HAMBATAN DAN SOLUSI PEMBANGUNAN EKONOMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas tentang Hambatan Dan Solusi Pembangunan
Ekonomi Indonesia ini dengan tepat waktu.
Dalam menyusun paper ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan paper ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan paper ini ini.
Saya sebagai penulis sangat menyadari paper ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saya memohon kesadaran para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan paper yang akan datang.
.Akhir kata kami berharap semoga paper Hambatan dan Solusi Pembangunan
Ekonomi Indonesia dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan,
September 2017
Penulis
ABSTRACT
With the enactment of Law Number 23 of 2004 regarding the amendment to Law No. 22 of
1999 on Regional Autonomy, there has also been a shift in economic development which was
centralized, now leading to decentralization by giving freedom to regions to develop their
territories including development in its economic field.
Understanding and application of regional development is generally associated with
economic policy or political decisions relating to the spatial allocation of national
development policies as a whole. Thus, national agreements with respect to the political
system and government, or other fundamental rules, determine the understanding of regional
development. It is for this reason that the views on regional development of each country will
vary greatly. Singapore, Brunei, or a small country are very likely not familiar with the terms
of regional development. In contrast, for large countries, such as Indonesia or the United
States need to establish detailed definitions of regional development to implement its
development
The legal basis for the implementation of regional development comes from the 1945 Chapter
of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. To this end, the formal implementation
of the article consists of three important moments, namely Law No. 5 of 1974 on the
Principles of Governance in the Region and Law No. 22 of 1999 and Law No. 32 Year 2004
on Regional Government. Prior to 1974, not only regional development, national
development was also recognized not well defined and planned. Implementation of regional
development based on Law No. 5 of 1974 on the Principles of Governance in the Region,
proved to support the success of national development until Pelita VI but also able to directly
legitimize the leadership of President Suharto. While Law No. 22 of 1999 which is corrected
by Law No. 32 of 2004 is more systematic corrections caused by structural problems
(systemic) as well as in implementation. Therefore we try to make an exposition of regional
development in a paper entitled "Strategy of Regional Economic Development".
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang perubahan atas UU
Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah, maka terjadi pula pergeseran dalam
pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralisasi (terpusat), sekarang mengarah
kepada desentralisasi yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya.
Pengertian dan penerapan pembangunan daerah umumnya dikaitkan dengan kebijakan
ekonomi atau keputusan politik yang berhubungan dengan alokasi secara spasial dari
kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan demikian, kesepakatankesepakatan nasional menyangkut sistem politik dan pemerintahan, atau aturan mendasar
lainnya, sangat menentukan pengertian dari pembangunan daerah. Atas dasar alasan itulah
pandangan terhadap pembangunan daerah dari setiap negara akan sangat beragam. Singapura,
Brunei, atau negara yang berukuran kecil sangat mungkin tidak mengenal istilah
pembangunan daerah. Sebaliknya bagi negara besar, seperti Indonesia atau Amerika Serikat
perlu
menetapkan
definisi-definisi
pembangunan
daerah
yang
rinci
untuk
mengimplementasikan pembangunannya.
Dasar hukum penyelenggaraan pembangunan daerah bersumber dari Undang-Undang
Dasar (UUD) Negara RI 1945 Bab VI pasal 18. Hingga saat ini, implementasi formal pasal
tersebut terdiri tiga kali momentum penting, yaitu UU No 5 Tahun 1974 tentang PokokPokok Pemerintahan di Daerah dan UU No 22 Tahun 1999 serta UU No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Sebelum tahun 1974, bukan saja pembangunan daerah,
pembangunan nasional juga diakui belum didefinisikan dan direncanakan secara baik.
Implementasi pembangunan daerah berdasar UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah, terbukti sangat mendukung keberhasilan pembangunan nasional
hingga Pelita VI tetapi juga mampu secara langsung melegitimasi kepemimpinan Presiden
Suharto. Sementara UU No 22 Tahun 1999 yang diperbaiki dengan UU No 32 Tahun 2004
lebih merupakan koreksi-koreksi sistematis disebabkan oleh permasalahan struktural
(sistemik) maupun dalam hal implementasi. Maka dari itu kami mencoba membuat suatu
pemaparan mengenai pembangunan daerah dalam sebuah makalah yang berjudul “ Strategi
Pembangunan Ekonomi Daerah ”.
2. Identifikasi Permasalahan
Permasalahan yang diangkat di dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
2. Pembangunan Ekonomi Indonesia
3. Hambatan- Hambatan dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
4. Solusi untuk Hambatan Pembangunan Ekonomi Indonesia
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui hambatan dan solusi
pembangunan ekonomi khususnya di Indonesia.
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Menurut Meier dan Baldwin (dalam Safril, 2003:142) bahwa “Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses, dengan proses itu pendapatan nasional real suatu perekonomian
bertambah selama suatu periode waktu yang panjang”.
Hal senada dikemukakan pula oleh Djojohadikusumo (1991) bahwa “Pembangunan
ekonomi adalah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan menaikkan produktivitas per
kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill”.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi
adalah suatu kegiatan yang diarahkan kepada kehidupan perekonomian yang lebih baik bagi
masyarakat suatu bangsa.
2. Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan bangsa Indonesia meliputi seluruh aspek
perekonomian masyarakat, baik kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat
perkotaan, dengan tujuan utama mempebaiki dan meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat
Indonesia. Pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya
pertumbuhan sektor ekonomi dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, baik
potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Agar pelaksanaan pembangunan ekonomi dapat menyentuh seluruh aspek perekonomian
masyarakat dan pemerataan hasil-hasilnya, maka pemerintah mengeluarkan beberapa arah
kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi.
3. Masalah Dan Hambatan Pembangunan Ekonomi
Identifikasi masalah - masalah pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat upaya
pembangunan di negara-negara berkembang. Masalah-masalah yang teridentifikasi adalah
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan, kemiskinan,
pengangguran, keterbelakangan dan beban ketergantungan.
1. KEMISKINAN
Untuk memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya memunculkan
beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan (Friedmann, 1992: 89) sebagai
berikut :
a. Powerty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga minimum
yang dapat diterima secara sosial.
b. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Yaitu kemiskinan
yang jatuh dibawah standar konsumsi minimum dan karenanya tergantung pada
kebaikan. Sedangkan relatif adalah kemiskinan yang eksis di atas garis
kemiskinan absolut yang sering dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok
miskin dan kelompok non miskin berdasarkan income relatif.
c. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-orang
non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan apa saja demi
memperoleh upah yang ditawarkan.
d. Target population, populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang
dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka dapat
berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh tani yang tak
punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan wabah, serta penghuni
kampung kumuh perkotaan.
Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara sosio ekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin
memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum,
kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita,
pengeluaran konsumsi dan lain-lain.
2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan
antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya.
Contohnya, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa
tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain.
Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus
menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari:
3. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia
maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam
pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah.
Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut
atau karena bencana alam.
4. Kemiskinan kuktural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di
mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi
dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah
tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut
ukuran yang dipakai secara umum.
5. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia
yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya
Sumodiningrat (1998: 27) mengatakan bahwa munculnya kemiskinan
struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural,
yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan.
2. PENGANGGURAN
Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah klasik. Di satu sisi kelebihan
angkatan kerja dan di sisi lain kesulitan mencari tenaga kerja yang trampil dan
produktif. Pengangguran menjadi beban tenaga kerja produktif. Bila tingkat
ketergantungan semakin besar akan berdampak persoalan sosial, politik, dan
meningkatnya kriminalitas. Tingkat produksi menurun, pertumbuhan ekonomi
melambat dan tingkat kesejahteraan masyarakat turun.
A. Jenis-jenis Pengangguran
Jenis Pengangguran Berdasarkan kepada sumber / penyebab yang mewujudkan
pengangguran tersebut, yaitu terdiri dari:
a. Pengangguran normal atau friksional
b. Pengangguran siklikal
c. Pengangguran struktural
d. Pengangguran teknologi
Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang wujud, yaitu terdiri dari:
1. Pengangguran terbuka
2. Pengangguran tersembunyi
3. Pengangguran musiman
4. Setengah menganggur
B. Dampak Pengangguran.
1. Bagi perekonomian
a. Masyarakat tidak dapat memaksimumkan tingkat kesejahteraan yang
mungkin dicapainya.
b. Pendapatan pajak pemerintah berkurang.
c. Menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Terhadap Individu dan Masyarakat
a. Kehilangan mata pencaharian dan pendapatan
b. Kehilangan atau berkurangnya keterampilan
c. Menimbulkan ketidak-stabilan sosial dan politik
3. INFLASI
Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan terus
menerus. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan harga umum yang terjadi sekali
waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
A. Sebab-sebab timbulnya inflasi:
1. Pandangan Keynes
a. Jumlah uang beredar hanyalah salah satu faktor penentu tingkat harga.
b. Dalam jangka pendek Agregate Demand dan pajak juga mempengaruhi
inflasi.
2. Pandangan Aliran Ekspektasi Rasional dan Ekonomi sisi Penawaran
a. Ratex percaya bahwa inflasi merupakan fenomena moneter dan Jumlah
Uang Beredar merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga.
b. Ekonomi sisi penawaran; inflasi sebagai fenomena moneter, pembatasan
moneter untuk mengurangi inflasi, juga penurunan tarif pajak sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan penawaran
agregat sehingga tingkat inflasi dapat dikurangi.
3. Pandangan Kaum Strukturalis
a.
Disebabkan adanya kendala atau kekakuan struktural
b.
Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis.
c.
Kendala devisa.
d.
Kendala fiskal.
e.
Inflasi merupakan suatu yang inherent di dalam proses pembangunan
ekonomi itu sendiri.
B. Jenis Inflasi
1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pullinflation)/inflasi sisi permintaan
(demand-side inflation)/inflasi karena guncangan permintaan (demandshockinflation). Yaitu inflasi yang disebabkan sebagai akibat dari adanya
kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan
dengan penawaran atau produksi agregat.
2. Inflasi dorongan biaya (Cost-pushinflation)/inflasi sisi penawaran (supplyside
inflation)/inflasi karena guncangan penawaran (supply-shock inflation). Yaitu
a. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi
yang pesat dibandingankan dengan produktivitas dan efisiensi, yang
menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke
pasar.
b. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi terhadap
penawaran dari satu atau lebih sumberdaya.
c. Inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atu lebih sumberdaya
mengalami kenaikan atau dinaikkan.
3. Inflasi struktural (structural inflation). Yaitu inflasi yang terjadi sebagai akibat
dari adanya berbagai kendala atau kekauan strural yang menyebabkan
penawaran didalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif
terhadap permintaan yang meningkat.
Jenis-jenis Inflasi dilihat dari tingkat keparahannya yaitu
1. Inflasi sedang (moderate inflation) yaitu inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat lambat, dan tidak terlalu menimbulkan
distorsi pada pendapatan dan harga relatif;
2. Inflasi ganas (galloping inflation) yaitu inflasi yang mencapai antara dua
atau tiga digit.
3. Hiperinflasi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang sangat parah, bisa
mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis inflasi
yang mematikan.
C. Dampak Inflasi
Efek redistribusi dari inflasi adalah:
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang yang berpendapatan tetap,
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang,
c. Memperburuk pembagian kekayaan,
d. Penurunan dalam efisiensi ekonomi,
e. Perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja,
f. Menciptakan lingkungan yang tidak stabil,
g. Inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil, menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan di pasar modal,
h. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi menurun, dan
sebagai akibatnya, investasi sektor swasta teretekan sampai ke bawah tingkat
keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang
dapat dipinjamkan
i. Selama inflasi menuntun ke arah tingkat bunga riil yang rendah dan
ketidakseimbangan pasar modal, maka inflasi tersebut akan menurunkan
investasi dan pertumbuhan.
Pengalaman menunjukkan inflasi yang tidak stabil mengakibatkan masyarakat
kesulitan dlm berkonsumsi, berinvestasi, dan berproduksi. Akibat selanjutnya
‘menurunkan pertumbuhan ekonomi’. Jika tingkat inflasi dalam negeri lebih
tinggi dari negara lain, dampaknya:
Tingkat suku bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif dan memberikan
tekanan pada nilai mata uang dalam negeri
4. NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI)
Yang menjadi sorotan dalam NPI adalah ‘Neraca Transaksi Berjalan’ (current
account), yaitu merupakan gabungan antara Neraca Perdagangan (ekspor – impor)
dan Neraca Jasa yang mencakup jasa faktor produksi dan jasa non faktor produksi.
Neraca Pembayaran dapat DEFISIT jika IMPOR > EKSPOR
Neraca Pembayaran dapat SURPLUS jika EKSPOR > IMPOR
5. KURS ( Nilai Tukar Mata Uang ).
Seperti halnya inflasi, kestabilan kurs sangat penting Jika kurs tidak stabil akan
mengganggu roda perekonomian negara, hal ini dikarenakan pelaku ekonomi
kesulitan dalam mengambil keputusan ekonominya.
