ANALISIS KINERJA USAHA KELOMPOK WANITA TANI DI KABUPATEN KEDIRI Analysis of Business Performance of Women Farmers Group (KWT) In Kediri Regency

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

ANALISIS KINERJA USAHA KELOMPOK WANITA TANI DI
KABUPATEN KEDIRI
Analysis of Business Performance of Women Farmers Group (KWT) In Kediri
Regency
Endah Rahayu Lestari1*, Linda Citra Amelia1
1

Jurusan Teknologi Industri Pertanian,- FakultasTeknologi Pertanian - Universitas Brawijaya
Jl Veteran Malang
*Email: endahlestari24@yahoo.com

Abstrak
Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani. Kabupaten Kediri
memiliki KWT yang telah mempunyai usaha produktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh kebijakan pemerintah, pasar kompetitif, dan kualitas sumberdaya kinerja usaha yang dilakukan
oleh KWT. Penelitian menggunakan kuesioner yang diisi oleh pengelola KWT. Total kuesioner 30 buah.
Persaman model struktural dirancang untuk menguji hubungan dalam model. Hasil penelitian
menunjukkan kebijakan pemerintah berupa bantuan mesin dan permodalan, serta pelatihan yang

diberikan kepada KWT di Kabupaten Kediri dan kualitas SDM terbukti berpengaruh signifikan terhadap
kinerja usaha, akan tetapi pasar kompetitif tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya saing.
Kata kunci: Kebijakan pemerintah, kinerja usaha, kualitas sdm, KWT, pasar kompetitif.

Abstract
Group of Women Farmers, also known as Kelompok Wanita Tani (KWT), is one of the farmer
institutions. Kediri Regency has KWT with productive business. The aim of this study was to examine
the influence of government policies, competitive market, and the quality of human resource on the
performance of the business managed by KWT. This study used questionnaire distributed to and filled
out by the KWT leaders, with total of 30 questionaires. A structural equation model was designed to
examine the relationship in the model. The research results showed that the government policies (such as
machine and funding support, training given to the KWTs in Kediri Regency) and the quality of human
resource have significant impacts on the KWT’s business performance. While, competitive market has no
significant impacts on the competitiveness improvement.
Keywords: Government policies, business performance, the quality of human resource, group of women
farmers (KWT), competitive market.

PENDAHULUAN
Pengembangan agroindustri pada dasarnya diharapkan untuk dapat memacu
pertumbuhan ekonomi, juga sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesempatan

kerja dan pendapatan petani dalam memberikan nilai tambah suatu produk pertanian
terutama di pedesaan yang memiliki perekonomian rendah. Agroindustri merupakan
suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau
suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau
input dalam usaha pertanian (Udayana, 2011).
Agroindustri juga dapat menjadi wadah untuk kelompok Wanita Tani yang
hanya memiliki kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Kelompok Wanita Tani
merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani dimana para anggotanya terdiri dari
para wanita yang bergerak dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani
yang lainnya, kelompok wanita tani ini dalam pembinaannya diarahkan untuk

108

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

mempunyai suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau
mengolah hasil-hasil pertanian, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga
(Anonymous, 2013).
Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Kediri pada umumnya sudah memiliki

produk unggulan seperti permen susu jagung, kerupuk singkong, keripik ubi jalar,
tortila, dodol jagung, mie aneka sayur, keripik pisang dan sebagainya, sehingga
Kelompok Wanita Tani ini perlu dikembangkan agar dapat bersaing dengan
agroindustri lainnya, sehingga memiliki kinerja usaha yang unggul.
Keunggulan kompetitif diperoleh jika suatu perusahaan dapat memperoleh dan
mengembangkan sumber daya manusia dengan lebih cepat dan menerapkan
pengetahuannya dengan lebih efektif daripada pesaingnya (Hamel dan Prahalad, 1989).
Untuk itu, perusahaan perlu menerapkan strategi yang fleksibel terhadap perkembangan
dan perubahan yang terjadi sehingga kapabilitas manufaktur dalam mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang terbatas menjadi syarat mutlak bagi perusahaan untuk
tetap bertahan hidup dan mencapai kompetitif. Sejumlah peneliti telah mengevaluasi
karakteristik organisasi yang dipertimbangkan sebagai penentu dari inovasi
dikategorikan sebagai kompetensi dasar (Tidd, 2000), yang meliputi kompetensi
teknologi, yang umumnya diukur dengan intensitas kegiatan R&D; kompetensi sumber
daya manusia, yang meliputi pengetahuan dan keterampilan yang merupakan akumulasi
dari hasil pelatihan tenaga kerja, dan kompetensi organisasi
Keberadaan pasar yang kompetitif menjadi kendala yang dihadapi oleh KWT,
karena mengakibatkan adanya persaingan ketat diantara usaha agroindustri. Banyak
cara dapat dilakukan perusahaan dalam bersaing untuk peningkatan kinerja usaha, yang
disebut strategi kompetitif, merupakan strategi yang mendorong perusahaan untuk

