PERANAN LAMUN DI LINGKUNGAN LAUT DANGKAL

PERANAN LAMUN DI LINGKUNGAN LAUT DANGKAL

SEMINAR
(PIM 4085)

OLEH:
DEWANTORO PAMUNGKAS
11/318108/PN/12420

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

i

LAPORAN SEMINAR
PERANAN LAMUN DI LINGKUNGAN LAUT DANGKAL
Oleh
DEWANTORO PAMUNGKAS
11/318108/PN/12420

Laporan seminar ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Seminar yang
diselenggarakan oleh Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

Dosen Pembimbing
Tanggal

: ………………………………………..

Dr.Ir.Djumanto, M.Sc.
NIP. 19620923 198903 1 003

KomisiKerjaLapangan
Nomor

: ………………………………

Tanggal Pengesahan : …………………………….....

Ketua Departemen Perikanan


Komisi Seminar

Universitas Gadjah Mada

PS Manajemen Sumberdaya Perikanan

Prof. Dr. Ir. Rustadi, M. Si

Anes Dwi Jayanti, S.Pi.,M.Agr

NIP. 19531219 198003 1 004

NIP. 198708012014042001

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar ini. Kami menyadari tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak, laporan ini tidak dapat saya selesaikan, maka dalam
kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Djumanto, M.sc selaku dosen
pembimbing serta rekan-rekan yang turut membantu dan mendukung kegiatan seminar
ini.Sehingga laporan seminar yang berjudul “Peranan Lamun di Lingkungan Laut Dangkal” ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan seminar ini,
untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan laporan seminar
peranan lamun di lingkungan laut dangkal. Harapan penulis semoga Laporan seminar ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 30 Juni 2015

Dewantoro Pamungkas

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................


i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................


vi

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................

2

B. Tujuan .................................................................................................................

3

C. Manfaat ...............................................................................................................

3

II. PEMBAHASAN
A. Ekosistem Lamun ................................................................................................


4

B. Peranan Lamun dalam aspek Ekologis ...............................................................

6

III. PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................

13

B. Saran ...................................................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

14

iv


DAFTAR TABEL
Tabel 1.Jenis hewan pengkonsumsi lamun............................................................... …

v

11

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Struktur morfologi lamun ..........................................................................

4

Gambar 2.

Jaring makanan dalam ekosistem lamun ...................................................

7


Gambar 3.

Perbandingan kecepatan arus dalam suatu bidang lamun .........................

8

Gambar 4.

Siklus hidup udang penaedae ....................................................................

10

vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem yang saling berkaitan dengan ekosistem
lainnya. Salah satu sumberdaya alamwilayah pesisir Indonesia adalah padang lamun.

Dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di wilayah pesisir seperti ekosistem
terumbu karang, mangrove dan estuaria maka ekosistem lamun mempunyai peranan yang
tidak kalah penting baik secara fisik maupun biologi (Tulungen et al. 2003; Wimbaningrum
et al. 2003).
Seagrass atau yang sering dikenal sebagai dengan Lamun, merupakan tumbuhan tingkat
tinggi dan berbunga (Angiospermae) yang sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di
dalam laut dangkal.Keberadaan bunga dan buah adalah faktor utama yang membedakan
lamun dengan jenis tumbuhan laut lainnya, seperti rumput laut (seaweed). Hamparan lamun
sebagai ekosistem utama pada suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass
bed).
Peranan padang lamun secara fisik diperaiaran dangkal diantaranya membantu
mengurangi tekanan gelombang dan arus yang menuju ke pantai, menyaring sedimen yang
terlarut dalam air, menstabilkan dasar perairan, penangkap sedimen serta penahan erosi
(Fonseca et al. 1982; Kiswara & Winardi 1994) secara ekologis padang lamun mempunyai
beberapa fungsi yakni sebagai produsen primer (penghasil bahan organic), habitat berbagai
satwa laut, substrat bagi banyak biota penempel, tempat pembesaran beberapa jenis biota
yang menghabiskan masa dewasanya di habitat lamun, tempat perlindungan organisme dan
tudung perlindung dari panas matahari yang kuat bagi penghuninya serta pendaur zat hara
(Kiswara & Hutomo 1985; Nybakken 1988; Nienhuis 1993).Dilihat dari fungsi ekologisnya,
lamun memiliki peranan yang begitu besar, disertai pula dengan fungsi ekonomisnya yang

