ARTI PENTING KOMISI PEMBERANTASAN KORUPS
ARTI PENTING KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
MELLINIA ANANDA
20170510100
Dosen : Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2017
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Tidak bisa dipungkiri jika negara Indonesia menjadi negara pengekspor SDA terbesar
didunia. Kekayaan alam inilah yang mampu membawa Indonesia menjadi negara yang
dikagumi di seluruh dunia. Suatu kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Tetapi, ironisnya
kualitas sumber daya manusianya lah yang rendah. Kualitas tersebut tidak hanya diukur
dengan kecerdasan pengetahuan dan intelektual nya tapi juga dari segi moral dan
kepribadiannya. Rusaknya moral dan rendahnya kejujuran aparat negara lah yang
menyebabkan penyakit sosial terjadi di Indonesia. Salah satunya tingkat korupsi di Indonesia.
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio yang berarti penyuapan. Kata corruptio itu
berasal pula dari kata asal corrumpore yaitu rusak, busuk, menggoyahkan, memutar balik
atau menyogok [ CITATION Foc51 \l 1057 ]. Menurut KBBI, Korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain. Maka dapat disimpulkan korupsi adalah perbuatan menyimpang dalam
penyalahgunaan keuangan yang merugikan negara dan rakyat demi keuntungan pribadi.
Indonesia termasuk jajaran negara yang tertinggi dalam masalah korupsi. Sungguh
memprihatinkan bukan bagi negara Indonesia dengan terus meningkatnya koruptor di
kalangan pejabat yang utamanya sebagai wakil rakyat. Begitu banyak kerugian materiil
keuangan yang disebabkannya. Sudah sering terkuak masalah ini tidak membuat efek jera
bagi para koruptor. Maka Indonesia membuat suatu lembaga yang memiliki kewenangan
untuk mengatasi masalah korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK yang
diharapkan mampu mengurangi tingkat korupsi maupun memberantas korupsi yang ada di
Indonesia.
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan
manapun. Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan
[ CITATION KPK02 \l 1057 ].
PEMBAHASAN
Korupsi di Indonesia sudah bukan hal yang baru lagi karena sudah banyaknya kasus
yang menyangkut tentang korupsi. Bahkan hal ini terbilang sedang tren di kalangan
masyarakat. Parahnya, tidak dipungkiri lagi masih banyak orang menganggap ini sebagai
kebudayaan yang biasa dan lumrah di lakukan.
Faktanya, Indonesia menempati peringkat ke-90 dengan skor CPI 36. Survei tersebut
dilakukan oleh Lembaga Transparency International (TI), yang merilis data dari 176 negara.
Semakin besar skor yang didapat, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi.
Indonesia meraih skor CPI 36 dari maksimal skor 100 [ CITATION Rio17 \l 1057 ].
Korupsi itu sendiri tidak jarang dipandang oleh masyarakat sebagai hal yang sering
dilakukan pejabat yaitu para wakil rakyat yang diketahui bahwa wakil rakyat itu sebagai
penerus pendapat dan suara rakyat di depan pemerintahan.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai menjadi lembaga yang paling korup oleh
publik. Setidaknya itu yang tertuang dari hasil survei yang dirilis oleh Transparency
International Indonesia (TII). Dari data Global Corruption Barometer (GCB) 2017 versi
Indonesia yang diterbitkan TII, ada 54 persen responden yang menilai lembaga yang
mewakili rakyat itu sebagai lembaga terkorup. Survei GCB 2017 versi Indonesia dilakukan
dengan mewawancarai 1.000 responden usia 18 tahun ke atas yang tersebar di 31 provinsi.
Penilaian publik bahwa DPR adalah lembaga terkorup didukung dengan fakta sejak
tahun 2004 hingga 2013, terdapat 74 anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi. Sementara,
untuk anggota DPRD Provinsi yang terjerat kasus korupsi sebanyak 2.545 orang dan 431
anggota DPRD Kabupaten/Kota tersangkut praktik serupa. Data itu diolah TII dari
Kementerian Dalam Negeri dan KPK [ CITATION rap17 \l 1057 ].
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor
24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib” yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan
rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan
kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya
menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih & Bebas dari KKN [ CITATION Eri16 \l 1057 ].
Pada era reformasi dikatakan bahwa Indonesia menginginkan pemerintahan yang
bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
In addition, the rise of globalisation after the end of the Cold War has strongly
influenced this scenario. Suharto’s regime urged to implement a clean government, eradicate
corruption, collusion, and nepotism. The three political issues namely corruption, collusion,
and nepotism became a popular slogan at mass demonstrations and posed a real challenge to
the Suharto administration [ CITATION Ali13 \l 1057 ].
