TANTANGAN DAN PELUANG PEREMPUAN DI PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

TANTAN
ANGAN DAN PELUANG PEREMPUAN
DI PEMILI
ILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014
Nurhamidah Gajah
Universitas Muhammadiyah
gsidimpuan
ah T
Tapanuli Selatan, Jl.St.Mohd.Arief No.32 Padangsi
Ema
Email : [email protected]
Abstrak

Penulisan jurnal ini bertujuan untuk
mpuan pada pemilihan
ntuk mengetahui tantangan dan peluang perempuan
umum legislatif tahun 2014 di Ko

unakan jenis kualitatif.
Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini menggunakan
Informan penelitiannya yaitu calon
on legislatif perempuan yang duduk dan yang gagal menjadi anggota
legislatif pada tahun 2014. Tantanga
gan perempuan dalam pemilihan umum legislatif adalah
adal masih adanya
budaya bahwa perempuan itu hany
anya di dapur, mengurus anak dan melayani suami,i, sehingga banyak
perempuan yang tidak terjun ke dun
dunia politik, serta adanya anggapan bahwa politik itu kejam. Undangundang yang memberikan peluan
ar 30% merupakan
uang keterwakilan perempuan di legislatif sebesar
peluang besar bagi perempuan
a contoh
beberapa
n unt
untuk terjun ke dunia politik, dan juga adanya
c
perempuan yang berhasil menjadi

di anggota legislatif bahkan menjadi ketua DPRD,, serta pendidikan
perempuan yang semakin tinggi suda
ampu bersaing
di dunia
sudah mulai menjadikan perempuan lebih mampu
ber
politik.

Kata kunci : Pemilu, tantangan dan pe
peluang, perempuan

Latar Belakang Masalah
an
Umum
Pelaksanaan
Pemilihan
upakan salah
(Pemilu) secara langsung merupa
a demokrasi
satu wujud demokrasi. Jika

erintahan dari
dapat diartikan sebagai pemerint
rakyat, maka
rakyat, oleh rakyat, dan untuk ra
menentukan
cara
rakyat
untuk
m
elalui pemilu.
pemerintahan itu dilakukan melal
bentuk paling
Pemilu dipandang sebagai bent
ret partisipasi
nyata serta wujud paling konkret
enggaran negara.
rakyat dalam penyelenggaran
pemilu selalu
Dalam demokrasi modern, pem
ep demokrasi

dikaitkan dengan konsep
dak langsung,
perwakilan atau demokrasi tidak
kyat di dalam
yang berarti keikutsertaan rakyat
eh wakil-wakil
pemerintahan dilakukan oleh
oleh rakyat
rakyat yang dipilih sendiri ol
ehingga hasil
secara langsung dan bebas, sehi
an konfigurasi
pemilu haruslah mencerminkan
ik yang hidup
aliran-aliran dan aspirasi politik
Konsep dan
di tengah-tegah masyarakyat.. K
itulah yang
pemahaman yang seperti itul
aan

pemilu
mendasari
penyelenggaraan
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

disepanjang sejarah Negar
egara Kesatuan
Republik Indonesia. (Gaffar,
ar, 2012: 14)
Di era reformasi pada tahun 1998
banyak
bermunculan
as
aspirasi-aspirasi
masyarakat dan gugatan kuat agar pemilu
sebagai sarana paling
ng nyata bagi
pelaksanaan
demokra

okrasi
harus
diselenggarakan secara langsung,
langs
umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
adi Pada pemilu
tahun 1999 kita boleh bergembira
berge
karena
berhasil menyelenggarakanny
akannya secara
relatif fair dan bersih. (Gaffar
ffar, 2012: 16)
Tahun 2009 bangsa
a Indonesia telah
berhasil menyelenggarakan
akan perhelatan
akbar dalam kehidupan berdemokrasi
berde

yaitu
pemilihan umum. Meskipun
skipun ditemukan
sejumlah masalah, namun
un tahap demi
tahap penyelenggaraan pemilu
pem 2009 dapat
dilalui secara damai dan berkeadaban.
Kekurangan dan kelemahan
mahan tersebut
menjadi bahan evaluasi untuk
unt
perbaikan
penyelenggaraan
pem
milu
dimasa
mendatang (Gaffar, 2012: 22 )
26


Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Undang-Undang Nomorr 8 Tahun
2012 Tentang Pemilihan Umum
um Anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat,
at,
Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan
an Perwakilan
Rakyat Daerah pada pasal
al 8 ayat 2
tercantum bahwa salah satu
u kkekurangan
dan perbaikan yang harus dilak
dilakukan oleh

beberapa partai politik (parpol
rpol) adalah
“Menyertakan sekurang-kurangny
angnya 30%
(tiga
puluh
persen)
ket
keterwakilan
perempuan pada kepengurus
engurusan partai
politik tingkat pusat, jadi setiap
ap par
partai politik
harus memenuhi keterwakilan
an per
perempuan
sesuai ketentuan tersebut.
Tantangan perempuan dii duni
dunia politik

sangat banyak, disamping
ng pe
perempuan
bekerja di sektor formal maupun
upun informal
sebagai fungsi eksternal, juga
uga seorang
perempuan tidak dapat begi
begitu saja
melepaskan diri dari tanggung
anggung jawabnya
sebagai seorang istri dan ibu yang menjadi
fungsi internal.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peluang perempuan
mpuan dalam
pemilihan umum legislatif tahun 2014 di
Kota Padangsidimpuan?
2. Bagaimana
tantangan

per
perempuan
dalam pemilihan umum legis
egislatif tahun
2014 di Kota Padangsidimpuan?
puan?
Tujuan penelitian
Setiap
penelitian
an
yang
dilakukan,jelas mempunyai tujuan.
ujuan. Adapun
yang menjadi tujuan dalam pe
penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui peluang
uang per
perempuan
dalam pemilihan umum legis
egislatif tahun
2014 di Kota Padangsidimpuan.
puan.
2. Untuk
mengetahui
tantangan
perempuan dalam pemilihan
ilihan umum
legislatif tahun 2014 pada di Kota
Padangsidimpuan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Peluang dan Tantangan
antangan
Peluang adalah sebuah kkesempatan
yang sudah pasti yang bisa didapat
dapatkan oleh
seseorang dengan cara mengandal
engandalkan
suatu potensi dan keahlian
an yyang telah
dimiliki oleh orang tersebut dengan cara
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

memanfaatkan waktu dan kondisi yang
ada.
Tantangan adalah
ah sesuatu yang
memacu otak untuk berpikir
pikir, dan bertindak
dengan cara yang keluar
uar dari kebiasaan
membentuk suatu strategi,
gi, atau kebiasaan
baru. Saat kondisi ini tercapai,
t
maka
tantangan boleh disebut
ebut telah berlalu,
kenikmatan pun usai. Tant
antangan adalah
suatu dorongan pada diri sendiri untuk
mencapai target yang telah
tel
ditetapkan
dengan
hasil
semaksimal
mungkin.Tantangan akan
m
n menggairahkan,
memberi arah, dan memb
bangkitkan yang
terbaik dalam diri.
Partai Politik
Partai politik pertama
ma kali lahir di
negara-negara Eropa Barat
arat yaitu Inggris
dan Prancis. Dengan gagasan
gagas
bahwa
rakyat merupakan faktor
tor yang begitu
penting
untuk
diperhit
perhitungkan
dan
diikutsertakan dalam prose
oses politik, maka
partai politik lahir dan berke
erkembang menjadi
penghubung
antara
ra
rakyat
dengan
pemerintah yang sedang berkuasa.
ber
Secara umum dapat dikatakan
di
bahwa
partai politik adalah “suatu
“suat
kelompok
manusia (orang-orang) yang terorganisir
yang anggota-anggotanya
anya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan citaita-cita yang sama
(Budiardjo, 2000:160). selanjutnya
selanj
Roger F.
Soltan mengatakan bahwa
a partai politik itu
adalah sekelompok warga
arga negara yang
terorganisir yang bertindak
ndak sebagai satu
kesatuan politik dengan
an memanfaatkan
kekuasaannya untuk mem
emilih, bertujuan
menguasai pemerintahan
ahan dan melakukan
kebijakan mereka sendiri
sendi
(Antonius,
2012:188).
Pendapat
endapat
lain
juga
disampaikan oleh Inu Kencana,
Ken
dimana
menurut beliau partai politik
pol
merupakan
sebuah
kelompok
manu
manusia
yang
terorganisir yang stabill dengan tujuan
merebut
atau
m
mempertahankan
penguasaan pemerintahan
an bagi pimpinan
partai dan berdasarkan
penguas
n penguasaan
ini
akan memberikan manfaat
aat bagi anggota
partainya (Kencana, 2009 : 316).
316
Partai politik merupaka
upakan suatu pilar
dari demokrasi yang harus
us ada dalam suatu
negara modern.Adapun tujuan
ujuan utama Partai
Politik adalah merebut kekuasaan
ke
atau
27