tinggi, hal ini yang menjadikan lamun dapat menunjang perekonomian lokal maupun
nasional.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sistem ekologi padang lamun yang di dalamnya
terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik, komponen tumbuhan dan komponen
hewan (Hutomo, 2009). Ekosistem lamun tergolong ekosistem yang sangat rentan (fragile
ecosystem).Habitat lamun merupakan habitat dimana berbagai aktivitas manusia dan industry

1

memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung. Beberapa dampak yang
menyebabkan kerusakan ekosistem lamun diantaranya pemanenan padang lamun untuk
tujuan tertentu, masuknya sedimen, atau limbah dari daratan, dan pencemaran minyak.
Kerusakan yang lain dapat disebabkan oleh baling-baling perahu dan jangkar kapal (Walker
et al., 2001).Luas kawasan dan rusaknya ekosistem lamun di Indonesia karena banyaknya
pergolakan di permukaan air akibat kegiatan untuk tujuan peningkatan ekonomi, sehingga
terjadinya pencemaran. Terkait dengan perubahan iklim (climate change), padang lamun
menjadi salah satu ekosistem yang terkena dampak paling nyata. Penyebab utama hal
tersebut adalah meningkatnya suhu. Peningkatan suhu berpengaruh terhadap agihan
(distribution) dan proses reproduksi lamun. Daerah agihan lamun tergolong cukup luas yakni
di perairan tropis dan sub-tropis. Indonesia memiliki padang lamun yang luasnya ribuan

kilometer persegi dengan 12 jenis lamun dari 58 jenis yang ada di dunia, namun informasi
mengenai ekologi dan distribusi lamun sangat sedikit. Hal ini disebabkan karena peneiltian
mengenai lamun sanagt sedikit (Knox & Miybara 1984).Ekosistem lamun yang berhubungan
erat dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang mempunyai arti penting bagi
pengelolaan perairan pantai secara terpadu.
B. Tujuan
Mengetahui perananan padang lamun secara fisik dan ekologis dilingkungan laut dangkal
C. Manfaat
Makalah seminar ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada mahasiswa
mengenai peranan padang lamun baik secarafisik dan ekologisdilingkungan laut dangkal.

2

II. PEMBAHASAN

A. Ekosistem Lamun
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), lamun (seagrasses) adalah satu satunya
kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut.Tumbuh-tumbuhan
ini hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka
mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkaitangkai yang merayap yang efektif untuk
berkembang-biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut),
lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.Mereka juga mempunyai akar dan sistem
internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.

Gambar 1. Struktur morfologi lamun secara umum
Lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir sering dijumpai diterumbu
karang, umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat di
jangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya (Nontji 1987).
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, yaitu pada substrat yang berlumpur
sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan pada substrat
lumpur berpasir yang tebal di antara mangrove dan terumbu karang (Bengen 2001).
Kelompok tumbuhan ini juga ditemukan tumbuh di rataan terumbu (reef flat) dan rataan
pasir di perairan pantai yang dangkal (Knox & Miyabara 1984).Kedalaman air, pengaruh
pasang surut dan struktursubstrat memengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk
3

