MENYOAL PENYEBAB, DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PENGANGGURAN YANG PERSISTEN

  MENYOAL PENYEBAB, DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN PENGANGGURAN YANG PERSISTEN

PENDAHULUAN

  • Di dalam satu laporannya, United Nations mengatakan

    bahwa masalah krusial dan sangat provokatif yang dihadapi oleh pasar kerja dunia termasuk Indonesia tentunya sampai saat ini adalah masalah pengangguran.
  • Silalahi menyatakan bahwa pengangguran juga

  mempunyai efek domino, dimana orang akan mengurangi pengeluaran untuk pembelian barang karena mereka menganggur, yang akan mengakibatkan produsen dan pedagang barang tertentu kehilangan

M E T O D E

  

Paper ini merupakan pengamatan dan

kajian empiris yang didasarkan pada tinjauan literatur yang tersedia dan dapat ditemukan mengenai fenomena

pengangguran, penyebabnya dari berbagai

pandangan.

Pengangguran yang krusial dan provokatif

  • Penggunaan konsep pengangguran adalah proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan tetapi aktif mencari pekerjaan

    mengabaikan konsep pengangguran sukarela.

    Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk

    mengulas tentang pengangguran terpaksa dan pengangguraan putus asa.
  • Pengangguran terpaksa dan pengangguraan putus asa dapat terjadi karena:
  • Tingkat pengangguran persistensi yakni suatu keadaan dimana tingkat pengangguran cenderung meningkat.
  • • Tetapi bila memperhatikan teori yang mengatakan bahwa ada

  tingkat pengangguran yg secara alamiah dianggap akan tetap ada yakni pada kisaran 4%-6% , karena full employment tidak identik dengan zero unemployment.

PENGANGGURAN

  • Penyebab terjadinya pengangguran adalah lebih

    sedikitnya pekerjaan daripada yang membutuhkan.
  • Dalam pusaran mencari penyebab ini, pendapat kelompok klasik mengatakan bahwa pengangguran merupakan masalah makroekonomi. Menurut mereka pengangguran adalah fenomena jangka pendek sebagai akibat dari diskrepansi antara tingkat harga dan tingkat upah. Kelompok ini jelas-

LANJUTAN..

  • Ada pula kelompok yang menunjuk semua faktor di

  dalam ekonomi sebagai penyebab dapat terjadinya pengangguran. Para penganut pandangan Keynes misalnya, berpendapat bahwa pengangguran adalah hasil dari beberapa faktor yang diklasifkasikan sebagai struktural, musiman, siklikal, friksional, dan demand- defcient. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling penting adalah demand-defcient yang mengatakan

bahwa pengangguran dapat terjadi juga di dalam jangka

panjang karena kurangnya permintaan agregat.

IMPLIKASI

KEBIJAKAN

  • Menurut para penganut keynes, menyimpulkan bahwa

    penanggulangan pengangguran harus dilakukan secara

    holistik agar bangsa ini dapat bergerak menuju lingkaran kebajikan (virtous circle), dimana perbaikan ekonomi terjadi secara berkesinambungan dan membawa perekonomian Indonesia pada tingkat kesejahter aan yg lebih tinggi.
  • Sejak saat ini, kebiasaan untuk menunjuk satu faktor

  tertentu saja sebagai penyebab terjadinya pengagguran

tidak tepat lagi sama sekali. Selanjutnya, bila kebijakan

pembangunan sudah dijalankan secara holistik, dimana

LANJUTAN..

  Bagaimana struktur pembangunan seperti ini harus dibangun? Ada tiga hal yang harus dilakukan.

  Pertama, harus disusun program-program pokok yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif terhadap penciptaan kesempatan kerja, seperti :

  1. Penciptaan lingkungan usaha yang baik dengan mengutamakan masuknya foreign direct investment yang berkualitas.

  2. pemberdayaan sektor-sektor tradeable seperti pertanian, industri pengolahan, dan jasa agar dapat tumbuh diatas atau setidaknya menyamai pertumbuhan PDB.