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

ambil bagian dalam perebut
ebut kkekuasaan.
Suatu partai politik itu di bentuk tidak ada
lain kecuali untuk berfungsi m
menjalankan
kekuasaan politik (Thoha, 2007 : 95).
Partai politik dalam siste
istem negara
demokrasi menyelenggarakan
an beberapa
fungsi:
1. Partai sebagai sarana komuni
unikasi politik
2. Partai sebagai sarana sosialis
ialisasi politik
3. Partai politik sebagai sarana
ana recruitment
politik
4. Partai politik sebagai sarana
ana pengatur
konflik (Budiardjo, 2000 : 163
163)
Fungsi utama partai polit
olitik menurut
Ramlan Surbakti adalah men
mencari dan
mempertahankan
kekuasaan
aan
guna
mewujudkan
program-progra
ogram
yang
disusun berdasarkan ideologi
deologi tertentu
(Surbakti, 2010 : 149). Sement
entara tujuan
partai politik dalam sistem
tem negara
demokrasi tercantum dalam
m Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Partai Politik.
Pengertian Pemilihan Umum
utnya disebut
Pemilihan Umum selanjutn
ana pel
pelaksanaan
dengan Pemilu adalah sarana
dilaksanakan
kedaulatan rakyat yang dil
bebas, rahasia,
secara langsung, umum, beba
egara Kesatuan
jujur, dan adil dalam Negara
an Pancasila
Republik Indonesia berdasarkan
sar
Negara
dan
Undang-Undang Dasar
1945.Secara
Republik Indonesia Tahun 1945.
global, Pemilu diakui sebagai sebuah arena
untuk membentuk demokrasii perwakilan
an pemerintah
serta menggelar pergantian
secara berkala.
Schumpeter
Menurut
Joseph
S
lu merupakan
(Schumpeterian) bahwa pemilu
adahi kompetisi
sebuah arena yang mewadahi
or pol
politik yang
(kontestasi) antara aktor-aktor
politik rakyat
meraih kekuasaan partisipasi pol
erta liberalisasi
untuk menentukan pilihan serta
arga negara
hak-hak sipil dan politik warga
(Antonius, 2012:177). Dalam hubungan ini,
or ut
utama yang
Partai Politik merupakan aktor
oleh dukungan
berkompetisi untuk memperoleh
aan eksekutif
massa dan meraih kekuasaan
dan legislatif.
at di artikan
Pemilihan umum dapat
ode ataucara
sebagai suatu kumpulan metode
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

