MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK ANAK USIA DIN (1)

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK ANAK USIA DINI
DALAM KURIKULUM 2013
Adella Kharisma Diyenti 1 & Dadan Suryana 2
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang
adellakharisma7@gmail.com , dadan.suryana@yahoo.com
Abstrak
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Karakteristik kurikulum 2013 adalah salah
satunya tematik. Tematik disini adalah mengaitkan satu tema dengan seluruh perkembangan
anak usia dini yang berdasarkan kurikulum 2013 ada 6 aspek perkembangan yaitu spiritual,
sosial emosional, kognitif, bahasa, keterampilan dan terakhir adalah seni. Hal yang harus
diperhatikan dalam model pembelajaran tematik adalah tema yang diangkat sesuai dengan
berbagai macam pengalaman siswa dan lingkungannya. Hasil dari tulisan ini berdasarkan
hasil tinjauan pustaka. Tujuan dari tulisan ini untuk mengetahui model penilaian dari
pembelajaran terpadu anak usia dini yaitu: (a) Merencanakan pembelajaran individual dan
kelompok, serta untuk berkomunikasa dengan para orang tua; (b) Mengidentifiksikan anak
yang memerlukan bantuan atau layanan khusus; (c) Mengevaluasi apakah tujuan program
pendidikan usia dini sudah tercapai atau belum.
Kata Kunci: Pembelajaran tematik, kurikulum 2013, anak usia dini


Abstract

The curriculum is a set of plans and arrangements concerning objectives, content, and
instructional materials and ways used as guidelines for the implementation of learning activities
to achieve specific educational goals. The characteristic of the 2013 curriculum is one thematic.
Thematic here is linking a theme with the whole development of early childhood that based on
the 2013 curriculum there are 6 aspects of development that is spiritual, social emotional,
cognitive, language, skills and the last is art. The thing to consider in the thematic learning
model is the theme raised according to the various experiences of students and their
environment. The results of this paper based on the literature review. The purpose of this paper
is to know the assessment model of integrated early childhood learning, namely: (a) Planning
individual and group learning, and for communicating with parents; (b) Identify a child who
needs special assistance or services; (c) Evaluate whether the objectives of early childhood
education programs have been achieved or not.

Keywords: Thematic learning, curriculum 2013, early childhood

PENDAHULUAN
Anak usia dini memiliki enam aspek perkembangan, yaitu perkembangan nilai agama
dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial-emosional (Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 58 tahun 2009). Aspek-aspek perkembangan tersebut harus mendapatkan
stimulasi optimal dari lingkungan sekitar. Stimulasi pembelajaran yang dilakukan disekolah
merupakan salah Satu stimulus yang dapat mengembangkan aspek- aspek tersebut di atas.
Eliason dan Jenkins (2008) menyatakan bahwa pengembangan kognitif, bahasa, dan
keaksaraan dapat membentuk kemampuan berpikir dan membangun pemahaman. Seluruh
aspek perkembangan di atas harus mendapatkan stimulasi yang maksimal dan optimal melalui
kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi anak yang melibatkan Orang tua, guru dan sekolah.
dalam (Suryana 2013)
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 146Tahun 2014 tentang sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Menyatakan bahwa: “ Pendidikan anak usia dini adalah
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dilakukan melalui

pemberian stimulus pendidikan untuk membantu

perkembangan, pertumbuhan, baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan
memasuk pendidikan lebih lanjut”. Model kurikulum akan memberikan gambaran arah, proses,
dan isi pembelajaran Sukmadinata, 2007 dalam (Een Y. Haenilah: 2017) yang didasari oleh
filosofi jenis dan jenjang lembaga pendidikan. Setiap jenjang dan jenis pen-didikan memiliki
sasaran yang berbeda. Oleh karena itu, harus didasari oleh model kurikulum yang berbeda pula

Anak usia TK/RA berada pada tahapan operasi konkrit. Pada rentang usia tersebut
anak mulai menunjukkan prilaku belajar sebagai berikut : 1) Mulai memandang dunia secara
objektif, bergeser dari satu aspek situasi kepada aspek lain secara reflektif dan memandang
unsur-unsur secara serentak, 2) Mulai berpikir secara operasional, 3)