  3. Pengembangan wilayah untuk mengurangi kesenjangan antar KESIMPULAN

  • • Apabila struktur pembangunan sebagaimana dijelaskan di atas

  dapat dibangun, maka jumlah pengangguran akan dapat ditekan secara signifkan, yang berarti juga akan menurunkan

tingkat pengangguran sehingga Indonesia dapat terlepas dari

cengkeraman persistensi pengangguran serta dapat bergerak

menuju lingkaran kebijakan yang kita cita-citakan. Dengan demikian, tentu saja downward rigidity upah nominal, militansi serikat pekerja/serikat buruh dan ketentuan mengenai pesangon tidak lagi menjadi faktor yang menakutkan bagi kalangan pelaku usaha.

  • Pemerintah juga tidak perlu terpaksa menempuh langkah yang

  Mengurangi pengangguran di

Indonesia dengan model

elastisitas pertumbuhan

lapangan kerja

  

Abstrak

  Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar pengangguran di Indonesia masih muda dan berpendidikan rendah

   Dalam tulisan ini, menyelidiki apakah pertumbuhan di berbagai sektor suatu perekonomian memiliki perbedaan elastisitas pekerjaan dengan menggunakan dataset survei

  

pendahuluan

  Pengangguran terbuka merupakan masalah utama yang harus di atasi oleh setiap negara berkembang

  

  Secara makro pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan elastisitas lapangan pekerjaan

  

  

Model elastisitas pertumbuhan lapangan

kerja terhadap pengurangan pengangguran

  Model elastisitas pertumbuhan lapangan kerja dapat di lihat dari sektor ekonomi di daerah perkotaan dan pedesaan.

  

Lanjutan......

  

  Meningkatnya pertumbuhan industri perkotaan mengurangi tenaga kerja di pedesaan namun meningkatkan tenaga kerja di perkotaan

  

  Meningkatnya pertumbuhan pertanian dapat

  

  Meningkatnya pertumbuhan jasa di perkotaan dapat meningkatkan tenaga kerja di perkotaan dan sebagian kecil di pedesaan

  

  pertumbuhan pedesaan di sektor apapun tidak

  

metodologi

  menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja

  Nasional (Sakernas), dan 

  satu modul dari Survei Penduduk Antarsensus (Supas),

  

  Keduanya diterbitkan oleh BPS (Statistik

  

Lanjutan....

  

  data Sakernas dikumpulkan di tingkat provinsi dalam enam tahun: 1987, 1990, 1993, 1996, 1999, dan 2002.

  

  menggunakan tingkat provinsi Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) yang diterbitkan oleh BPS periode 1987-2002

  

Hasil analisis

  Pertambahan populasi penduduk dapat meningkatkan pengangguran

  

  Peneliti menyebutkan bahwa perkembangan lapangan kerja di desa tidak menarik pekerja di perkotaan

  

  

Kesimpulan

 memberikan kontribusi untuk tingkat makro tentang pengangguran terbuka

   melihat elastisitas pertumbuhan kerja dari sektor ekonomi di daerah perkotaan dan pedesaan

   sebagian besar pengangguran muda, berpendidikan tinggi, dan berpengalaman,dan masih tinggal dengan orangtua mereka

  

Tanggapan/rekomendasi

  Perlu di tindak lanjuti apakah benar Perkembangan lapangan kerja di desa tidak menarik pekerja di perkotaan

   Perlu di tindak lanjuti kembali dampak langsung dari perbedaan pendidikan yang masing-masing

EVOLUSI PASAR TENAGA KERJA PEDESAAN CHINA

  

Scott Rozelle,Professor , Alan de Brauw, Assistant Professor ,

Department of Agricultural and Resource Economics

University of California

Abstract

   Menurut survei rumah tangga di China, pendapatan diluar sektor pertanian meningkat dan dipercepat selama akhir 1990-an.

   Para peneliti meyakini bahwa dalam perekonomian di China masih terdapat kekurangan.

  

Migrasi telah menjadi kegiatan diluar pertanian yang paling umum di

daerah mayarakat China

  

Tenaga kerja yang dominan di daerah China adalah pekerja peremuan,

walaupun presentasi harapan pekerja laki-laki paling tinggi daripada perempuan.

  

pendahuluan

  Apakah tenaga kerja pedesaan mampu untuk menumbuhkan perekonomian di China??? 

  Sejak reformasi ekonomi dan politik dimulai di China pada akhir tahun 1970, telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat (Putterman, 1992; Perkins, 1994).