4. Solusi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Oleh Hendra Manurung
Pertemuan ketiga tingkat menteri Indonesia-Jepang di Tokyo baru-baru ini telah
menetapkan rencana strategis terkait Metropolitan Priority Area (MPA), dimana dalam
pertemuan ini diidentifikasi sejumlah 45 proyek terkait langsung dengan pelaksanaan MPA.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, sebanyak 18 proyek diantaranya
dikategorikan fast track project dan lima proyek lainnya flagship project yang menjadi
prioritas utama pemerintah pusat (Kompas 10/10/12). Dalam pengembangan 45 proyek
pembangunan ini diperlukan investasi sekitar Rp 410 triliun (3,4 triliun Yen), dimana
pembiayaannya ditanggung 55% oleh swasta dan 45% campuran antara program public
private partnership (PPP), APBN Indonesia, serta pembiayaan melalui skema pinjaman
bantuan lunak (soft loan). Kelima proyek yang dikatagorikan sebagai MPA flagship
project terdiri dari (1) Proyek konstruksimass rapid transportation (MRT) Jakarta; (2)
Pembangunan Pelabuhan International Cilamaya (Cilamaya’s International Sea Port); (3)
Perluasan dan pengembangan Bandara International Soekarno-Hatta; (4) Pembangunan Pusat
Riset Akademik Terpadu (New Academic Research Cluster); (5) Pembangunan pembuangan
kotoran (sewerage system) di DKI Jakarta.
Kesepakatan Indonesia dan Jepang di Tokyo terkait peningkatan kerjasama ekonomi,
terutama di sektor investasi, perdagangan, industri, dan pembangunan infrastruktur. Selama
ini volume perdagangan kedua negara mengalami peningkatan drastis, dimana tahun 2011
mencapai US$ 53 miliar (Rp 530 triliun), dan 2012 diperkirakan meningkat, seiring krisis
perekonomian global. Sementara itu investasi Jepang di Indonesia terus meningkat, dimana
2011 tercatat US$ 1,5 miliar (Rp 15 triliun). Hingga Juni 2012 realisasi investasi Jepang telah
mencapai US$ 1,13 miliar (Rp 11,3 triliun).
Menurut penulis, ketimpangan ekonomi mudah ditemukan dalam distribusi pendapatan
atau semakin melebarnya kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang mana
merupakan dua persoalan besar negara berkembang, termasuk Indonesia. Berawal dari
distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya kesenjangan
pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila
kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, yang pada akhirnya akan
menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang berdampak negatif. Bulan Mei 1997
hingga akhir tahun 1998 terjadi krisis moneter yang merupakan pukulan yang sangat berat
bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan
langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat
dari 6% menjadi 78%, sementara upah riil turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai
sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Pada tahun 1996 dan 1999 proporsi
orang yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah
penduduk.
Tingginya pertumbuhan ekonomi belum tentu dapat dijadikan indikator keberhasilan
mengurangi jumlah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan ekonomi masyarakat yang
semakin menurun dalam pembagian pendapatan, “ketimpangan relatif”. Akan tetapi hal itu
tentu tidak akan mengherankan bagi para ahli ekonomi pembangunan, dimulai dari Adam
Smith, Ricardo, Karl Marx, sampai pada Kuznets, telah mengemukakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses yang tidak merata. Seperti telah dikatakan secara ironis
oleh Arthur Lewis, “Kalau ada yang mengherankan, ialah keheranan tersebut, bahwa proses
per-tumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak merata.” (Thee Kian Wie,
Pemerataan-Kemiskinan-Ketimpangan:
Beberapa
Pemikiran
Tentang
Pertumbuhan
Ekonomi,1981).
Bank Pembangunan Asia (Asia Development/ADB) memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Asia melambat dari 7,2% di 2011 menjadi 6,1% di 2012. Mengapa ekonomi
Indonesia masih mampu bertumbuh ? Menurut Senior Country Economist Indonesia Resident
Mission ADB, Edimon Ginting mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia tahun
ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak kuat. Diharapkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan tetap tumbuh tinggi mencapai 6,3%. Bahkan di 2013 pertumbuhan ekonomi
Indonesia tetap tumbuh lagi menjadi 6,6% (ADB Outlook 2012 Update, 3/10/12).
Faktor penentu yang mendorong ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi adalah
kepercayaan bisnis di Indonesia masih tinggi dan kinerja ekspor akan membaik pada kuartal
IV-2012. Selain itu, dampak krisis ekonomi global yang mengalami slowdown tidak akan
terlalu berdampak, Indonesia masih beruntung memiliki tingkat konsumsi masyarakat yang
tinggi dan mampu menjadi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diakui
bahwa selama ini pelambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan Asia Pasifik ini
diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China dan India yang selama beberapa
tahun ini menjadi lokomotif penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia (2006-2011). Bank
Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pelambatan ekonomi Asia sangat signifikan
melemah 2012 ini, hingga hanya mencapai 6,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 7,2% (2011). Namun pada 2013 diprediksi pertumbuhan ekonomi di Asia masih
tumbuh 6,7% tetapi masih lebih rendah dibandingkan 2011. Penyebab utama dari pelemahan
pertumbuhan di China dan India, yang diakibatkan penurunan investasi dari capital outflows
(dana asing yang keluar), dan volume ekspor yang menurun. Hal ini semakin diperparah
dengan dampak penurunan investasi asing di India lebih besar lagi karena melambatnya
reformasi sehingga berdampak pada pelambatan ekonomi.
Dalam usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik
untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat dilaksanakan
oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi kemiskinan dan
ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran distribusi pendapatan pada
umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan golongan ekonomi bawah 40
% penduduk pada khususnya, maka perlu dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi
distribusi pendapatan di dalam perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya
pemerintah agar dapat mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.
Menurut W.Arthur Lewis (Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan
Ekonomi,1962) semua pemerintah modern menjunjung tinggi asas persamaan dan berupaya
menghapuskan pendapatan yang di satu pihak berlebihan banyaknya sedangkan di lain pihak
terlalu sedikit. Untuk menjawab ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Membagikan kembali pendapatan itu dengan cara pemungutan pajak.
2. Mengubah faktor-faktor pokok yang menentukan distribusi pendapatan sedemikian rupa
sehingga distribusi pendapatan sebelum pengambilan pajak telah menjadi sama.
