BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas - Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

  Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja(Depkes, 2011). Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).

2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat.

  Indikator utama yakni:

  1. Lingkungan sehat

  2. Perilaku sehat

  3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

  4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

  Misi puskesmas, yaitu: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

  2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

  3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

  4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.

2.1.2 Fungsi puskesmas

  Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

  1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. a.

  Penumpatan pit fissure dan aplikasi topical.

  b.

  Kuratif : Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran akar, terapi periodontal, pembuagan karang gigi, penyakit mulut dan rujukan.

  c.

  Pelayanan darurat dasar : mengurangi rasa sakit, pembersihan karang gigi, penambalan sementara, restorasi penumpatan, perawatan saluran akar, perawatan penyakit / kelainan jaringan mulut, dan menghilangan traumatik.

2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut

  Tujuan upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas tujuan umum dan khusus.Tujuan umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang layak. Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun 2010 meliputi peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010 terdiri dari 90% untuk umur 5 tahun bebas karies, angka DMF-T

  • – 1 untuk anak umur 12 tahun, penduduk umur 18 tahun tidak ada gigi yang dicabut karena karies atau kelainan periodontal; sebesar 90% penduduk umur 35 - 44 tahun memiliki 20 gigi berfungsi, hanya 2% diantara mereka tidak bergigi dan tidak lebih dari 0,1 sekstan mempunyai sakit gusi dalam . Pada penduduk umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya
Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu :

  1. Meningkatkan keadaan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

  2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

  3. Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap kebutuhan pasien. Puskesmas dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan, berusaha memberikan mutu pelayanan yang berkualitas yang dapat memuaskan ( Depkes,2007).

2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

  Salah satu program pengembangan d puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi menjadi 3 kegiatan: 1.

  Pembinaan / Pengembangan Pembinaan/ pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri, melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas

  Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) adalah upaya pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga terutama upaya kesehatan yang bersifat promotif yaitu penyuluhan terpadu. Kegiatannya berupa upaya peningkatan, pencegahan, dan pengobatan darurat dengan mengembangkan upaya pelayanan yang bersumber pada peran aktif masyarakat melalui posyandu agar masyarakat mau dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2007).

  2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan dilaksanakan pada : Anak sekolah ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ) Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan gigi di lingkungan sekolah terutama Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu bentuk promosi program kesehatan gigi mulut. Pelaksanaannya merupakan paket pelayanan asuhan sistematik yang ditujukan terutama bagi semua anak sekolah tingkat SD, dalam bentuk paket promotif, paket promotif-preventif, paket paripurna sehingga diharapkan dalam pelaksanaan tersebut anak didik dapat di rujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 1993 dan ibu hamil/ menyusui, anak pra sekolah.

  3. Pelayanan medik gigi dasar. Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi: pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun

2.4 Poligigi

  Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di poligigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.

  Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas (Depkes RI, 2007).

  Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain:

  1. Pelayanan Administrasi / penerimaan

  Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi.Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas

  • – petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil.

  2. Pelayanan tenaga medis / Dokter adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran gigi dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggung jawabkan.

  3. Pelayanan tenaga para medis / perawat Tenaga para medis/ perawat adalahorang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter.

  4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di puskesmas. Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

  5. Penyediaan sarana medis / non medis Penyediaan sarana medis/non medis standar peralatan wajib disediakan di poli gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor. Bila medis dan

  6. Lingkungan pasien Lingkungan pasien merupakan tempat atau ruagan dimana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di poligigi adalah konstruksi bangunan dan disain ruang tunggu, bagian informasi dan ruang periksa (Depkes 2007).

2.5 Tugas/Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan Manajerial di Puskesmas 1.

  Tugas Dokter a.

  Medis Teknis i.

  Melaksanakanpelayanan medik gigi umum dan khusus ii.

  Menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus- kasus spesialistik iii.

  Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi) b.

  Manajemen (makro) Menyangkut masalah umum/ luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya. ii.

  Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan. iii.

  Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tenis. iv.

  Bertanggung jawab dalam pencatatan/ pelaporan tentang pelayanan kesehatan gigi di wilayahnya.

2. Tugas Perawat Gigi a.

  Pelayanan kesehatan gigi dan mulut i.

  Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi: pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah / UKGS, ibu hamil/ menyusui dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat ). ii.

  Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat melakukan pelayanan medis gigi dasar.

  b.

  Manajemen (mikro) i.

  Mempersiapkan pelaksanaan evaluasiprogram pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah ii.

  Membina, mengkoordinasi, melatih protesa dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di posyandu iii.

  Melaksanakan pencatatan/ pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi.

  3. Manajerial Manajer mempunyai tugas membuat rencana, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi. Di samping itu manajer yang baik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Pengertian pemimpin yaitu: orang yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan, mengawasi dan membimbing bawahan dengan kemampuan serta kecakapan sehingga mampu mempengaruhi bawahannya, biasanya dengan kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya menyebabkan seorang pemimpin mendapat pengakuan dari masyarakat atau anggota organisasi untuk menjalankan kepimpinan (Suganda, 2010)

  Azwar (1999) mendefinisikan pengertian kepemimpinan dari sudut pandang perspektif sebagai konsep manajemen yang dirumuskan sebagai berikut :

  1. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok,

  2. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum,

  3. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan Untuk terselenggaranya upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh

  Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban.