   Pasar tenaga kerja pedesaan selama dua puluh tahun terakhir telah memberikan kontribusi terhadap

   Karakteristik perubahan pola tenaga kerja China yaitu, pergeseran

ke arah luar pertanian tenaga kerja didominasi oleh pekerja muda

   Salah satu indikator yang paling dasar dari pasar tenaga kerja adalah kesehatan, tingkat kesempatan kerja, mendukung hipotesis

bahwa pasar tenaga kerja memiliki tingkatan dari waktu ke waktu

   Di negara China para pekerja muda di pedesaan meninggalkan rumah untuk bermigrasi ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor Industri, rata-rata pekerja di sektor indutri berumur 16-30 tahun.

  Evolusi pasar tenaga kerja China

  • Perluasan Pasar Tenaga Kerja Pedesaan, persentase CNRS pada pasar tenaga kerja di luar pertanian meningkat. Meskipun adanya krisis keuangan asia pedesaan di luar pertanian pertumbuhan lapangan kerja terus berkembang antara 1995 dan 2000. Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian para pekerja di pedasaan banyak yang berpindah ke luar provinsi (Rozelle scot, 1999)
  • Disaggregating evolusi dari pasar tenaga kerja pedesaan bahwa pasar tenaga kerja menyediakan pendapatan lebih dari hanya diluar pertanian pedesaan penduduk. Tren dari jenis pekerjaan menunjukkan dengan jelas bahwa tujuan target pekerja selama 20 tahun telah bergeser dari pedesaan ke perkotaan. migrasi telah muncul sebagai jenis yang paling dominan aktivitas tenaga kerja, tingkat partisipasi tenaga kerja di provinsi ini telah dipercepat. Dalam analisis deskriptif ini dengan menggunakan 2 kemungkinan :

  • Pengaruh Pengembangkan Pasar Tenaga Kerja Pedesaan tingkat keterlibatan di sektor luar pertanian, tingkat partisipasi bagi perempuan tumbuh lebih perlahan daripada pria. Tingkat partisipasi meningkatnya perempuan telah didorong dengan masuknya perempuan ke dalam semua kategori pekerjaan, meskipun keuntungan mutlak paling mencolok berasal

    dari migrasi. kenaikan pekerjaan perempuan bisa saja

    terjadi, sebagai jenis-jenis industri yang memiliki

  

METODELOGI

  Modeling Penentu Ketenagakerjaan luar pertanian Untuk menjelaskan faktor-faktor penentu berbagai jenis pekerjaan di luar pertanian antara sampel individu di desa dan untuk memeriksa data setelah mempertimbangkan efek multivariat dengan menggunakan estimator efek logit kondisional dikembangkan oleh McFadden (1974). Hipotesis yang muncul adalah jenis kelamin seseorang dan tingkat umur mempengaruhi partisipasi. Menurut

   Hasil Analisis Multivariat Dalam analisis Multivaria meliputi beberapa komponen yaitu :

  1. Pekerja (partisipasi) seseorang yang ikut terjun langsung dalam menambah jumlah produksi.

  2. Desa jumlah desa yang terdapat pada wilayah tertentu

  

  Hasil analisis yang diperoleh bahwa untuk mengurangi pengangguran di sektor pertanian masyarakat pedesaan bermigrasi ke sektor industri atau dengan kata lain perpindahan penduduk desa ke kota.

  

  Dalam memepertimbangkan tenaga kerja yang

  

  Jumlah pendapatan perkapita masyarakat pedesaan akan meningkat tetapi untuk jumlah PDRB rata-rata tetap (kenaikan tidak terlalu tajam). Dikerenakan penduduk pedesaan membelanjakan hasil pendapatannya ke daerah kota.

  

  Model yang digunakan adalah Modeling the Determinants of Of-farm Employment dan Results of the Multivariate Analysis.

  

KESIMPULAN

  • Analisis deskriptif dalam jurnal ini menggambarkan pasar tenaga kerja yang memungkinkan perpindahan menjadi bentuk dominan dari kegiatan luar pertanian, menjadi semakin di dominasi oleh pekerja mudah, pekerja perempuan yang dulunya tidak ikut partisipasi dan daerah atau desa yang mempunyai lahan pertanian luas serta berpenduduk tinggi lebih cepat berkembang.
  • Pekerja muda sangat kecil kemungkinannya untuk bekerja