ALIRAN ILMU FILSAFAT NATURALISME DAN Materialisme sendiri

ALIRAN ILMU FILSAFAT NATURALISME

Oleh

IKA ROFIAH DEWI

(14041184049)

SUKMA YONA ASMARA

(14041184050)

KANAKA BHASWARA PRABHATA

(14041184052)

DIVA NADIASTITI AUDINA

(14041184071)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2014

FILSAFAT NATURALISME

Naturalisme, dapat didefinisikan adalah segala sesuatu yang ada adalah bagian
dari alam dan tidak ada kenyataan selain atau diluar alam. Ketika hal tersebut
mewakili sebagai definisi global, namun definisi tersebut tidak terlalu informatif atau
akurat. Jika "alam" dikenali sebagai apapun yang dimiliki alam adalah natural, maka
tuhan, malaikat, dan ruh-ruh di dunia lain juga di klasifikasikan sebagai natural
(orang theologi telah memiliki spekulasi mengenai alam dari tuhan, malaikat, dan
ruh). Perdebatan menarik terjadi ketika sudah menyangkut apa yang disebut dengan
'alam dari alam' mengidentifikasi apa yang positif disebut bagian dari alam atau
apakah itu natural dan apa yang tidak termasuk. Ketidakjelasan dari maksud
"naturalisme" dan "alam" menciptakan keresahan akhir akhir ini. Kita berada dalam
sebuah lingkungan intelektual dimana ada sebuah kesadaran bahwa naturalisme
adalah filosofi yang benar dengan kerangka hampir semua area filosofi[ CITATION
Ste08 \l 1057 ]. Menurut Kai Nielsen, Naturalisme menolak bahwa ada realita
spiritual atau supernatural lainnya. Tidak ada substansi mental murni, dan tidak ada

realita supernatural yang melebihi apa yang ada di dunia, atau setidaknya kita tidak
memiliki dasar yang kuat untuk mempercayai bahwa ada realita yang seperti itu.
Naturalisme adalah sebuah alat yang seharusnya kita gunakan dalam
menjawab sebuah masalah filosofi adalah sebuah metode dan pencarian mengenai
ilmu yang sudah matang (Rosenberg: 2005). Sebuah pandangan naturalisme dapat
mempertahankan unsur kebudayaan kita yang kaya dan moral. Naturalisme hadir
ketika filosofi positivisme dianggap sudah tidak ideal lagi. Dalam hal ini naturalisme
adalah lawan dari supranaturalisme.
1. Naturalisme Materalistik
Dalam mazhab filsafat naturalisme, dapat diperdalam lagi menjadi
materialisme. Disini aliran filsafat naturalisme menciptakan paham materialisme

dengan tokoh yang terkenal pada masa pertengahan itu adalah salah satunya Karl
Marx (1818-1883). Paham materialisme ini menganggap bahwa materi ada lebih dulu
daripada yang non-materi (contoh : jiwa). Materialisme memiliki pandangan bahwa
benda atau materi adalah sebagai satu satunya yang nyata. Dalam materialisme
modern mengatakan bahwa alam adalah sebuah realitas yang dapat disentuh, objek
yang dapat diketahui oleh manusia. Paham materialisme ini memiliki pengaruh besar
pada budaya ilmu pengetahuan modern saat ini, dengan bukti banyaknya penemuan
penemuan hebat di ilmu pengetahuan.

Materialisme sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu materialisme
mekanik, dan materialisme dialektik.
a. Materialisme Mekanik
Segala perubahan dalam dunia, gejala berdasarkan perbedaan serta gerak itu. Menurut
demokritos, hakiki yang berubah, sedangkan menurut Perminedes, hakiki yang
menetap. Aliran materialisme membatasi kenyataan. Segala sesuatu, yaitu kehidupan,
jiwa, roh, dikembalikan kepada materi[ CITATION Sut09 \l 1057 ] sehingga aliran
ini disebut juga materimonisme. Materi terdiri atas berbagai macam molekul dan
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa ada hukum yang mengatur materi, dan
kenyataan ini dipandang seperti sebagai suatu mesin (mekanisme)
b. Materalisme Dialektik
Materialisme dialektik timbul dari perjuangan sosial yang hebat, yang muncul sebagai
akibat dari Revolusi Industri. Ide tersebut banyak kaitannya dengan Karl Marx (18181883) dan Fredrich Engels (1820-1895), dan telah menjadi filsafat resmi dari Rusia
dan RRC; doktrin Marx dan Engels telah diberi tafsiran dan diperluas oleh Lenin,
Stalin, Mao Tse Tung dan lain-lainnya.
Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil dari
materi[ CITATION Sut09 \l 1057 ]. Jika melihat pernyataan tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa materi adalah yang pertama kali hadir, karena tanpa