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK
merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK
sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar upaya
pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih
efektif dan efisien.
Adapun tugas KPK adalah: koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan melakukan monitor
terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara [ CITATION KPK03 \l 1057 ].
Kehadiran Komisi Pemberantsan Korupsi (KPK) sejak 2005 telah memberi dampak
positif bagi institusi penegak hukum lain, Kepolisian dan Kejaksaan untuk menjalankan
proses pengadilan kasus korupsi yang lebih efisien baik di tingkat Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
Di tingkat pengadilan Negeri (PN), proses peradilan kasus korupsi yang ditangani
Kepolisian dan Kejaksaan lebih cepat 28,78 persen dibandingkan sebelum adanya KPK.
Bahkan di tingkat Pengadilan Tinggi, lebih cepat 38,38 % dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Sebaliknya kinerja KPK di tingkat pengadilan Pengadilan Negeri (PN), kasus korupsi
yang ditangani KPK lebih cepat 39,77 % . Di Pengadilan Tinggi, kasus korupsi yang sudah
ditangani KPK secara signikan lebih cepat 124 %. Sedangkan di tingkat pengadilan MA,
kasus korupsi yang ditangani KPK lebih cepat 158 persen dibandingkan dengan kasus yang
ditangani institusi lain [ CITATION Gus15 \l 1057 ].
Sekarang, KPK menjadi lembaga permanen yang ada di Indonesia. Dengan ada nya
lembaga ini diharapkan mampu mengurangi tingkat korupsi dan membuat efek yang besar
dalam persoalan korupsi. Lembaga ini begitu penting bagi kesejahteraan Indonesia karena
dilihat dari penanganan hingga penyelesaian nya lembaga ini memberikan hasil yang baik
bagi Indonesia.
KESIMPULAN
Semoga ini menjadi langkah yang tepat bagi Indonesia setelah membentuk lembaga
ini. Setelah Indonesia memiliki KPK sebagai pemberantasan korupsi, seperti yang kita
ketahui penanganan korupsi lebih cepat dan tingkat korupsi semakin turun. Pembentukan
lembaga ini sedikit banyak membantu Indonesia dalam hal korupsi. Tetapi masih banyak
kasus yang belum terkuak oleh KPK, seakan-akan praktek KKN menjadi kebiasaan yang
mendarah daging. Lemahnya hukum yang ada di Indonesia tak membuat para koruptor jera.
Parahnya, ada koruptor yang menjadi tersangka masih bisa bebas berkeliaran pada dunia luar.
Dengan adanya lembaga ini, kasus korupsi dari tahun ke tahun dapat terselesaikan dan
dapat mengurangi presentase korupsi Indonesia di mata dunia. Para wakil rakyat yang
diamanahi untuk menyampaikan aspirasi rakyat diharapkan tidak memanfaatkan kesempatan
dalam kesempitan.
DAFTAR PUSTAKA
Andreae, F. (1951). Rechtsgeleerd Handwoordenboek. Netherlands: H. D. Tjeenk
Willink.
Citra, E. E. (2016). Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia , 2.
Gusti. (2015, November 15). ugm.ac.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Setelah
Ada KPK, Kinerja Kepolisian dan Kejaksaan Naik :
https://www.ugm.ac.id/id/berita/8410setelah.ada.kpk.kinerja.kepolisian.dan.kejaksaan.naik
KPK. (2003, Desember). kpk.go.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Sekilas KPK:
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
KPK. (2003, Desember). Sekilas KPK. Dipetik Oktober 18, 2017, dari KPK:
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
Maksum, A. (2013). The 1965 coup and reformasi 1998: two critical. A Springer
Open Journal , 5.
