POLUSI UDARA AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN (1)

POLUSI UDARA AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN
BERMOTOR DI JALAN PERKOTAAN
PULAU JAWA DAN BALI
Ditujukkan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Kimia Lingkungan

Nanny Kusminingrum, G. Gunawan
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294
Nanny_kusminingrum@yahoo.com; gunyat_123@yahoo.com

Dianalisis oleh:
Nanda Angelisa

(1152080054)

Nenden Putri Suhendi

(1152080056)

Niqa Nurlina


(1152080058)

Rani Wulandini

(1152080064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA VB JURUSAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

A. Latar Belakang :
Transportasi khususnya aktivitas kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran
udara paling besar, yakni sekitar 70%. di daerah perkotaan, Parameter polusi udara ini
dapat menimbukan efek terhadap pemanasan global. Setelah dievaluasi menggunakan
Indeks standar pencemaran udara (ISPU) sesuai KepMen Lingkungan Hidup No.45
tahun 1997, kondisi pencemaran udara di ruas-ruas jalan kota besar sepanjang Jawa
dan Bali termasuk kategori “sedang” dimana tingkat kualitas udara tidak berpengaruh
pada manusia ataupun hewan namun berpengaruh pada tumbuhan sensitif dan nilai

estetika. Menurut hasil kajian Bank Dunia tahun 1996 tentang kerugian akibat
pencemaran udara di kota Jakarta mencapai sekitas $200 juta pertahun, sementara
menurut Puslitbang jalan dan jembatan (Gunawa, dkk, 1997) menyimpulkan bahwa
setiap orang mengeluarkan biaya kesehatan rata-rata- Rp. 30.000,- /orang per tahun
akibat pencemaran udara. Maka perlu dilakukan program pengelolaan dan
pengendalian pencemaran udara didaerah perkotaan dengan langkah awal berupa
kegiatan awal berupa monitoring (menentukan prioritas pengelolaan dan pengendalian
yang harus dilakukan). Maka sejak tahun 1997-2005 Puslitbang jalan dan jembatan
bekerjasama dengan BPLHD-kota Bandung untuk kegiatan monitoring dan
pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar Indonesia, yang diutamakan
kepada pencemaran udara akibat kendaraan bermotor, terhadap parameter-parameter:
Nitrogen Oksida (XOX), Ozon (O3), partikulat (SPM10) dengan ukuran 10 mikron, dan
total hidrokarbon serta kondisi lalu lintas.
B. Rumusan Masalah :
Bagaimana strategi pengelolaan kualitas udara di lingkungan jalan untuk upaya
pengelolaan lingkungan?
C. Tujuan penelitian :
Dapat mengelola dan mengendalikan pencemaran udara di daerah perkotaan besar di
pulau Jawa dan Bali
D. Landasan Teoritis :

Menurut Soedomo,dkk, 1990, transportasi darat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap setengah dari total emisi SPM 10, untuk sebagian besar timbal, CO,
HC, dan NOx di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu
lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui
standar kualitas udara ambient.
Pada tahun 1999, pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai
15% pertahun. Maka penggunaan bahan bakar di indonesia di perkirakan sebesar 2,1
kali konsumsi tahun 1990 pada tahun 1998, sebesar 4,6 kali pada tahun 2008 dan 9
kali pada tahun 2018 ( word bank, 1993 cit KLH, 1997). Diperkirakan, pada tahun
2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan
pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) kota bandung melakukan uji
emisi gas buang kendaraan bermotor pada tahun 2001, didapatkan hasil : sekitar 56%
kendaraan berbahan bakar bensin melampaui baku mutu yang di tetapkan, dan sekitar
90% kendaraan berbahan bakar solar tidak memenuhi bahan baku mutu yang
ditetapkan (dari 1468 kendaraan berbahan bakar bensin dan solar).
Hasil studi Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development)
memperkirakan kondisi kendaraan yang sama di kota-kota besar seperti Jakarta

memberi kontribusi timbal 100%, SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida

64% dan hampir seluruh karbon monoksida.
Untuk standar kualitas udara yang mengacu pada peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang standar kualitas udara ambien ditunjukkan pada
Tabel 2.

