Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015

(1)

SKRIPSI

Oleh :

IMELDA E SIHOMBING NIM. 121021119

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul” Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi

Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015 “ beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menaggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan


(3)

(4)

ii

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.

Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.

Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.


(5)

iii

anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.

This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.

The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.

Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.


(6)

iv

Nama : Imelda E Sihombing

Tempat/Tanggal Lahir : Medan 8 september 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Alamat Rumah : Desa Munte

Kecamatan Munte Kabupaten Karo

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD INPRES Selakkar. Kab.Karo 2. 2002-2005 : SMP Mulia Pratama, Medan 3. 2005-2008 : SMA Mulia Pratama, Medan

4. 2008-2011 : D-IIIKesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan


(7)

v

hikmat, pengajaran dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“ Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

vi penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.kes, selaku Dosen Penguji II, yang memberikan masukan, kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Isyatun Mardiahsyahri, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Ibu drg. Zainirita selaku Kepala Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dan Bapak Ramli Brampu. SH selaku subag tata usaha yang telah memberikan data dan mengizinkan penulis melakukan penelitian di Puskesmas Medan Sunggal.

9. Berbagai pihak di Puskesmas Medan Sunggal yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian

10.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Ayahanda Makmur Sihombing dan Ibunda Rosmaria Purba, serta ketiga saudaraku Andri Voulsen, Wini Srirejeki dan Mutiara Enjelina yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, doa serta dukungan baik moril maupun materil.

11.Teman-teman FKM USU Ekstensi 2012, terimakasih atas dukungan, motivasi, dan doanya selama ini.


(9)

vii terimakasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, 2015 Penulis


(10)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Puskesmas ... 9

2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas ... 9

2.1.2 Fungsi Puskesmas ... 10

2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut ... 11

2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 12

2.4 Poligigi ... 14

2.5 Pencabutan Gigi ... 19

2.5.1 Indikatsi Pencabutan Gigi ... 20

2.5.2 Dampak Pencabutan Gigi ... 21

2.6 Perilaku dan Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Poligigi ... 25

2.7 Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Informan ... 31


(11)

ix

4.1.1 Geografi ... 33

4.1.2 Demografi ... 33

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 34

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal ... 35

4.1.5 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Medan Sunggal ... 35

4.2 Karakteristik Informan ... 36

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Tenaga Kesehatan Poligigi ... 38

4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Poligigi ... 38

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi ... 39

4.3.3 Pernyataan Jenis Pelayanan yang Tersedia di Poligigi ... 42

4.3.4 Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi yang Berkunjung di Poligigi ... 44

4.3.5 Pernyataan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan ... 45

4.3.6 Pernyataan Informan Tentang Alasan yang Dikemukakan Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46

4.3.7 Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Teraupetik Yang diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47

4.3.8 Pernyataan Informan Persepsi Pasien Tentang kesehatan 48

4.3.9 Pernyataan Informan Tentang Faktor Pengaruh Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan ... 50

4.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Pasien Poligigi ... 51


(12)

x

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Alasan Memilih Mencabut Gigi Daripada Mempertahankan Gigi yang Berlubang 54 4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien terhadap

Menjaga Kesehatan Gigi ke Poligigi Puskesmas

Medan Sunggal ... 54 4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi Gigi yang Layak Dicabut ... 55 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau

Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 56 4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Dampak Jangka

Panjang Setelah Pencabutan Gigi ... 57 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran

Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 4.4.9 Pernyataan Informan tentang Faktor yang Mempengaruhi

Pasien Tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Sebelumnya 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 59 4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Memakai Gigi Tiruan

Setelah Gigi Dicabut ... 60 BAB V PEMBAHASAN ... 63 5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan

Gigi Permanen di Poligig Puskesmas Medan Sunggal oleh Petugas Poligigi ... 63 5.1.1 Jumlah dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam

Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi oleh Tenaga Kesehatan ... 63 5.1.2 Sarana Fasilitas Poligigi Kesehatan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 65 5.1.3 Kondisi Kesehatan Gigi Pasien yang Berkunjung di Poligigi


(13)

xi

5.1.6 Persepsi Pasien Tentang Pengetahuan terhadap Kesehatan Gigi oleh Tenaga Kesehatan ... 71 5.1.7 Faktor Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi

Tingginya Angka Pencabutan Oleh Tenaga Kesehatan ... 72 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan

Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Pasien Poligigi ... 74 5.2.1 Keluhan, Alasan dan Pelayanan yang Diberikan oleh Tenaga

Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 74 5.2.2 Tentang Pengetahuan Pasien terhadap Menjaga Kesehatan

Gigi ... 75 5.2.3 Pengetahuan Pasien terhadap Indikasi Gigi yang Harus dicabut 5.2.4 Dukungan dan Saran atau Pendapat Keluarga Sebelum

Mencabut Gigi ... 79 5.2.5 Pengetahuan Dampak Jangka Panjang Setelah

Pencabutan Gigi ... 80 5.2.6 Rujukan Perawatan Saluran Akar Gigi Agar Gigi Dapat

Dipertahankan ... 83 5.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pasien tidak Memanfaatkan

Pelayanan Poligigi selain Mencabut Gigi ... 84 5.2.8 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 85 5.2.9 Pemakaian Gigi Tiruan Setelah Gigi Dicabut ... 86 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...

6.1 Kesimpulan ... 88 6.2 Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xii

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 36 Tabel 4.5 Karakteristik Informan ... 37 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan

Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Poligigi ... 38 Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pembersihan Karang Gigi ... 39 Tabel 4.8 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Penambalan Gigi ... 40 Tabel 4.9 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Perawatan

Saluran Akar Gigi ... 41 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Jenis Pelayanan yang

Tersedia Poligigi ... 42 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan

Gigi Yang Berkunjung di Poligigi ... 44 Tabel 4.12 Matriks Pernyatan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras

Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Alasan yang dikemukakan

Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Terapeutik yang

Diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Persepsi Pasien Tentang

Kesehatan Gigi ... 48 Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Faktor Pendidikan, Ekonomi,

Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Tabel 4.17 Matriks Pernyatan Informan Tentang Pengalaman Berkunjung ke


(15)

xiii

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien Menjaga Kesehatan Gigi ... 55 Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi

Gigi yang Harus Dicabut ... 56 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau

Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 57 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran

Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Faktor yang Mempengaruhi

Pasien tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Selain

Mencabut gigi ... 58 Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 59 Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Memakai Gigi Palsu setelah


(16)

xiv

Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia ... 29 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 29


(17)

ii

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.

Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.

Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.


(18)

iii

anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.

This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.

The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.

Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang menyeluru, terpadu dan merata yang dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapan.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan


(20)

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Depkes, 2007).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan tradisional.

Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi yang belum ditangani. Lebih dari 50% pengunjung poligigi yang datang ke puskesmas bertujuan untuk mencabutkan gigi, padahal di poligigi puskesmas tersedia perawatan penambalan dan restorasi, perawatan saluran akar dan perawatan gigi lainnya yang dapat dipilih untuk mempertahankan gigi lebih lama (Depkes, 2007).

Karies gigi aktif mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke 2013 secara nasional. Dari semua kelompok umur baik masyarakat kota- pedesaan. Pengalaman karies juga mengalami peningkatan secara nasional (67,2 menjadi 72,3) dan kelompok umur 35- 44 tahun merupakan persentase paling bayak yang mengalami


(21)

kehilangan gigi (pencabutan). Dari data ini dapat diperkirakan terjadinya peningkatan prevalensi akibat menurunnya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan jumlah gigi (Riskesdas 2013).

Penyakit gigi dan mulut meskipun masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, namun pada umumnya masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat berkunjung bila sudah mengalami sakit gigi dan lubang gigi yang kronis, terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang memanfaatkan jasa pelayanan di Puskesmas. Pemanfatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak saja berupa pencabutan, seharusnya masyarakat berkunjumg minimal 6 bulan sekali (Depkes, 2007).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, kecamatan Medan Sunggal memiliki 2 pukesmas yaitu Pukesmas Desa Lalang dan Pukesmas Medan Sunggal. Jumlah penduduk kecamatan Medan Sunggal 67.797. Tenaga kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ini memiliki 2 dokter gigi dan 2 perawat gigi, dengan rata-rata kunjungan 13/hari. Dapat dilihat pada tabel berikut.

1.1Tabel kunjugan Pasien Puskesmas Medan Sunggal

Tahun Jumlah

kunjugan

Pencabutan Gigi Permanen

Penambalan Sementara

Penambalan Amalgan

2011 2716 1663 10 22

2012 2946 1778 20 45

2013 3011 1895 33 Sudah

Ditiadakan 2014(s/d

November)

2975 1886 39 Sudah


(22)

Melalui data tersebut diperoleh kunjungan pencabutan gigi permanen, penambalan sementara, penambalan amalgam. Sisa kunjugan dari data diatas berupa kunjugan ulang pasien, pemberian resep, cek up, pengambilan gigi palsu, konsultasi, meminta pengklaiman dll.

Melalui data tersebut dapat dilihat bahwah hampir setengah dari jumlah kunjugan pasien tiap tahunnya berupa tindakan pencabutan gigi permanen, tidak ada kunjungan lain seperti pembersihan karang gigi dan penambalan gigi fissure silent untuk mencengah lubang gigi terjadi. Menurut petugas kesehatan puskesmas masyarakat kurang peduli akan kesehatan gigi sehingga datang berkunjung dalam kondisi gigi harus dicabut.

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu dokter gigi yang telah bertugas sejak 1993, Puskesmas Medan Sunggal merupakan peringkat ke-3 berdasarkan kunjugan pasien setelah Puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan. Menurut Dokter tersebut pasien yang datang kebanyakan diberi pelayanan pencabutan gigi. Pasien datang berkunjung bila kondisi gigi permanen sudah tinggal akar, diagnosa gangren dan mobiliti akibat abses, serta pasien yang sakit gigi diberikan resep dan tambalan sementara.

Dalam 2 tahun terakhir puskesmas tidak menerima penambalan amalgam karena telah dilarang dan menjadi kebijakan Dinas kesehatan Kota Medan. Pasien yang ingin melakukan pembersihan karang gigi dan perawatan saluran akar tidak dapat dilayani karena prasarana tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat atau menganjurkan ke praktik dokter gigi swasta, hal ini lah yang membuat


(23)

kunjugan pasien hanya berupa pencabutan gigi dan juga dipengaruhi sikap masyarakat yang tidak peduli dan mengerti mengenai karies gigi sehingga datang dalam kondisi gigi sudah harus dicabut.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa pasien yang pernah mencabut giginya, mereka tidak tahu bahwa gigi berlubang masih bisa dipertahankan dengan penambalan dan perawatan saluran akar. Mereka berpendapat bahwa puskesmas tersebut hanya memiliki tambalan warna hitam ( amalgam) sehingga nilai estetikanya kurang dan berbahaya bagi kesehatan, sementara bila menambal ke dokter gigi swasta mahal. Pendapat lain bahwa gigi mereka yang berlubang bila rajin dibersihkan dengan cara sikat gigi maka akan sembuh. Pasien tidak mengetahui bahwa lubang gigi akan semakin besar dan dalam seiring waktu jika mereka tidak melakukan pengobatan. Pasien datang berkunjung ke puskesmas sudah dalam kondisi sakit gigi dan tinggal sisa akar gigi.

Kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kunjungan ke dokter gigi dan pukesmas masih saja kurang. Dengan kata lain, kesadaran akan pencegahan pada sakit gigi masih kurang terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Umumnya pasien tidak memeriksakan gigi mereka karena alasan ekonomi atau sikap kepedulian yang rendah, sehingga penyakit pulpa dan periodontal sudah berada dalam kondisi lanjut. Kondisi ini masih dapat diobati melalui perawatan saluran akar tetapi perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjugan dan biaya relative mahal, disamping itu kesanggupan kemampuan pukesmas menyediakan sarana untuk pelayanan tersebut (Depkes, 2007).


(24)

Masyarakat hanya berpikir untuk segera mencabut gigi jika mengalami sakit gigi. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang (Puspitasari,2007).

Gigi berlubang dalam kurun waktu akan mengalami pelebaran lubang giginya karena penyebaran bakteri dan menjangkit ke gigi lainnya oleh sebab itu tidak bisa dibiarkan karena dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Dampak lanjut tak lansung pada pengeluaran biaya pengobatan yang mahal apabila terjadi seperti peradangan di seluruh tubuh karena infeksi, penyebaran infeksi ke jaringan lunak, infeksi ke dalam tulang rahang gigi, infeksi ke otak, peradangan jantung, peradangan paru-paru.

Penangulangan akibat gigi berlubang adalah penumpatan dan perawatan saluran akar, namun lebih praktis dilakukan pencabutan walaupun masih sangat memungkinkan untuk dipertahankan, hal ini tidak baik karena kehilangan gigi akan menyebabkan penurunan efisiensi pengunyahan yang berhubungan erat dengan masalah karies, penyakit periodontal, dan penyakit- penyakit lainnya (Uttu, 2010).

Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa tindakan preventif di poligigi Puskesmas Medan Sunggal masih kurang dimana pelayanan puskesmas tersebut dominan pencabutan gigi permanen, tidak ada kunjugan lain seperti penambalan, pembersihan karang gigi. Masyarakat mau berkunjung bila sudah indikasi pencabutan sehingga belum dilakukan preventif


(25)

pencabutan dan sikap tidak kepedulian masyarakat tentang kesehatan gigi (Bina Yankes DKK Medan, 2012).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan yang akan di bahas yaitu : Bagaimana analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dilihat dari ketersediaan dan kesiapan puskesmas melakukan pelayanan preventif dan pengetahuan pasien akan kesehatan gigi dan dampak lanjut dari kehilangan gigi akibat dicabut.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui analisis pelaksanaan pelayanan yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi : apakah faktor dari individu (ekonomi, pengetahuan) atau faktor dari puskesmas ( sarana prasarana, tenaga keseshatan, pelayanan yang tersedia, manejerial) segingga diperoleh faktor pencetus mengapa tingginya kunjugan pasien yang memilih tindakan pencabutan gigi permanen di poliggi Puskesmas Medan Sunggal.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian.

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Medan Sunggal untuk lebih meningkatkan pelayanan preventif seperti menyediaan sarana dan prasana poligigi sesuai standrat kesehatan puskesmas sehingga masyarakat mau berkunjung dan memanfaatkan pelayanan poligigi

2. Manfaat Bagi Institusi Perguruan Tinggi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan serta dijadikan referensi bagi mahasiswa lain dalam penelitian selanjutnya.

3. Sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Administrasi dan Kebijakan serta penemuan metodelogi baru dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja(Depkes, 2011). Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).

2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Indikator utama yakni:

1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan


(28)

Misi puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.

2.1.2 Fungsi puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan ( Depkes RI, 2007).


(29)

a. Penumpatan pit fissure dan aplikasi topical.

b. Kuratif : Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran akar, terapi periodontal, pembuagan karang gigi, penyakit mulut dan rujukan.

c. Pelayanan darurat dasar : mengurangi rasa sakit, pembersihan karang gigi, penambalan sementara, restorasi penumpatan, perawatan saluran akar, perawatan penyakit / kelainan jaringan mulut, dan menghilangan traumatik. 2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut

Tujuan upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas tujuan umum dan khusus.Tujuan umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang layak. Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun 2010 meliputi peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010 terdiri dari 90% untuk umur 5 tahun bebas karies, angka DMF-T – 1 untuk anak umur 12 tahun, penduduk umur 18 tahun tidak ada gigi yang dicabut karena karies atau kelainan periodontal; sebesar 90% penduduk umur 35 - 44 tahun memiliki 20 gigi berfungsi, hanya 2% diantara mereka tidak bergigi dan tidak lebih dari 0,1 sekstan mempunyai sakit gusi dalam . Pada penduduk umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya memiliki 20 gigi berfungsi dan tidak lebih dari 0,5 sekstan dengan saku gusi dalam (Kristanti CM, 1999).


(30)

Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu :

1. Meningkatkan keadaan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

3. Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap kebutuhan pasien. Puskesmas dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan, berusaha memberikan mutu pelayanan yang berkualitas yang dapat memuaskan ( Depkes,2007).

2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Salah satu program pengembangan d puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi menjadi 3 kegiatan:

1. Pembinaan / Pengembangan

Pembinaan/ pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri, melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas masyarakat dengan pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).


(31)

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) adalah upaya pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga terutama upaya kesehatan yang bersifat promotif yaitu penyuluhan terpadu. Kegiatannya berupa upaya peningkatan, pencegahan, dan pengobatan darurat dengan mengembangkan upaya pelayanan yang bersumber pada peran aktif masyarakat melalui posyandu agar masyarakat mau dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2007).

2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan dilaksanakan pada : Anak sekolah ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah )

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan gigi di lingkungan sekolah terutama Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu bentuk promosi program kesehatan gigi mulut. Pelaksanaannya merupakan paket pelayanan asuhan sistematik yang ditujukan terutama bagi semua anak sekolah tingkat SD, dalam bentuk paket promotif, paket promotif-preventif, paket paripurna sehingga diharapkan dalam pelaksanaan tersebut anak didik dapat di rujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 1993 dan ibu hamil/ menyusui, anak pra sekolah.

3. Pelayanan medik gigi dasar.

Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi: pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung puskesmas.


(32)

2.4 Poligigi

Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di poligigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas (Depkes RI, 2007).

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain:

1. Pelayanan Administrasi / penerimaan

Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi.Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas– petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil. 2. Pelayanan tenaga medis / Dokter

Tenaga medis dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besardalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah puskesmas. Fungsi utamanya


(33)

adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran gigi dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pelayanan tenaga para medis / perawat

Tenaga para medis/ perawat adalahorang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter.

4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di puskesmas.

Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

5. Penyediaan sarana medis / non medis

Penyediaan sarana medis/non medis standar peralatan wajib disediakan di poli gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor. Bila medis dan non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar pelayanan, diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.


(34)

6. Lingkungan pasien

Lingkungan pasien merupakan tempat atau ruagan dimana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di poligigi adalah konstruksi bangunan dan disain ruang tunggu, bagian informasi dan ruang periksa (Depkes 2007).

2.5 Tugas/Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan Manajerial di Puskesmas 1. Tugas Dokter

a. Medis Teknis

i. Melaksanakanpelayanan medik gigi umum dan khusus

ii. Menerima rujukan kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus spesialistik

iii. Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)

b. Manajemen (makro)

Menyangkut masalah umum/ luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

i. Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di puskesmas


(35)

ii. Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan.

iii. Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tenis. iv. Bertanggung jawab dalam pencatatan/ pelaporan tentang pelayanan

kesehatan gigi di wilayahnya. 2. Tugas Perawat Gigi

a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

i. Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi: pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah / UKGS, ibu hamil/ menyusui dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat ). ii. Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat

melakukan pelayanan medis gigi dasar. b. Manajemen (mikro)

i. Mempersiapkan pelaksanaan evaluasiprogram pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah

ii. Membina, mengkoordinasi, melatih protesa dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di posyandu

iii. Melaksanakan pencatatan/ pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi.


(36)

3. Manajerial

Manajer mempunyai tugas membuat rencana, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi. Di samping itu manajer yang baik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Pengertian pemimpin yaitu: orang yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan, mengawasi dan membimbing bawahan dengan kemampuan serta kecakapan sehingga mampu mempengaruhi bawahannya, biasanya dengan kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya menyebabkan seorang pemimpin mendapat pengakuan dari masyarakat atau anggota organisasi untuk menjalankan kepimpinan (Suganda, 2010)

Azwar (1999) mendefinisikan pengertian kepemimpinan dari sudut pandang perspektif sebagai konsep manajemen yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok,

2. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum,

3. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan Untuk terselenggaranya upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik.Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.


(37)

Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban.

2.6 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Pencabutan gigi adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi paska pencabutan masa yang akan datang (Baliji, 2007).

Pencabutan gigi bukan alternatif terbaik setiap permasalahn gigi terjadi , banyak alternatif pemulihan kesehatan gigi yang tersedia untuk mempertahankan gigi oleh sebab itu pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena kondisi diagnosa gigi yang telah kronis, karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi paska pencabutan (baliji, 2007).