Irma
Adelman
dan
Cynthia
Taft
Morris
dalam
Lincolin
Arsyad
(Ekonomi
Pembangunan,1988) mengemukakan delapan faktor yang menyebabkan Ketidakmerataan
Distribusi Pendapatan di Negara-negara Berkembang.
1. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan pendapatanp per kapita semakin menurun.
2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang boros dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase
pendapatan dari harta tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan
yang berasal dari kerja, sehingga jumlah pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas social.
6. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan melonjaknya harga
barang hasil industri untuk melindungi kepentingan usaha-usaha kapitalis .
7. Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan
internasional dengan negara maju.
8. Hancurnya sentra industri kerajinan rakyat (usaha kecil dan menengah, UKM) dan
koperasi.
Anne Booth dan R.M.Sundrum dalam H.W. Arndt (Pembangunan dan Pemerataan
Pembangunan di Masa Orde Baru,1983), ada enam determinan distribusi pendapatan di
Indonesia, yaitu :
1. Pemilikan dan distribusi tanah pertanian.
2. Perolehan lahan.
3. Penggantian upah dan tenaga kerja di pedesaan.
4. Term of trade sektor pertanian.
5. Perolehan pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan.
6. Disparitas perkotaan-pedesaan.
Menurut M. P. Todaro (Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, 2004), ada empat
bidang luas yang terbuka bagi intervensi pemerintah masing-masing berkaitan erat dengan
keempat element pokok yang merupakan faktor-faktor penentu utama atau baik tidaknya
kondisi-kondisi distribusi pendapatan di sebagian negara berkembang. Adapun keempat
elemen pokok tersebut adalah :
a. Distribusi fungsional;
b. Distribusi ukuran;
c. Program redistribusi pendapatan;
d. Peningkatan distribusi pendapatan langsung, terutama bagi kelompok-kelompok
masyarakat yang berpenghasilan relatif rendah. Pendapat senada disampaikan Adler
Manurung (Kompas 18/12/2005), melebarnya kesenjangan kedua kelompok sosial
ekonomi
diakibatkan
oleh
belum
terarahnya
distribusi
belanja
pemerintah.
Ketidakterarahan ini menyebabkan belanja investasi menjadi tersendat. Akibatnya, meski
secara nilai pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, namun secara realitas kurang berkualitas.
Pada gilirannya, hal ini memerlukan optimalisasi belanja pemerintah. Ini akan mampu
memberikan suntikan investasi bagi yang lain. Perbaiki itu jalan jalan. Itu akan
mendorong rakyat kecil mendapatkan pendapatan. Kalau mereka dapat uang, daya beli
mereka akan naik.
Sistem perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalis,
bahkan lebih kapitalis dibandingkan dengan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
perekonomian hanya terpusat atau dikuasai oleh para pemilik modal. Tentunya mereka yang
memiliki modal yang besar mampu berinvestasi dalam membangun industri-industri yang
diharapkan dapat meningkatkan penghasilan. Apalagi di indonesia masih sangat bergantung
pada investasi asing dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia. Pengalaman di
Indonesia menunjukkan betapa pentingnya aspek investasi. Investasi diperlukan untuk proses
pembangunan nasional, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. Investasi yang
sangat banyak dalam industri yang padat modal menyebabkan kesenjangan pendapatan
semakin tinggi. Strategi pembangunan yang dilakukan pada masa Orde Baru telah berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar lebih 7% per tahun dibarengi dengan proses
transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri (1966-1998). Adapun industri
yang dikembangkan lebih menitikberatkan pada industri yang padat modal, sehingga
pemerintah meningkatkan investasi untuk menjalankan proyek-proyek yang padat modal.
Namun, keberhasilan proses industrialisasi lebih banyak dinikmati oleh golongan atas
sehingga memunculkan fenomena trade off terhadap pemerataan pendapatan.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa investasi padat modal, tingkat inflasi dan tingkat
upah yang rendah dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan di Indonesia. Investasi yang
cenderung padat modal, mengakibatkan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan,
sehingga pendapatan yang mereka terima sangat kecil. Inflasi yang tidak terkendali
menyebabkan perekonomian terbengkalai dan masyarakat semakin tidak dapat menikmati
hasil pembangunan. Juga upah yang masih rendah dikalangan masya-rakat menengah ke
bawah menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar, diantara berbagai
golongan lapisan masyarakat.
2. Saran
a. Dalam upaya mengurangi investasi pada industri padat modal, maka pemerintah harus :
1. menitikberatkan investasi pada proyek-proyek yang padat karya, agar penduduk
dapat bekerja dan meningkatkan taraf hidup mereka;
2. membangun sektor-sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dan koperasi, sehingga
kehidupan masyarakat menengah bawah lebih baik;
3. membangun sektor pertanian yang merupakan tulang punggung perekonomian
Indonesia, dengan memberikan subsidi sektor pertanian dan menerapkan teknologi
canggih agar hasil pertanian memiliki kualitas yang unggul dan mampu memenuhi
kebutuhan dalam negeri serta sisanya dapat di ekspor.
b. Pemerintah Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum kerjasama ini melalui
komitmen berkelanjutan memperbaiki iklim investasi nasional; jaminan stabilitas
keamanan dunia usaha dan kegiatan bisnis di kawasan industri (MM2100 Cibitung,
Jatake Tangerang, Kota Jababeka Cikarang, Lippo, Hyundai, EJIP, Delta Silicon,
Batam); dan membenahi berbagai pengadaan fasilitas infrastruktur. Diharapkan melalui
solusi pemecahan masalah ini, pemerintah mampu untuk mencegah terjadinya
penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi. Pembangunan
infrastruktur yang berkualitas dan memanusiakan manusia jelas merupakan sumber
utama pertumbuhan ekonomi masa kini dan mendatang, seperti yang pernah dilakukan
oleh Jepang, Korea Selatan, Cina, India, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.
DAFTAR PUSTAKA
-
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi
-
http://agusqrana.blogspot.com/2015/03/makalah-manfaat-ekonomipembangunan.html
-
http://dwipancaagustini.blogspot.com/2013/06/kebijakan-pembangunanekonomi.html
-
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/
bab2perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_ekonomi_ind
onesia.pdf
-
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2194028-pengertianpembangunan-ekonomi-tujuan-pembangunan/
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas tentang Hambatan Dan Solusi Pembangunan
Ekonomi Indonesia ini dengan tepat waktu.
Dalam menyusun paper ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan paper ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan paper ini ini.