warganegara atau masyar
asyarakat memilih
para wakil mereka (Antoni
onius, 2012:188).
Dalam
penjelasan
U
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor
or 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota
A
Dewan
Perwakilan
Rakyat
(D
(DPR),
Dewan
Perwakilan Daerah (DPD
D) dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,
aerah, di jelaskan
Partai Politik dapat menjadi
adi peserta Pemilu
setelah memenuhi persyarat
aratan:
a. Berstatus badan hukum
m sesuai dengan
Undang-Undang tentang
ang Partai Politik;
b. Memiliki kepengurusan
san di seluruh
provinsi;
c. Memiliki kepengurusan
san di 75% (tujuh
puluh
lima
persen
persen)
jumlah
kabupaten/kota
di
pr
provinsi
yang
bersangkutan;
d. Memiliki kepengurusan
an di 50% (lima
puluh persen) jumlah
ah Kecamatan di
kabupaten/kota yang bersangkutan;
ber
e. Menyertakan sekurang-k
ang-kurangnya 30%
(tiga puluh persen)
en) keterwakilan
perempuan pada kepenguruf.
kepeng
f. Memiliki anggota seku
kurang-kurangnya
1.000 (seribu) orang atau
ata 1/1.000 (satu
perseribu) dari jumlah
ah penduduk pada
kepengurusan
par
partai
politik
sebagaimana dimaksud
ud pada huruf c
yang dibuktikan dengan kepemilikan
kartu tanda anggota;
g. mempunyai
kantor
tetap
untuk
kepengurusan pada tingkatan
tingk
pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota
kabupaten/
sampai
tahapan terakhir Pemilu;
ilu;
h. mengajukan nama, lamb
mbang, dan tanda
gambar partai politik kep
epada KPU; dan
i. menyerahkan nomor rekening dana
Kampanye Pemilu atas nama partai
politik kepada KPU.
Pemilihan umum merupakan
me
suatu
kegiatan dimana rakyat mem
emilih orang atau
sekelompok
orang
menj
enjadi
menjadi
pemimpin rakyat, pemimpi
pin negara atau
pemimpin
pemerintahan
ahan
dengan
mekanisme politik. Penyelenggar
elenggaran pemilu
berpedoman pada asas ma
andiri, jujur, adil,
kepastian hukum, tertib,
tib, kepentingan,
umum. Pemilu juga di artikan
kan sebagai saran
dimana prefensi rakyat diagr
agregasikan untuk
memilih pemimpin, baik legislatif
l
(DPR,
DPD dan DPRD) maupun
aupun eksekutif(
28

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Presiden-wakil
daerah).

presiden

dan

kepala

Umumnya ada dua sistem
em pemilihan
umum yang dipakai, yaitu:
1. Sistem
Distrik
yaitu
ssistem
ini
merupakan sistem pemilihan
ilihan umum
yang paling tua, sistem distrik ini
diselenggarakan berdasark
rkan lokasi
daerah
pemilihan
dengan
tidak
membedakan jumlah penduduk
enduduk, tetapi
tempat yang sudah ditentuk
entukan. Dalam
sistem distrik, satu distrik menj
enjadi bagian
dai suatu wilayah, satu dis
distrik hanya
berhak atas satu kursi, dan konstentan
yang memperoleh suara
a terbanyak
menjadi pemenang tunggal..
2. Sistem Proporsional dimana
ana sistem
proporsional, satu wilayah
ah dianggap
sebagi kesatuan, dan wilayah
ah itu jumlah
kursi dibagai sesuai jumlah
ah ssuara yang
diperoleh oleh para kontestan,
estan, secara
nasional tanpa menghiraukan
aukan distribusi
406).
suara itu (Kencana, 2006 : 406
Indonesia
Pada
tahun
1955,
ang pertama,
melakukan pemilihan umum yang
ang iikut dalam
ada 28 partai politik yang
enjadi sejarah
pemilihan umum ini dan ini menj
ndonesia.
awal pemilihan umum di Indones
kelompokkan
Fungsi pemilu dapat di kel
dalam tiga jenis yaitu:
1. Fungsi Keterwakilan
dalam
arti
Fungsi
keterwakilan
dal
masyarakat
kelompok-kelompok
m
au dari aspek
memiliki perwakilan ditinjau
deskriptif.
goegrafis, fungsional dan desk
2. Fungsi Integrasi
Fungsi Integrasi dalam artiti terciptanya
adap partai lain
penerimaan partai terhadap
partai
dan masyarakat terhadap part
3. Fungsi Mayoritas
cukup besar
Fungsi Mayoritas yang cu
untuk menjamin stabilitas pemerintah
emerintahan
dan kemampuanya untuk me
(Goris, 2013 : 147).
ndonesia
Sistem Pemilihan Umum Indonesi
nya ditandai
Demokrasi pada umumny
at yaitu “(1)
oleh adanya tiga prasyarat
perebutkan dan
kompetisi di dalam memperebut
mempertahankan kekuasaan, (2) partisipasi
a ja
jamina hakmasyarakat, dan (3) adanya
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