E. Metodologi :
Pengamatan di lakukan secara kontinu selama 24 jam dengan menggunakan mobil
unit laboratorium polusi udara. Untuk beberapa lokasi dilakukan semi kontinu dengan
menggunakan larutan kimia (absorban). seperti yang di perlihatkan pada tabel :

F. Hasil Penelitian :
1. Karakteristik pencemaran udara diruas jalan kota Bandung
Kegiatan monitoring pencemaran udara ambien secara rutin dilakukan setiap tahun
oleh BPLH kota Bandung yang bekerjasama dengan Puslitbang jalan dan
jembatan. Pengamatan ini dilakukan pada hari kerja dan hari libur yang hasilnya
terlihat pada tabel 3.

Catatan :
* Lokasi Cicaheum
** Di lokasi jalan kota Bandung (Diponegoro, Cicaheum, Leuwipanjang, Balai

Kota, Cibiru, Sarijadi, Margahayu, Cibeureum, Ujung Berung, Ledeng dan Pasir
impun
Data pada Tabel ini merupakan nilai rata-rata dari pengamatan pada lokasilokasi tersebut di atas, yang mewakili hari kerja dan hari libur dari jam 07.00 s/d
17.00.
Tingkat pencemaran udara di Dago Pakar masih sangat rendah atau jauh
dibawah nilai ambang batas udara ambien.
Untuk data kualitas udara disekitar ruas jalan, nampak perbedaan yang
mencolok pada parameter NOX, CO, SPM 10, dan hidrokarbon, dimana dipastikan
bahwa parameter NOX, CO, dan hidrokarbon berasal dari kendaraan bermotor
sedangkan SPM 10 berasal dari emisi kendaraan dan faktor lingkungan yang kotor
serta kecepatan angin. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pencemaran udara
disekitar ruas jalan masih dibawah Baku Mutu yang diperkenaan kecuali untuk
parameter hidrokarbon.
2. Karakteristik pencemaran udara di kota-kota besar
Tabel 4 menunjukan hasil pengukuran pencemaran udara di 7 kota besar pulau
Jawa dan Bali.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa konsentrasi maksimum untuk polutan HC,
NOx, dan SPM10 sudah melebihi standar kualitas udara ambien. SPM10 perlu
mendapat perhatian dari semua pihak, baik pemerintah, pemilik kendaraan dan

masyarakat karena dampak partikel debu terhadap kesehatan (hasil uji toksikologi)
menunjukan bahwa partikel debu dengan ukuran di bawah 10 µm akan terisap
langsung ke dalam paruparu dan mengendap di alveoli, sehingga dapat
membahayakan sistem pernapasan. Dan partikel debu yang mengandung Pb akan
merusak otak, dan dapat menyebabkan kekeringan yang akhirnya menyebabkan
tanaman tersebut mati.
Untuk HC, NOX, dan CO paling tinggi terjadi di kota Denpasar, sedangkan
polutan ozon konsentrasi tertinggi terjadi di Surabaya dan Bandung, polutan SPM
10 dan XOX tertinggi terjadi di kota Serang, dimana rata-rata volume lalulintas
lebih kecil dari 6 kota lain. Dimungkinkan tingkat polusi udara dari polutan SPM
10 dan XOX dipengaruhi oleh aktivitas industri di kota tersebut.
Selama 24 jam didapatkan gambaran kecenderungan fluktuasi tingkat polusi
udara diruas jalan perkotaan (dari aktivitas kendaraan hingga jam 19:00 dan dari
peningkatan radiasi matahari disiang hari). Peningkatan NOX disebabkan karena
perbedaan tekanan udara dan kestabilan udara pada malam dan siang hari, dimana
pada malam hari pemancaran radiasi diserap oleh bumi sehingga temperatur
permukaan bumi lebih tinggi daripada udara yang membuat tekanan permukaan
bumi rendah sehingga dari pukul 22:00-pagi hari kondisi udara relatif tetap.
Peningkatan ozon dimulai pada pukul 06:00-07:00 dan puncaknya pada siang
hari. Ini terjadi karena radiasi matahari, yang disebabkan oleh reaksi zat primer