menghadapi lawan (pesaing) dalam segmen industri untuk pemenuhan kepuasan atas
kebutuhan pelanggan saat ini maupun dimasa mendatang. Strategi kompetitif juga dapat
dikatakan sebagai pendekatan bisnis dan inisiatif yang diambil perusahaan untuk
menarik perhatian pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, menguatkan posisi
di pasar seta bertahan untuk menghadapi tekanan-tekanan dalam bersaing.
Selain itu, kebijakan pemerintah juga mempengaruhi kinerja usaha KWT.
Selama ini kebijakan pemerintah terkait dengan pelatihan, bantuan modal maupun
mesin yang tidak merata, mengakibatkan perkembangan agroindustri kurang maksimal.
Kualitas SDM dalam mengelola usaha juga mempengaruhi kemampuan inovasi atau
pengembangan produk yang berpengaruh terhadap daya saing. Oleh karena perlu
mengevaluasi kinerja usaha KWT dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas,
sehingga hasilnya dapat menjadi masukan untuk peningkatan kinerja usaha dan
perbaikan kebijakan pemerintah.
METODE PENELITIAN
Pengembangan model penelitian dan hipotesis
Organisasi menghadapi tantangan perubahan lingkungan yang cepat yang
ditandai dengan perubahan teknologi yang sangat cepat. Dalam kondisi ini, setiap
individu dituntut untuk dapat memelihara pengetahuan dan keterampilannya dan
bahkan mengembangkan keterampilan baru. Individu tidak hanya memiliki tanggung
jawab terhadap pekerjaan melainkan juga karir mereka sehingga diperlukan pelatian

secara kontinu (continuous training) dan proses pembelajaran terus menerus.
Penguasaan pengetahuan akan memberikan manfaat bagi individu dalam beradaptasi

109

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

dengan lingkungan dan merespon setiap hambatan yang muncul, dan bahkan individu
dapat memanfaatkan hambatan yang muncul sebagai suatu tantangan untuk
membangun pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya.
Penguasaan pengetahuan saja tidaklah cukup dan memerlukan penguasaan
keterampilan bahkan lebih dari satu keterampilan (multiskill). Di samping itu sumber
daya yang ada dalam perusahaan saling mendukung tercapainya tujuan dan perusahaan
tersebut selalu mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan secara lebih
proaktif (Haribowo, 1994). Untuk dapat menjadi kompetitif di pasar global, maka
agroindustri perlu terus didukung oleh kemampuan pengembangan teknologi yang
bersifat dinamis dan mampu melakukan inovasi terus-menerus (Lakitan, 2011)
Menurut Fatih (2010), kelompok usaha agrondustri merupakan motor penggerak
pengembangan suatu agroindustri. Dalam pengembangannya perlu didukung

sepenuhnya oleh pemerintah. Dukungan pemerintah yang diharapkan untuk
pengembangan agroindustri meliputi: (1) Dukungan kebijakan, hal ini sangat penting
terutama terkait dengan pengembangan jasa pendukung dalam pengembangan kawasan.
Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting bagi pelaku usaha
untuk pengembangan usahanya. Bantuan pemerintah baik modal usaha maupun subsidi
terutama sarana akan dapat memberikan rangsangan bagi berkembangnya kelompok
usaha agroindustri antara lain, pemberian kredit, (2) Bimbingan dan Pembinaan yang
berupa penyuluhan maupun pelatihan bagi anggota kelompok agroindustri sangat
diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang lebih luas agar
terjadi peningkatan efisiensi dan produktivitas suatu usaha.
Kondisi pasar yang kompetitif seringkali menyertai lingkungan usaha, hal ini
dapat menyebabkan persaingan yang ketat sehingga diperlukan upaya yang lebih baik
dalam meningkatkan kinerja usaha agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.
Menurut Tavani et al. (2016) situasi pasar yang makin kompetitif dan penuh dengan
ketidakpastian, diperlukan pengelolaan secara seksama. Strategi kompetitif merupakan
hasil dari upaya-upaya untuk memposisikan perusahaan secara unik dalam lingkungan
industri. Dengan keunikan tersebut, perusahaan dapat meraih keberhasilan keunggulan
bersaing dan menghasilkan keuntungan diatas rata-rata sehingga berdampak pada
peningkatan kinerja perusahaan.
Jabeen et al. (2013) menyatakan bahwa inovasi berpengaruh positif signifikan

