Kasus Hukum Perdata Internasiona 1

Kasus Hukum Perdata Internasional
Fakta






Seorang paman dan saudara sepupu perempuan yang kedua2nya berkewarganegaraan
swiss, tinggal di moskow(rusia) dan mereka menikah disana. Sebelum melangsungkan
perkawinan tersebut mereka telah minta penjelasan baik dari instansi rusia maupun dari
instansi swiss apakah perkawinan mereka diperbolehkan. Kedua instansi ini baik dari
rusia maupun dari swiss, tidak melihat adanya suatu keberatan. Karena menurut HPI
rusia, perkawinan harus dilangsungkan menurut hokum rusia (rusia menganut prinsip
territorial. Jadi berlaku lex loci celebrations). Sedangkan menurut ketentuan HPI
(ekstern) swiss, perkawinan ini dilangsungkan menurut hokum rusia (bahwa suatu
perkawinan yang dilakukan di luar negri menurut hokum yang berlaku disana dianggap
sah menurt hokum swiss. Menurut hokum intern swiss perkawinan antara seorang paman
dan saudara sepupu perempuan dilarang, apabila dilangsungkan di Negara swiss, tetapi
Karena perkawinannya dilangsungkan di rusia, maka perkawinan tidak dilarang
Dengan demikian akan berlaku hokum rusia yang tidak mengenal larangan perkawinan

antara paman dengan saudara sepupunya Ini , maka perkawinan yang bersangkutan baik
menurut hk rusia maupun menurut HPI rusia dan HPI swiss sah adanya
Kemudian para mempelai pindah ke humburg (jerman), disini timbul percekcokan hingga
perempuan mengajukan gugatan untuk perceraian. Sedangkan pihak paman mengajukan
pembatalan perkawinan.

Jawaban
1. Forum yang berwenang


Pengadilan mana yang berwenang mengadili kasus ini? Yaitu pengadilan jerman karena sesuai
dengan prinsip actor sequitor forum rei yaitu gugatan diajukan ke pengadilan, tempat dimana
tergugat bertempat tinggal. Karena tergugat bertenpat tinggal di hamburg, maka forum yang
berwenang harus di tempat tinggal tergugat
1. Titik taut primer adalah factor-faktor/keadaan yang menciptakan hubungan HPI dalam
kasus ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari pengadilan yang
berwenang menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan PN hamburg perkara ini
adalah perkara HPI karena ada unsure asingnya yaitu pihak penggugat dan tergugat
berkewarganegaraan swiss.
2. Titik taut sekunder dan Renvoi. Sesuai dengan prinsip jerman yang kewarganegaraan

maka hokum jerman merenvoi ke hokum swiis, ternyata swiss yang menganut prinsip
domisili merenvoi lagi ke /penunjukan lebih jauh ke rusia tempat dimana perkawinan itu
dilangsungkan. Dan menurut hokum rusia perkawinan tersebut sah adanya (menjawab
persoalan pendahuluan juga)
3. Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari kedalam istilah-istilah hokum, ini adalah
permasalahan hokum tentang orang yaitu tentang gugat cerai
4. Vested right: seseorang yang sudah mendapatkan hak –hak nya yang diperoleh maka
negara2 harus menghormatinya/mengakui nya. Seperti status sebagai istri

Hukum Perdata internasional : Kasus IPB dan amerika
Fakta


IPB melakukan perjanjian untuk mengirim 800 kera ke Amerika, Kera tersebut hanya
akan diambil anaknya saja dan babonnya akan dikembalikan ke Indonesia. Harga perekor
disepakati sebesar 80 (delapan puluh) juta dan pihak amerika serikat hanya membutuhkan
anaknya saja dan harus beranak di Amerika serikat. Ketika posisi pesawat masih di swiss,
seekor monyet stress dan lepas,melahirkan anaknya. Karena induknya telah dilumpuhkan
dan mati, maka dokter hewan IPB menyuntik mati anak monyet tersebut karena
pertimbangan rasa kasihan . Lawyer Amerika serikat menuntut IPB atas dasar

perlindungan satwa dan dianggap tak memenuhi prestasi dengan sempurna serta
membunuh seekor anak monyet. Disati sisi, Kera di Indonesia tidak lebih sebagai hama,
sedangkan bagi Amerika serikat merupakan satwa yang harus mendapat perlindungan