pertumbuhannya.Sebagian besar lamun berumah dua, artinya dlam satu tumbuhan hanya
ada bunga jantan saja atau bunga betina saja, penyerbukan terjadi didalam air dengan
bantua arus (Bengen 2001; Nontji 1987; Romimohtarto & Juwana 2001).
Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
a) Mampu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan air asin.
b) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam.
c) Mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik.
d) Mampu melaksanakan penyerbukan bunga dalam keadaan terbenam air.
e) Mampu bersaing dengan berhasil di lingkungan laut.
f) Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
g) Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
Terdapat 5 hal pokok dari ekosistem lamun dalam kaitannya sebagai suatupenyusun habitat
(Kitkutchi, 1980 dalam Wulandari, 2004), yaitu :
a) Lamun membentuk vegetasi lebat di bawah permukaan air dan menyediakan
lapisan dasar yang ada bagi organisme penggali dan epifit.
b) Vegetasi yang lebat tersebut menenangkan gerakan air yang ditimbulkan oleh arus
dan gelombang.
c) Keadaan hidrodinamik yang tenang menyebabkan partikel mineral dan organic
dalam air dengan mudah dapat mengendap di dasar perairan. Endapan dari
serasah lamun yang membusuk dan partikel organik lainnya membentuk suatu
lingkungan yang sesuai untuk kehidupan mikroorganisme dan hewan bentik
lainnya.
d) Daun-daun lamun mereduksi cahaya yang berlebihan waktu siang hari sehingga
melindungi dasar laut dari insolasi dan menjadi teduh.
e) Berdasarkan sebab di atas maka padang lamun merupakan habitat yang baik bagi
juvenil dan nekton bahari berukuran kecil untuk mendapatkan tempat berlindung
dan makan.

4

B. Peranan Lamun dalam aspek ekologis
Dilihat dari aspek ekologis, padang lamun mempunyai peranan bagi wilayah
pulau-pulau kecil yaitu sebagai produsen bagi detritus dan penyedia unsur hara; mengikat
sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak dengan system perakaran yang padat dan
saling menyilang, sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan
memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini, serta sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun
dari sengatan matahari. Disamping itu, padang lamun juga dapat dimanfaatkan sebagai
tempat kegiatan budidaya berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram, tempat rekreasi
dan sumber pupuk hijau.Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang
kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil peneilitian
diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut;
Produsen Primer
Lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasukijaring
makanan (Gambar 2) melalui pemangsaan langsung oleh organic.Sumber karbon organic
lainnya adalah detritus yang terakumulasi pada permukaan sedimen pada padang lamun
(Yamamuro et al. 1993) dan selanjutnya dimanfaatkan oleh hewan avertebrata seperti
Gastropoda dan Bivalvia (Rhoads 1974, diacu dalam Pollard & Kogure 1993). Oleh
karena itu, ekosistem lamun sering digambarkan sebagai jarring-jaring makanan dengan
dasar detritus, dengan material tumbuhan yang mati menyediakan karbon organic untuk
dekomposisi.

5

Gambar 2 Jaring makanan dari suatu ekosistem lamun di Filipina (Fortes 1990)
Perangkap dan Penstabil Dasar Perairan
Pertumbuhan daun yang lebat dan sistem perakaran yang padat menjadikan
vegetasi lamun dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak
serta menyebabkan perairan di sekitarnya tenang (Philips & Menez 1988; Heiss et al.
2000). Hasil penelitian Heiss et al. (2000) menunjukkan bahwa kecepatan arus akan
menurun pada bagian dasar bidang lamun Zosteranovazelandica dibandingkan pada
bagian atas (3,7 kali lebih besar) maupun di luar bidang lamun ini (2,5 kali lebih besar)
(Gambar 3). Penurunan kecepatan arus menyebabkan partikel-partikel berbutir halus
yang tersuspensi akan mengendap, dan mereka kemudian distabilkan oleh sistem akar
dan rhizoma dari lamun (Ginsburg & Lowenstam 1958, diacu dalam Heiss et al. 2000).

6

Gambar 3

(A) Rata-rata kecepatan arus pasang pada satu siklus pasang;
(B) Perbandingan kecepatan di dalam suatu bidang lamun (Zosteranovazelandica)
dengan di luar dan di atasnya pada lokasi Harwood, South Island, Selandia
Baru (Heiss et al. 2000).