2.6 Pencabutan Gigi

  Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Pencabutan gigi adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi paska pencabutan masa yang akan datang (Baliji, 2007).

  Pencabutan gigi bukan alternatif terbaik setiap permasalahn gigi terjadi , banyak alternatif pemulihan kesehatan gigi yang tersedia untuk mempertahankan gigi oleh sebab itu pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena kondisi diagnosa gigi yang telah kronis, karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi paska pencabutan (baliji, 2007).

2.6.1 Indikasi Pencabutan Gigi

  Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Gigi yang mengalami karies besar. Dimana tidak dilakukan penumpatan saat karies belum sampai jaringan pulpa, dan tidak dilakukan perawatan saluran akar (edodontik) .

  2. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth. Keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu, pencabutan gigi harus segera dilakukan. Juga merupakan predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi permanen karena adanya akumulasi dental plak dan kalkulus, serta akan menyebabkan trauma pada jaringan lunak.

  3. Penyakit periodontal yang parah Yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang meluas ke apek gigi, atau yang menyebabkan gigi goyang.

  4. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal Perlu dilakukan pencabutan apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.

  5. Gigi dengan karies yang dalamGigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi

  6. Gigi yang terletak pada garis fraktur Gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur.

  7. Gigi impaksi Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan misalnya pada hidung, kepala, , atau rasa sakit pada wajah.

  8. Tujuan ortodontik Untuk tujuan perawatan ortodontik beberapa gigi premolar atau molar permanen harus dicabut (pencabutan terapeutik). Serial extraction juga merupakan salah satu wujud tindakan yang bijaksana ketika beberapa gigi sulung dicabu tuntuk memberikan ruang yang cukup bagi erupsi gigi permanen, namun puskesmas tidak melakukan pencabutan apabala pasien tidak memiliki rujukan dari dokter ortho yang menagani perawatan gigi pasien tersebut

  9. Tujuan prostetik Pencabutan satu atau dua gigi dibenarkan jika dilakukan untuk menunjang desain atau stabilitas protesa agar lebih baik.

10. Sebelum perawatan radioterapi

  Pada pasien yang harus menjalani terapi radiasi untuk tumor ganas sebaiknya dilakukan pencabutanpada gigi yang mempunyai prognosis buruk dan yang rawan

  11. Pencabutan profilaksis Prosedur ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan medis pada pasien dengan demam yang persisten (menetap) atau dengan suatu bentu karthritis dan iritis.

  Tindakan ini membutuhan pencabutan semua gigi non-vital serta yang diragukan kevitalannya dalam upaya untuk menghilangkan semua fokal infeksi atau yang berpotensi menjadi fokal infeksi.

  12. Sisa akar Sisa akar harus dicabutsegera setelah ditemukan. Meskipun bagian kecil dari akar ini dapat dibiarkan begitu saja dalam soket selama tidak menimbulkan masalah, namun seiring berjalannya waktu dapat menjadi berbahaya sehingga harus segera dicabut.

2.6.2 Dampak pencabutan gigi

  Setelah pencabutan gigi untuk jangka panjang akan menimbulkan gangguan yang pada gigi geligi yang belum tanggal. Seringkali pasien beranggapan bila telah mencabut gigi maka permasalahan gigi selesai padahal sangat dianjurkan gigi yang telah dicabut harus diganti dengan gigi tiruan (protesa), hal ini tentu saja memerlukan biaya yang lebih mahal daripada pencengahan mencabut gigi dan biaya preventif seperti melakukan penumpatan gigi , pembersihan karang gigi, fissure silent (Bartlett, 2003).

  Adapun dampak jangka panjang setelah pencabutan gigi menurut Bartlett, 2003 antara lain:

  1. Migrasi dan rotasi gigi . Hilangya keharmonisan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring, berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi normalnya untuk menerima beban saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakaan struktur periodontal (jaringan pendukung gigi). Gigi miring juga lebih sulit dibersihkan sehingga aktivitas karies meningkat.

  2. Erupsi Berlebihan Bila gigi sudah tidak memiliki antogonis lagi, maka akan terjadi erupsi (tumbuhnya gigi kerarah luar) berlebih. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar (tulang disekitar gigi). Bila terjadi tanpa pertumbuhan alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai turun (ekstrusi). Bila disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari anda akan dibuatkan gigi tiruan penuh.

  3. Penurunan efisiensi kunyah. Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan merasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.

4. Gangguan pada penguyahan. Kebiasaan menguyah yang buruk, penutupan

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung.

  Bila sudah kehilangan sebagian gigi tetap, maka gigi yang masih ada akan menerima tekanan kunyah lebih besar sehingga terjadi beban lebih pada gigigeligi tersebut, mengakibatkan kerusakan membran periodontal (jaringan pendukung gigi) dan lama kelamaan menyebabkan gigi semakin goyang.

