sejarah pendidikan islam masa kebangkita

MAKALAH
Sejarah Pendidikan Islam
Pendidikan Islam pada Masa Kebangkitan
Dosen Pembimbing : Endah Ayu Ningtias, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Peti Hendrika T.U

1511070220

Rahmadanti D.P

1511070224

Reza Dwi Nanda

1511070229

Ria Firda andriani

1511070230


Jurusan: PGRA
Kelas/Semester: E/I

FAKULTAS TARBIAH & ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Makalah ini disusun untuk
mendeskripsikan tentang sejarah pendidikan islam di masa pembaharuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini khususnya kepada ibu Endah Ayu Ningtias, M.Pd.I yang
telah membimbing penulis dengan sabar demi terselesaikannya makalah ini. Penulis
berharap makalah yang sederhana ini dapat menjadi tambahan bagi pembaca yang ingin
mempelajari lebih jauh tentang sejarah pendidikan Islam khususnya di masa
pembaharuan. Penulis sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran dari semua pihak penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.

Bandar Lampung, Oktober 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pemikiran Pembaharuan dalam Islam……..........................................................3
B. Pengertian Pembaharuan dalam Islam……….....................................................4
C. Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam………………………......................7
D. Tokoh-Tokoh Pembaharuan dalam Islam..........................................................10
E. Faktor Kebangkitan Umat Islam........................................................................14
F. Usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemerdekaan dari Bangsa Barat.......15
G. Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari Bangsa Barat....................................17

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada
zaman Nabi Muhammad SAW. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi
dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran,
memberikan contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung ide-ide pembentukan pribadi muslim itu, telah
mencakup arti pendidikan pada masa sekarang. Orang Mekah Arab yang tadinya
menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha kegiatan
Nabi mengIslamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah
Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian
yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi SAW adalah seorang
pendidik yang berhasil. Perubahan dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk ajaran
Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang
menunjang keberhasilan.
Maka pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental
yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi
juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena
itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan
karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat,
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah

pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Pendidikan Islam mengalami beberapa fase perkembangan seiring dengan
perkembangan agama Islam itu sendiri. Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad
SAW, kemudian dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa
kegemilangan pada masa Khalifah-Khalifah yang memerintah Negara Islam silih
berganti.

Sampai

akhirnya

Islam

mengalami

kemunduran

yang

juga


turut

mempengaruhi pendidikan Islam.

1

Kemudian pendidikan Islam mengalami masa kebangkitan kembali yang
dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik kembali
dengan beberapa tokoh pembaharu Islam. Untuk lebih jelasnya, di dalam makalah ini
pemakalah akan membahas mengenai hal tersebut.
B.

Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran Islam era kebangkitan?
2. Siapa saja tokoh-tokoh pembaharu Islam?
3. Apa factor kebangkitan umat Islam?

4. Apa usaha yang dilakukan untuk mencapai kemerdekaan dari bangsa barat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tulisan ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran secara menyeluruh peradaban Islam era kebangitan.
2. Mengetahui tokoh-tokoh pembaharu Islam.
3. Mengetahui factor kebangkitan umat Islam.
4. Mengetahui usaha yang dilakukan untuk mencapai kemerdekaan dari bangsa
barat.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pemikiran Pembaharuan Dalam Islam
Berawal dari kegelisahan umat Islam pada saat itu, yaitu banyaknya muncul

penyelewengan-penyelewengan ajaran Islam, baik di kalangan masyarakat biasa,

maupun dalam tingkatan politik dan pendidikan. Maka diperlukan adanya proses
modernisasi maupun pembaharuan baik di bidang politik, pendidikan dan akidah.
Selain itu, salah satu sebab perlunya perkembangan modern dalam Islam adalah
karena dalam agama terdapat ajaran-ajaran absolute mutlak benar, kekal tidak berubah
dan tidak bisa diubah. Ajaran-ajaran itu diyakini sebagai dogma dan sebagai akibatnya
timbulllah sikap dogmatis agama. Sikap dogmatis membuat orang tertutup dan tak bisa
menerima pendapat yang bertentangan dengan dogma-dogma yang dianutnya.
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari
Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahankekalahan yang diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara
Eropa. Mereja mulai memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan
mengirimkan utusan-utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis
dan didirikan sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734. 1 Dalam membuka mata
kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul
berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar
ketertinggalan dan keterbelakangan.2
Pembaharuan

dalam

hal


apapun,

termasuk

dalam

konteks

keagamaan

(pemahaman terhadap ajaran agama) akan terus dan selalu terjadi sebab cara dan pola
berpikir manusia serta kondisi sosial masyarakat selalu berubah seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang yang akhirnya membuahkan tekhnologi
yang semakin canggih. Lain dari pada itu kemunduran dan stagnasi berpikir umat
sebagai buah dari fanatisme serta adanya "pihak luar" yang ingin merekomendasi dan
menguasai, mendorong sebagian pemikir untuk mengadakan pembaharuan.
1

Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, (Pekanbaru : Intania Grafika), h. 52

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam sejarah pemikiran dan Gerakan, (jakarta: Bulan
Bintang, 1982), h.17
2

3

Upaya pembaharuan dalam Islam mempunyai alur yang panjang khususnya sejak
bersentuhan dengan dunia Barat, untuk memahami makna dan hakekat pembaharuan.
Dan yang masih menjadi pertanyaan besar adalah mengapa umat Islam masih tertinggal
dari dunia Barat (setelah dahulu mengalami masa keemasan).
Penjajahan oleh bangsa Barat terhadap bangsa-bangsa Islam semakin memperjelas
ketinggalan dunia Islam akan segala hal. Bangsa yang pertama kali merasakan
ketertinggalan itu adalah Turki Usmani. Disebabkan karena bangsa ini yang pertama
dan yang utama menghadapi kekuatan Barat.
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah
dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di
berbagai daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan
dengan mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah :
1. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan
kepada


Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul,

dan mistik.
2. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad
dinyatakan ditutup.3
B. Pengertian Pembaharuan dalam Islam
Secara etimologi, kata ‘pembaruan’ dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah
tajdîd, memiliki makna antara lain; proses, cara, perbuatan membarui. 4 Sedangkan
menurut Harun Nasution pembaharuan merupakan arti dari at-Tajdid dalam bahasa
Arab sebagai perkembangan modernisme yang terjadi di dunia Barat akibat
perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Sehingga pembaharuan dapat dilihat dari kata modernism. Modernisme dalam
masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah
paham-paham, adat istiadat, institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan

3

4

Edi Yusrianto, Opcid, h. 51
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: hal. 109

4

suasana baru yang ditimbulkan oleh kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.5
Dalam kamus Oxford pembaharuan dikenal dengan istilah resurgence diartikan
sebagai kegiatan yang muncul kembali. Pengertian ini mengandung tiga hal:
1. Suatu pandangan dari dalam ”dimana suatu cara kaum muslimin melihat
bertambahnya dampak agama diantara para penganutnya. Sehingga keberadaan
Islam disini menjadi penting kembali. Dalam artian memperoleh kembali
prestasi dan kehormatan dirinya”
2. Kebangkitan kembali” menunjukan bahwa keadaan tersebut telah terjadi
sebelumnya. Jejak Nabi dan para pengikutnya dapat memberikan pengaruh yang
besar terhadap pemikiran orang-orang yang menaruh pada jalan hidup umat
Islam.
3. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep” mengandung paham tentang suatu
tantangan, bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain
penjajahan bangsa barat atas dunia Islam.
Kata yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pembaharuan ialah
modernisasi. Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung arti pikiran, aliran,
gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama
dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan
keadaan baru ditimbulkan pengetahuan modern. Pikiran dan aliran di periode itu disebut
age of reason atau englightenment ( Masa Akal atau Masa Terang ) 1650 – 1800 M.
Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, modernisme memiliki arti-arti
negatif di samping arti-arti positif, maka Harun Nasution lebih banyak memakai istilah
pembaharuan dalam Islam. Pembaharuan ini mulai terjadi di dunia Islam pada abad 18
Masehi dan seterusnya akibat jatuhnya Mesir ke tangan kekuasaan Napoleon dari
Prancis yang mengakibatkan keinsyafan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi
5