Pendaur Zat Hara
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara di
lingkungan perairan pesisir, khususnya yang dibutuhkan oleh alga epifit.McRoy dan
Bersdate (1970), diacu dalam Azkab (2000) menunjukkan bahwa akar Zostera dapat
mengambil fosfat dari daun yang telah membusuk pada celah-celah sedimen. Selanjutnya
Harlin (1975), diacu dalam Azkab (2000) menunjukkan bahwa fosfat dari daun-daun
Phyllospadix dan Zostera dapat bergerak sepanjang helai daun dan masuk ke dalam alga
epifitik. Beberapa jenis alga biru hijau yang bersifat epifitik pada Thalassia, memfiksasi
nitrogen dan menyebabkan nitrat yang terlarut mendapatkan jalan masuk ke inangnya
(Goering & Parker 1972, diacu dalam Azkab 2000).

Peran Lamun sebagai nursery,feeding dan makanan Biota
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, ada empat kategori utamaasosiasi ikan
dengan padang lamun di perairan Indonesia (Tomascik et al, 1997),yaitu:

7

a) Penghuni tetap yang memijah dan menghabiskan kebanyakan hidupnya di padang lamun
(full-time residents), misalnya Apogon margaritophorus
b) Penghuni yang menghabiskan hidupnya, tetapi memijah di luar padang lamun, misalnya
Halichoeres leparensis, Pranaesus duodecimatis, Paramiaquiquelineata, Gerres
macrosoma,

Monacanthus

tomemtosus,

Monachantushajam,

Hemigliphidodon

plagiumetopon, dan Sygnathoides biacukeatus.
c) Penghuni yang ada di padang lamun hanya selama tahapan juvenilnya, misalnya Siganus
canaliculatus, Siganus virgatus, Siganus chrysospilos,Lethrinus sp., Scarus sp.,
Abudefduf sp., Monachantus mylii, Mulloidessamoenis, Pelates quadrilineatus, dan
Upeneus tragula.
d) Penghuni berkala atau transit yang mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau
mencari makan (occasional residents).
Lamun mempunyai berbagai peranan bagi kehidupan ikan.Ia dapat sebagai daerah asuhan
dan

perlindungan

(nursery

ground),sebagai

makanan

ikan,

dansebagai

padang

penggembalaan atau tempat mencari makan (feeding ground).

a) Sebagai daerah asuhan dan perlindungan (nursery ground)
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan
dan tumbuh-tumbuhan yang epifit pada bagian daun.Organisme yang epifit pada lamun
khususnya adalah kelompok alga (Harlin 1980, diacu dalam Azkab 2000) dan beberapa
kelompok fauna avertebrata seperti Gastropoda (23 jenis), Amphipoda (23 jenis), Isopoda
(4 jenis), dan Polychaeta (18 jenis) (Marsh 1973, diacu dalam Azkab 2000).
Keanekaragaman

dan

kelimpahan

kumpulan

ikan

berubah

sesuai

denganperubahan kondisi struktur lamun, sebab perubahan dalam indeks luas daun
akanmerubah laju pemangsaan yang mempengaruhi kelimpahan juvenil ikan dan
distribusi ikan predator besar. Menurut Hutomo dalam Kuriandewa (2009) padang lamun
dengan kerapatan tinggi dapat pula menunjang kelimpahan ikan yang banyak.Biota laut
yang terancam punah seperti Dugong dugong dan CheloniaMydas memanfaatkan lamun
sebagai daerah asuhan. Beberapa jenis udang yang bernilai ekonomis (Penaeus esculatus,

8

P. semisulcatus, dan Metapenaeus ensis) juga sangat tergantung dengan keberadaa
komunitas lamun untuk makanan dan perlindungan, terutama pada tahap-tahap awal
siklus hidupnya (Stapples et al. 1985, diacu dalam Hendrarto et al. 2000) (Gambar 3).
Hasil penelitian Hendrarto et al. (2000) menunjukkan bahwa ada hubungan di
antara tutupan lamun yang rendah (44,90 %) di Teluk Kartini dan yang tinggi (94,49 %)
di Pulau Panjang terhadap kelimpahan udang Penaeidae.