rappler.com. (2017, Maret 08). rappler.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Hasil
survei Transparency International Indonesia: DPR lembaga terkorup di mata
publik: https://www.rappler.com/indonesia/berita/163647-hasil-surveitransparency-international-indonesia-dpr-lembaga-terkorup
Rubianto, R. (2017, Juli 06). Liputan6.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Ini
Peringkat Korupsi di Indonesia dari 172 Negara di Dunia:
http://citizen6.liputan6.com/read/3012560/ini-peringkat-korupsi-di-indonesia-dari172-negara-di-dunia
MELLINIA ANANDA
20170510100
Dosen : Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik
Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2017
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Tidak bisa dipungkiri jika negara Indonesia menjadi negara pengekspor SDA terbesar
didunia. Kekayaan alam inilah yang mampu membawa Indonesia menjadi negara yang
dikagumi di seluruh dunia. Suatu kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Tetapi, ironisnya
kualitas sumber daya manusianya lah yang rendah. Kualitas tersebut tidak hanya diukur
dengan kecerdasan pengetahuan dan intelektual nya tapi juga dari segi moral dan
kepribadiannya. Rusaknya moral dan rendahnya kejujuran aparat negara lah yang
menyebabkan penyakit sosial terjadi di Indonesia. Salah satunya tingkat korupsi di Indonesia.
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio yang berarti penyuapan. Kata corruptio itu
berasal pula dari kata asal corrumpore yaitu rusak, busuk, menggoyahkan, memutar balik
atau menyogok [ CITATION Foc51 \l 1057 ]. Menurut KBBI, Korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain. Maka dapat disimpulkan korupsi adalah perbuatan menyimpang dalam
penyalahgunaan keuangan yang merugikan negara dan rakyat demi keuntungan pribadi.
Indonesia termasuk jajaran negara yang tertinggi dalam masalah korupsi. Sungguh
memprihatinkan bukan bagi negara Indonesia dengan terus meningkatnya koruptor di
kalangan pejabat yang utamanya sebagai wakil rakyat. Begitu banyak kerugian materiil
keuangan yang disebabkannya. Sudah sering terkuak masalah ini tidak membuat efek jera
bagi para koruptor. Maka Indonesia membuat suatu lembaga yang memiliki kewenangan
untuk mengatasi masalah korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK yang
diharapkan mampu mengurangi tingkat korupsi maupun memberantas korupsi yang ada di
Indonesia.
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan
manapun. Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan
[ CITATION KPK02 \l 1057 ].
PEMBAHASAN
Korupsi di Indonesia sudah bukan hal yang baru lagi karena sudah banyaknya kasus
yang menyangkut tentang korupsi. Bahkan hal ini terbilang sedang tren di kalangan
masyarakat. Parahnya, tidak dipungkiri lagi masih banyak orang menganggap ini sebagai
kebudayaan yang biasa dan lumrah di lakukan.
Faktanya, Indonesia menempati peringkat ke-90 dengan skor CPI 36. Survei tersebut
dilakukan oleh Lembaga Transparency International (TI), yang merilis data dari 176 negara.
Semakin besar skor yang didapat, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi.
Indonesia meraih skor CPI 36 dari maksimal skor 100 [ CITATION Rio17 \l 1057 ].
Korupsi itu sendiri tidak jarang dipandang oleh masyarakat sebagai hal yang sering
dilakukan pejabat yaitu para wakil rakyat yang diketahui bahwa wakil rakyat itu sebagai
penerus pendapat dan suara rakyat di depan pemerintahan.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai menjadi lembaga yang paling korup oleh
publik. Setidaknya itu yang tertuang dari hasil survei yang dirilis oleh Transparency
International Indonesia (TII). Dari data Global Corruption Barometer (GCB) 2017 versi
Indonesia yang diterbitkan TII, ada 54 persen responden yang menilai lembaga yang
mewakili rakyat itu sebagai lembaga terkorup. Survei GCB 2017 versi Indonesia dilakukan
dengan mewawancarai 1.000 responden usia 18 tahun ke atas yang tersebar di 31 provinsi.
Penilaian publik bahwa DPR adalah lembaga terkorup didukung dengan fakta sejak
tahun 2004 hingga 2013, terdapat 74 anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi. Sementara,
untuk anggota DPRD Provinsi yang terjerat kasus korupsi sebanyak 2.545 orang dan 431
anggota DPRD Kabupaten/Kota tersangkut praktik serupa. Data itu diolah TII dari
Kementerian Dalam Negeri dan KPK [ CITATION rap17 \l 1057 ].
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor
24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dengan “Operasi
Tertib” yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan
rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan
kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat
negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya
menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih & Bebas dari KKN [ CITATION Eri16 \l 1057 ].
Pada era reformasi dikatakan bahwa Indonesia menginginkan pemerintahan yang
bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
In addition, the rise of globalisation after the end of the Cold War has strongly
influenced this scenario. Suharto’s regime urged to implement a clean government, eradicate
corruption, collusion, and nepotism. The three political issues namely corruption, collusion,
and nepotism became a popular slogan at mass demonstrations and posed a real challenge to
the Suharto administration [ CITATION Ali13 \l 1057 ].