Harun Nasution, Ibid, h.3

5

dan merupakan ancaman bagi Islam. Maka raja-raja dan pemuka Islam mulai
memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali dengan
cara melakukan pembaharuan dalam Islam.6
Faham modernisasi ini mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat Barat dan
segera memasuki lapangan agama yang ada di Barat dipandang sebagai penghalang bagi
kemajuan. Modernisasi dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk
menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan
ilmu pengetahuan dan filsafat modern. Aliran itu akhirnya membawa kepada
sekularisme di barat.Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran
dan

gerakan

untuk

menyesuaikan

paham-paham

keagamaan

Islam

dengan

perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap dapat
melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada
kemajuan.
Pembaharuan dalam Islam mempunyai tujuan yang sama. Tetapi, perlu diingat
bahwa dalam Islam ada ajaran-ajaran yang bersifat mutlak yang tak dapat dirubahrubah, yang dapat dirubah hanyalah ajaran-ajaran yang tidak bersifat mutlak yaitu
penafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Dengan kata lain
pembaharuan dapat dilakukan mengenai interpretasi atau penafsiran dalam aspek-aspek
teologi, hukum, politik dan mengenai lembaga-lembaga yang ada.
Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses tajdid
adalah sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang riil dan jelas. Sebab
jika tidak, ke arah mana tajdid itu akan dilakukan? Sesuatu yang pada dasarnya ajaran
yang batil dan semakin lama semakin batil, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya,
hanya Syariat Islam satu-satunya syariat samawiyah yang mungkin mengalami tajdid.
Sebab dasar pijakannya masih terjaga dengan sangat jelas hingga saat ini, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan Islam
bukanlah sesuatu yang evolutioner melainkan lebih cenderung devolusioner, dengan
6

Harun Nasution, Ibid, h. 6

6

artian bahwa pembaharuan bukan merupakan proses perkembangan bertahap dimana
yang datang kemudian lebih baik dari sebelumnya.
Pembaharuan dalam Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau
konsep asalnya dipahami dan ditafsirkan kembali sehingga menjadi lebih jelas bagi
masyarakat pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan
dengan hakekat atau ide aslinya. Disini bukan selalu perubahan yang terjadi, tetapi bias
juga hanya peragaman makna dan penafsiran. Disamping itu, tajdid ini bisa berarti
memperbaharui ingatan orang yang telah melupakan ajaran agama Islam yang benar,
dengan memberi penjelasan dan argumentasi-argumentasi baru sehingga meyakinkan
orang yang tadinya ragu dan meluruskan kekeliruan atau kesalahpahaman mereka yang
keliru dan salah paham.
C. Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat
Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebabsebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka padagaris
besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola
tersebut adalah :
1.

Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan
modern di Barat
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami

Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka
capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini
merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah
berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat
Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain
adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif,
maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola

7

Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami
kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.7
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam
harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam
bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha
pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan /
sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. 8 Jadi
intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.
2. Golongan yang berorientasi kepada islam yang murni
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber
dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini
Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka
adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya.
Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan
kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin AlAfghani, dan Muhammad Abduh.9
Disamping itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan
penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi
problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan
perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul
Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19
M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada
Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak
dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan
semua keadaan.
Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan
kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan
7
8
9

Harun Nasution, Ibid, h. 52-53
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 117
Edi Yusrianto, Opcid , h. 53

8

mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus
dibuka.10
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam,
sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan
zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran
Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam.
Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. 11 Jadi, umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran
dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk
selama-lamanya.
3. Usaha yang Berorientasi kepada Nasionalisme
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang
menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya
mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan
nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme
adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang
dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Golongan

ini

berusaha

memperbaiki

kehidupan

umat

Islam

dengan

memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam
usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju,
tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide
kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan
dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari
pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme
sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan
sistem pendidikan tradisional.
10
11

Boehori, Islam Mengisi Kehidupan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1982), h. 24
Harun Nasution, Ibid, h. 55.

9

D. Tokoh-tokoh Pembaharu Islam
Berikut tokoh dan pemikirannya yang ikut andil dalam memperbaharui kebangkitan
Islam:
1. Pembaharuan dalam Bidang Akidah
a. Muhammad ibn Abdul Wahhab
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di masa modern
sejak abad kesembilan belas. Walaupun ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi
pemikirannya mengilhami gerakan-gerakan pembaharuan Islam pada abad setelahnya.
Bahkan sisa-sisanya masih terasa hingga kini.
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun
1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang hakim di kota kelahirannya.
Di masa pemerintahan Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan
hadis di masjid kota tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia
mulai belajar agama dari Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an.
Di samping belajar kitab-kitab agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke
Mekkah, Madinah dan Basra.
Sebutan Wahhabiyah adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun
(kelompok pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama
Muhammad ibn Abdul Wahab.
Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol difokuskan pada
pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.Namun,
dengan berjalannya waktu, gerakan mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski
demikian, ia tidak meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi tauhid ilahiyyah,
rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut juga tauhi ilm dan i’tiqad.
Baginya, syirik adalah orang yang menyekutukan Allah dan tidak akan diampuni
oleh Allah dosa yang disebabkan tersebut. Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik
akbar (syirik yang nyata) dan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat
berlebihan terhadap mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya,
bersumpah kepada selain Allah dan riya’.