Jawab
1. Forum yang berwenang


Pengadilan mana yang berwenang mengadili kasus ini? Yaitu pengadilan bogor karena
sesuai dengan prinsip actor sequitor forum rei yaitu gugatan diajukan ke pengadilan,
tempat dimana tergugat bertempat tinggal. Karena tergugat (IPB) bertenpat tinggal di
Bogor, maka forum yang berwenang harus di tempat tinggal tergugat

1. Titik taut primer adalah factor-faktor/keadaan yang menciptakan hubungan HPI dalam
kasus ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari pengadilan yang
berwenang menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan PN bogor perkara ini adalah
perkara HPI karena ada unsure asingnya yaitu pihak penggugat berkewarganegaraan
Amerika.
2. Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari kedalam istilah-istilah hokum



Kasus ini termasuk kualifikasi hokum perjanjian dan perbuatan melawan hokum.



Kualifikasi hokum perjanjian karena mengenai wanprestasi dari pihak IPB (jumlah kera
yang dikirim menjadi berkurang satu adalah yang seharusnya 800 ekor kera.)



Kualifikasi perbuatan melawan hokum, karena pihak IPB menyuntik anak monyet sampai
mati, kera menurut amerika serikat merupakan satwa yang harus/mendpat perlindungan.
Sehingga perbuatan IPB menyuntik mati anak kera diklasifikasikan sebagai perbuatan
melawan hokum.

1. Titik taut sekunder yaitu titik taut/factor-faktor/keadaan-keadaan yang menentukan

hukummana yang harus diberlakukan



Dalam kasus ini, titik taut sekunder untuk klasifikasi perjanjian karena dalam perjanjian yang
dibuat oleh IPB dengan amerika serikat tidak ada pilihan hokum maupun pilihan forum, maka
yang menjadi titik taut sekundernya bisa ada beberapa antara lain

1. Lex loci contractus
2. Lex loci solusionis
3.

The proper law of the contract , Digunakan untuk mengedepankan apa yang dinamakan
“intention of the parties” hokum yang ingin diberlakukan untuk perjanjian tersebut karena
dikehendaki oleh para pihak ybs. Hukum yang dikehendaki itu bisa dinyatakan secara tegas yaitu
dicantumkan dalam perjanjian, bisa pula tidak dinyatakan secara tegas

àapabila ditegaskan keinginan para pihak,maka hokum yang diberlakukan adalah yang
ditegaskan
àapabila tidak ditegaskan,maka harus disimpulkan oleh pengadilan dengan melihat pada isi
perjanjian, bentuknya unsure-unsur perjanjian maupun kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa
disekelilingnya yang relevan dengan perjanjian tersebut.
4. The most characteristic connection adalah untuk menentukan hokum mana yang berlaku adalah
hokum dari Negara dengan mana kontrak bersangkutan mempunyai prestasi yang paling kuat.


1. LEX CAUSE à hokum yang dipakai untuk menyelesaikan perkara
1. Apabila perjanjian dibuat di Indonesia maka berdasarkan lex loci contractus,
maka hokum Indonesia yang dipakai. Tetapi kalau perjanjian dibuat di Amerika
serikat, maka hokum amerika serikat yang dipakai.
2. Berdasarkan lex loci solusionis. Apabila isi perjanjian dilaksanakan di Indonesia,
maka hokum Indonesia yang dipakai, apabila isi perjanjian dilaksanakan di
Amerika serikat,maka hokum AS yang dipakai.


Berdasarkan the most characteristic connection, aka hokum yang berlaku adalah Hukum
Indonesia karena yang melakukan prestasi paling kuat/paling dominan adalah IPB sebagai
penjual kera, karena IPB yang harus menyerahkan kera,merawat dan menjaga kera dengan baik
sampai nanti kera diserahkan kepada pihak amerika serikat.

Hukum Perdata Internasional : Kasus Babcock dan Jackson
Fakta:


Miss Georgia Babcock dengan kawan-kawannya yaitu Mr. dan Mrs William Jackson

pergi untuk week end ke Canada pada tanggal 16 september tahun 1960,dengan memakai
mobil Jackson. Mereka semua penduduk Rochester (New York). Waktu melewati




propinsi Ontario. Mereka mengalami kecelakaan yang menyebabkan Miss Babcock luka
berat…
Sekembalinya ke New York, Miss Babcock melakukan tuntutan ganti rugi terhadap
Jackson berdasarkan “negligence”.
Pada waktu kecelakaan terjadi, di Ontario berlaku suatu “Guest Statue” yang pada
pokoknya menentukan bahwa orang-orang yang hanya merupakan Guest tanpa bayaran
tidak dapat menuntut konpensasi apapun jika terjadi kecelakaan. Ketentuan sedemikian
tidak ada dalam perundang-undangan Negara bagian New York.