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK
merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK
sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar upaya
pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih
efektif dan efisien.
Adapun tugas KPK adalah: koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan melakukan monitor
terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara [ CITATION KPK03 \l 1057 ].
Kehadiran Komisi Pemberantsan Korupsi (KPK) sejak 2005 telah memberi dampak
positif bagi institusi penegak hukum lain, Kepolisian dan Kejaksaan untuk menjalankan
proses pengadilan kasus korupsi yang lebih efisien baik di tingkat Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
Di tingkat pengadilan Negeri (PN), proses peradilan kasus korupsi yang ditangani
Kepolisian dan Kejaksaan lebih cepat 28,78 persen dibandingkan sebelum adanya KPK.
Bahkan di tingkat Pengadilan Tinggi, lebih cepat 38,38 % dibandingkan dengan periode
sebelumnya.
Sebaliknya kinerja KPK di tingkat pengadilan Pengadilan Negeri (PN), kasus korupsi
yang ditangani KPK lebih cepat 39,77 % . Di Pengadilan Tinggi, kasus korupsi yang sudah
ditangani KPK secara signikan lebih cepat 124 %. Sedangkan di tingkat pengadilan MA,
kasus korupsi yang ditangani KPK lebih cepat 158 persen dibandingkan dengan kasus yang
ditangani institusi lain [ CITATION Gus15 \l 1057 ].
Sekarang, KPK menjadi lembaga permanen yang ada di Indonesia. Dengan ada nya
lembaga ini diharapkan mampu mengurangi tingkat korupsi dan membuat efek yang besar
dalam persoalan korupsi. Lembaga ini begitu penting bagi kesejahteraan Indonesia karena
dilihat dari penanganan hingga penyelesaian nya lembaga ini memberikan hasil yang baik
bagi Indonesia.
KESIMPULAN
Semoga ini menjadi langkah yang tepat bagi Indonesia setelah membentuk lembaga
ini. Setelah Indonesia memiliki KPK sebagai pemberantasan korupsi, seperti yang kita
ketahui penanganan korupsi lebih cepat dan tingkat korupsi semakin turun. Pembentukan
lembaga ini sedikit banyak membantu Indonesia dalam hal korupsi. Tetapi masih banyak
kasus yang belum terkuak oleh KPK, seakan-akan praktek KKN menjadi kebiasaan yang
mendarah daging. Lemahnya hukum yang ada di Indonesia tak membuat para koruptor jera.
Parahnya, ada koruptor yang menjadi tersangka masih bisa bebas berkeliaran pada dunia luar.
Dengan adanya lembaga ini, kasus korupsi dari tahun ke tahun dapat terselesaikan dan
dapat mengurangi presentase korupsi Indonesia di mata dunia. Para wakil rakyat yang
diamanahi untuk menyampaikan aspirasi rakyat diharapkan tidak memanfaatkan kesempatan
dalam kesempitan.
DAFTAR PUSTAKA
Andreae, F. (1951). Rechtsgeleerd Handwoordenboek. Netherlands: H. D. Tjeenk
Willink.
Citra, E. E. (2016). Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia , 2.
Gusti. (2015, November 15). ugm.ac.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Setelah
Ada KPK, Kinerja Kepolisian dan Kejaksaan Naik :
https://www.ugm.ac.id/id/berita/8410setelah.ada.kpk.kinerja.kepolisian.dan.kejaksaan.naik
KPK. (2003, Desember). kpk.go.id. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Sekilas KPK:
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
KPK. (2003, Desember). Sekilas KPK. Dipetik Oktober 18, 2017, dari KPK:
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-kpk
Maksum, A. (2013). The 1965 coup and reformasi 1998: two critical. A Springer
Open Journal , 5.
rappler.com. (2017, Maret 08). rappler.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Hasil
survei Transparency International Indonesia: DPR lembaga terkorup di mata
publik: https://www.rappler.com/indonesia/berita/163647-hasil-surveitransparency-international-indonesia-dpr-lembaga-terkorup
Rubianto, R. (2017, Juli 06). Liputan6.com. Dipetik Oktober 19, 2017, dari Ini
Peringkat Korupsi di Indonesia dari 172 Negara di Dunia:
http://citizen6.liputan6.com/read/3012560/ini-peringkat-korupsi-di-indonesia-dari172-negara-di-dunia