomasi strategis yang mungkin dilakukan adalah dengan memperjuangkan TKI agar
mendapatkan perlakuan yang baik, mengingat beberapa hari yang lalu muncul iklan yang
melecehkan orang Indonesia."Pemerintah harus melakukan konfirmasi dan klarifikasi dengan

jalur diplomasi untuk meluruskan hal tersebut, bukan dengan marah-marah," katanya.
Siti menilai Malaysia tidak menghargai Indonesia. Kunjungan Presiden menurutnya
sanggup memperbaiki hubungan yang memburuk setelah masa presiden Soeharto."Perdana
3

Ibid

Menteri Mahathir Mohamad sangat menghormati Soeharto, tetapi pada masa reformasi
Malaysia seperti melecehkan Indonesia. Jadi ini momentum yang tepat untuk memperbaiki
hubungan," katanya. Hubungan yang baik, kata Siti, adalah hubungan yang bersifat timbal
balik atau resiprokal karena bagaimanapun Malaysia banyak bergantung ke Indonesia. Selain
itu, masalah TKI merupakan isu sensitif dan rumit karena data yang cenderung berubah-ubah
dan adanya trialisme dalam penanganan kasus-kasusnya.4

Trialisme tersebut terjadi di Direktorat Perlindungan Warga Negara dan Badan
Hukum di Luar Negeri Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), sertan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakretrans)."Masih belum ditemukan sistem yang pas supaya
penanganan TKI dalam manajemen yang baik, ketika berhadapan dengan permasalahan
selalu saling lempar tanggung jawab," katanya. "Harus ditemukan cara koordinasi di antara

tiga instansi tersebut," ucap Siti.
Presiden Joko Widodo pada Kamis siang bertolak dari Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta, menuju Kuala Lumpur, Malaysia, dalam rangka kunjungan
kenegaraan ke tiga negara di ASEAN yakni Malaysia, Brunei Darussalam dan
Filipina.Kepala Protokol Negara Ahmad Rusdi mengatakan kunjungan ke Kuala Lumpur
merupakan kunjungan silaturahim karena Perdana Menteri Malaysia Najib Razak datang saat
pelantikan Presiden Jokowi.Terdapat beberapa pejabat negara yang ikut dalam kunjungan ini
yakni Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menakertrans Hanif Dhakiri,
Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Menlu Retno Marsudi dan Kepala BNP2TKI Nusron
Wahid.
4

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/02/06/njck3z-malaysia-mulai-lecehkan indonesia-usai-era-soeharto pada hari Selasa tanggal 17 oktober 2017 pukul 08.15

Langkah-langkah penting telah di ambil oleh kedua pihak bagi menyelesaikan segala
masalah yang akhir-akhir ini sedikit mengganggu dan menaikkan darjah hubungan IndonesiaMalaysia. Melalui pelbagai forum, Indonesia-Malaysia terus berusaha bagi mempereratkan
lagi hubungan dua hala. Salah satu forum penting yang telah diadakan oleh dua-dua negara
ialah Annual Consultation (rundingan tahunan) yang menghasilkan beberapa Joint Statement
(kenyataan bersama). Akhir sekali, kenyataan bersama ini ialah pada 12-13 Januari tahun
2006 di Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia dan pada 11 Januari tahun 2008 di Putra Jaya,
Malaysia. Antara hasil kenyataan bersama di Putra Jaya sekaligus memperingati 50 Tahun
Hubungan Indonesia Malaysia, dua-dua negara bersetuju untuk membahas masalah seperti
berkaitan sempadan ZEE, sempadan di Kalimantan, pekerja Indonesia dan pendidikan bagi
anak pekerja Indonesia di Malaysia.
Bagi menyelesaikan masalah sempadan, Indonesia dan Malaysia bersetuju untuk
membahas secara lebih terperinci termasuk mengawasi secara bersama bagi membuat peta
dalam pertubuhan Outstanding Border Problems (OBP). Masalah keselamatan pula kedua
pihak bersetuju bagi membentuk General Border Committee (GBC) dan High Level
Committee (HLC) yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan dan Komandan Angkatan
Tentera kedua pihak. Kedua-dua negara pula bersetuju bagi menyelesaikan masalah pekerja
Indonesia dalam MoU on Mandatory Consular Notification, termasuk mendirikan Sekolah
Indonesia Kota Kinabalu. Masalah keganasan pula masih menjadi tumpuan apabila kedua
negara bersetuju bagi mempererat kerjasama memerangi pengganas termasuk menjaga
keselamatan Selat Melaka .5

5

http://www.academia.edu/4091143/Hubungan_Indonesia_Malaysia_Selepas_Era_Soeharto1998-2008
diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 19.00