10

b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya bernama Abdul
Hasan Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya seorang Arab yang silsilahnya
sampai kepada suku Umar Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang cerdas, meskipun ia
bersal dari keluarga petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan
studinya di al Azhar.12
Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat dalam pendidikan di
al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang al-Azhar.
Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan keras dari para syekh al Azhar lainnya
yang masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat
pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang
dibawa Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia
Islam. Selain sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah
Islam di University of Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga yaitu
peran wanita.13 Disamping tiu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan analisisnya
bahwa ide-ide pemikiran Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu ijtihad /
penghargaan terhadap 'akal' (Rasionalitas), kekuasaan Negara harus dibatasi oleh
konstitusi dalam pengelolaan negara, memodernisasikan sistem pendidikan Islam di al
Azhar.
c.

Muhammad Rasyid Ridho
Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut Tengah, pada tanggal 23

September 1865 M. Pendidikan bermula di madrasah al Kitab al Qalamun, kemudian di
madrasah ar Rasyidiah di Tropoli.
Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di al Azhar 1898 M dan
berguru pada Muhammad Abduh. Diantara pembaharuannya adalah: pembaharuan
dalam bidang agama, social, ekonomi, memberantas khurafat dan bid'ah. Serta pahampaham yang dibawa tarekat.
Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan sikap aktif dan dinamis
di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah),
12
13

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: Toha Putra, 1997) , h.177-178
Para Perintis Zaman Baru Islam, terj. Ilyas Hasan…. , h. 50-68

11

rasionalitas dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi,
pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan yang bersistem khalifah.
2.

Pembaharuan dalam Bidang Politik
a. Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897.

Ia termasuk pembaharu yang berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi
pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864
menjadi penasehat Sir Ali Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh
Muhammad A’zam Khan beberapa tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris sudah ikut campur dalam urusan nergeri
Afganistan, maka Jamaluddin termasuk salah satu orang yang menentangnya. Karena
kalah melawan Inggris, maka ia lebih baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju
ke India. Sejak itulah, ia berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki.
Perpindahan itu juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam, salah satu
sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan
qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis.
Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya
persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya
umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati,
memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus
diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan
maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan
etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana
datangnya, walau pada mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan
bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah
merupakan ide orisianal darinya, yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan
sesame umat Islam sedunia.

12

b. Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah orang pertama yang membuka jalan pembaharuan di
Mesir, kemudian beberapa tahun diakui sebagai the founder of modern egypte. Berasal
dari Turki, kelahiran Yunani pada tahun 1765 dan wafat pada tahun 1849. Sejak kecil
beliau telah bekerja keras untuk keperluan hidupnya, sehingga tidak mempunyai waktu
untuk sekolah dengan demikian beliau tidak pandai baca tulis. Setelah dewasa Ali Pasya
bekerja sebagai pemungut pajak dan karena rajin bekerja beliau disukai oleh gubernur
yang akhirnya diangkat menjadi menantu.
Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan
tentara ke Mesir, di antara perwiranya adalah Muhammad Ali Pasya yang ikut melawan
Napoleon pada tahun 1801.14, setelah itu diangkat menjadi colonel dan mulai saat itu Ali
Pasya menjadi penguasa tunggal di Mesir. Akan tetapi ia keasikan dengan
kekuasaannya dan bertindak diktator.
Akhirnya Muhammad Ali dan keturunannya menjadi raja di Mesir kurang lebih
1,5 abad lamanya. Akhir kekuasaanya pada tahun 1953. Jika diteliti Muhammad Ali
Pasya tidak pandai baca tulis, tetapi beliau seorang yang cerdas dan merupakan sosok
ambisius menjadi penguasa umat Islam. Keambisiusannya itu tampak dalam
pembaharuan

yang

dilakukan

terhadap

kemajuan

umat

Islam,

diantaranya:

perkembangan politik dalam negeri maupun luar negeri,
seperti membangun kekuatan militer, meningkatkan bidang pemerintahan, ekonomi dan
pendidikan.
3. Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan
a. Al Tahtawi
Nama aslinya adalah Rifa'ah Badhawi Rafi' al Tahtawi, lahir pada tahun 1801 di
Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di Kairo. Seorang pembaharu yang mempunyai
pengaruh besar pada abad ke-19 dan seorang yang sangat berpengaruh dalam usahauasaha gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya. Al Tahtawi
14

Yusron Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.69.