terhadap kinerja perusahaan. Li et al. (2010) juga mengungkapkan bahwa inovasi
produk yang dikreasi melalui peningkatkan variasi produk, kualitas, berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perusahaan. Teece (1986) mencatat bahwa lebih dari 70 % hasil
kajian empiris menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara inovasi produk dan
kinerja perusahaan. Thomhill (2006) mengemukakan bahwa inovasi berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan pendapatan. Oleh karena
itu, inovasi merupakan pendorong keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang,
khususnya dalam kondisi pasar yang dinamis (Baker and Sinkula, 2005).
Berpijak dari uraian di atas maka dikembangkan model konseptual dan hipotesis
penelitian sebagai berikut:

110

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Gambar 1. Model Struktural Penelitian.

Hipotesis:
H1: Kebijakan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja usaha

H2: Pasar kompetitif berpengaruh positif terhadap kinerja usaha
H3: Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berpengaruh positif terhadap kinerja usaha
Populasi dan Sampel, Pengumpulan dan Pengolahan Data
Populasi target penelitian adalah semua pengelola Kelompok Tani Wanita di
Kabupaten Kediri sebanyak 30 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
terstruktur. Model persamaan struktural dirancang untuk menguji hubungan dalam
model. Teknik analisis data menggunakan statistik inferensial dengan software PLS
(Partial Least Square)
Variabel dan indikator penelitian
Tabel 1. Identifikasi Variabel dan Indikator Penelitian.
Variabel
Kebijakan
pemerintah (X1)

Definisi Operasional
Bantuan sarana yang diberikan oleh
pemerintah kepada KWT

Pasar kompetitif
(X2)


Atribut-atribut yang mencirikan kondisi
persaingan usaha

Kualitas SDM (X3)

Karakteristik yang melekat pada sdm
dari KWT

Kinerja usaha (Y)

Representasi dari keberhasilan usaha

Indikator
Pelatihan (X1.1)
Bantuan modal (X1.2)
Bantuan mesin (X1.3)
Harga (X2.1)
Keunikan (X2.2)
Jumlah pesaing (X2.3)

Pendidikan (X3.1)
Keterampilan (X3.2)
Pengalaman bisnis (X3.3)
Peningkatan penjualan (Y1)
Peningkatan keuntungan (Y2)
Peningkatan kualitas produk (Y3)

111

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Goodness of fit Model
Hasil analisis dengan PLS memperlihatkan bahwa nilai R2 adalah 0,832. Hal ini
menunjukkan bahwa bahwa model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai atau
sudah baik karena mendekati 1.
Evaluasi Model Pengukuran
Tabel 2. Nilai Outer Loading dan Rata-Rata.
Variabel


Indikator

Outer
Loading
0,956
0,963*
0,890

Rerata

Kebijakan
Pemerintah
(X1)

Pelatihan (X11)
Bantuan Modal(X12)
Bantuan Mesin(X13)

Pasar
Kompetitif
(X2)

Harga(X21)
Keunikan (X22)
Jumlah Pesaing (X23)

0,910
0,735
0,942*

3,67
3,60
3,53

Kualitas SDM
(X3)

Pendidikan (X31)
Keterampilan (X32)
Pengalaman Bisnis (X33)

0,758
0,843
0,862*

4,10
4,03
3,63

0,853
0,848
0,871*

3,93
3,90
3,73

Kinerja Usaha
(Y)

Peningkatan Penjualan (Y1)
Peningkatan keuntungan (Y2)
Peningkatan kualitas produk (Y3)