Saya sebagai penulis sangat menyadari paper ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saya memohon kesadaran para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan paper yang akan datang.
.Akhir kata kami berharap semoga paper Hambatan dan Solusi Pembangunan
Ekonomi Indonesia dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan,
September 2017
Penulis
ABSTRACT
With the enactment of Law Number 23 of 2004 regarding the amendment to Law No. 22 of
1999 on Regional Autonomy, there has also been a shift in economic development which was
centralized, now leading to decentralization by giving freedom to regions to develop their
territories including development in its economic field.
Understanding and application of regional development is generally associated with
economic policy or political decisions relating to the spatial allocation of national
development policies as a whole. Thus, national agreements with respect to the political
system and government, or other fundamental rules, determine the understanding of regional
development. It is for this reason that the views on regional development of each country will
vary greatly. Singapore, Brunei, or a small country are very likely not familiar with the terms
of regional development. In contrast, for large countries, such as Indonesia or the United
States need to establish detailed definitions of regional development to implement its
development
The legal basis for the implementation of regional development comes from the 1945 Chapter
of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. To this end, the formal implementation
of the article consists of three important moments, namely Law No. 5 of 1974 on the
Principles of Governance in the Region and Law No. 22 of 1999 and Law No. 32 Year 2004
on Regional Government. Prior to 1974, not only regional development, national
development was also recognized not well defined and planned. Implementation of regional
development based on Law No. 5 of 1974 on the Principles of Governance in the Region,
proved to support the success of national development until Pelita VI but also able to directly
legitimize the leadership of President Suharto. While Law No. 22 of 1999 which is corrected
by Law No. 32 of 2004 is more systematic corrections caused by structural problems
(systemic) as well as in implementation. Therefore we try to make an exposition of regional
development in a paper entitled "Strategy of Regional Economic Development".
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang perubahan atas UU
Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah, maka terjadi pula pergeseran dalam
pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralisasi (terpusat), sekarang mengarah
kepada desentralisasi yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya.
Pengertian dan penerapan pembangunan daerah umumnya dikaitkan dengan kebijakan
ekonomi atau keputusan politik yang berhubungan dengan alokasi secara spasial dari
kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan demikian, kesepakatankesepakatan nasional menyangkut sistem politik dan pemerintahan, atau aturan mendasar
lainnya, sangat menentukan pengertian dari pembangunan daerah. Atas dasar alasan itulah
pandangan terhadap pembangunan daerah dari setiap negara akan sangat beragam. Singapura,
Brunei, atau negara yang berukuran kecil sangat mungkin tidak mengenal istilah
pembangunan daerah. Sebaliknya bagi negara besar, seperti Indonesia atau Amerika Serikat
perlu
menetapkan
definisi-definisi
pembangunan
daerah
yang
rinci
untuk
mengimplementasikan pembangunannya.
Dasar hukum penyelenggaraan pembangunan daerah bersumber dari Undang-Undang
Dasar (UUD) Negara RI 1945 Bab VI pasal 18. Hingga saat ini, implementasi formal pasal
tersebut terdiri tiga kali momentum penting, yaitu UU No 5 Tahun 1974 tentang PokokPokok Pemerintahan di Daerah dan UU No 22 Tahun 1999 serta UU No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Sebelum tahun 1974, bukan saja pembangunan daerah,
pembangunan nasional juga diakui belum didefinisikan dan direncanakan secara baik.
Implementasi pembangunan daerah berdasar UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah, terbukti sangat mendukung keberhasilan pembangunan nasional
hingga Pelita VI tetapi juga mampu secara langsung melegitimasi kepemimpinan Presiden
Suharto. Sementara UU No 22 Tahun 1999 yang diperbaiki dengan UU No 32 Tahun 2004
lebih merupakan koreksi-koreksi sistematis disebabkan oleh permasalahan struktural
(sistemik) maupun dalam hal implementasi. Maka dari itu kami mencoba membuat suatu
pemaparan mengenai pembangunan daerah dalam sebuah makalah yang berjudul “ Strategi
Pembangunan Ekonomi Daerah ”.
2. Identifikasi Permasalahan
Permasalahan yang diangkat di dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
2. Pembangunan Ekonomi Indonesia
3. Hambatan- Hambatan dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
4. Solusi untuk Hambatan Pembangunan Ekonomi Indonesia
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui hambatan dan solusi
pembangunan ekonomi khususnya di Indonesia.
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Menurut Meier dan Baldwin (dalam Safril, 2003:142) bahwa “Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses, dengan proses itu pendapatan nasional real suatu perekonomian
bertambah selama suatu periode waktu yang panjang”.
Hal senada dikemukakan pula oleh Djojohadikusumo (1991) bahwa “Pembangunan
ekonomi adalah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan menaikkan produktivitas per
kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill”.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan ekonomi
adalah suatu kegiatan yang diarahkan kepada kehidupan perekonomian yang lebih baik bagi
masyarakat suatu bangsa.
2. Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan bangsa Indonesia meliputi seluruh aspek
perekonomian masyarakat, baik kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat
perkotaan, dengan tujuan utama mempebaiki dan meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat
Indonesia. Pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya
pertumbuhan sektor ekonomi dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, baik
potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Agar pelaksanaan pembangunan ekonomi dapat menyentuh seluruh aspek perekonomian
masyarakat dan pemerataan hasil-hasilnya, maka pemerintah mengeluarkan beberapa arah
kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi.
3. Masalah Dan Hambatan Pembangunan Ekonomi
Identifikasi masalah - masalah pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat upaya
pembangunan di negara-negara berkembang. Masalah-masalah yang teridentifikasi adalah
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan, kemiskinan,
pengangguran, keterbelakangan dan beban ketergantungan.
1. KEMISKINAN
Untuk memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya memunculkan
beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan (Friedmann, 1992: 89) sebagai
berikut :
a. Powerty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga minimum
yang dapat diterima secara sosial.
b. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif). Yaitu kemiskinan
yang jatuh dibawah standar konsumsi minimum dan karenanya tergantung pada
kebaikan. Sedangkan relatif adalah kemiskinan yang eksis di atas garis
kemiskinan absolut yang sering dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok
miskin dan kelompok non miskin berdasarkan income relatif.
c. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-orang
non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan apa saja demi
memperoleh upah yang ditawarkan.
d. Target population, populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang
dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah. Mereka dapat
berupa rumah tangga yang dikepalai perempuan, anak-anak, buruh tani yang tak
punya lahan, petani tradisional kecil, korban perang dan wabah, serta penghuni
kampung kumuh perkotaan.
Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara sosio ekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin
memiliki tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum,
kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita,
pengeluaran konsumsi dan lain-lain.
2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan
antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya.
Contohnya, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa
tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain.
Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus
menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari:
3. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia
maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam
pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah.
Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut
atau karena bencana alam.
4. Kemiskinan kuktural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di
mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.
Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi
dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah
tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut
ukuran yang dipakai secara umum.
5. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia
yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya
Sumodiningrat (1998: 27) mengatakan bahwa munculnya kemiskinan
struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural,
yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan.
2. PENGANGGURAN
Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah klasik. Di satu sisi kelebihan
angkatan kerja dan di sisi lain kesulitan mencari tenaga kerja yang trampil dan
produktif. Pengangguran menjadi beban tenaga kerja produktif. Bila tingkat
ketergantungan semakin besar akan berdampak persoalan sosial, politik, dan
meningkatnya kriminalitas. Tingkat produksi menurun, pertumbuhan ekonomi
melambat dan tingkat kesejahteraan masyarakat turun.
A. Jenis-jenis Pengangguran
Jenis Pengangguran Berdasarkan kepada sumber / penyebab yang mewujudkan
pengangguran tersebut, yaitu terdiri dari:
a. Pengangguran normal atau friksional
b. Pengangguran siklikal
c. Pengangguran struktural
d. Pengangguran teknologi
Berdasarkan kepada ciri pengangguran yang wujud, yaitu terdiri dari:
1. Pengangguran terbuka
2. Pengangguran tersembunyi
3. Pengangguran musiman
4. Setengah menganggur
B. Dampak Pengangguran.
1. Bagi perekonomian
a. Masyarakat tidak dapat memaksimumkan tingkat kesejahteraan yang
mungkin dicapainya.
b. Pendapatan pajak pemerintah berkurang.
c. Menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Terhadap Individu dan Masyarakat
a. Kehilangan mata pencaharian dan pendapatan
b. Kehilangan atau berkurangnya keterampilan
c. Menimbulkan ketidak-stabilan sosial dan politik
3. INFLASI
Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan terus
menerus. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan harga umum yang terjadi sekali
waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
A. Sebab-sebab timbulnya inflasi:
1. Pandangan Keynes
a. Jumlah uang beredar hanyalah salah satu faktor penentu tingkat harga.
b. Dalam jangka pendek Agregate Demand dan pajak juga mempengaruhi
inflasi.
2. Pandangan Aliran Ekspektasi Rasional dan Ekonomi sisi Penawaran
a. Ratex percaya bahwa inflasi merupakan fenomena moneter dan Jumlah
Uang Beredar merupakan kunci untuk mencapai stabilitas harga.
b. Ekonomi sisi penawaran; inflasi sebagai fenomena moneter, pembatasan
moneter untuk mengurangi inflasi, juga penurunan tarif pajak sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan penawaran
agregat sehingga tingkat inflasi dapat dikurangi.
3. Pandangan Kaum Strukturalis
a.
Disebabkan adanya kendala atau kekakuan struktural
b.
Kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis.
c.
Kendala devisa.
d.
Kendala fiskal.
e.
Inflasi merupakan suatu yang inherent di dalam proses pembangunan
ekonomi itu sendiri.
B. Jenis Inflasi
1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pullinflation)/inflasi sisi permintaan
(demand-side inflation)/inflasi karena guncangan permintaan (demandshockinflation). Yaitu inflasi yang disebabkan sebagai akibat dari adanya
kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan
dengan penawaran atau produksi agregat.
2. Inflasi dorongan biaya (Cost-pushinflation)/inflasi sisi penawaran (supplyside
inflation)/inflasi karena guncangan penawaran (supply-shock inflation). Yaitu
a. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi
yang pesat dibandingankan dengan produktivitas dan efisiensi, yang
menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke
pasar.
b. Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi terhadap
penawaran dari satu atau lebih sumberdaya.
c. Inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atu lebih sumberdaya
mengalami kenaikan atau dinaikkan.
3. Inflasi struktural (structural inflation). Yaitu inflasi yang terjadi sebagai akibat
dari adanya berbagai kendala atau kekauan strural yang menyebabkan
penawaran didalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif
terhadap permintaan yang meningkat.
Jenis-jenis Inflasi dilihat dari tingkat keparahannya yaitu
1. Inflasi sedang (moderate inflation) yaitu inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat lambat, dan tidak terlalu menimbulkan
distorsi pada pendapatan dan harga relatif;
2. Inflasi ganas (galloping inflation) yaitu inflasi yang mencapai antara dua
atau tiga digit.
3. Hiperinflasi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang sangat parah, bisa
mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis inflasi
yang mematikan.
C. Dampak Inflasi
Efek redistribusi dari inflasi adalah:
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang yang berpendapatan tetap,
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang,
c. Memperburuk pembagian kekayaan,
d. Penurunan dalam efisiensi ekonomi,
e. Perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja,
f. Menciptakan lingkungan yang tidak stabil,
g. Inflasi cenderung memperendah tingkat bunga riil, menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan di pasar modal,
h. Hal ini akan menyebabkan penawaran dana untuk investasi menurun, dan
sebagai akibatnya, investasi sektor swasta teretekan sampai ke bawah tingkat
keseimbangannya, yang disebabkan oleh terbatasnya penawaran dana yang
dapat dipinjamkan
i. Selama inflasi menuntun ke arah tingkat bunga riil yang rendah dan
ketidakseimbangan pasar modal, maka inflasi tersebut akan menurunkan
investasi dan pertumbuhan.
Pengalaman menunjukkan inflasi yang tidak stabil mengakibatkan masyarakat
kesulitan dlm berkonsumsi, berinvestasi, dan berproduksi. Akibat selanjutnya
‘menurunkan pertumbuhan ekonomi’. Jika tingkat inflasi dalam negeri lebih
tinggi dari negara lain, dampaknya:
Tingkat suku bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif dan memberikan
tekanan pada nilai mata uang dalam negeri
4. NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI)
Yang menjadi sorotan dalam NPI adalah ‘Neraca Transaksi Berjalan’ (current
account), yaitu merupakan gabungan antara Neraca Perdagangan (ekspor – impor)
dan Neraca Jasa yang mencakup jasa faktor produksi dan jasa non faktor produksi.
