31 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET PADA PENDERITA GASTRITIS

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare

    **) Perawat Puskesmas Pare

  urnal Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  

31

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET

PADA PENDERITA GASTRITIS

Anas Tamsuri*, Andika Setiawan.**

  Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering mengganggu saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis bisa menyebabkan kematian apabila terjadinya komplikasi pada alat pencernaan yang lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al – Mustamar .

  Desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional. Populasi berjumlah 30 orang dengan sampel 28 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus dan teknik simple random sampling. Serta pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan dengan editing, coding, scoring, tabulating, dan uji korelasi.

  Dari hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari

  

  =0,05 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada penderita gastritis. Sehingga pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang.

  Peran perawat sebagai educator tentang informasi gastritis dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan penderita gastritis sehingga jika pengetahuannya meningkat maka akan membentuk sikap yang positif dalam melaksanakan diet gastritis.

  Kata Kunci : Pengetahuan penderita gastritis, Sikap diet penderita gastritis, Gastritis

LATAR BELAKANG

  Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan sebagai penyakit tidak menular yang sering mengganggu saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Sikap diet yang tidak teratur, makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit gastritis. Sedangkan salah satu penentuan sikap adalah pengetahuan. Data yang di himpun departemen kesehatan RI, walaupun gastritis terkesan sebagai penyakit ringan, namun angka kejadiannya cukup banyak ( Gustin, 2011 ).

  Menurut Budiana, 2006 dalam Icha, 2012, mengatakan bahwa Gastritis merupakan kasus terbesar di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan jumlah penderita lebih dari 1,7 milyar. Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi, dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang presentasenya tingi 91,6% yaitu di kota Medan, lalu dibeberapakota lainnya seperti Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung 32,5 %, Aceh 31,7 %, Surabaya 31,2%, Pontianak31,2%. (Yorel, 2012. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 3 Oktober 2012 di Pondok Pesantren Trisula AL - Mustamar , didapatkan hasil bahwa dari sejumlah 80 santri yang Pondok Pesantren 30 santri menderita gastritis yaitu sebanyak 37,5%. Dan dari 10 responden ketika ditanya tentang pengetahuan dan dietnya 5 responden mengatakan mengetahui apa yang dimaksut dengan gastritis/maag dan dalam kesehariannya mengurangi makanan yang perlu dihindari bagi penderita gastritis, 1 responden mengatakan mengetahui apa yang dimaksut dengan gastritis/maag akan tetapi masih sering makan makanan yang seharusnya dihindari dengan tidak menghiraukan diet yang seharusnya, serta 4 responden mengatakan sedikit mengetahui apa yang Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis

  dimaksut dengan gastritis/maag dan dalam kesehariannya tidak melakukan diet makanan bagi penderita gastritis. Gastritis terkesan sebagai penyakit ringan akan tetapi kadang bisa menyebabkan kematian apabila sudah kronis sehingga menyebabkan terjadinya komplikasi pada alat pencernaan yang lain ( Gustin, 2011 ). Komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemisis dan melena,yang berakhir dengan syock hemoragik (Ardiansyah, 2012).

  Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung yang menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung sehingga menimbulkan peradangan (inflamasi). Kerusakan ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa luka, atau tumor, jadwal makanan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi yang berlebih, gangguan stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka panjang dan secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobakter pylori (Sarasvati dkk, 2010). Terlalu banyak makan makanan yang yang pedas dan asam serta pola makan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium (Gustin,R.K, 2011). Sedangkan dalam kebiasaan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Salah satu penentuan sikap adalah pengetahuan. Pada hakekatnya pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2007).