  6.Kelainan bicara. Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, suara vokal bisa menjadi tidak jelas dan terdegar sangau, karena gigi bagian depan termasuk bagian fungsi fonetik.

  7. Mengurangi estetika wajah. Tentu saja, senyum dengan gigi depan yang hilang tidak seindah senyum dengan gigi lengkap dan sehat.

  8. Terganggunya Kebersihan mulut. Migrai dan rotasi gigi menyebabkan kehilangan kontak dengan tetangganya demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah terselip makanan. Kebersihan mulut akan terganggu sehingga mudah terjadinya akumulasi plak serta karies.

  9. Atrisi (Terkikisnya email gigi). Pada kasus tertentu membran periodontal masih dapat menerima beban kunyah,

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut.

  Bila ada gigi yang hilang, dan dalam waktu yang lama tidak diganti, ruang yang akan ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah,akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap gigi tiruan, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesa.

2.7 Perilaku Dan Faktor Yang Memengaruhi Kunjungan Poligigi

  Perilaku manusia adalah hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Prilaku merupakan respon / reaksi seorang individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993).

  Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberijasa dan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk rekomendasi promosi dari mulut ke mulut yang menguntungkan pemberi jasa (Peter et al, 2000). tersebut. Tingkat kunjugan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat kepuasan pasien dalam penyelanggaraan pelayanan kesehatan.Kunjungan juga berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhanya. Besarnya tingkat kunjugan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu yaitu harian, mingguan , bulanan, tahunan (Idawani, 2001).

  Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :

  1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

2 Faktor pemungkin (Enabling factors)

  Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor

  3.Faktor penguat (Reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor -faktor yang memengaruhinya. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan tergantung pada sikap orang itu sendiri.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke poli gigi adalah (a) Faktor Internal/Organisasi (sumber daya manusia,kebijakan tarif, pemasaran, jenis pelayanan gigi yang komprehensif; (b) Faktor Eksternal/ Masyarakat(jarak dan lokasi, sosial ekonomi); (c) Faktor Pesaing/Lingkungan (dokter gigi swasta); (d) FaktorPelanggan (kepuasan pelanggan, kemampuan dan kemauan bayar pelang(Kiswaluyo dan Yani, 2009).

  Menurut Notoatmodjo (2003) respon seseorang bila sakit adalah sebagai berikut:

  2. Tindakan mengobati sendiri, selain tidak mengganggu aktifitas juga orang tersebut sudah percaya pada diri sendiri.

  3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

  4. Mencari pengobatan dengan membeli obat di warung-warung obat. Obat yang didapatkan biasanya tidak memakai resep dokter.

  5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikatagorikan kepada balai pengobatan, dan rumah sakit.

  6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh praktek swasta Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :

  a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan lain-lain.

  b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik.Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Menurut WHO (World Health Organization dalam

  Pengalaman pengetahuan Keyakinan persepsi Fasilitas sikap perilaku Sosial Budaya keinginan kehendak motivasi

Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia

2.8 Kerangka Pikir PROSES

  INPUT

  1.Palayanan Poligigi yang

  Poligigi

  diberikan kepada pasien atas

  1.Wawancara terhadap Tenaga keluhan pasien Kesehatan Poligigi

  2. memeriksa kondisi gigi

  2. Sarana dan prasarana pasien sebelum dan sesudah

  • alat pembesih karang gigi diberikan pelayanan pencabutan
  • alat penambalan gigi.
  • bahan perawatan saluran akar

  3. Pelayanan yang tersedia sesuai keluhan pasien yang

  pasien

  berkunjung wawancara mendalam:

  • pengetahuan pasien akan kesehatan gigi

  OUTPUT

  • Persepsi akan pelayanan poligigi

  1. Pencabutan gigi permanen

  • Alasan pasien mencabut gigi

  2. Pengetahuan. sikap pasien akan dampak lanjut kehilagan gigi 3. faktor yang mempengaruhi pencabutan gigi

  Fokus Penelitian dari kerangka pikir adalah sebagai berikut :

  1. Input adalah segala sesuatu yang mendukung berjalanya suatu program yang

  2. Proses adalah semua proram kegiatan poligigi yang bersifat preventif, kuratif, pelayanan medis dasar untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi . Proses dilhiat dari kunjugan pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi selain pencabutan dan sebelum pada tahap gigi harus dicabut atas permintaan pasien atau diagnosa.

  3. Output adalah hasil akhir kegiatan pelayanan dari proses yaitu status kesehatan kunjungan pasien yang mencabut gigi.

Dokumen yang terkait

Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

27 235 120

Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015

2 103 116

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi - Gambaran Xerostomia Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sentosa Baru Dan Puskesmas Sering Medan

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Suara 2.1.1 Defenisi Bunyi Suara - Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Operator SPBU terhadap Tekanan Darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 37

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Studi Kualitatif Pemenuhan Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Tahun 2013

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Implementasi Pelayanan Promotif dan Preventif di Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Tahun 2015

1 5 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan 2.1.1. Pengertian Perilaku Kesehatan - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi - Pola Konsumsi Sarapan Pagi Murid Sekolah Dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas - Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

0 0 31