Neraca Pembayaran dapat DEFISIT jika IMPOR > EKSPOR
Neraca Pembayaran dapat SURPLUS jika EKSPOR > IMPOR
5. KURS ( Nilai Tukar Mata Uang ).
Seperti halnya inflasi, kestabilan kurs sangat penting Jika kurs tidak stabil akan
mengganggu roda perekonomian negara, hal ini dikarenakan pelaku ekonomi
kesulitan dalam mengambil keputusan ekonominya.
4. Solusi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Oleh Hendra Manurung
Pertemuan ketiga tingkat menteri Indonesia-Jepang di Tokyo baru-baru ini telah
menetapkan rencana strategis terkait Metropolitan Priority Area (MPA), dimana dalam
pertemuan ini diidentifikasi sejumlah 45 proyek terkait langsung dengan pelaksanaan MPA.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, sebanyak 18 proyek diantaranya
dikategorikan fast track project dan lima proyek lainnya flagship project yang menjadi
prioritas utama pemerintah pusat (Kompas 10/10/12). Dalam pengembangan 45 proyek
pembangunan ini diperlukan investasi sekitar Rp 410 triliun (3,4 triliun Yen), dimana
pembiayaannya ditanggung 55% oleh swasta dan 45% campuran antara program public
private partnership (PPP), APBN Indonesia, serta pembiayaan melalui skema pinjaman
bantuan lunak (soft loan). Kelima proyek yang dikatagorikan sebagai MPA flagship
project terdiri dari (1) Proyek konstruksimass rapid transportation (MRT) Jakarta; (2)
Pembangunan Pelabuhan International Cilamaya (Cilamaya’s International Sea Port); (3)
Perluasan dan pengembangan Bandara International Soekarno-Hatta; (4) Pembangunan Pusat
Riset Akademik Terpadu (New Academic Research Cluster); (5) Pembangunan pembuangan
kotoran (sewerage system) di DKI Jakarta.
Kesepakatan Indonesia dan Jepang di Tokyo terkait peningkatan kerjasama ekonomi,
terutama di sektor investasi, perdagangan, industri, dan pembangunan infrastruktur. Selama
ini volume perdagangan kedua negara mengalami peningkatan drastis, dimana tahun 2011
mencapai US$ 53 miliar (Rp 530 triliun), dan 2012 diperkirakan meningkat, seiring krisis
perekonomian global. Sementara itu investasi Jepang di Indonesia terus meningkat, dimana
2011 tercatat US$ 1,5 miliar (Rp 15 triliun). Hingga Juni 2012 realisasi investasi Jepang telah
mencapai US$ 1,13 miliar (Rp 11,3 triliun).
Menurut penulis, ketimpangan ekonomi mudah ditemukan dalam distribusi pendapatan
atau semakin melebarnya kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang mana
merupakan dua persoalan besar negara berkembang, termasuk Indonesia. Berawal dari
distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya kesenjangan
pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila
kedua masalah tersebut berlarut-larut dan dibiarkan semakin parah, yang pada akhirnya akan
menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang berdampak negatif. Bulan Mei 1997
hingga akhir tahun 1998 terjadi krisis moneter yang merupakan pukulan yang sangat berat
bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan
langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat
dari 6% menjadi 78%, sementara upah riil turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai
sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Pada tahun 1996 dan 1999 proporsi
orang yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah
penduduk.
Tingginya pertumbuhan ekonomi belum tentu dapat dijadikan indikator keberhasilan
mengurangi jumlah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan ekonomi masyarakat yang
semakin menurun dalam pembagian pendapatan, “ketimpangan relatif”. Akan tetapi hal itu
tentu tidak akan mengherankan bagi para ahli ekonomi pembangunan, dimulai dari Adam
Smith, Ricardo, Karl Marx, sampai pada Kuznets, telah mengemukakan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses yang tidak merata. Seperti telah dikatakan secara ironis
oleh Arthur Lewis, “Kalau ada yang mengherankan, ialah keheranan tersebut, bahwa proses
per-tumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak merata.” (Thee Kian Wie,
Pemerataan-Kemiskinan-Ketimpangan:
Beberapa
Pemikiran
Tentang
Pertumbuhan
Ekonomi,1981).
Bank Pembangunan Asia (Asia Development/ADB) memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Asia melambat dari 7,2% di 2011 menjadi 6,1% di 2012. Mengapa ekonomi
Indonesia masih mampu bertumbuh ? Menurut Senior Country Economist Indonesia Resident
Mission ADB, Edimon Ginting mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia tahun
ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak kuat. Diharapkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan tetap tumbuh tinggi mencapai 6,3%. Bahkan di 2013 pertumbuhan ekonomi
Indonesia tetap tumbuh lagi menjadi 6,6% (ADB Outlook 2012 Update, 3/10/12).
Faktor penentu yang mendorong ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi adalah
kepercayaan bisnis di Indonesia masih tinggi dan kinerja ekspor akan membaik pada kuartal
IV-2012. Selain itu, dampak krisis ekonomi global yang mengalami slowdown tidak akan
terlalu berdampak, Indonesia masih beruntung memiliki tingkat konsumsi masyarakat yang
tinggi dan mampu menjadi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diakui
bahwa selama ini pelambatan pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan Asia Pasifik ini
diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China dan India yang selama beberapa
tahun ini menjadi lokomotif penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia (2006-2011). Bank
Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pelambatan ekonomi Asia sangat signifikan
melemah 2012 ini, hingga hanya mencapai 6,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 7,2% (2011). Namun pada 2013 diprediksi pertumbuhan ekonomi di Asia masih
tumbuh 6,7% tetapi masih lebih rendah dibandingkan 2011. Penyebab utama dari pelemahan
pertumbuhan di China dan India, yang diakibatkan penurunan investasi dari capital outflows
(dana asing yang keluar), dan volume ekspor yang menurun. Hal ini semakin diperparah
dengan dampak penurunan investasi asing di India lebih besar lagi karena melambatnya
reformasi sehingga berdampak pada pelambatan ekonomi.
Dalam usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik
untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat dilaksanakan
oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi kemiskinan dan
ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran distribusi pendapatan pada
umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan golongan ekonomi bawah 40
% penduduk pada khususnya, maka perlu dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi
distribusi pendapatan di dalam perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya
pemerintah agar dapat mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.
Menurut W.Arthur Lewis (Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan
Ekonomi,1962) semua pemerintah modern menjunjung tinggi asas persamaan dan berupaya
menghapuskan pendapatan yang di satu pihak berlebihan banyaknya sedangkan di lain pihak
terlalu sedikit. Untuk menjawab ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Membagikan kembali pendapatan itu dengan cara pemungutan pajak.