  Dalam melakukan proses keperawatan kepada penderita gastritis, perawat dapat mengkaji tingkat pengetahuan penderita tentang gastritis dan diet bagi penderita gastritis. Diet yang dianjurkan adalah mengatur pola makan, mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Sedangkan yang perlu dihindari karena dapat menyebabkan iritasi pada lapisan lambung dan meningkatkan produksi asam lambung diantaranya: kafein, nikotin, bumbu pedas, alkohol (Brunner dan Suddarth, 2002). Dan menurut Sarasvati dkk, 2010 penderita gastritis dianjurkan makan dalam porsi kecil tetapi sering minimal setiap dua jam sekali menghindari makanan yang bersuhu panas, sebab dikhawatirkan dapat melukai usus. Serta membatasi makanan yang tinggi gula karena dapat memicu sekresi asam. Dan diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat menjadi sikap yang positif, hal ini bisa dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

  Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis dengan Sikap Diet pada Penderita Gastritis Di Pondok Pesantren Trisula Al - Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013”

  Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini adalah dengan pertanyaan masalah yaitu Apakah ada hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al - Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013?”

  Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang gastritis pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  b. Mengidentifikasi sikap diet penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  c. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL -Mustamar Desa

32 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Jika nilai yang diperoleh : Kediri Tahun 2013. 1. 0 – 0,2 = hubungan sangat lemah 2. 0,21 – 0,4 = hubungan lemah

  Desain Penelitian

  3. 0,41 – 0,6 = hubungan kuat Desain yang digunakan dalam penelitian ini 4. 0,61 – 0,8 = hubungan sangat kuat adalah Desain penelitian analitik cross Sectional

  5. 0,81 – 100 = hubungan sangat kuat sekali. jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen Hasil Penelitian hanya satu kali pada satu saat.

  1. Pengetahuan tentang Gastritis Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar.

  Populasi bulan Oktober Tahun 2012 sebanyak 30 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.dan jumlah sampel sesuai rumus adalah

  28 responden.

  Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Simple- Random Sampling yaitu tehnik pemilihan sampel secara sederhana dimana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

  Diagram 1. Distribusi Karakteristik Responden kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai Berdasarkan tingkat pengetahuan sample. Anggota populasi diundi untuk kemudian tentang Gastritis pada penderita diambil secara acak hingga jumlah sample yang Gastritis di Pondok Pesantren Trisula diharapkan terpenuhi. Al-Mustamar Desa Jombangan

  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri tentang gastritis dengan sikap diet pada pasien Tahun 2013. gastritis dengan analisa diskriptif dengan menggunakan Crosstab (tabulasi silang). Kemudian

  Berdasarkan Diagram diatas menunjukkan dilakukan uji statistik inferensial non parametrik bahwa dari 28 responden yang diteliti, dengan Uji korelasi spearman correlation yang diddiataapatkan 11 responden (39%) digunakan untuk data ordinal juga untuk berpengetaahuan baik, 9 responden (32%) menganalisis sample yang hasilnya akan berpengetahuan cukup dan 8 responden (29%) digeneralisasikan untuk populasi tempat sample berpengetahuan kurang diambil.

  Dalam melakukan Uji korelasi Spearman

  2. Sikap Diet Gastritis Correlation peneliti menggunakan tingkat signifikansi ( penetapan derajat kesalahan ) secara umum bagi bidang kesehatan yaitu derajat kesalahan α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa kemungkinan menerima hipotesis null yang seharusnya ditolak sebesar 5%. Derajat kesalahan ini digunakan sebagai wujud pernyataan bahwa peneliti tidak memiliki kebenaran mutlak dan mungkin mengalami kesalahan. Kemudian secara statistik, derajat kesalahan ini nantinya digunakan untuk memutuskan hasil perhitungan statistik dari data apakah masuk kategori hipotesis atau tidak

  Diagram 2. Distribusi Karakteristik Responden dengan kriteria nilai hubungan sebagai berikut: Berdasarkan Sikap Diet Gastritis pada

33 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  urnal

  Penderita Gastritis di Pondok pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Pesantren Trisula Al - Mustamar Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  Pembahasan

  Berdasarkan Diagram diatas menunjukkan

  1. Tingkat Pengetahuan tentang Gastritis pada bahwa dari 28 responden yang diteliti, Penderita Gasstritis didapatkan 18 responden (64%) sikap diet positif Berdasarkan Diagram 1 menunjukkan bahwa dan 10 responden (36%) sikap diet negatif. dari 28 responden yang diteliti, didapatkan 11 responden (39%) berpengetahuan baik, 9 responden

  3. Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan (32%) berpengetahuan cukup dan 8 responden (29%) Sikap Diet Gastritis berpengetahuan kurang.