Menggunakan

cara

berpikir operasional untuk mengklasifikasika benda-benda, 4) membentuk dan menggunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab
akibat, dan 5) memahami konsep-konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan
berat. (Trianto, 2013:10)
(Suryana, 2016) menegaskan bahwa metode pengajaran High Scope menggunakan
prinsip-prinsip : memberikan lingkungan yang nyaman; memberikan dukungan kepada tingkah
laku dan bahasa anak; membantu anak dalam menentukan pilihan dan keputusan; membantu
anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan melakukannya sendiri. Pembelajaran
High Scope berdasar pada ide Piaget, yaitu anak-anak harus terlibat aktif dalam pembelajaran
mereka sendiri. Pembelajaran High Scope yang dikembangkan oleh David Weikart
mendasarkan pada teori bahwa anak memerlukan keterlibatan aktif dengan orang yang ada


disekitarnya, materi, ide, dan kejadian sehingga memungkinkan anak-anak dan guru belajar
bersama. Anak dapat memilih sendiri materi dan aktifitas sesuai dengan minat dan tujuan
masing masing. Guru dilatih agar dapat mendukung anak untuk mengambil keputusan dan
mandiri. Komputer dan program komputer juga sering digunakan dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang berfokus kepada anak student centre memberikan kebebasan kepada anak
untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, interaksi antara anak dan lingkungan
sangat luas sekali sehingga memungkinkan bagi anak untuk aktif dalam setiap pembelajaran
Berdasarkan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
TK/RA memiliki tiga ciri, yaitu: konkret, integratif, hierarkis. Dengan demikian, dalam
mengembangkan model pembelajaran bagi PAUD harus memerhatikan karakteristik anak dan
kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media, dan penilaian.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangakan dan diterapkan di TK/RA.
Namun, yang terpenting dalam mengembangkan model pembelajaran di PAUD harus
memerhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses
pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Tetapi berdasarkan sifat dan karakter anak usia dini,
maka pembelajaran di TK/RA bersifat Tematik yang dilakukan secara integratif, artinya bahwa
pembelajaran di TK/RA tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal. Itulah sebabnya, model
pembelajaran yang dikenalkan adalah yang bersifat paduan (Integral).
Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan

esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan anak didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih
mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif
(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. (Suryana, 2017)
Pembelajaran

tematik

terpadu

merupakan

pendekatan

pembelajaran


yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar
secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada
peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran dituntut untuk menerapkan pendekatan
saintifik/ilmiah yang dipadu dengan model pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
Karakteristik pembelajaran tematik yaitu berpusat pada peserta didik pemisahan antar mata
pelajaran tidak tampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik. (Ni N. Sukerti dkk)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru Taman Kanak-kanak belum
pahamnya guru tetang bagaimana pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan
pendekatan saintifik tersebut dan belum mempunyai rujukan yang dapat di jadikan pegangan

dalam proses belajar mengajar, belum ada bahan ajar tematik terpadu berbasis pendekatan
saintifik. Hal ini mengakibatkan guru mengajar tidak sesuai dengan proses pembelajaran
melalui pendekatan saintifik. Berdasarkan latar belakang diatas penulis akan membahas
bagaimana “ Model Pembelajaran Tematik Dalam Kurilukum 2013” yang bertujuan untuk
mengetahui bentuk atau model pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 tersebut .
PEMBAHASAN
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari
pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model
pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006; 5). Hadi Subroto
(2000:9) menegaskan Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan pokok
bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu
dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam
bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalam belajar siswa, maka pembelajaran lebih
bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan
pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan

yang meliputi tahap perencanaan, yakni : pemetaan standar kompetensi yang mencakup
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar, menentukan tema, identifikasi standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus,
silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu

yang mencakup standar kompetensi kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar (Trianto, 2007 : 25).
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam
membangun kompetensi peserta didik, antara lain: 1) Pembelajaran tematik lebih menekankan
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt, termasuk
piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada
kebutuhan dan perkembangan anak. 2) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru
perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi kebermaknaan
belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual

menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
Pembelajaran tematik berarti pembelajaran dengan mengangkat tema atau topik
tertentu untuk dibahas djadikan kegiatan bermain anak, yang menggunakan pendekatan
Pendekatan saintifik berarti menerapkan beberapa proses sebagai berikut:
Mengamati (Observing); mengamati berarti menggunakan semua indera (penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang
diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin
banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Proses mengamati benar-benar
dilakukan oleh anak tidak karena diberi tahu guru. Apabila anak belum terbiasa dengan proses
ini, guru dapat mendukungnya dengan kata-kata: “kamu boleh memegang, mencium,
mendengarkan, mencicipinya… nah apa yang kamu rasakan?
Menanya (Questioning); menanyakan sebagai salah salah satu proses mencari tahu atau
mengkonfirmasi atau mencocokkan dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Pada dasarnya anak seorang peneliti yang
handal, ia selalu ingin tahu tentang sesuatu yang ditangkap inderanya. Karenanya ia sering
bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat diluar dugaan orang dewasa. Tetapi itu proses
saintis yang berasal dari pikiran kritisnya.
Mengumpulkan (Colecting): mengumpulkan data suatu proses yang sangat diminati
anak. dalam proses ini anak melakukan coba - gagal – coba lagi “trial and error”. Anak
senang mengulang-ulang kegiatan yang sama tetapi dengan cara bermain yang berbeda.


Pembelajaran yang membolehkan anak melakukan banyak hal sangat mendukung kemampuan
berpikir kreatif. Sedangkan pembelajaran yang banyak menggunakan lembaran kerja justru
membelenggu kemampuan kreatif anak
Mengasosiasi (Associating): proses asosiasi merupakan proses lebih lanjut dimana
anak mulai menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru
yang didapatkannya. Proses asosiasi penting bagi anak untuk membangun pemahaman baru
tentang dunia di sekelilingnya. Piaget menyatakan bahwa anak membentuk schemata baru
tanpa membuang yang sudah ada tetapi memperbaiki dan menguatkan yang sebelumnya.
Mengkomunikasikan ( communication) proses mengkomunikasikan adalah proses
penguatan

pengetahuan

terhadap

pengetahuan

baru


yang

didapatkana

anak

mengkomunikasikan kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru aku tahu,
kalau ….” Tetapi mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan melalui ucapan, dapat juga
disampaikan melalui hasil karya. Biasanya anak

menyampaikannya

dengan

cara

menunjukkan karyanya. “Bu guru lihat…aku sudah membuat….” Itu kalimat yang sering
disampaikan anak. Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap
konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya
bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari
tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang. (Suryana, 2015)
Prabowo 2003:3 dalam (Halida : 2016 ) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu
sebagai proses yang mempunyai beberapa ciri yaitu berpusat pada anak, proses pembelajaran
mengutamakan pemberian pengalaman langsung kepada anak. Karakteristik perkembangan
anak memberikan implikasi bagi para pendidik dalam mengorganisasikan kurikulum atau
program pendidikan yang pada gilirannya akan memberikan implikasi untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang tepat.
Dalam kaitannya dengan karakteristik perkembangan anak, maka kurikulum Taman
Kanak-kanak harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan potensi seutuhnya.
Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak.
Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal-penggal. (Depdiknas, 2009) Pembelajaran terpadu menurut Aisyah (2008:2.5)
adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan mengintegrasikan
kegiatan yang mewakili semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan yang
meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik/motorik, seni, sosial, dan sebagainya. Semua bidang
pengembangan yang ada dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan belajar yang berpusat pada
satu tema, oleh karena itu pembelajaran terpadu di Taman Kanak-kanak disebut juga
pembelajaran tema. Dalam Aisyah, dkk (2008:2.5) menyatakan bahwa “Pembelajaran tema

adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide
sentral tentang anak dan lingkungannya”. Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari
hal-hal yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh; dimulai dari yang sederhana menuju
yang lebih kompleks. Penggunaan tema untuk mengorganisasikan pembelajaran bagi anakanak telah populer sejak John Dewey mengusulkan kurikulum yang dihubungkan dengan
pengalaman hidup yang riil atau nyata. Semua kegiatan dalam pembelajaran terpadu
melibatkan pengalaman langsung (hands on experience) bagi anak-anak serta membarikan
berbagai informasi atau pemahaman tentang lingkungan sekitar mereka. Kegiatan ini juga
memungkiinkan anak menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilan dari satu
pengalaman ke pengalaman lainnya.
Menurut Jamaris (2009) Pembelajaran terpadu memberikan konsep belajar bermakna
yang dipelajari melalui pengalaman langsung alami. Pembelajaran terpadu menyajikan
berbagai konsep yang akan dipelajari secara terpadu. Hal ini akan sesuai dengan karakteristik
perkembangannya sehingga anak akan belajar dengan mudah dan bermakna. Pembelajaran
terpadu bertolak dari tema yang diambil dari lingkungan anak. Dengan demikian anak dapat
mengeksplor tema-tema tersebut sehingga didapatkan suatu konsep pengetahuan yang utuh
yang dekat dengan anak, sehingga anak akan leluasa dalam menggali pengetahuannya dan
anak belajar dengan motivasi tinggi dan kondisi yang menyenangkan, sehingga potensinya
dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, anak memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran yang
mana hal itu merupakan salah satu karakteristik pembelajaran terpadu. Untuk itu bagi para
penyelenggara pendidikan (guru) hendaknya memamami tentang konsep pembelajaran terpadu
sehingga nantinya dapat mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar seharihari untuk mencapai perkembangan potensi anak secara maksimal.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini
Hendrick (dalam Aisyah 2008:2.5) mengemukakan bahwa pembelajaran melalui tema
membantu anak-anak mengembangkan semua pemikirannya secara langsung dalam proses
belajar mereka. Pembelajaran terpadu atau pembelajaran tema bagi anak usia dini umumnya
dan anak usia taman kanak-kanak khususnya, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan pembelajaran lainnya. Karakteristik pembelajaran terpadu sebagai berikut:
1. Menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata bagi anak pengalaman
langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak dengan menggunakan semua
inderanya, yaitu melihat, menyentuh, mendengar, meraba, dan merasa.

2. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya Kegiatan-kegiatan
yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu menantang anak untuk menggunakan
semua pemikiran dan pemahamannya.
3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak.
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu harus relevan dengan
minat anak, karena minat anak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan
tema.
4. Membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan
pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya.
5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan semua aspek
perkembangan kognitif, sosial, emosional, fisik afeksi, dan estetis, dan agama.
6. Mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik, interaksi
sosial, kemandirian, dan mengembangkan harga diri yang positif.
7. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar. Bermain
merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak.
8. Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman dalam keluarga
yang dibawa anak.
9. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.
Dalam pembelajaran terpadu guru dapat melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
“ahli” ke kelas sebagai model. Refleksi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran
terpadu, refleksi adalah cara berfikir tentang apa mau dipelajari atau berfikir kebelakang
tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari
proses, pengetahuan yang telah dimiliki anak, diperluas melalui konteks pembelajaran yang
kemudian diperluaskan sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana
pengetahuan mengendap di benak anak. Pada akhir pembelajaran, guru menyisihkan waktu
sejenak agar anak melakukan refleksi. Realisasikan dapat berupa:
1. Pernyataan langsung tentang apa saja yang diperolehnya hari ini.
2.

Catatan atau jurnal dibuku anak.

3. Pesandan saran mengenai pembelajaran hari ini.
4.

Diskusi dan prsentasi.

5.

Hasil karya.
Pembelajaran yang paling efektif untuk anak usia TK adalah melalui suatu kegiatan yang

konkrit dan pendekatan yang berorientasi bermain. Bermain dibutuhkan anak untuk
perkembangan berpikirnya. Patmonodewo (2003) mengatakan guru perlu menciptakan

lingkungan belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sambil bermain atau bermain
sambil belajar secara efektif. Kegiatan pembelajaran sebaiknya berpusat pada anak.

Prinsip dan Manfaat

Pembelajaran Tematik Terpadu Anak Usia Dini

Pembelajaran terpadu atau tema lebih kompleks dan komprehensif daripada pendekatan
pembelajaran lainnya karena melibatkan berbagai bidang pengembangan dan kegiatan. Prinsipprinsip sebagai berikut:
1.

Tema dalam pembelajaran terpadu harus sesuai dengan usia, perbedaan individu, dan
karakteristik sosial budaya anak.

2.

Pembelajaran terpadu harus berkaitan secara langsung dengan pengalaman nyata anak
dan harus dikembangkan berdasarkan hal-hal yang telah mereka ketahui dan apa yang
ingin mereka ketahui.

3.

Setiap tema dalam pembelajaran terpadu harus menyajikan konsep yang dapat diselidiki
oleh anak.

4.

Setiap tema dalam pembelajaran terpadu harus didukung oleh suatu pengetahuan yang
telah diteliti secara cermat.

5.