(38)

2.6.1 Indikasi Pencabutan Gigi

Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Gigi yang mengalami karies besar.

Dimana tidak dilakukan penumpatan saat karies belum sampai jaringan pulpa, dan tidak dilakukan perawatan saluran akar (edodontik) .

2. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth.

Keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu, pencabutan gigi harus segera dilakukan. Juga merupakan predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi permanen karena adanya akumulasi dental plak dan kalkulus, serta akan menyebabkan trauma pada jaringan lunak.

3. Penyakit periodontal yang parah

Yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang meluas ke apek gigi, atau yang menyebabkan gigi goyang.

4. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal

Perlu dilakukan pencabutan apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.

5. Gigi dengan karies yang dalamGigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi sudah tidak dapat direstoras


(39)

6. Gigi yang terletak pada garis fraktur

Gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur.

7. Gigi impaksi

Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan misalnya pada hidung, kepala, , atau rasa sakit pada wajah.

8. Tujuan ortodontik

Untuk tujuan perawatan ortodontik beberapa gigi premolar atau molar permanen harus dicabut (pencabutan terapeutik). Serial extraction juga merupakan salah satu wujud tindakan yang bijaksana ketika beberapa gigi sulung dicabu tuntuk memberikan ruang yang cukup bagi erupsi gigi permanen, namun puskesmas tidak melakukan pencabutan apabala pasien tidak memiliki rujukan dari dokter ortho yang menagani perawatan gigi pasien tersebut

9. Tujuan prostetik

Pencabutan satu atau dua gigi dibenarkan jika dilakukan untuk menunjang desain atau stabilitas protesa agar lebih baik.

10. Sebelum perawatan radioterapi

Pada pasien yang harus menjalani terapi radiasi untuk tumor ganas sebaiknya dilakukan pencabutanpada gigi yang mempunyai prognosis buruk dan yang rawan terinfeksi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoradionekrosis.


(40)

11. Pencabutan profilaksis

Prosedur ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan medis pada pasien dengan demam yang persisten (menetap) atau dengan suatu bentu karthritis dan iritis. Tindakan ini membutuhan pencabutan semua gigi non-vital serta yang diragukan kevitalannya dalam upaya untuk menghilangkan semua fokal infeksi atau yang berpotensi menjadi fokal infeksi.

12. Sisa akar

Sisa akar harus dicabutsegera setelah ditemukan. Meskipun bagian kecil dari akar ini dapat dibiarkan begitu saja dalam soket selama tidak menimbulkan masalah, namun seiring berjalannya waktu dapat menjadi berbahaya sehingga harus segera dicabut. 2.6.2 Dampak pencabutan gigi

Setelah pencabutan gigi untuk jangka panjang akan menimbulkan gangguan yang pada gigi geligi yang belum tanggal. Seringkali pasien beranggapan bila telah mencabut gigi maka permasalahan gigi selesai padahal sangat dianjurkan gigi yang telah dicabut harus diganti dengan gigi tiruan (protesa), hal ini tentu saja memerlukan biaya yang lebih mahal daripada pencengahan mencabut gigi dan biaya preventif seperti melakukan penumpatan gigi , pembersihan karang gigi, fissure silent (Bartlett, 2003).


(41)

Adapun dampak jangka panjang setelah pencabutan gigi menurut Bartlett, 2003 antara lain:

1. Migrasi dan rotasi gigi .

Hilangya keharmonisan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring, berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi normalnya untuk menerima beban saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakaan struktur periodontal (jaringan pendukung gigi). Gigi miring juga lebih sulit dibersihkan sehingga aktivitas karies meningkat.

2. Erupsi Berlebihan

Bila gigi sudah tidak memiliki antogonis lagi, maka akan terjadi erupsi (tumbuhnya gigi kerarah luar) berlebih. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar (tulang disekitar gigi). Bila terjadi tanpa pertumbuhan alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai turun (ekstrusi). Bila disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari anda akan dibuatkan gigi tiruan penuh. 3. Penurunan efisiensi kunyah.

Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan merasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.

4. Gangguan pada penguyahan. Kebiasaan menguyah yang buruk, penutupan berlebih (over closser), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan pada struktur rahang.


(42)

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung.

Bila sudah kehilangan sebagian gigi tetap, maka gigi yang masih ada akan menerima tekanan kunyah lebih besar sehingga terjadi beban lebih pada gigigeligi tersebut, mengakibatkan kerusakan membran periodontal (jaringan pendukung gigi) dan lama kelamaan menyebabkan gigi semakin goyang.

6.Kelainan bicara.

Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara, suara vokal bisa menjadi tidak jelas dan terdegar sangau, karena gigi bagian depan termasuk bagian fungsi fonetik.

7. Mengurangi estetika wajah.

Tentu saja, senyum dengan gigi depan yang hilang tidak seindah senyum dengan gigi lengkap dan sehat.

8. Terganggunya Kebersihan mulut.

Migrai dan rotasi gigi menyebabkan kehilangan kontak dengan tetangganya demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah terselip makanan. Kebersihan mulut akan terganggu sehingga mudah terjadinya akumulasi plak serta karies.

9. Atrisi (Terkikisnya email gigi).

Pada kasus tertentu membran periodontal masih dapat menerima beban kunyah, namun menyebabkan terkikisnya email gigi- gigi yang masih tersisa, disebut atrisi gigi.


(43)

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut.

Bila ada gigi yang hilang, dan dalam waktu yang lama tidak diganti, ruang yang akan ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah,akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap gigi tiruan, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesa.

2.7 Perilaku Dan Faktor Yang Memengaruhi Kunjungan Poligigi

Perilaku manusia adalah hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Prilaku merupakan respon / reaksi seorang individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993).

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberijasa dan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk rekomendasi promosi dari mulut ke mulut yang menguntungkan pemberi jasa (Peter et al, 2000).

Kunjugan pasien adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan


(44)

tersebut. Tingkat kunjugan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat kepuasan pasien dalam penyelanggaraan pelayanan kesehatan.Kunjungan juga berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhanya. Besarnya tingkat kunjugan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu yaitu harian, mingguan , bulanan, tahunan (Idawani, 2001).

Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

2 Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat penambalan sewarna gigi, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.


(45)

3.Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor -faktor yang memengaruhinya. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan tergantung pada sikap orang itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke poli gigi adalah (a) Faktor Internal/Organisasi (sumber daya manusia,kebijakan tarif, pemasaran, jenis pelayanan gigi yang komprehensif; (b) Faktor Eksternal/ Masyarakat(jarak dan lokasi, sosial ekonomi); (c) Faktor Pesaing/Lingkungan (dokter gigi swasta); (d) FaktorPelanggan (kepuasan pelanggan, kemampuan dan kemauan bayar pelang(Kiswaluyo dan Yani, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2003) respon seseorang bila sakit adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertindak apa-apa, alasannya kondisi yang demikian tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.