Gambar 4. Siklus hidup beberapa udang Penaedae yang tergantung pada padang lamun untuk
stadia post larva dan juvenile (Dimodifikasi dari Dall et al. 1990, diacu dalam
Tomascik et al. 1997)
b) Sebagai makanan
Makanan

mempunyai

peranan

penting

bagi

kehidupan

organisme

dalammemperoleh energi yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
reproduksi.Pertumbuhan yang optimal dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan
dalam keadaan cukup dan sesuai dengan kondisi perairan (Nikolsky, 1963; Royce, 1972
dalam Sari, 2006).Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan
oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya
tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan ikan dalam populasi
tersebut.Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam
mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yangberukuran kecil.
9

Randall (1967) di West Indies mendapatkan 30 jenis ikan pemakan lamun dari 59
jenis herbivore yang diamati isi lambungnya. Selain ikan, beberapa jenis hewan lain
mengkonsumsi langsung lamun seperti berbagai jenis cacaing, krustasea, reptile dan
mamalia (Tabel.1). Selain itu, materi lamun seperti daun yang putus dan tanaman yang
tumbang akan dihanyutkan arus kelingkunngan sekelilingnya (Den Hartog, 1976).

Tabel.1 Jenis hewan yang mengkonsumsi langsung lamun (McRoy&Helfferic 1977)
Jenis hewan pemangsa

Jenis lamun yang
dimakan

Bagian lamun yang
dimakan

Lokasi

MOLUSKA
Lacuna vincta
Strombus gigas

Zostera marina
Thalassia sp.

Daun 100%
Daun

Alaska
West Indies

KRUSTASEA
Gammarus locusta
Telmassus chieragonus

Zostera sp.
Zostera marina

Daun 43%
Rhizome 12%

Black sea
Alaska

EKHINODERMATA
Echinometra lucunter
Lytechinus variegatus

Syringodium
Thalassia sp.

Daun 8,9%
Daun 100%

Alaska
Jamaica

Thalassia sp.

Daun 49%

Florida

Syrongodium

Daun 95%

West Indies

BURUNG
Anasacula

Zoztera marina

Akar, rhizome

U.S Atlantic

REPTIL
Chelonia mydas

Thalassia

Daun

Bahamas

Holodule sp.
Cymodocea sp.
Thalassia sp.

Daun

Red sea,
Queensland

IKAN
Hyporhampus unifasciatus
Searus guacamaia

MAMALIA
Dugong dugon

c) Sebagai padang penggembalaan atau tempat mencari makan (feeding ground).
Kelimpahan dan jumlah jenis ikan pada malam hari lebih besar dari pada siang hari dan
hamper semua jenis ikan karnivora (Bell & Hermelinvivien, 1982). Hal tersebut
memberikan indikasi bahwa padang lamun merupakan padang pengembalaan (feeding
area) bagi ikan-ikan noktural. Ikan-ikan tersebut adalah suku Pomadasyidae, Lutjanidae
10

dan Holocentridae.Hubungan antara padang lamun di Karibia dengan terumbu karang
telah diteliti oleh Ogden & Zeiman (1977), mereka mendapatkan bahwa padang lamun
yang berdekatan dengan terumbu karang merupakan padang pengembalaan ikan-ikan
karang yang besar.

11

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Lamun

memiliki

peranan

yang

penting

dalam

suatu

ekosistem

laut

dangkal.Peranan lamun secara fisik diantaranya membantu mengurangi tekanan
gelombang dan arus yang menuju ke pantai, menyaring sedimen yang terlarut dalam air,
menstabilkan dasar perairan, serta penangkap sedimen dan penahan erosi. Sedangkan
manfaat padang lamun dilihat dari aspek ekologis yakni sebagai produsen primer
(penghasil bahan organic), habitat berbagai satwa laut, substrat bagi banyak biota
penempel, tempat pembesaran beberapa jenis biota yang menghabiskan masa dewasanya
di habitat lamun, tempat perlindungan organisme dan tudung perlindung dari panas
matahari yang kuat bagi penghuninya serta pendaur zat hara
B. Saran
Mengingat pentingnya peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin
besarnya tekanan gangguan baik akibat aktifitas manusia maupun akibat alami, maka
perlu diupayakan pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik.