Jawaban
1. FORUM YANG BERWENANG


Berdasarkan prinsip forum rei (Actor sequitor forum rei) yaitu gugatan diajukan ke pengadilan

tempat dimana tergugat bertempat tinggal, maka forum yang berwenang adalah PN New York
karena Jackson (tergugat) bertempat tinggal di new York
1. TITIK TAUT PRIMER



Apakah perkara ini termasuk HPI? Ya



Apa titik taut primer nya? Dalam perkara ini titik taut primernya adalah tempat terjadinya
perbuatan melawan hokum (tempat kecelakaan) yaitu di oktario. Ini sebagai element asing bila
ditinjau oleh PN New York.
1. Kualifikasi



Perkara ini menurut PN New York termasuk kualifikasi perbuatan melawan hokum karena
menyangkut masalah ganti rugi yang disebabkan neglicence.
1. TITIK TAUT SEKUNDER

Dalam kasus ini yang menjadi titik taut sekundernya adalah loci delicti (Hukum yang dipakai
adalah hokum dari tempat dimana perbuatan melanggar hokum dilakukan
2. Hukum yang dipakai dalam kasus ini adalah



Pengadilan TK I : Memakai lex locus delicti yaitu hokum Ontario demikian pula dengan;



Pengadilan TK II : pun menggunakan hokum Ontario sebagai hokum tempat terjadinya
kecelakaan



Dua diatas masih memakai teori klasik



Tetapi di tingkat kasasi hokum yang dipergunakan adalah hokum new York karena kepentingan

new York jauh melebihi kepentingan Ontario : concen dari new York adalah greater and more
direct daripada interest Octario

Factor-factor yang menyatakan hal ini adalah:
 Gugatan diajukan oleh seorang newyork guest terhadap new York host.
 Surat izin mengemudi dan asuransi mobilnya di new York


Perjalanan week end ini dimulai dan diharapkan berakhir di new York

Jadi memang new York yang memiliki “superior Claim” untuk pemakaian hokum dan juga the
Strongest interest dalam perkara ini.
Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tadi maka hokum yang dipakai dalam
perkara Babcock ini adalah hokum new York, dan gugatan babcock dimenangkan dan keputusankeputusan dari hakim rendahan yang telah memenangkan pihak jacson di batalkan dan eksepsi
dari yang disebut belakangan ini dikesampingkan.
Hukum Perdata Internasional : Asas dalam penentuan forum yang berwenang
1. Principle Forum rei, bahwa gugatan diajukan ke pengadilan,tempat dimana tergugat
bertempat tinggal
2. Principle of forum of convenience, adalah suatu prinsip bahwa pengajuan perkara
sebaiknya dilakukan ditempat tergugat karena untuk memberikan kemudahan kepada

tergugat. Antara lain tergugat dapat melakukan pembelaan
3. Principle of effectiviness, adalah suatu prinsip bahwa suatu perkara sebaiknya diajukan
ke pengadilan dimana hakim akan mudah untuk melakukan eksekusi

Hukum Perdata Internasional : Persoalan Pendahuluan
Persoalan pendahuluan, Keputusan terakhir dari suatu persoalan HPI yang diajukan di hadapan
hakim suatu Negara tergantung dari pemecahan terlebih dahulu daripada suatu persoalan lain.
Contoh
 Perkawinan “bukan gerejani” dari janda yunani.
Misalnya kita menghadapi persoalan HPI tentang warisan, menurut HPI Indonesia warisan diatur
menurut hokum nasional si pewaris. Seorang warganegara yunani telah meninggal di Indonesia
dan meninggalkan harta benda, maka persoalan warisannya harus diselesaikan menurut hokum
yunani. Ia telah menikah dengan seorang perempuan bukan yunani, perkawinan mana
dilangsungkan di luar negri yunani dan hanya di hadapan Pegawai Catatan Sipil belaka, tanpa di
gereja. Menurut hokum yunani perkawinan demikian adalah tidak sah, Kalau dipakai hokum
yunani maka sang janda tidak akan menerima apa-apa. Sebaliknya jika dipakai hokum Indonesia,
maka perkawinan tersebut adalah sah
Dalam contoh ini persoalan warisan adalah persoalan pokok, sedangkan pertanyaan mengenai
sah tidak nya perkawinan antara si pewaris junani dengan perempuan bersangkutan adalah