2. Mengubah faktor-faktor pokok yang menentukan distribusi pendapatan sedemikian rupa
sehingga distribusi pendapatan sebelum pengambilan pajak telah menjadi sama.
Irma
Adelman
dan
Cynthia
Taft
Morris
dalam
Lincolin
Arsyad
(Ekonomi
Pembangunan,1988) mengemukakan delapan faktor yang menyebabkan Ketidakmerataan
Distribusi Pendapatan di Negara-negara Berkembang.
1. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan pendapatanp per kapita semakin menurun.
2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang boros dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase
pendapatan dari harta tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan
yang berasal dari kerja, sehingga jumlah pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas social.
6. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan melonjaknya harga
barang hasil industri untuk melindungi kepentingan usaha-usaha kapitalis .
7. Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan
internasional dengan negara maju.
8. Hancurnya sentra industri kerajinan rakyat (usaha kecil dan menengah, UKM) dan
koperasi.
Anne Booth dan R.M.Sundrum dalam H.W. Arndt (Pembangunan dan Pemerataan
Pembangunan di Masa Orde Baru,1983), ada enam determinan distribusi pendapatan di
Indonesia, yaitu :
1. Pemilikan dan distribusi tanah pertanian.
2. Perolehan lahan.
3. Penggantian upah dan tenaga kerja di pedesaan.
4. Term of trade sektor pertanian.
5. Perolehan pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan.
6. Disparitas perkotaan-pedesaan.
Menurut M. P. Todaro (Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, 2004), ada empat
bidang luas yang terbuka bagi intervensi pemerintah masing-masing berkaitan erat dengan
keempat element pokok yang merupakan faktor-faktor penentu utama atau baik tidaknya
kondisi-kondisi distribusi pendapatan di sebagian negara berkembang. Adapun keempat
elemen pokok tersebut adalah :
a. Distribusi fungsional;
b. Distribusi ukuran;
c. Program redistribusi pendapatan;
d. Peningkatan distribusi pendapatan langsung, terutama bagi kelompok-kelompok
masyarakat yang berpenghasilan relatif rendah. Pendapat senada disampaikan Adler
Manurung (Kompas 18/12/2005), melebarnya kesenjangan kedua kelompok sosial
ekonomi
diakibatkan
oleh
belum
terarahnya
distribusi
belanja
pemerintah.
Ketidakterarahan ini menyebabkan belanja investasi menjadi tersendat. Akibatnya, meski
secara nilai pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, namun secara realitas kurang berkualitas.
Pada gilirannya, hal ini memerlukan optimalisasi belanja pemerintah. Ini akan mampu
memberikan suntikan investasi bagi yang lain. Perbaiki itu jalan jalan. Itu akan
mendorong rakyat kecil mendapatkan pendapatan. Kalau mereka dapat uang, daya beli
mereka akan naik.
Sistem perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalis,
bahkan lebih kapitalis dibandingkan dengan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
perekonomian hanya terpusat atau dikuasai oleh para pemilik modal. Tentunya mereka yang
memiliki modal yang besar mampu berinvestasi dalam membangun industri-industri yang
diharapkan dapat meningkatkan penghasilan. Apalagi di indonesia masih sangat bergantung
pada investasi asing dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia. Pengalaman di
Indonesia menunjukkan betapa pentingnya aspek investasi. Investasi diperlukan untuk proses
pembangunan nasional, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. Investasi yang
sangat banyak dalam industri yang padat modal menyebabkan kesenjangan pendapatan
semakin tinggi. Strategi pembangunan yang dilakukan pada masa Orde Baru telah berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar lebih 7% per tahun dibarengi dengan proses
transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri (1966-1998). Adapun industri
yang dikembangkan lebih menitikberatkan pada industri yang padat modal, sehingga
pemerintah meningkatkan investasi untuk menjalankan proyek-proyek yang padat modal.
Namun, keberhasilan proses industrialisasi lebih banyak dinikmati oleh golongan atas
sehingga memunculkan fenomena trade off terhadap pemerataan pendapatan.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa investasi padat modal, tingkat inflasi dan tingkat
upah yang rendah dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan di Indonesia. Investasi yang
cenderung padat modal, mengakibatkan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan,
sehingga pendapatan yang mereka terima sangat kecil. Inflasi yang tidak terkendali
menyebabkan perekonomian terbengkalai dan masyarakat semakin tidak dapat menikmati
hasil pembangunan. Juga upah yang masih rendah dikalangan masya-rakat menengah ke
bawah menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar, diantara berbagai
golongan lapisan masyarakat.
2. Saran
a. Dalam upaya mengurangi investasi pada industri padat modal, maka pemerintah harus :
1. menitikberatkan investasi pada proyek-proyek yang padat karya, agar penduduk
dapat bekerja dan meningkatkan taraf hidup mereka;
2. membangun sektor-sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dan koperasi, sehingga
kehidupan masyarakat menengah bawah lebih baik;
3. membangun sektor pertanian yang merupakan tulang punggung perekonomian
Indonesia, dengan memberikan subsidi sektor pertanian dan menerapkan teknologi
canggih agar hasil pertanian memiliki kualitas yang unggul dan mampu memenuhi
kebutuhan dalam negeri serta sisanya dapat di ekspor.
b. Pemerintah Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum kerjasama ini melalui
komitmen berkelanjutan memperbaiki iklim investasi nasional; jaminan stabilitas
keamanan dunia usaha dan kegiatan bisnis di kawasan industri (MM2100 Cibitung,
Jatake Tangerang, Kota Jababeka Cikarang, Lippo, Hyundai, EJIP, Delta Silicon,
Batam); dan membenahi berbagai pengadaan fasilitas infrastruktur. Diharapkan melalui
solusi pemecahan masalah ini, pemerintah mampu untuk mencegah terjadinya
penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi. Pembangunan
infrastruktur yang berkualitas dan memanusiakan manusia jelas merupakan sumber
utama pertumbuhan ekonomi masa kini dan mendatang, seperti yang pernah dilakukan
oleh Jepang, Korea Selatan, Cina, India, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.
DAFTAR PUSTAKA
-
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi
-
http://agusqrana.blogspot.com/2015/03/makalah-manfaat-ekonomipembangunan.html
-
http://dwipancaagustini.blogspot.com/2013/06/kebijakan-pembangunanekonomi.html
-
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/
bab2perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_ekonomi_ind
onesia.pdf
-
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2194028-pengertianpembangunan-ekonomi-tujuan-pembangunan/