12

DAFTAR PUSTAKA
Azkab MH. 2000b. Struktur dan fungsi pada komunitas lamun.Oseana 25: 9-17.
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.Bogor: Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB.
Den Hartgog, C.1976. The role of seagrass in shallow coastal waters in the Caribbean. In Stinapa
11 (E.A van GESAN, W and H.A.N de Kruiff eds) : 48-86
Fonseca MS, Fisher JS, Zieman JC. 1982. Influence of the seagrass, Zostera marina L. on
current flow. Estuarine, Coastal and Shelf Science 15:351-364.
Fortes, M. D. 1990.Seagrasses: a resource unknow in the Asean Region. Philippines: ICLARM
Education, Manila. Hal: 1, 8
Gingsburg, R, and H.A Lowenstan 1958.The influence of marine bottom communities on the
depositional environment of sediment. J. Geol. 66 (3) : 310-318
Hutomo, M. 1985. Telaah ekologik komunitas ikan pada padang lamun (Seagrass, Anthophyta)
di perairan Teluk Banten. Tesis Doktor, Fakultas Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Hal: 2
Harlin, M.M. 1975. Epiphyte-host relationship in seagrass communities, Aquatic Botany 1 (2) :
125-131
Hutomo, M. 2009. Kebijakan, Strategi Dan Rencana Aksi Pengelolaan Ekosistem Lamun Di
Indonesia. Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun&Peran
Ekosistem Lamun dalam Produktivitas Hayati dan MeregulasiPerubahan
Iklim; Jakarta, 18 November 2009.PKSPL-IPB, DKP, LIPI, LH dan Global
Environment Facility. Hal: 1
Knox G, Miyabara T. 1984. Coastal Zone Resources Development and Conservation in
Southeast Asia, with Special Reference to Indonesia. Jakarta: UNESCO.
McRoy.C.P and R.J Barsdate 1970.Phosphate absorbtion in ellgrass. Limnol Oceanogr. 51 : 6-13
McRoy.C.P and C.Helffreich 1980. Applied aspects of seagrass, In : Handbook of seagrass
biology ; An ecosystem perspective 297-343
Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J.W. 1986. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia. Hal: 6.
13

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Jakarta: Penerbit Djambatan. Hal: 1, 3
Sari, C. 2006.Kebiasaan Makanan Ikan Lidah (Cynoglossus Lingua, Buchanan) di Perairan
Pangkah, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut
Pertanian Bogor. Hal: 7
Tomascik, T, A. J. Mah, A. Nontji dan M. K. Moosa. 1997. The ecology of the Indonesian Seas.
The Ecology of Indonesian series. Vol VIII. Singapore:Periplus Edition
(Hk) Ltd. Hal: 7
Tulungen JJ, Kasmidi M, Rotinsulu C, Dimpudus M, Tangkilisan N. 2003. Di dalam: M Knight,
Tighe S. (Eds). Panduan Pengelolaan SD Wilayah Pesisir berbasis
Masyarakat.USAID

Indonesia-Coastal

Resources

Management

Project.Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003. Kutipan: 2003.
Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003; Coastal Resources Center,
University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island, USA. (5 Seri, 30
Buku, 14 CRROM).
Wimbaningrum R, Choesin DN, Nganro NN. 2003. Komunitas lamun di rataan terumbu Pantai
Bama, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Ilmu Dasar 424-31.
Wulandari, Y. 2004. Studi Keterkaitan Kelimpahan Post Larva Ikan dengan Habitatnya pada
Ekosistem Padang Lamun Sebelah Timur di Perairan Pulau Tidung Besar,
Kepulauan Seribu, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ilmu dan
Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut
Pertanian Bogor. Hal: 5, 21, 22, 31, 37
Yamamuro MI. Koike, Iizumi H. 1993. Partioning of nitrogen stock in the vicinity of a Fijian
seagrass

bed

dominated

by

Syringodium

isoetifolium

(Ashers.)Dandy.Australian Journal of Marine and Freshwater Research
44:101-115.

14