persoalan pendahuluan. Persoalan mengenai status sang perempuan ini harus terlebih dahulu
diselesaikan sebelum dapat diambil keputusan dalam perkara warisan bersangkutan.
Hukum Perdata Internasional : Hak-hak Yang telah diperoleh
Hak-hak yang diperoleh datap dijabarkan seperti ini,Hukum yang baru pada umumnya tidak
mempunyai kekuatan berlaku surut. Dirasakan perlu untuk memberikan perlindungan kepada
hak-hak yang telah diperoleh
Misal
 Seseorang dianggap dewasa menurut ketentuan Negara x kemudian menjadi warganegara
Y yang menentukan batas kedewasaan secara berlainan hingga orang bersangkutan
menurut hokum dari Y belum cukup umur. Apakah karena perubahan kewarganegaraan
ini ia dari deasa menjadi tidak dewasa lagi. Jika diterima ketentuan : “sekali dewasa, tetap
dewasa”, maka menurut HPI dari Negara baru bersangkutan ini ia tetap dewasa dan
diterimalah prinsip tentang “hak-hak yang telah diperoleh”

Hukum Perdata Internasional : Pilihan Hukum
Pilihan Hukum berarti, Para pihak dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka
dapat memilih sendiri hokum yang harus dipakai untuk kontrak mereka. Para pihak dapat
memilih hokum tertentu. Mereka hanya bebas untuk memilih ,tetapi mereka tidak bebas untuk
menentukan sendiri perundang-undangan nya.
Pilihan hokum sudah diterima secara luas, yang menjadi persoalan adalah batas-batas daripada
wewenang untuk memilih hokum ini,Pilihan hokum hanya boleh dilakukan sepanjang tidak
melanggar apa yang dikenal sebagai “ketertiban Umum. Pembatasan pilihan hokum ialah bahwa
pilihan hokum hanya boleh dilangsungkan mengenai bidang hokum kontrak dan juga di sini
tidak semua bidang kontrak dapat dilakukan, tetapi ada pengecualian nya seperti misalnya
kontrak kerja.
Macam-macam Pilihan Hukum
1. Pilihan Hukum secara tegas
Didalam klausula-klasula ada pilihan tegas dalam hokum mana yang digunakan. “This contract
will be governed by the laws of the republic of Indonesia”
2. Pilihan Hukum secara diam-diam
Kita dapat menyimpulkan maksud para pihak ini mengenai hokum yang mereka kehendaki dari
sikap mereka dari isi dan bentuk perjanjian, misalnya jika para pihak memilih domisili di kantor
pengadilan negri suatu Negara, maka dapat ditarik kesimpulan dari hal ini bahwa yang
dikehendaki oleh para pihak secara diam-diam adalah supaya hokum dari Negara tersebut yang
diberlakukan

3. Pilihan hokum yang dianggap
4. Pilihan hokum secara hypothetisch
Pembatasan dari kebebasan memilih hokum
 Pilihan hokum hanya dibenarkan dalam bidang hokum perjanjian . Tidak dapat diadakan
pilihan hokum dibidang hokum kekeluargaan