13

belajar di al Azhar Mesir, dan setelah kembali diangkat menjadi sebagai guru bahasa
Perancis dan penerjemahan di sekolah kedokteran.
Pada tahun 1836 didirikan sekolah penerjemah yang kemudian dikepalai oleh al
Tahtawi. Beliau bukan seorang penganut sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi,
khususnya dalam bidang pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau
menginginkan Mesir maju seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam
segala aspek.
Salah satu jalan untuk kesejahteraan menurutnya adalah, berpegang pada agama
dan akhlak budi pekerti, untuk itu pendidikan merupakan sarana penting. Tujuan dari
pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia berkepribadian patriotic dengan
istilah hubbul wathon yaitu mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan
menimbulkan rasa kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta
bersedia mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi menghendaki agar para ulama
selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan modern. Ini mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka
lebar. Ide-ide pembaharuan yang dilontarkan al Tahtawi: ajaran Islam tidak hanya
monoton mengurusi Tuhan akan tetapi kehidupan social juga harus seimbang, kebiasaan
dictator raja seharusnya diganti dengan musyawarah, syari'at harus sesuai dengan
perkembangan modern, para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan agar
syari'at sesuai dengan kehidupan modern, pendidikan harus bersifat social (termasuk
tidak ada pembedaan bagi perempuan). Umat Islam harus dinamis.15

E. Faktor Kebangkitan Umat Islam
Pada abad ke-19 dan 20, era modern diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara
Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini banyak Negara muslim yang telah merdeka
khususnya di Asia dan Afrika, bersamaan dengan itu muncul pula organisasi-organisasi
dan partai-partai nasional yang mendasarkan bentuk-bentuk pemerintahan pada prinsipprinsip syari'at Islam.
15

Salim Azzam, Beberapa Pandangan Tentang Pembentukan Negara Islam, (Bandung: Mizan,
1990) cet. II, h. 45

14

1. Faktor yang Mempengaruhi
Kemerdekaan Negara Islam tentunya melalui proses yang cukup panjang dalam
memperoleh kemerdekaannya kembali, oleh karena itu adanya faktor-faktor yang
mendorong masyarakat di Negara muslim sangat memungkinkan, di antaranya adalah:
a. Benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa
mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Turki Usmani adalah yang pertama
merasakan itu sehingga memaksa penguasa dan pejuang Turki untuk belajar di
Eropa.
b. Dorongan gagasan dua factor yang saling mendukung dalam gerakan
pembaharuan Is;am, pertama, pemurnian ajaran Islam dari unsure-unsur asing
yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam. Kedua, gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat, seperti gerakan Wahabiyah dan
Sanusiyah di Saudi Arabia dan Afrika Utara.
c. Bangkitnya gagasan Nasionalisme di dunia Islam yang diikuti dengan berdirinya
partai-partai politik merupakan modal umat Islam dalam perjuangannya untuk
mewujudkan Negara nerdeka yang lepas dari pengaruh Barat.16
F. Usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemerdekaan dari Bangsa Barat
Benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat
Islam bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari
pertama kali oleh Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam usaha
menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang
Turki untuk banyak belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya didorong oleh
dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang
dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, seperti gerakan Wahabiyah yang
dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi Arabia, Syah Waliyullah di
India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad
16

Riaz Hasan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme (Jakarta: Rajawali Press,
1985) h. 185

15

Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu
pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin dalam pengiriman para pelajar muslim oleh
penguasa Turki dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan
dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa
mereka. Pelajar-pelajar India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki dunia politik, karena
Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali
muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada
awalnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun, gagasan ini
baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin alAfghani. Al-Afghani-lah orang pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi
Barat dan bahayanya. Oleh karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan
dunia Islam akan hal tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Umat
Islam menurutnya, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah
panji bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negerinegeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme dalam Islam.
Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong Sultan Hamid II, untuk
mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan cepat mendapat sambutan
hangat dari negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat demokrasi al-Afghani tersebut
menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak
di Istanbul. Setelah itu, gagasan Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah
Turki Usmani bersama sekutunya Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan
dihapuskan oleh Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung nasionalisme, rasa
kesetiaan kepada negara kebangsaan. Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat
tersebut masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat
yang menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut
ilmu ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka.
Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari pemukapemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú al-Islamiyaú.
Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan Pan-Islamisme
redup.