diantara NOX, HC, udara, dan energi matahari. Pada siang hari energi matahari
yang dipancarkan memiliki intensitas paling besar.
Akibat faktor emisi kendaraan fluktuasi XOX dan CO terjadi pukul 07:00 dan
02:00. Hasil uji statistik regresi linier menunjukkan hubungan antara peningkatan
konsentrasi CO dan XOX dengan volume kendaraan (nilai R square < 0.5). faktor
meteorologi yakni kestabilan udara permukaan bumi mempengaruhi pula.
Untuk HC relatif konstan karena kestabilannya di udara. Sedangkan untuk
SPM10 cukup tinggi pada selang waktu pagi dan sore hingga malam hari, karena
berat jenisnya lebih besar dari pecemar gas lain dan kecepata angin relatif lebih
besar yang membawanya melayang ke udara.
3. Strategi pengendalian
a. Penerapan kebijakan dan aturan serta program pengendalian lingkungan yang
meliputi :
 Standar emisi kendaraan serta persyaratan pemeriksaan dan pemeliharaan
kendaraan
 Menghentikan pemakaian atau retrofitting kendaraan yang boros bahan
bakar dan menimbulkan pencemaran tinggi;
 Teknologi dan kualitas bahan bakar
 Manajemen efisiensi lalu lintas
 Investasi transportasi massal yang lebih baik, seperti bus dan kereta api;

 Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan jalan
dan sekitar lingkungan rumah;
 Program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor dengan
melibatkan peran serta masyarakat
b. Pengendalian Lingkungan pada Siklus Proyek Jalan (Biaya Lingkungan)
dengan mengintegrasikan kegiatan pengendalian kualitas udara ke dalam siklus
proyek jalan pada tahapan: pra studi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan

teknis, pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi yang dalam
pelaksanaannya dapat melibatkan peran masyarakat.
c. Penyertaan masyarakat
Melakukan penyuluhan dan pendidikan yang melibatkan peran serta
masyarakat, melakukan kampanye melalui mass-media mengenai keuntungankeuntungan dalam penerapan program pengelolaan lingkungan berkelanjutan
di masa yang akan datang, serta penghijauan sekitar lingkungan tempat tinggal
dan jalan, pemeliharaan dan pengujian emisi kendaraan secara teratur,
penggunaan dan cara mengendarai kendaraan yang efektif dan efisien,
pemeliharaan lingkungan sekitar jalan dengan menjaga kebersihan, dan
kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk menjaga kelancaran lalu lintas dan
kebersihan lingkungan.
 Aplikasi teknologi pereduksi pencemaran udara dengan cara pemilihan rute

lalu lintas yang cukup jauh dari daerah pemukiman dan mengurangi
kemacetan lalu lintas. Selain itu dapat dilakukan mitigasi perbaikan desain
yang meliputi : persediaan kapasitas jalan yang memadai untuk
menghindari kemacetan lalu lintas, perhitungan pengaruh arah angin
dalam penentuan lokasi jalan, menghindari lereng curam dan belokan tajam
yang akan mendorong
penurunan atau peningkatan kecepatan,
menghindari jalan-jalan yang berdebu, dan penanaman pohon, berdaun
lebat dan rapat di antara jalan dan pemukiman untuk menyaring
pencemaran.
G. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis data, maka empat pendekatan strategi yang mungkin
diterapkan dalam upaya-upaya pengendalian di ruas jalan adalah:
a. Penurunan laju emisi pencemaran udara tiap kendaraan penerapan baku mutu
emisi kendaraan bermotor, dan pemeliharaan, konversi bahan bakar gas, perbaikan
aliran arus lalu lintas, jalan searah dan waktu kerja.
b. Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan: pembatasan dan pengaturan lalu
lintas, pengaturan parkir dengan tarif tinggi dan perbaikan angkutan umum.
c. Penyertaan Mayarakat dalam program-program pengelolaan lingkungan jalan
d. Penataan dan penerapan teknologi pereduksi polusi udara: penataan land-scape

diruas-ruas jalan dengan tanaman pereduksi polusi udara.
H. Komentar :
1. Kami mengapresiasi jurnal ini, karena membahas trend masalah lingkungan saat
ini.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian tidak terlalu dijelaskan pada jurnal ini.
3. Teknis penelitian dari aspek pelaksanaan yang dipaparkan tidak terlalu rinci.
4. Jurnal ini dianggap hanya membahas mengenai solusi dari rumusan masalah,
namun untuk hasil dari pelaksanaan (analisis data) belum terlalu dipaparkan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

i SKRIPSI AKTIVITAS HUMAS DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA (Studi pada Perum Bulog Divre NTB Bulan November 2014)

8 126 17

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENGARUH KOSENTRASI SARI KUNYIT PUTIH (Curcuma zediaria) TERHADAP KUALITAS TELUR ASIN DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOTAL FENOL, KADAR PROTEIN DAN KADAR GARAM The Addition of White Turmeric (Curcuma zedoaria) Concentrated Base on Quality Antioxidan

1 1 8