Hukum Perdata Internasional : Ketertiban Umum dan penyelundupan hukum
Ketertiban Umum, Jika oleh HPI kita telah ditentukan bahwa hokum asing harus diperlukan hal
ini tidak berarti bahwa selalu dan dalam semua hal harus dipergunakan hokum asing ini. Jika
pemakaiandari hokum asing berarti suatu pelanggaran yang sangat daripada sendi-sendi azasi
hokum nasional hakim. Maka dalam hal-hal pengecualian, hakim dapat menyampingkan hokum
asing ini. Tapi tentun ketertiban umum ini hanya dipakai dalam hal yang urgent saja karena bila
selalu dipakai maka HPI tidak akan berkembang dan percuma kita mempelajari nya berjam-jam
dan tentu kita terjatuh dalam hal chauvinist hokum sendiri.
Contoh
 Diambil contoh masalah perbudakan . Kita di Indonesia memakai prinsip nasionalitas
dalam 16 A.B, maka orang asing yang berada di Indonesia memakai hokum nasional
mereka. Jika misalnya terdapat orang asing yang dalam hokum nasional nya masih
mengenal perbudakan seperti Negara terbelakang di afrika, maka apabila orang ini timbul
masalah hokum dengan budak nya dan menuntut tergugat sebagai budak nya nya untuk
tetap bekerja selamanya untuk dia maka pengadilan negri kita walaupun seharusnya
memakai kaidah-kaidah hokum nasional negra afrika kita dapat tidak menggunakan nya
dengan alasan melanggar ketertiban umum Indonesia berupa pancasil yang menentang
permasalahn perbudakan

Penyelundupan Hukum, kita saksikan hokum nasional tetap berlaku itu dan dianggap tepat pada
suatu peristiwa tertentu saja, yakni karena kini ada seorang yang untuk mendapatkan berlaku nya
hokum asing telah melakukan suatu tindakan yang bersifat mengindarkan pemakaian hokum
nasional itu, Jadi hokum asing yang dikesampingkan karena pemyelundupan hokum, akan
mengakibatkan bahwa untuk hal-hal lainnya akan selalu boleh dipergunakan hokum asing itu
Contoh:
 Perkawinan orang-orang dari Indonesia di penang atau singapura., Dalam praktek hokum
Indonesia dikenal kemungkinan untuk mengelakkan kesulitan larangan menikah kembali
bagi pihak perempuan yang telah bercerai sebelum 300 hari lewat, akan tetapi ada
obatnya yaitu menikah di penang atau singapura yang tidak mengenal batas menikah
kembali dalam hokum inggris

Hukum Perdata Internasional : Asas-asas PHI dalam penentuan hukum mana yang
dipakai/asas-asas titik taut sekunder
Asas-asas
HPI
1. Lex Rei Sitae ( Lex Situs ): hukum yang berlaku atas suatu benda adalah hukum dari tempat
dimana benda itu terletak atau berada → bias benda bergerak, berwujud, atau tak berwujud.
2. Lex Loci Contractus: terhadap perjanjian yang bersifat HPI berlaku kaidah hukum dari tempat
pembuatan perjanjian/ tempat dimana perjanjian ditandatangani.
3. Lex Loci Solutionis: hukum yang berlaku adalah tempat dimana isi perjanjian dilaksanakan.

4. Lex Loci Celebrationis: hukum yang berlaku bagi sebuah perkawinan adalah sesuai dengan
hukum tempat perkawinan itu dilangsungkan.
5. Lex Domicile: hukum yang berlaku adalah tempat seseorang berkediaman tetap/ permanent
home.
6. Lex Patriae: hukum yang berlaku adalah dari tempat seseorang berkewarganegaraan.
7. Lex Loci Forum: hukum yang berlaku adalah tempat perbuatan resmi dilakukan. Perbuatan
resmi adalah pendaftaran tanah, kapal dan gugatan perkara itu diajukan dan perbuatan hukum
yang diajukan.
8.Lex Loci delicti commisi tator:Hukum dari tempat dimana perbuatan melanggar hukum
dilakukan
9. Asas choice of law ( pilihan hukum ): hukum yang berlaku adalah hukum yang dipilih
berdasarkan para pihak.

Hukum Perdata Internasional : Kwalifikasi
Yang dimaksud dengan kwalifikasi adalah melakukan translation atau penyalinan daripada faktafakta sehari-hari dalam istilah-istilah hokum.
Macam-macam kwalifikasi
1. Kwalifikasi menurut lex fori ( yaitu menurut hokum hakim) “yang kita pakai dalam
membedah kasus”
2. Kwalifikasi menurut lex causae (yaitu hokum yang dipergunakan untuk menyelesaikan
persoalan HPI bersangkutan)

3. Kwalifikasi secara
jurisprudence


otonom,

berdasarkan

comparative

method

atau

analytical

Kwalifikasi menurut lex fori
Kwalifikasi harus dilakukan menurut hokum materill sang hakim . Pengertian-pengertian hokum
yang dihadapi dalam kaidah-kaidah HPI harus dikwalifikasikan menurut system hokum Negara
sang hakim sendiri

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46