(46)

2. Tindakan mengobati sendiri, selain tidak mengganggu aktifitas juga orang tersebut sudah percaya pada diri sendiri.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat di warung-warung obat. Obat yang didapatkan biasanya tidak memakai resep dokter.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikatagorikan kepada balai pengobatan, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh praktek swasta

Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan lain-lain.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik.Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Menurut WHO (World Health Organization dalam Notoatmodjo, 2005) alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek.


(47)

Pengalaman pengetahuan Keyakinan persepsi

Fasilitas sikap perilaku Sosial Budaya keinginan

kehendak motivasi

Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia

2.8 Kerangka Pikir

Fokus Penelitian dari kerangka pikir adalah sebagai berikut :

1. Input adalah segala sesuatu yang mendukung berjalanya suatu program yang meliput sumber manusia daya, sarana prasarana, biaya opasional dan pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi sehingga dilakukan pencabutan gigi.

INPUT Poligigi

1.Wawancara terhadap Tenaga Kesehatan Poligigi

2. Sarana dan prasarana - alat pembesih karang gigi - alat penambalan

-bahan perawatan saluran akar pasien

wawancara mendalam:

- pengetahuan pasien akan kesehatan gigi

- Persepsi akan pelayanan poligigi - Alasan pasien mencabut gigi

PROSES

1.Palayanan Poligigi yang diberikan kepada pasien atas keluhan pasien

2. memeriksa kondisi gigi pasien sebelum dan sesudah diberikan pelayanan pencabutan gigi.

3. Pelayanan yang tersedia sesuai keluhan pasien yang berkunjung

OUTPUT

1. Pencabutan gigi permanen 2. Pengetahuan. sikap pasien akan

dampak lanjut kehilagan gigi 3. faktor yang mempengaruhi pencabutan gigi


(48)

2. Proses adalah semua proram kegiatan poligigi yang bersifat preventif, kuratif, pelayanan medis dasar untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi . Proses dilhiat dari kunjugan pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi selain pencabutan dan sebelum pada tahap gigi harus dicabut atas permintaan pasien atau diagnosa.

3. Output adalah hasil akhir kegiatan pelayanan dari proses yaitu status kesehatan kunjungan pasien yang mencabut gigi.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam yang bertujuan menganalisis hubungan antara faktor sebab dengan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi sebelum/ setelah waktu pengamatan yang dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi input, proses, output yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Medan Sunggal, Kec Sunggal. Alasan dipilih lokasih ini adalah karena tingginya angka pencabutan gigi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan selesai.

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan gigi di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal yang terdiri dari 2 dokter gigi, 2 perawat gigi dan pasien yang datang berkunjung ke poligigi untuk melakukan pencabutan gigi permanen. Besar sampel yang diambil berdasarkan jawaban dari kuesioner yang diberikan bilamana jawaban dari pasien sudah kebanyakan sama maka sampel berhenti sampai disitu.


(50)

3.4 Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan yaitu peneliti melakukan wawancara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya kepada tenaga kesehatan dan pasien yang melakukan pencabutan gigi permanen. Mencatat dan mengobservasi sebelum/sesudah pasien di periksa dokter. Menganalisis diagnosa dan tindakan pelayanan yang diberikan dokter giginya. Data juga diperoleh dari catatan laporan puskesmas mengenai jumlah kasus pemanfaataan pelayanan kesehatan gigi dan data dari pihak puskesmas berupa rekam medis sebagai status riwayat kesehatan gigi pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal.

3.5 Instrumen Dalam Pengambilan Data

Instrumen yang dingunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, buku catatan dan alat dokumentasi keadaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Pada saat wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap jawaban dari informan dan mengobservasi kondisi pasien sebelum dan sesudah diberikan pelayanan dipoligigi Puskesmas Medan Sunggal. Metode analisis data penelitian dilakukan dengan merangkum dan memilih hal-hal yang penting berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kemudian data disajikan dalam bentuk uraian pembahasan mengenai sebab- akibat setiap pertanyaan.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Puskesmas Medan Sunggal merupakan puskesmas non-rawat inap yang terletak di Jl. TB Simatupang no.251, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan dengan batas- batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Lalang. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Asam Kumbang.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Deli Serdang. - Sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Rejo. 4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal sebanyak 61.797 jiwa (17.771KK), yang terdiri dari 30.927 laki- laki dan 13.816 perempuan. Sebagian besar penduduk Kecamatan Medan Sunggal mempunyai pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 13.153 jiwa, buruh yaitu sebanyak 10.775 jiwa, pensiunan sebanyak 20.750 jiwa, berdagang sebanyak 10.497, lainnya sebanyak 9775 jiwa, PNS sebanyak 6.933 jiwa, TNI/POLRI 737/928 jiwa dan paling 73 jiwa.


(52)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014

No Jenis kegiatan/pekerjaan KK

1 PNS 6.933

2 Bertani 73

3 TNI/ POLRI 737/928

4 Wiraswasta 13.53

5 Berdagang 10.497

6 Buruh 10.755

7 Pensiunan 10.750

8 Lainnya/ Swasta 9.775

Jumlah 61.797

Sumber: Profil Dinas Kesehatan 2012 4.1.3 Sarana Kesehatan

Fasilitas atau sarana kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal ter diri dari Posyandu sebanyak 40 buah, Puskesmas 2 buah, praktik dokter 21 buah, toko obat/ apotek 8 buah, praktek bidan 5 buah

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah sakit swasta 1

2 Puskesmas 2

3 Praktek dokter perorangan 21

4 Posyandu 40

5 Klinik bidan 5

6 Apotek 8

Total 77

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Sunggal mayoritas adalah posyandu yaitu sebanyak 40, praktek dokter perorangan sebayak 21, apotek sebayak 1 dan yang terakhir pada rumah sakit sebanyak 1 buah.