3,80
3,80
3,50

Tabel 2 memperlihatkan bahwa indikator paling penting pada variabel kebijakan
pemerintah (x1) adalah bantuan modal. Hal ini terlihat dari nilai loading sebesar 0,963,
akan tetapi dalam kenyataannya pemberian bantuan modal di KWT masih belum baik,
sehingga perlu ditingkatkan. Hal ini mungkin disebabkan dana dari pemerintah terbatas,
sehingga pemberian bantuan tidak merata, hanya diberikan kepada beberapa KWT saja
sebagai unit binaan.
Selanjutnya variabel pasar kompetitif (x2) ditandai dengan indikator yang
paling penting adalah banyaknya pesaing, dimana dalam kondisi nyata bahwa terjadi
persaingan yang cukup tinggi, sehingga untuk bisa bersaing dalam pasar yang
kompetitif KWT harus mempertimbangkan harga produk dan pengembangan (inovasi)
serta kualitas produk.
Pengalaman bisnis diantara responden KWT juga masih belum baik, padahal
indikator ini sangat penting dalam mengukur kualitas sumberdaya manusia. Hal ini
disebabkan KWT belum memiliki pengalaman usaha, serta usaha ini hanya merupakan
usaha yang dikelola bersama oleh wanita tani, sehingga perlu ditingkatkan dengan cara
mengikutsertakan mereka dalam pelatihan2 kewirausahaan dll.
Kinerja usaha yang direpresentasikan dengan pentingnya peningkatan kualitas
produk mempunyai nilai loading tertinggi yaitu 0,871. kompetitif melalui pencapaian
kinerja perusahaan. Akan tetapi kualitas produk yang dihasilkan usaha KWT masih
belum baik, sehingga perlu meningkatkan pengetahuan mereka yang dapat diperoleh
melalui internet, pelatihan, dll agar SDM memiliki kreatifitas dalam penciptaan produk
dan peningkatan kualitas.
112

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Evaluasi Model Struktural
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Hasil Uji Hipotesis.
Hipotesis
Statistik
H1
H2
H3

Outer Loading

t-Statistics

t-tabel

Keterangan

0,296
0,198
0,464

2,323*
1,065
3,914*

1,96
1,96
1,96

Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan

H1: Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha
Tabel 3 memperlihatkan bahwa variabel kebijakan pemerintah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan pemerintah
yang diukur dengan pelatihan, bantuan permodalan dan mesin berpengaruh nyata
terhadap kinerja usaha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari
dan Wiyani (2016) yang menyimpulkan bahwa komponen fasilitas berpengaruh
signfikan terhadap kinerja produksi yang pada akhirnya berpengaruh dalam kinerja
usaha. Ellitan (2011) menegaskan bahwa kepemilikan sumberdaya dan kapabilitas
dapat digunakan untuk meraih keunggulan kompetitif. Ditambahkan oleh Schroeder et
al. (2002) bahwa pengembangan kepemilikan proses dan peralatan berdampak terhadap
keunggulan yang baik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Tsai (2004) yang
telah menguji secara empiris terhadap 45 industri manufaktur selama 7 tahun di
perusahaan elektronik Taiwan memberikan bukti bahwa kapabilitas teknologi yang
diukur dengan kepemilikan mesin berpengaruh signifikan terhadap produktivitas, yang
merupakan faktor penentu kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perkembangan usaha
agroindustri perlu adanya dukungan modal dan fasilitas produksi, sehingga usaha yang
dikelola KWT ini perlu mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah setempat. Selain
itu, pelatihan dan penyuluhan dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha dalam
pengembangan daya fikir sehingga usaha yang dijalankan dapat berkembang lebih baik
(Fatih, 2010).