  Pengetahuan tentang Gastritis dengan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang Sikap Sikap Diet Gastritis pada melakukan penginderaan terhadap suatu objek Penderita Gastritis Pondok Pesantren tertentu. Penginderaan terjadi setelah melalui Trisula Al-Mustamar Desa pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, Jombangan Kecamatan Pare pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian Kabupaten KediriTahun 2013 besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga.

  Menurut Nursalam, Siti Pariani (2001), “salah Sikap satu yang mempengaruhi pengetahuan adalah Positif Negatif Total pendidikan, bahwa semakin tinggi tingkat

  Pengetahuan Baik

  11 11 pendidikan seseorang maka akan baik pula pengetahuannya sehingga dapat dilihat bahwa % 39.3% .0% 39.3% semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka Cukup

  7

  2

  9 akan mudah dalam menerima informasi sehingga % 25.0% 7.1% 32.1% makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki”.

  Dari uraian diatas peneliti berpendapat tingkat Kurang

  8

  8 pendidikan seseorang turut menentukan mudah % .o% 28.6% 28.6% tidaknya seseorang dalam menerima pengetahuan

  Total

  18

  10

  28 yang masuk. Semakin tinggi pendidikan responden maka pengetahuan responden tentang gastritis juga

  % 64.3% 35.7% 100% tinggi. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang memiliki pendidikan tinggi semakin

  Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tinggi pula pengetahuannya tentang gastritis. Namun dari 11 responden (39%) yang berpengetahuan perlu ditekankan bahwa seseorang yang baik semua sikap dietnya positif; dan dari 9 berpendidikan rendah tidak berarti mutlak responden (32,1%) yang berpengetahuan cukup berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan terdapat 7 responden (25%) dengan sikap diet tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, positif dan 2 responden (7.1%) dengan sikap diet akan tetapi juga bisa melalui pendidikan non formal. negatif; sedangkan dari 8 responden (28.6%)

  Hal ini dibuktikan bahwa meskipun responden yang berpengetahuan kurang semua sikap berpendidikan rendah, tetapi ada pengetahuan dietnya negatif. responden juga baik dikarenakan mereka ikut acara

  Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman penyuluhan dilingkungan sekitarnya.

  Correlation didapatkan besar korelasi 0,815

  Selain faktor pendidikan, faktor yang dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari mempengaruhi pengetahuan adalah usia. Hal ini

   =0,05 berarti terdapat hubungan yang sangat sesuai dengan teori yang menyatakan semakin cukup kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

  Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  

34

  urnal Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  35 akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

  Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2001). Menurut Notoadmojo (2005), salah cara tradisional yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan adalah berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Dari pernyataan tersebut peneliti berpendapat pengalaman tentang gastritis yang bisa diperoleh dari keluarganya sendiri atau orang lain. Hal ini didukung dengan pernyataan para responden pada saat pengumpulan data yang mengatakan bahwa gatritis sudah tidak asing karena disekitar mereka banyak orang yang sedang mengalami gastritis, baik keluarga sendiri maupun orang lain. Mulai dari penderita gastritis yang rutin kontrol ke puskesmas, mengurangi makanan pedas dan asam, sehingga menumbuhkan rasa keingintahuan responden terhadap mereka dengan cara bertanya – tanya tentang gastritis. Maka dari pengalaman orang – orang sekitarnya responden dapat pengetahuan tentang gastritis.

  Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh seseorang dari informasi melalui media massa. Faktor media massa tersebut meliputi : bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku – buku yang ada disekeliling kita (Soemanto, 2006). Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan dari sebagian responden yang pernah mendapatkan informasi paling banyak mendapatkan informasi melalui media cetak (46%). Peneliti berpendapat bahwa informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini dikarenakan informasi tentang gastritis dapat diperoleh responden melalui media elektronik misalnya acara radio dan TV yang membahas kesehatan terutama gastritis, media cetak misalnya majalah kesehatan, koran, buku – buku kesehatan dan lain – lain tentang gastritis dengan catatan para responden memiliki minat lebih untuk membaca. Selain itu, teman juga berpengaruh memberikan informasi karena menurut responden dari hasil interaksi dengan teman – temannya baik dalam keadaan formal maupun informal mereka dapat saling bertukar pikiran tentang gastritis. Yang paling penting adalah informasi tentang gstritis didapatkan langsung oleh responden dari petugas kesehatan. Akan tetapi dalam hal ini penderita gastritis tidak harus selalu ke tempat pelayanan kesehatan, karena petugas kesehatan juga memberikan penyuluhan gastritis pada masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan responden dapat mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

  Berdasarkan Diagram 2 menunjukkan bahwa dari 28 responden yang diteliti, didapatkan 18 responden (64%) memiliki sikap diet positif dan 10 responden (36%) memiliki sikap diet negatif.

  Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantaranya berbagai faktor yang mempengaruhi pembentikan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianganggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak (61%) responden berpendidikan terakhir SMP. Dan sebagian kecil

  5 responden (18%) dengan pendidikan terakhir SD. Menurut Azwar (2005), lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga tidak mengambil sikap mendukung. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan sikap itu akan membawa pada hasil yang diinginkan. Sikap belum tentu merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis

  kecenderungan atau predisposisi untuk bertindak terhadap objek tersebut.

  Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat, lembaga pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan sikap. Melalui pendidikan akan membuka wawasan dan menambah pengetahuan seseorang sehingga dapat terbentuk sikap. Diharapkan seseorang yang mempunyai pendidikan akan mudah menentukan sikap secara tegas tanpa ragu-ragu. Melalui pendidikan, responden akan semakin mudah menerima informasi dan banyak pula dapat menunjang perkembangan sikap responden dalam melaksanakan diet gastritis. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya responden akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya agar sikap yang dihasilkan merupakan sikap positif dan sikap itu nantinya akan diharapkan membawa pada hasil yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian, semakin tinggi pendidikan responden semakin positif pula sikap diet gastritisnya.

  Pada dasarnya pendidikan tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah saja, melainkan dapat mencari pengetahuan atau informasi tambahan dapat diperoleh dari keluarga dan lingkungan sekitar apalagi dengan ditunjang kemajuan tekhnologi yang sudah modern seperti saat ini. Dapat diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan hidupnya dan sikap seseorang tidak bisa terlepas dari pengalaman yang sudah dilewatinya, sehingga dengan adanya pengalaman ini, akan membuat penderita gastritis dapat mengingat kembali pengalaman yang sudah dihadapi pada masa lalu atau dengan melihat keberhasilan dari pengalaman orang lain. Oleh karena itu diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat menjadi sikap yang positif, hal ini bisa dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

  3. Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan Sikap Diet pada Penderita Gastritis

  Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa dari 11 responden (39%) yang berpengetahuan baik semua sikap dietnya positif; dan dari 9 responden (32,1%) yang berpengetahuan cukup terdapat 7 responden (25%) dengan sikap diet positif dan 2 responden (7.1%) dengan sikap diet negatif; sedangkan dari 8 responden (28.6%) yang berpengetahuan kurang semua sikap dietnya negatif.

  Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari

  

  =0,05 berarti terdapat hubungan yangsangat kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dan sebaliknya bagi yang berpengetahuan kurang.

  Menurut Azwar sikap seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan hal ini dikarenakan pengetahuan memberikan persepsi kepada seseorang untuk bersikap sesuai dengan tingkat pengetahuan dari seseorang tersebut.