(53)

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan sunggal

Tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal sebanyak 38 orang. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014 No Jenis Ketenagaan Jumlah 1 Dokter Spesialis Anak 1 2 Dokter Spesialis Obgyn 1 3 Dokter Spesialis THT 1 4 Dokter Umum 6 5 Dokter Gigi 2 6 S1 keperawatan 3 7 D3 keperawatan 7 8 SPK 3 9 D3 kebidanan 3 10 S1 farmasi 1 11 D3 farmasi 2 12 SKM 1 13 D3 kesehatan gigi 2 14 D3 Gizi 1 15 Non medis lain 4 Jumlah 38 Sumber: Puskesmas Medan Sunggal, 2014

4.1.5 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sungal

Untuk prasaran kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat diPuskesmas Medan Sunggal disediakan 1 buah kendaraan roda empat dan 4 buah kendaraan roda satu. Dan sarana yang tersedia di Puskesmas Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:


(54)

Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014

No Kunjungan Pasien Jumlah

1 Ruang Poli Umum 2

2 Ruang Tunggu 1

3 Ruang Poli Gigi Dan Mulut 1

4 Ruang Lab 1

5 Ruang Apotek 1

6 Ruang KIA/KB/Gizi/Imunisasi 1

7 Ruang THT 1

8 Ruang pendaftaran 1

9 Gedung Obat 1

10 Kamar mandi untuk pengunjung 2

11 Kamar mandi Petugas 2

Sumber : Puskesmas Medan Sunggal 2014 4.2 Karakteristik Informan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebayak 8 orang, yang terdiri dari 4 petugas kesehatan puskesmas poligigi dan 4 orang pasien yang melakukan pencabutan gigi permanen.

Untuk informan pasien yang berkunjung ke poligigi, sebelum diberikan pelayanan kesehatan gigi oleh tenaga kesehatan, maka peneliti mengambil data input status kesehatan dari rekam medis dan melakukan wawancara. Setelah pasien tersebut diberikan pelayanan dari tenaga kesehatan poligigi lalu peneliti melakukan kembali wawancara guna memperlengkap informasi.

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut:


(55)

Tabel 4.5 Karakteristik Informan

No Informan Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pendidikan Keterangan

1 Drg. Zainirita Perempuan 57 S1 Dokter Gigi

2 Drg.Trinovianti perempuan 34 S1 Dokter Gigi

3 Florenrenova Perempuan 30 D3 Perawat Gigi

4 Tety Trihardina Siregar

Perempuan 29 D3 Perawat Gigi

5 Safari Laki-laki 30 SMK Pasien

6 Pandiang Sitompul

Laki-laki 45 S1 Pasien

7 Riska anggraini Perempuan 25 D3 Pasien

8 Marsida Siregar Perempuan 54 SMA Pasien

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 informan yang terdiri dari 1 informan dokter gigi yang berusia 57 tahun dengan pendidikan S1 yang telah bertugas sejak tahun 1993, 1 informan dokter gigi yang berusia 34 tahun dengan pendidikan S1 yang bertugas sejak tahun 2012, 2 perawat gigi dengan pendidikan D3 kesehatan gigi, dan 4 orang pasien dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan melakukan pencabutan gigi.


(56)

4.3 Analisis Pelaksanaan Pelayanan Exodontia Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi

4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan kemampuan TenagaKesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tenaga kesehatan dipoligigi sudah cukup, tidak menghambat dalam memberikan pelayanan terbaik. Bahkan untuk 2015 akan ada 1 dokter gigi yang mulai bertugas. Kami disini tim dengan tahu tugas masing– masing. Pencabutan gigi permanen selalu pihak dokter yang melaksanakanya. Dari kemampuan fasilitas, dari dulu sudah dikonsulkan pengadaan kursi paien (dental chairs) baru tetapi sampai saat ini belum tersedia.

Informan 2 Cukup, selama ini tenaga kesehatan poligigi sudah maksimal dalam jumlah tenaga kesehatan, tidak ada hambatan yang berarti dan kemampuan skill tiap- tiap tenaga kesehatan juga cukup baik.

Informan 3 Sudah cukup, kami tidak ada hambatan memberikan pelayanan yang baik bila dilihat dari jumlah tenaganya, kemampuan dokternya juga cukup baik karena pengalaman sudah banyak, kami bekerja sesuai kode etik masing- masing. Informan 4 Cukup lah SDMnya, tidak ada hambatan dalam memberikan

pelayanan dan kemampuan juga baik. Dokternya juga cukup pintar, apalagi seperti dokter Rita kan sudah lama di poligigi ini jadi pengalaman sudah banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan berpendapat bahwa tenaga kesehatan di poligigi sudah cukup dan kemampuan tiap tenaga cukup baik. Selama ini mereka tidak memiliki hamabatan dikarenakan kekurangan tenaga di poligigi. Faktor tenaga kesehatan di poligigi tidak menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarena kecukupan tenaga kesehatan dan bekerja sesuai kode etik masing- masing tenaganya. Menurut informan 3 dan 4 (perawat gigi) bahwa dari faktor kemampuan ataupun kecakapan dokter


(57)

giginya sudah cukup baik dengan pengalaman yang sudah ada, jadi bukan menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan yang maksimal

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi

Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pembersihan Karang Gigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tidak ada, sudah lama disini tidak menerima pasien pembersihan karang gigi karena, karena kami hanya memiliki sistem manual tapi itu sudah tak layak pakai dan karatan. Yaa kami rujuk saja ke rumah sakit kelas B.

Informan 2 Tidak ada, pasien sering kecewa karena kami tidak dapat melayani pembersihan karang, dirujuk saja lah ke rumah sakit. Informan 3 Tidak ada. kami mau gimana lagi kalo memang alat kami tidak

ada.

Informan 4 Ada tapi tidak layak pakai, jadi sama saja artinya tidak. Biasanya dokter merujuk pasien bila diperlukan.

Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa tindakan pembersihan karang gigi tidak dapat dilakukan sebagai tindakan preventif pencegahan gigi berlubang karena ketersedian sarana fasilitas yang tidak memadai yaitu sistem manual dan alat sudah karatan. Apabila ada pasien yang ingin membersihkan karang, maka dokter giginya merujuk ke rumah sakit hal ini membuat pasien sering kecewa.

Ketersediaan sarana dan prasarana pembersihan karang gigi berkaitan dengan pencabutan yang diakibat kan gingivitis yaitu perandangan gusi. Karang gigi yang diabaikan dan menutup hampir 1/3 dari gusi maka lama kelaman akan merusak gusi dan menyebabkan infeksi sehingga terjadi peradangan gusi seperti mudah berdarah, lunak, gusi tidak sehat, membentuk soket gusi dan local infeksi menyebabkan gusi


(58)

tidak mampu menyuplai dan menopang gigi sehingga gigi jadi mobiliti (goyang). Gigi goyang akibat gingivitis harus dicabut dan dilakukan pembersihan karang. Oleh sebab itu pembersihan karang dianjurkan sebangai preventif mempertahankan gigi yang sehat.

Tabel 4.8 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Penambalan Gigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Yang ada hanya tambal gigi tidak sinar yaitu fisssure silent, karena amalgam sudah dilarang oleh Dinkes, hal ini lagi lagi karena karena dental kursi poligigi yang tidak memadai maklum sudah jadul dan lampunya saja tidak ada lagi, kan di dental itu yang ada alat bur, kalau nambal gigi mesti di bur lubang giginya, jadi jika lubang gigi yang sudah besar tidak dapat kami tambal, hanya tambal sementara dengan bahan fuji. Kalau untuk tambalan sinar, kami merujuk lagi ke rumah sakit Informan 2 Hanya tambalam sementara dan fissure silent, karena bur tidak

ada. Oleh sebab itu pasien maunya berobat saat lubang gigi masih kecil sehingga bisa ditambal dengan fissure silent. Jadi kalau untuk tamabalan yang kariesnya besar, kami rujuk saja karena tidak ada dental chairs dan sinar ligth cure. Dental yang ini sudah jadul, lampunya saja sudah padam jadi bisa dibilang tidak ada dental chairsnya.