113

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

H2: Pengaruh pasar kompetitif terhadap kinerja usaha
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel pasar kompetitif tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini menunjukkan bahwa pasar kompetitif yang
diukur dengan harga jual produk, keunikan, dan banyaknya pesaing tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha. Hal tersebut dikarenakan produk yang diproduksi
oleh KWT tidak mempunyai keunikan, dan juga kurang inovatif baik kualitas maupun
kemasan sehingga kurang menarik konsumen, akibatnya tidak mampu meningkatkan
penjualan maupun keuntungan.. Selain itu juga dikarenakan adanya beberapa KWT
yang hanya melakukan pemanfaatan hasil lahan pekarangan yang menyebabkan daya
saing yang rendah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Varis dan Littunen (2010) di Finlandia yang membuktikan bahwa pertumbuhan usaha
industri kecil dan menengah dapat diasosiasikan dengan introduksi inovasi produk,
proses, serta pasar. Demikian pula beberapa penelitian yang dilakukan oleh Calantone
et al. (2002); Li et al. (2010) Rhee et al. (2010); Ar dan Baki (2011); Jimenez-Jimenez
dan Sanz-Valle (2011); Lopez-Nicolas dan Merono-Cerdan (2011); Rosenbusch et al.
(2011) menyatakan bahwa inovasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Pada saat ini KWT juga dihadapkan masalah sulitnya memasarkan produk
dikarenakan adanya pesaing dengan produk skala industri yang memiliki kualitas
tinggi. Adanya persaingan bisnis yang makin ketat dapat memacu dunia usaha untuk
lebih memperhatikan strategi yang dijalankan. Persaingan tersebut akan membuat
pelaku usaha kesulitan dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Agar dapat bertahan
di lingkungan bisnis, maka pelaku bisnis melakukan berbagai cara seperti inovasi
produk, memperluas pasar, meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki proses
produksinya, perbaikan sistem organisasi, dan melakukan penghematan biaya. Inovasi
menjadi sangat penting, karena perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan pasar
dan memenuhi permintaan baru. Inovasi juga membantu organisasi untuk merespon
lingkungan dengan lebih baik (Garcia-Morales et al., 2007).
H3: Pengaruh kualitas sumberdaya manusia terhadap kinerja usaha
Tabel 3 memperlihatkan bahwa variabel kualitas sumberdaya manusia
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
SDM yang diukur dengan pendidikan, keterampilan, serta pengalaman bisnis
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Kualitas SDM sangat penting dalam suatu usaha, karena kualitas SDM dapat
meningkatkan kinerja usaha. SDM yang berkualitas dapat diperoleh dengan menggali
potensi dari para anggota KWT antara lain dengan cara mengikuti pelatihan serta
pembinaan dll. Menurut Widayanti (2007), SDM merupakan sumber keunggulan
kompetitif yang potensi dalam suatu usaha, karena kompetisi yang dimiliki berupa
intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan
kognitif yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Hal tersebut membuat pelaku
usaha harus melakukan pengembangan secara berkesinambungan. Sumber daya
manusia harus mempunyai kemampuan teknis, interpersonal, maupun manajerial agar
kinerja produksi makin meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Abereijo et al.
(2007) bahwa keterampilan tenaga kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Berpijak pada teori RBV, perusahaan memiliki sumberdaya yang unik dan
kapabilitas baik tangible maupun intangible. Pada umumnya penelitian mengevaluasi
karakteristik organisasi yang dipertimbangkan sebagai kompetensi dasar (Tidd, 2000),

114

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

yang terdiri dari: kompetensi teknologi, kompetensi sumberdaya manusia, dan
kompetensi organisasi. Schroeder et al. (2002) menambahkan bahwa pengembangan
proses dan kepemilikan peralatan berdampak pada keunggulan kompetitif melalui
pencapaian kinerja perusahaan yang baik. Dengan demikian, hasil penelitian ini
mempunyai kontribusi pada teori RBV dengan memberikan bukti yang mendukung
pengaruh positif dari kapabilitas dan sumberdaya terhadap kinerja perusahaan untuk
meraih keunggulan kompetitif
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah berupa bantuan
mesin dan permodalan, serta pelatihan yang diberikan kepada KWT di Kabupaten
Kediri dan kualitas SDM terbukti dapat meningkatkan kinerja usaha. Akan tetapi
kondisi pasar kompetitif tidak mampu meningkatkan daya saing.
DAFTAR PUSTAKA
Abereijo, Oluwajoba, I., Oluwagbemiga, M., Taiwo., Kehinde, A., Adegbite., Akinade,
S. 2007. Assessment of the capabilities for innovation by small and medium
industry in Nigeria. African Journal of Business. Vol. 1 (8), 209 – 217.
Anonymous. 2013. Kelompok Wanita Tani (KWT) Mendukung Kegiatan Pertanian di
Banjarnegara. Diakses tanggal 30 September 2014
Ar, IM dan Baki, B. 2011. Antecedents and performance impacts of product versus
process innovation. Empirical evidence from SMEs located in Turkish science
and technology parks. European Journal of Innovatioan Management. Vol 14
(2), 172 – 206.
Baker, WE dan Sinkula, JM. 2005. Environmental Marketing strategy and Firm
performance: Effect on New Product Performance and Market Share. Journal of
the Academy on Marketing Science. Vol. 33 (4), 461 - 475.
Calantone, RJ., Cavusgil, ST., Zhao, Y. 2002. Learning orientation, firm innovation
capability ang firm performance. Industrial Marketing Management. Vol. 31
(6), 515 – 524.
Ellitan, L. 2011. Peran Proses Pembelajaran dalam Pengembangan Kapabilitas
Manufaktur Skala Menengah dan Besar di Jawa Timur. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan. Vol. 4 (1), 50 - 72.
Fatih, C. 2010. Strategi Pengembangan Agroindustri Perikanan Laut. Jurnal J-SEP. Vol
4(3), 77-88.
Garcia-Morales, VJ., Liorens-Montes, FJ., Verdu-Jover, AJ. 2007. Influence of
personal mastery on organizational performance through organizational learning
and innovation in large firms and SMEs. Technovation. Vol. 27 (9), 547- 568.
Jabeen, R., Alekam, JME., Aldaoud, KAM., Mat, NKN., Zureigat, BNI., Nahi, AK.,
Junaidi, AMF., Hassan. 2013. Antecedents of Firm’s Performance. Empirical
Evidence from Yemeni SME’s. American Journal of Economics. Vol. 3 (1), 18
– 22.
Jimenez-Jimenez, D dan Sanz-Valle, R. 2011. Innovation, organizational learning, and
performance. Journal of Business Research. Vo. 64 (4), 408 - 417.