16

Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa al-Tahtawi dan Jamludin
al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang memperjuangkan gagasan ini adalah
Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar dan mendapat sambutan hangat,
sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di
Mesir, Syiria, libanon, Palestina, Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab
tersebut diperkuat pula oleh usaha barat untuk mendirikan negara Yahudi di tengahtengah bangsa Arab.
Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal
dengan gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed Amir Ali adalah salah seorang
pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah
yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak memungkinkan lagi. Yang populer adalah
gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi,
gagasan nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam,
karena kaum muslim yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam sulit diwujudkan. Oleh karena
itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi semangat menganut nasionalisme, tetapi
Islamisme, yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme. Gagasan
Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi
Partai Kongres Nasional. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada
sebelum Liga Muslimin berdiri, yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian
mengkristal pada masa Sir Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah.
G. Kemerdekaan Negara-Negara Islam dari Penjajahan Barat
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai
politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan
negara merdeka. Dalam kenyataannya, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan
diri dari kekuasaan penjajah. Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk
kegiatan antara lain:
1. Gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.

17

2. Pendidikan dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat
menyambut dan mengisi kemerdekaan.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali memproklamasikan
kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka
dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu. Disusul oleh Pakistan
tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada
dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan satunya untuk Pakistan. Tahun 1922, Timur
Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli
1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika,
tepatnya Luybia merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962.
Semuanya membebaskan

diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan,

Yaman Utara, Yaman selatan dan Uni Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula.
Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan
dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984 M.

BAB III

18

PENUTUP
Kesimpulan
Wajah peradaban Islam era modern mempunyai beberapa kategori. Pertama
kategori sebagai masa kemerdekaan negara Islam. Pada abad ke-18 dan 19, era modern
diwarnai dengan kemerdekaan negara-negara Islam. Dalam tahun-tahun terakhir ini
banyak negara muslim yang telah merdeka. Bersamaan dengan itu muncul pula
organisasi-organisasi dan partai-partai nasional yang mendasarkan bentuk-bentuk
pemerintahan pada prinsip-prinsip syari'at Islam.
Kedua, masa pembaharuan Islam. Dalam kategori ini terdapat beberapa konstribusi
yang masih eksis bahkan dikembangkan. Berbagai bidang masih mewarnai pemikiran
tokoh ini, diantaranya; bidang Akidah diprakarasai oleh mantan Muhammad ibn Abdul
Wahhab disusul oleh mantan Rektor al-Azhar Mesir, Muhammad Abduh dan muridnya
Muhammad Rasyid Ridho. Keduanya melakukan pembaharuan untuk menumbuhkan
sikap aktif dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap
fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur'an dan Hadis, penguasaan
sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat dan bid'ah, serta pemerintahan yang
bersistem khalifah.
Pembaharuan lainnya disusul dari berbagai macam bidang. Baik itu politik,
pendidikan. Pembaharuan tersebut dipelopori oleh beberapa tokoh.. Semisal bidang
politik dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya. Dia diakui sebagai the founder of modern
egypte. Pembaharuan yang dilakukan diantaranya; perkembangan politik dalam negeri
maupun luar negeri.
Bidang Pendidikan, pelopornya al Tahtawi. Menurutnya, pendidikan merupakan sarana
penting untuk meraih sejahtera. Selain itu, tujuan dari pendidikan adalah membentuk
manusia berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon yaitu mencintai tanah
air. Dalam hal agama dan peranan ulama, ia menghendaki agar para ulama selalu
mengikuti perkembangan dunia modern dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
modern. Ini mengandung arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar.

19

DAFTAR PUSTAKA

.

Asmuni, Yusron.1995. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada

Azzam,Salim.1990.Beberapa

Pandangan

Tentang

Pembentukan

Negara

Islam.Bandung: Mizan
Boehori.1982.Islam Mengisi Kehidupan.Surabaya:Al-ikhlas
Hasan,Riaz.1985.Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme.Jakarta: Rajawali
Press
Murodi.1997. Sejarah Kebudayaan Islam.Semarang: Toha Putra
Nasution, Harun.1982.Pembaharuan Dalam Islam.Jakarta: Bulan Bintang
Yusrianto, Edi. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam.Pekanbaru : Intania Grafika
Zuhairini, dkk.1995. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta : Bumi Aksara