Informan 3 Tambalan sementara agar lubang gigi tidak semakin besar. Seperti yang terlihat, dental kita ini tak layak pakai lagi, sudah jadul. Jadi tidak bisa melakukan pengeburan lubang gigi.

Informan 4 Hanya tambalan fissure silent, kalau tambalan sinar dirujuk oleh dokter.

Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dilihat, bahwa tindakan penambalan gigi yang dilakukan hanya berupa fissure silent dan tambalan sementara. Tindakan ini tidak perlu melakukan pengeburan pada lubang gigi untuk pembuatan retensi (dasar) karena masih berupa lubang gigi yang kecil dan bahan tambalan yang mengeras dengan sendirinya, dilakukan karena dental chairs yang ada sudah tak


(59)

memadai, tidak layak pakai dan bahan tambalan hanya berupa tambalan sementara, fissure silent sebagai tindakan preventif dan pramedis. Bila untuk kasus karies gigi yang sudah besar diperlukan tindakan pengeburan pada lubang gigi dan bahan tambalan yang mengeras dengan sinar lightcure, maka pihak dokter merujuk ke rumah sakit.

Hal ini berkaitan penambalan merupakan tindakan preventif untuk mencengah karies gigi semakin besar. Bila keadaan anatomi gigi yang pit oklusinya dalam seperti gigi geraham, maka dapat dilakukan penambalan fisurre silent tanpa pengeburan. Bila karies suvervisialis dapat juga ditambal dengan fuji tanpa pengeburan dan sinar lightcure. Kedua jenis karies ini masih sangat kecil dan sering diabaikan. Penambalan jenis karies ini lah yang ada di sediakan puskesmas, namun pasien kerap mengabaikan karies. Pasien datang berobat bila karies gigi sudah jenis karies media, sakit gigi dimana diperlukan melakukan pengeburan sementara poligigi puskesmas tidak memiliki sarana fasilitas memadai. Jenis karies ini dapat ditambal dengan tambalan amalgam namun sudah dilarang oleh Dinkes karena mengandung merkuri yang tidak aman bagi kesehatan dan janin pada ibu hamil. Oleh sebab itu pihak puskesmas merujuk pasien dengan jenis penambalan tersebut.

Tabel 4.9 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Perawatan Saluran Akar Gigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tidak ada. Oleh sebab itu jika lubang gigi masih kecil dapat ditambal fissure silent agar tidak semakin besar dan mencegah lubang gigi semakin besar, tetapi bila kondisi karies gigi pasien harus dilakukan perawatan saluran akar, maka kami merujuk ke Rumah Sakit.


(60)

Informan 2 Tidak ada, lagian kebayakan pasien tidak mau perawatan saluran akar karena malas bolak- balik dan mengganggu pekerjaan, kami anjurkan untuk dirujuk tetapi mereka tidak mau , cabut saja dok begitu jawab mereka.

Informan 3 Tidak ada, Biasanya dirujuk dokter, itu pun mereka tidak mau dirujuk, mereka maunya cabut saja karena tidak sempat dan nanti sakitnya kambuh lagi.

Informan 4 Tidak ada. Kebayakan pasienya pun jarang ada yang mau dirawat saluran akarnya, toh nanti kambuh lagi padahal biaya mahal, harus bolak-balik sehingga menggu pekerjaan, begitu alasan mereka.

Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dilihat, sarana fasilitas untuk tindakan perawatan saluran akar tidak tersedia. Bila keadaan karies gigi pasien sudah sakit dan harus dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi tersebut, maka pihak dokter akan merujuk ke rumah sakit. Menurut informan, kebayakan pasien menolak bila dianjurkan perawatan saluran akar melalui rujukan. Mereka menolak dengan alasan perawatan saluran akar memerlukan kunjugan yang berulang sehingga mengganggu pekerjaan mereka dan berasumsi akan sakit lagi dikemudian hari walaupun sudah dirawat.

4.3.3 Pernyataan Jenis Pelayanan Yang Tersedia di Poligigi

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Jenis Pelayanan Yang Tersedia di Poligigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tindakan kuratif, pramedis, penambalan sementara, pencabutan, resep obat, perujukan pasien. Masyarakat datang bila gigi sudah indikasi cabut oleh sebab itu tindakan rata- rata pencabutan gigi saja, hal ini kembali lagi ke yang tadi karena dental kursi yang tidak memadai. Dari dulu sudah dikonsulkan untuk dental chairs yang baru, namun belum terealisasi, jadi semua kurang optimal.


(61)

tambalan sementara, pemberian resep obat. Masyarakat puas dengan pencabutan disini, mereka percaya cabut gigi disini. Informan 3 Sama seperti yang dikatakan dokter

Informan 4 Pramedis, Tapi jagan salah pengunjung disini ramai seperti pemberian resep bila indikasi sakit gigi, bengkak, cabut gigi, laris poligigi ini.

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat dilihat bahwa poligigi menyediakan pelayanan tindakan kuratif, pra medikasi, pencabutan hal ini dikarenakan sarana dental chairs yang tidak memadai. Menurut informan 1 sebagai tenaga yang sudah lama mengabdi, permintaan dental chairs yang baru sedang dalam proses pengadaan. Menurut informan bahwa kunjugan pasien cukup ramai untuk tindakan kuratif (tambalan sementara, fissure silent, pemberian resep) dan pencabutan, mereka cukup puas dan percaya dengan kemampuan pencabuatan gigi di poligigi tersebut.

Menurut informan 1 pelayanan yang diberikan kebanyakan berupa pencabutan, hal ini karena pasien yang berkunjung kebayakan saat gigi mereka sudah sakit. Mengenai keterbatasan sarana fasilitas, pihak puskesmas sudah mengkonsulkan untuk pengadaan dental chairs yang baru guna menunjang pelayanan poligigi namun belum terealisasi. Menurut informan pelayanan yang diberikan kurang optimal akaibat kerterbatasan dental chairs mempengaruhi kinerja di poligigi.


(62)

4.3.4 Pernyataan informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi Yang Berkunjung Di Poligigi

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi Yang Berkunjung Di Poligigi

Berdasarkan pernyataan informan, rata– rata pasien datang berobat ke poligigi adalah permintaan cabut gigi dan kondisi sakit gigi sehingga tindakan yang diberi adalah pemberian resep atau penambalan sementara sehingga dianjurkan perawatan saluran akar. Menurut informan 1 dan 2 kurang kepedulian masyarakat akan kesehatan gigi mereka sehingga berkunjung ke puskesmas bila sudah merasakan sakit gigi, lubang gigi yang sudah besar. Dan kebanyakan solusi yang pasien utarakan adalah permintaan pencabutan gigi.