Dapat disimpulkan bahwa dengan langkah – langkah tersebut hubungan Indonesia –
Malaysia selau memiliki permasalahan dari masa ke masa.Berkaitan dengan pelaksanaan
hubungan pada masa orde baru, seringkali penyelesian masalah dilakukan secara politis tanpa
menghasilkan ketentuan – ketentuan yang jelas diantara kedua negara. Hal tersebut dapat
menimbulkan ancaman terhadap hubungan kedua negara di masa depan. Untuk itu,
diperlukan komitmen dan aturan yang jelasdari kedua belah pihak untuk mencegah hal
tersebut, sehingga konfrontasi diantara kedua negaratidak terulang kembali.

KESIMPULAN
Hubungan antara Indonesia dan Malaysia selalu diwarnai dengan sebuah
dinamika.Haltersebut juga berlaku pada masa orde baru. Pembangunan ekonomi yang
merupakan fokus utamadalam Pemerintahan Soeharto menciptakan suatu motivasi terhadap
penyelesaian

konfrontasidengan

Malaysia

yang sudah

terjadi sejak pemerintahan

Soekarno.Tuntutan terhadap stabilitasregional juga mendorong kedua negara tersebut untuk
berdamai dengan dukungan dari negaraketiga seperti Thailand dan Jepang.Berkaitan dengan
kerjasama yang dilakukan pada masa orde baru, pemerintah Indonesiadan Malaysia lebih
sering mengadakan pertemuan bilateral untuk membahas masalah perbatasan.Hal tersebut
dikarenakan ketidakjelasan batas – batas negara yang telah ditentukanoleh Inggris dan
Belanda pada masa penjajahan.Kerjasama tersebut menghasilkan penyelesaiansecara politis
terhadap isu – isu yang berkembang dalam hubungan bilateral kedua negara.Selain
peningkatan kerjasama bilateral, kedua negara juga aktif dalam membangun kerjasama
dalamkancah regional.Hal tersebut terbukti dari pembentukan ASEAN (Association of
Southeast Asia Nations) pada tanggal 8 Agustus 1967 melaui deklarasi Bangkok.Selain

bentuk – bentuk kerjasama tersebut Indonesia dan Malaysia juga aktif dalam melakukan
kerjasama di bidang militer, seperti dengan melakukan latihan militer gabungan.Namun, hal
tersebut tidak berarti bahwa hubungan Indonesia –Malaysia berlangsung lancar –lancar saja
pada masa orde baru. Masih terdapat banyak hambatan dalam hubungan diantara Indonesia
dan Malaysia.Kebanyakan hambatan tersebut berasal dari masalah wilayah dan perbandingan
pertumbuhanekonomi pada dua negara yang bersifat kontradiktif.
Setiap muncul persoalan antara Indonesia – Malaysia media memberitakannya secara
berulang-ulang dan cenderung provokatif karena menayangkan kembali peristiwa lama yang
penuh heroic seperti konfrontasi Indonesia – Malaysia tahun 1963 – 1965, penyiksaan para
TKI yang terus berulang dan amat menyakitkan hati bangsa Indonesia. Dan membawa
dampak negatif, karena perasaan tidak suka terhadap Malaysia semakin tertanam dalam
memori kolektif sebagian besar masyarakat Indonesia yang menganggap Malaysia sebagai
saudar serumpunyang memandang enteng, remeh, sombong terhadap Indonesia. Ini persepsi
masyarakat yang harus diteliti, dan dipelajari kebenarannya, kemudian diberikan solusi apa
yang harus dilakukan untuk menghilangkan persepsi negative dan prasangka buruk tersebut.
Maka dari itu kita sebagai rakyat Indonesia yang masih serumpun dengan Malaysia
harus saling menjaga keharmonisan dn kedamaian tanpa adanya suatu permasalahan yang
mengakibatkan hubungan kedua negara semakin terpecah belah. Jangan mudah terprovoksi
dengan suatu berita – berita tentang konflik antara Inonesia dengan Malaysia yang belum
tentu kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11796711/Potret_TKI_di_Malaysia_dalam_Bingkai_Pembangunan_dan_
Hubungan_antara_Indonesia_dan_Malaysia diakses pada hari kamis tanggal 5 Oktober 2017 pukul
20.31
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/02/06/njck3z-malaysia-mulai-lecehkan

-

indonesia-usai-era-soeharto pada hari Selasa tanggal 17 oktober 2017 pukul 08.15
http://www.academia.edu/4091143/Hubungan_Indonesia_Malaysia_Selepas_Era_Soeharto1998-2008
diakses pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 19.00