hadirnya materi terlebih dahulu maka tidak dapat muncul sifat lainnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Feurbach. Marx juga menilai bahwa dunia misterius ini konstan,
baik dalam gerak maupun regenerasinya, materi adalah yang primer, sedangkan ide
atau kesadaran adalah sekunder[ CITATION ASu11 \l 1057 ].
2. Naturalisme Humanistik
Cabang lainnya dari Naturalisme adalah Naturalisme Humanistik. Manusia pada
hakikatnya mampu mengendalikan dan memahami tentang apapun yang ada di dunia
ini melalui metode ilmu pengetahuan. Konsep spiritual, instituisi tidak pernah
menjadi proses lebih dari sekedar opini pribadi, tidak ada batas yang jelas antara
mana yang naturalis dan mana yang tidak, semuanya merupakan hasil definisi dari
alam. Paham ini ada karena para naturalis setuju bahwa perlu adanya adaptasi untuk
perubahan terkini, hanya saja di setiap perubahan tentu harus ada yang dikorbankan
untuk dapat bertahan.
a. Metode Naturalisme Humanistik
Pengikut-pengikut aliran naturalisme humanistik mempunyai rasa hormat
terhadap sains modern; mereka menerima asumsinya, postulat-postulatnya dan
penemuan-penemuannya. Sangat besar perhatian mereka kepada biologi, psikologi,
kedokteran, dan penyelidikan-penyelidikan sosial karena perhatian ilmu-ilmu tersebut
dipusatkan pada manusia dan kesejahteraannya.
Seorang naturalis humanis mengakui bahwa hukum-hukum alam itu adalah bentukan
manusia. Naturalisme humanis adalah suatu filsafat yang didasarkan atas metode

empiris ilmiah dan mementingkan hipotesa dan eksperimen untuk maksud kontrol.
Pengikut-pengikut aliran naturalis humanis menekankan prinsip kontinuitas. Tidak
ada perbedaan yang tajam antara proses intelektual, biologis, dan fisik. Pengikut
naturalisme humanistik menyangkal bahwa kekayaan pengalaman manusia dan
bermacam-macam fenomena alamiah tak dapat diterangkan atau diciutkan dalam
suatu hal yang lain. Sanggahan terhadap reduksionisme membedakan naturalisme

humanistik dari materialisme kuno. Dunia adalah yang ada atau yang tampak.
Naturalisme baru menerima realitas proses fisik dan intelektual serta menerima
adanya proses-proses ini sebagai fakta empiris.
b. Pandangan Alam Menurut Humanis
Para pengikut naturalisme humanistik menganggap alam sebagai 'ada dengan
sendirinya dan tidak diciptakan'. Dengan begitu maka kaum humanis mendukung
pandangan naturalis yang sepenuhnya tentang alam dan kehidupan. Bagi kaum
naturalis masa kini, alam itu bertindak sebagai kategori yang mengandung segalanya,
seperti yang dilakukan oleh being (ada, wujud) dalam pemikiran Yunani, atau realitas
bagi kaum idealis.
Ada kelompok humanis yang tetap memakai kata 'religion' (agama), tetapi dengan
arti baru; kelompok lain lebih suka menanggalkan kata agama dan menggantinya
dengan 'cara hidup yang humanis'.

Agama kelompok humanis adalah hasil masyarakat; ini berarti setia kepada nilai-nilai
hidup dan usaha bersama mencapai kehidupan yang lebih baik. Sesuatu yang bersifat
keagamaan dan spiritual bukannya suatu hal yang asing bagi manusia atau dipaksakan
dari luar, tetapi merupakan kualitas kehidupan manusia yang terdapat dalam aktivitas
kemanusiaannya.
John Dewey mengatakan 'aktivitas apa saja yang dilakukan untuk suatu ideal, dengan
menghadapi rintangan-rintangan atau ancaman kerugian pribadi, oleh karena
keyakinan terhadap nilai yang umum dan abadi, semua itu bersifat keagamaan'
(Harold H. Titus dkk., 1984: 310).

Esensi dari agama dalam pandangan mereka

adalah integrasi kepribadian manusia yang meliputi loyalitas terhadap ideal yang
tinggi. Ini adalah agama tanpa Tuhan; kaum humanis mengatakan bahwa filsafat
mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan agama. Kelompok humanis mengharap
untuk mempersatukan pikiran ilmiah, sosial, dan keagamaan dalam suatu filsafat
yang terpadu dan diarahkan untuk mencapai kebahagiaan manusia.

References
Bashour, B., & Muller, H. D. (2014). Contemporary Philosophical Naturalism and

Its Implications. New York: Routledge.
Braddon, D., & Lola, R. (2009). Conceptual Analysis and Philosopical Naturalism.
Cambridge: Massachusetts Institute of Technology Press.
Goetz, S., & Talieferro, C. (2008). Naturalism. Cambridge: Wm. B. Errdmans
Publishing Co.
Papineau, D. (2007, Februari 22). Naturalism. Dipetik September 16, 2014, dari
Stanford Encyclopedia of Philosophy:
http://plato.stanford.edu/entries/naturalism
Rosenberg, A. (2005). Philosophy of Science: A Contemporary Introduction. New
York: Routledge.
Solomon, R. C. (1981). Introducing Philosophy, Problems and Respectives. New
York: Harcourt Brace Johanovich Inc.
Supriyanto, S. (2013). Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Susanto, A. (2011). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Titus, H. H. (1963). Living Issues in Philosophy. New York: American Book Co.
Wiramihardja, S. A. (2009). Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah. Bandung:
PT Refika Aditama.

Terbit dan tenggelamnya matahari, peredaran planet-planet dan susunan

bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali
manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta, .Ilmu pengetahuan itu
sendiri hanya menjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukumhukum matematika.Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji,
menghubungkan semua keteraturan yang teramati.Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan
bagaimana dan mengapa.Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu
mengalami kesulitan yang luar biasa.