Informan Pernyataan

Informan 1 Kondisi kebanyakan pasien yang datang sakit gigi dan cabut gigi, puskesmas kita ini merupakan no 3 setelah puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan yang pengunjungnya besar hal ini dikarenakan kita pas berbatasan dengan Deli Serdang, semua pasien datang memang sudah indikasi cabut gigi, gak tahu mengapa mereka begitu, ingat berobat kalau sudah indikasi cabut, dan bengkak jadi tidak sempat ditangulani agar tidak dicabut.

Informan 2 Kebanyakan pasien ingat berobat kesini kalau sudah sakit gigi, bengkak, dan indikasi cabut, dan ngotot minta dicabut, sikap ini karena mereka tidak peduli dan cuek sehinnga sakit gigi dan abses baru berobat.

Informan 3 Kebanyakan pasien yang datang sakit gigi dan minta cabut, dirujuk agar dirawat pun mereka tidak mau.


(63)

4.3.5 Pernyataan Informan Menanggapi Pasien Yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan informan Menanggapi Pasien Yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan

Informan Pernyataan

Informan 1 Diberi edukasi dan menyarankan dirujuk bila dapat dilakukan parawatan saluran akar. Tapi bila tetap kekeh harus dicabut saja ya kami cabut juga

Informan 2 Sudah diberikan edukasi tapi tetap ngotot, yaa kami cabut juga giginya.

Informan 3 Dokter terlebih dahulu memberikan edukasi tetapi kalau sudah bulat keinginan pasien ya kami cabut.

Informan 4 Kadang disuruh pikir- pikir dulu, dan dokter memberikan edukasi namun bila ngotot minta cabut, terpaksa dokter mencabutgigi tersebut.

Berdasarkan pernyataan semua informan, bila pasien bersikeras untuk mencabut gigi padahal gigi tersebut masih dapat dipertahankan dengan melakukan penambalan, perawatan saluran akar, maka tenaga kesehatan (dokter gigi) memberikan edukasi mengenai kondisi dan cara mempertahankan gigi tersebut selain dengan tindakan pencabutan. Tenaga kesehatan poligigi memberikan kesempatan pasien untuk mempertimbangkan keputusan yang diambil, namun bila tetap bersikeras maka petugas kesehatan akan memenuhi keputusan pasien.

Saat pasien memutuskan untuk mencabut gigi maka petugas kesehatan poligigi memberikan edukasi yang dapat merubah pola pikir pasien agar. Kebanyakan pasien menolak kerena tidak praktis dan takut sakit gigi lagi dikemudian hari.


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PENCABUTAN GIGI PERMANEN PASIEN DI POLIGIGI PUSKESMAS

MEDAN SUNGGAL KEC. MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015

1. IDENTITAS INFORMAN (TENAGA KESEHATAN POLIGIGI

PUSKESMAS SUNGGAL)

NAMA :

JENIS KELAMIN :

JABATAN :

MASA KERJA :

II. PERTANYAAN

1. Apakah ada pembangian tugas di poligigi ini ? jika ya , anda menangani dala

hal apa saja ?

2. Bangaimana ketersediaan dari sarana dan prasarana untuk pelayanan

kesehatan gigi?

a. alat pembersih karang

b.alat dan bahan penambalan

c. alat dan bahan perawatan saluran akar

3. Jenis pelayanan apa saja yang tersedia di poligigi ini dengan tunjangan sarana dan prasarana tersebut ?

4. Bangainama status rata-rata kesehatan gigi pasien yang datang berkunjug?

5. Apabila kondisi gigi masih dapat dipertahankan , saran apa yang anda berikan untuk mempertahankan kondisi gigi ?


(2)

6. Apabila keinginan pasien meminta gigi dicabut walau masih dapat diperbaiki atau dirujuk, bangaimana anda menyikapinya?

7. Alasan apa saja yang dikemukakan pasien memilih cabut gigi?

8. Komunikasi teraupetik seperti apa yang disampaikan setelah pencabutan gigi yang berdampak di saat mendatang?

9. Menurut anda apakah ada pengaruh jenjang pendidikan , ekonomi , pengetahuan yang membentuk persepsi pasien akan pentingnya berkunjung ke Poligigi ?


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PENCABUTAN GIGI PERMANEN PASIEN DI POLIGIGI PUSKESMAS

MEDAN SUNGGAL KEC. MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015

1. IDENTITAS INFORMAN (PASIEN POLIGIGI PUSKESMAS

SUNGGAL)

NAMA :

JENIS KELAMIN :

PENDIDIKAN :

PEKERJAAN :

II. PERTANYAAN

1. Apakah anda pernah berkunjung ke poligigi ini selain melakukan pencabutan gigi sebelumnya ?

2. Apakah jarak tempat tinggal anda ke puskesmas ini menjadi salah satu kendala berkunjung ke puskesmas apabila harus ada kunjugan berulang - ulang?

3. Apaka anda pernah mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi ?

4. Tindakan pelayanan apa yang diberikan oleh petugas ? apakah sesuai keiginan anda?

5. Menurut anda bagaimana fasilitas pelayanan kesehatan poligigi puskesmas ini?

6. Menurut anda bagaimana biaya berobat ke poligigi ini ?


(4)

8. Seberapa penting menurut anda bila gigi masih utuh ( tidak ompong)?

9. Apa yang anda ketahui tentang gigi berlubang ?

10. Seperti apa kondisi gigi yang harus dicabut ? kenapa ?

11. Apa saja yang anda ketahui dampak kehilangan gigi (ompong)?

12. Mengapa anda lebih memilih mencabut gigi anda ? mengapa tidak mencoba tindakan pengobatan untuk mempertahankan gigi anda?

13. Bagaimana anda menjaga kesehatan gigi anda?

14 . Siapa yang mencabut menganjurkan gigi anda dicabut ?

15. Dokter gigi atau perawat gigi yang mencabut gigi anda?

16. Apakah ada saran dari pihak keluarga anda sebelum anda mencabut gigi ? apa saran mereka ?

17. Apakah anda pernah mencoba berobat ke kilnik gigi swasta sebelumnya ? bagaimana saran pihak klinik swasta tersebut ?

18. Apa keluhan anda sebelum gigi dicabut ? dan bangaimana tangapan pihak petugas puskesmas ?

19. Bangaimana tanggapan anda setelah gigi anda dicabut ?

20. Apakah ada keinginan untuk menganti gigi anda yang telah dicabut dengan gigi tiruan ?


(5)

(6)