Pembelajaran terpadu harus mengintegrasikan isi dan proses belajar.

6.

Informasi yang berhubungan dengan tema harus disampaikan kepada anak melalui
pengalaman langsung yang melibatkan penemuan aktif.

7.

Kegiatan

yang

berhubungan

dengan

tema

dalam

pembelajaran

terpa

harus

menggambarkan bidang kurikulum yang beraneka ragam dan mendukung keterpaduannya
8.

Dalam pembelajaran terpadu, isi atau bahan ajar yang sama harus disajikan lebih dari satu
kali dan disajikan melalui jenis-jenis kegiatan yang bervariasi.

9.

Tema dalam pembelajaran terpadu harus memungkinkan untuk dilaksanakan melalui
kegiatan proyek yang diprakarsai anak.

10. Pembelajaran terpadu harus memberikan kesempatan kepada anak untuk merefleksikan
hal-hal yang telah mereka pelajari.
11. Pembelajaran terpadu harus memasukkan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga
anak.
12. Setiap tema harus dapat diperluas atau direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang
ditunjukan oleh anak. (Halida:2016)

Manfaat Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki banyak keunggulan baik bagi anak maupun bagi guru.
Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain:

1. Meningkatkan

perkembangan

memperolehpemahaman

yang

konsep

anak.

Tema

membantu

anak-anak

lebih komprehensif. Anak membentuk konsep melalui

pengalaman langsung. Melalui keterlibatan anak dalam pembelajaran terpadu, proses
mental bekerja secara aktif menghubungkan informasi yang terpisah-pisah menjadi suatu
kesatuan yang utuh.
2. Pembelajaran terpadu memungkinkan
anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan untuk
mengeksplorasi pengetahuan dapat dilakukan melalui interaksi, pengalaman mendengar,
melihat, pengalaman antarpribadi, dan kegiatan motorik sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Tema dalam pembelajaran terpadu juga mendorong anak untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang topik-topik khusus, sehingga anak menjadi lebih
tertarik terhadap suatu ide.
3. Membantu para guru dan praktisi
lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Melalui pembelajaran terpadu,
para guru dan praktisi lainnya mendorong mereka untuk mengorganisasikan pemikiran,
memilih kegiatan yang relevan, merumuskan tujuan, dan melaksanakan pembelajaran
tersebut.
4. Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, untuk semua
tingkatan usia, dan untuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan yang berbeda. Hal ini
memberikan kemungkinan untuk berkolaborasi antar profesional
Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu
Model-model Kurikulum dan Pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty ada 10 model,
terdiri atas
1.

Fragmented (terpisah).

2.

Connected (terhubung)

3.

Nested (tersarang/kumpulan/dalam satu rangkaian).

4.

Sequenced (terurut).

5.

Shared (terbagi).

6.

Webbed (jaring laba-laba).

7.

Threaded (tersambung, pasang benang).

8.

Integrated (terintegrasi).

9.

Imersed (terbenam), dan

10.

Networked (jaringan).
Dari sepuluh model pembelajaran terpadu, berdasarkan sifat keterpaduannya dapat

dibedakan menjadi 3 yaitu.

1.

Integrasi dalam satu bidnag studi/Model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi:
a. Model fragmented (terpisah).
b. Model connected (terhubung), dan
c. Model nested (tersarang).

2. Model antar bidang studi/ Integrasi Materi dan Topik-topik penting Lintas Studi yang
meliputi.
a. Model sequenced (satu rangkai).
b. Model shared (terbagi).
c. Model webbed (jaring laba-laba).
d. Model threaded (satu alur), dan
e. Model integrated (terpadu).
3. Model lintas/minat peserta didik yang meliputi.
a. Model immersed (tercelup/ tenggelam/masuk ke dalam).
b. Model network (jaringan kerja), (Fogarty, 1991).
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Prinsip pemilihan tema merupakan wahana yang berisikan bahan-bahan yang perlu
dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program pengembangan yang operasional. Guru
seringkali terpaku pada tema-tema yang sudah ada dalam kurikulum padahal sesungguhnya
terdapat berbagai sumber ide untuk memilih dan menentukan tema apa yang akan disajikan
pada anak. Tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari minat anak, peristiwa atau
kejadian-kejadian khusus, kejadian yang tidak terduga, guru dan orang tua, serta misi lembaga.
Penjelasan tentang sumber-sumber tema tersebut diuraikan di bawah ini :
1. Minat Anak
Sumber ide yang paling baik untuk tema adalah anak. Sesuatu yang sering terjadi, sering
dibahas atau menarik minat anak adalah hal yang paling tepat untuk dipilih sebagai tema.
2. Peristiwa Khusus
Peristiwa atau kejadian khusus yang dilihat atau dialami anak dapat menjadi sumber ide
bagi guru untuk memilih tema.
3. Kejadian yang Tidak Terduga
Kejadian yang tidak diduga sebelumnya dapat merangsang anak untuk berpikir atau ingin
mengetahui lebih banyak tentang hal tersebut.
4. Materi yang Dimandatkan oleh Lembaga
Lembaga-lembaga pendidikan kadang memiliki misi dan harapan tertentu dalam
menyelenggarakan pendidikan bagi anak dan memandatkannya kepada guru.
5. Orang tua dan Guru