  Menurut peneliti adanya hubungan antara pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet gastritis, menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap sebagian besar sikap seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin positif juga sikap seseorang tersebut. Sebab, pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pengalaman, dan informasi. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang memiliki pendidikan tinggi semakin baik pula pengetahuan responden tentang gastritis. Semakin cukup umur, maka kematangan dan pengalaman jiwa seseorang terbentuk. Begitu juga dengan pengalaman dan informasi yang saling berhubungan. Seseorang mendapatkan informasi dari media elektronik, media cetak, teman ataupun dari tenaga kesehatan tentang gastritis dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk diri responden selain dari pengalaman pribadi yang pernah dilakukan.

  Sedangkan sikap dipengaruhi oleh lembaga pendidikan dan pengalaman pribadi. Melalui lembaga pendidikan, responden akan semakin

36 Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

DAFTAR PUSTAKA

  1. Bagi Institusi Pendidikan Disarankan untuk lebih melengkapi buku referensi yang ada diperpustakaan dengan buku.yang terbaru sehingga dapat digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

  Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi Tahun 2011.repository.unand.ac.id/17045/1/17

  Azwar, S.(2009). Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran, Ed. 2.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Brunner, Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8.Jakarta: EGC Gustin, R.K.(2011). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada

  Alimul, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Ardiansyah, Muhammad. (2012). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Revisi 2010.Jakarta : PT Rineka Cipta

  4. Bagi Lokasi Penelitian Dapat lebih memperhatikan jadwal dan pola kebiasaan santrinya terutama dalam hal diit makanan untuk mencegah terjadinya gastritis dan membantu memenuhi diet makanan santri yang mengalami gastritis sesuai dengan kebutuhannya.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perbanyak referensi dalam melakukan penelitian dan gunakan alat ukur penelitian yang validitasnya terjamin jika memungkinkan.Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal diharapkan responden adalah orang – orang yang benar – benar dipilih dengan seleksi sebaik mungkin dan dapat menggeneralisasi.

  2. Bagi Responden Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

  urnal Vol. 5 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2014

  

37

  =0,05 berarti terdapat hubungan yang sangatkuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada penderita gastritis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

  

  3. Dari hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari

  2. Sikap Diet Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan data bahwa banyak responden memiliki sikap yang positif yaitu 18 responden (61%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah lembaga pendidikan dan pengalaman pribadi.

  1. Pengetahuan tentang Gastritis pada Penderita Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al- Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan data bahwa banyak responden berpengetahuan baik yaitu 11 responden (39%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah pendidikan, usia, pengalaman dan informasi.

  Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah pelayanan kesehatan harus mampu memberi penyuluhan kesehatan tidak hanya mengenai gastritis melainkan juga sikap diet bagi penderita gastritis.

  mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki ksehingga pendidikan dapat menunjang perkembangan sikap responden dalam menghadapi respon tentang diet gastritis. Sehingga dapat menjadikannya suatu pengalaman dalam bersikap.

  Saran

  Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis

  Jurnal_Penelitian.pdfwww.library.upnvj.ac.i d/pdf/2s1keperawatan /205312047/bab1.pdf ( Diunduh tanggal 21 September 2012) Hartono, Andri. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed, 2 . Jakarta: EGC Icha.(2012). Penyakit Gastritis. http://notemrspooh.blogspot.com/2012/03/ penyakit-gastritis.html ( Download tanggal

  21 September 2012 ) Jusup, Lenny. (2010). Fit for life: masakan enak dan lezat untuk penderita gastritis (tukak lambung/maag). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Notoatmodjo, S.(2005).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

  Notoatmodjo, S.(2007).Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.Jakarta : PT. Rineka Cipta Nursalam dan Pariani,S. (2001). Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta

  : Salemba Medika Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Sarasvati dkk.(2010). Cara Holistik dan Praktis Atasi Maag. Jakarta:Pt Bhuana Tamsuri, Anas. (2006). Buku Ajar Riset Keperawatani, Ed. Revisi I Cetakan ke 3.Kediri : Pamenang Press

  Yorel. (2012).Penatalaksanaan Diet Pada Penderita Gastritis. http://httpwwwyorelrefailwenicom.blogspot.co m/2012/07/karya-tulis-ilmiah penatalaksanaan- diet. html ( Download tanggal 21 September 2012 )