115

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Kusuma, FSD dan Devie. 2013. Analisa Pengaruh Knowledge Management Terhadap
Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Business Accounting
Review 1(2): 161-171.
Lakitan, B. 2011.Membangun Agroindustri dan Mewujudkan Sistem Inovasi: Agar
teknologi berkontribusi pada kesejahteraan rakyat. Seminar dan Lokakarya
Nasional Pengembangan Agroindustri Kalimantan Selatan: tanggal 23 Juni
2011.
Lestari dan Wiyani. 2016. Pengaruh
sumberdaya dan kapabilitas terhadap
pengembangan usaha. Study Kasus di UKM Kampung Pia Pasuruan. Makalah
seminar Nasional APTA, Oktober 2016. Jember.
Li, Y., Su, Z., Liu, Y. 2010. Can Strategic flexibility help firm profit from produk
innovation ? Technovation. Vol. 30 (5/6), 300 - 309.
Lopez-Nicolas, C dan Merono-Cerdan, AL. 2011. Strategic knowledge management,
innovation and performance. International Journal of Information Management.
Vol. 31 (6), 502 – 509.
Prahalad, C dan Hamel, G. 1990. The core competence of the corporation. Harvard
Business Review. Vol. 68 (3), 79 – 91.
Rhee, J.. Park, T., Lee, DH. 2010. Drivers of innovativeness and performance for
innovative SMEs in South Korea: Mediation of learning orientation.
Technovation. Vol. 30 (1), 65 - 75.
Rosenbusch, N., Brinckmann, J., Bausch, A. 2011. Is innovation always beneficial ? A
meta-analysis of the relationship between innovation and performance in SMEs.
Journal of Business Venturing. Vol. 26 (4), 441 - 457.
Schroeder,R.G., Bates, K.A., dan Junttila, M.A. 2002. A-Resource Based View Of
Manufacturing Strategy And The Relationship To Manufacturing Performance.
Strategic Management Journal,Vol. 23, 105-117.
Tavani, SN., Sharifi, H and Tavani, ZN. 2016. Market Orientation, Marketing
Capability, and New Product Development: The Moderating Role of Absorptive
Capacity. Journal of Business Research. Vol. 69, 5059 – 5074.
Teece, D., Pisano, G., Shuen, A. 1997. Dynamic Capabilities and strategic
management. Strategic Management Journal. Vol. 18 (7), 509 - 533.
Thomhill, S. 2006. Knowledge, innovation and firm performance in high-and lowtechnology regimes. Journal of Business Venturing. Vol. 21 (5), 687 – 703.
Tidd, J. 2000. From Knowledge Management to Strategic Competence Measuring
Technological, Market and Organisational Innovation, Series on Technology
Management, Vol. 3. Imperial College Press, London,
Tsai, KH. 2004. The impact of technological capability on firm performance in
Taiwan”s electronics industry. Journal of High Technology Management
Research. Vol. 15 (2), 183 - 195.
Udayana, I. G. B. 2011. Peran AgroindustridalamPembangunan Pertanian. Edisi 44.
Singhadwala. Jakarta.
Varis, M dan Littunen, H. 2010. Types of innovation, sources of information and
performance in entrepreneurial SMEs. European Journal of Innovation
Management. Vol. 13 (2), 128 - 154.
Widayanti, E. 2007. Perencanaan Sumber Daya Manusia yang Efektif: Strategi
Mencapai Keunggulan Kompetitif. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. Vol.
7(2).

116