Ide tema dapat bersumber dari harapan orang tua dan guru sesuai dengan kebutuhan
lembaga dan orang tua. Dengan banyaknya sumber tema dan ide yang dapat dipilih, topiktopik penting biasanya akan muncul. Ada lima kriteria yang harus dipertimbangkan dalam
memilih tema.
Kriteria tersebut adalah:
a. Relevansi topik dengan anak;
b. Kemampuan tema untuk melibatkan anak dalam pengalaman langsung;
c. Keragamandankeseimbangan
antarbidang kurikulum (sains, matematika, bahasa, seni, dan sebagainya);
d. Ketersedian alat dan sumber yang berkaitan dengan tema;
e. Kemampuan tema untuk dilaksanakan dalam kegiatan proyek.
6. Pengembangan Tema
Inti dari setiap tema adalah informasi faktual yang diwujudkan dalam sejumlah
istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principles) atau disingkat TFP yang relevan
dengan tema. Istilah atau term adalah perbendaharaan kata yang harus diketahuianak
untuk menggambarkan objek atau peristiwa yang berhubungan dengan tema. Fakta
adalah sesuatu yang ada atau nyata atau yang telah terjadi. Prinsip merupakan
perpaduan fakta-fakta atau hubungan timbal balik di antara fakta-fakta tersebut. Jumlah
konsep dalam suatu tema yang disajikan pada anak usia Taman Kanak-kanak
hendaknya dibatasi antara 10-15 konsep.( Halida: 2016)
Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua
dimensi kurikulum. Dimensi pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini yang diberlakukan mulai tahun
ajaran 2014/2015 memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kerangka Dasar Kurikulum 2013
Landasaan Filosofis
Kurikulum 2013 pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan sejumlah lamdasan
filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi anak agar menjadi
manusia Indonesia berkualitas sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan masional.
Berdasarkan hal tersebut, kurikulum 2013, kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
dikembangkan dengan menggunakan landasan filosofis sebagai berikut.

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini
dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 pendidikan Anak
Usia Dini dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam dengan
prinsip Bhineka Tunggal Ika, sehingga pendidikan di arahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Sehubungan dengan itu, kurikulum 2013 Anak Usia Dini di
rancang untuk dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak agar mereka bisa
memiliki landasan untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa deepan, serta mengembangkan kemampuan sebagai pewaris budaya
bangsa yang kreatif dan peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa.
b. Anak adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini,
prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk memberi inspirasi dan rasa bangga pada anak.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini memposisikan keunggulan budaya untuk
menimbulkan rasa bangga yang tercermin, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
dan berbangsa.
c. Dalam proses pendidikan,

anak

usia dini

motivasi, pengayoman/perlindungan, dan

membutuhkan keteladanan,

pengawasan

secara

berkesinambungan

sebagaimana dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam filosofi: ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
d. Usia dini adalah masa ketika anak menghabiskan sebagian besar waktu untuk bersama
Karenanya pembelajaran pada PAUD dilaksanakan melalui bermain dan kegiatankegiatan yang mengandung prinsip bermain
2) Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang sangat beragam. Satuan PAUD merupakan representasi dari masyarakat yang beragam
baik dari aspek strata sosial-ekonomi, budaya, etnis, agama, kondisi fisik maupun mental.
Untuk mengakomodasi keberagaman itu, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
dikembangkan secara inklusif untuk memberi dasar terbentuknya sikap saling menghargai dan
tidak membeda-bedakan.
3) Landasan Psiko-Pedagogis
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan mengacu pada cara
mendidik anak sebagai individu yang unik, memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda,
dan belum mencapai masa

operasional konkret, dan karenanya digunakan pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan potensi setiap anak.

4) Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan mengacu pada teori
pendidikan berbasis standar dan kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berbasis standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal penyelenggaraan pendidikan.
Standar tersebut terdiri dari standar tingkat pencapaian perkembangan anak, standar isi,
standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
5)

Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan kedalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan; dan
5. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif. (Nurani, Yuliani : 2014)
Model Kurikulum Dalam Pendidikan Anak Usia Dini
The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) dan the
National Association of Early ChiZdhood Specialists in Side Departements sf Education
(NAECS/SDE) as "organized framework that delineates the content children are to learn, the
process through which children achieve the identified curricular goals, u~ltat teac-hers do to
help children achieve these goofs, and the context in which teaching and learning occur".
(Bredekamp & Rosegrant, 1992, Jackman, 2009)
Kurikulum

sebagai

kerangka

terorganisir

yang

menggambarkan

isi,

proses

pembelajaran untuk membantu anak-anak mencapai tujuan kurikulum, apa yang guru lakukan
untuk membantu anak-anak mencapai tujuan, dan konteks di mana pengajaran dan
pembelajaran terjadi. Adapun Kurikulum bagi anak usia lahir sampai dua tahun adalah,"setiap
pengalaman belajar, dan aktivitas setiap hari adalah bagian dari kurikulum. Mengganti popok,
makan, mencuci dan memberikan kenyamanan bagi anak merupakan elemen dari kurikulum,
juga (Watson, Watson, & Wilson, 2003, Jackman, 2009). Pengembangan kurikulum

harus

berkelanjutan, dapat dilakukan karena direncanakan atau insidental, tertulis atau tidak tertulis.
(Suryana, 2014)
SIMPULAN
Pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan mengintegrasikan kegiatan yang mewakili semua bidang kurikulum atau
bidang-bidang pengembangan yang meliputi aspek Nilai, agama dan moral, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan seni. Semua bidang pengembangan yang ada dijabarkan ke
dalam kegiatan-kegiatan belajar yang berpusat pada satu tema, oleh karena itu pembelajaran
terpadu di Taman Kanak-kanak disebut juga pembelajaran tema. Pembelajaran tema adalah
salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide sentral
tentang anak dan lingkungannya. Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal
yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh, dimulai dari yang sederhana menuju yang
lebih kompleks.
Pembelajaran terpadu untuk anak usia dini merupakan inovasi dalam membelajarkan
anak. Dalam pembelajaran terpadu AUD, pembelajaran terpadu sebagai proses yang
mempunyai beberapa ciri yaitu berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan
pemberian pengalaman langsung kepada anak. Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam kaitannya dengan karakteristik
perkembangan anak, maka kurikulum Taman Kanak-kanak harus direncanakan untuk
membantu anak mengembangkan potensi seutuhnya, memberikan pengalamam secara holistik
bukan parsial dan terpenggal-penggal.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti dkk. (2008). Pembelajaran Terpadu. Jakarta Universitas Terbuka
Depdiknas.(2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58 Tahun 2009.
Jakarta: Depdiknas
Een y. Haenilah, Efektivitas Desain Pembelajaran Terpadu Berbasis Core Content Di Sekolah
Dasar 26 mei 2017, diakses pada 30 mei 2018
Fogarty, Robin (1991). The Mindfull School How to Integrate the Curricula. United States Of
America: IRI Skylight Training and Publishing, Inc. 1991
Halida, Group Investigation Model (Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini )Program Studi
Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Tanjungpura Jurnal Pembelajaran Prospektif
1 (2) (2016) 1-8 Diakases pada 30 Mei 2018
Nurani, Yuliani, Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, Bekasi : Yayasan
Yebefo, 2014
Suryana, D. (2013 )Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru : UNP
Pres
Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak,
I(2337–9227).
Suryana, D. (2015). Model Pembelasaran Berbasls Pendekatan Saintifik pada Taman KanakKanak.
Suryana, D. (2016). Stimulasi dan Aspek Perkembangan AUD. Jakarta.
Suryana, D. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Universitas Negeri Padang Harus
dapat Memberikan Kesempatan Umum, 6, 67–82.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2009