hak sipil dan politik (Antoni
ntonius, 2012:179.
Dalam hal ini, sistem pemilihan
pe
umum
merupakan
salah
sat
satu
instrumen
kelembagaan yang penting
ng di dalam negara
demokrasi
untuk
mew
ewujudkan
tiga
prasyarat tersebut.
Sejak kemerdekaan
aan hingga tahun
2004
“bangsa
Indones
ndonesia
telah
menyelenggarakan sembilan
bilan kali pemilihan
umum. Semua pemilihan
u
han umum
itu tidak
diselenggarakan dalam situasi yang
vacuum, melainkan berlangs
angsung di dalam
lingkungan yang turut menentukan
menent
hasil
pemilihan umum itu sendi
endiri (Budiarjdo,
2008 : 473).
Ada tiga tugas utama
utam dari suatu
sistem pemilihan umum yaitu:
aitu:
1. Menerjemahkan
suara
uara-suara
yang
dipungut dari voters untuk menjadi kursi
yang dimenangkan dalam
badan
legislatif.
2. Bertindak
sebagai
s
saluran
yang
memungkinkan
rakyat
kyat
meminta
pertanggungjawaban pada wakil-wakil
mereka.
3. Memberikan intensif kepada mereka
yang memperebutkan
kek
an kekuasaan
untuk
menyusun imbauan kepada para pemilih
dengan cara yang
ang
berbeda-beda
(Agustino, 2007 : 120).
Sistem pemilihan umum
um
adalah
metode yang mengatur dan memungkinkan
warga negara memilih para
par wakil rakyat
diantara mereka sendiri. Pem
emilu merupakan
sarana untuk melakukan
an penggantian
pemimpin secara konstitusional
usional dan pemilu
juga sebagai saran bagi rakyat untuk
berpartisipasi dalam proses
es politik.
Kepemimpinan Perempuan
uan
Menjadi perempuan
pe
puan pemimpin
tentu
membutuhkan kualifikasi, syarat-syarat
sy
dan
kewajiban yang diembann
annya. Memimpin
berarti menentukan hal-hal
al-hal yang tepat
untuk dikerjakan, mencipt
iptakan dinamika
organisasi yang dikehendak
ndaki agar semua
memberikan komitmen, bekerja
be
dengan
semangat dan antusias untuk mewujudkan
hal-hal yang telah ditetapk
etapkan bersama.
Memimpin juga berarti mengk
engkomunikasi visi
dan prinsip organisasi kepada
k
seluruh
anggota organisasi. Kegiat
egiatan memimpin
29

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

termasuk menciptakan budaya
a kkultur positif
dan iklim yang harmonis dalam
m lingkungan
organisasi serta menciptakan
an tangg
tanggujawab
dan
pemberian
wewenang
enang
dalam
pencapaian tujuan bersama.
Kepemipimpinan menuntut
tut kualifikasi
keahlian, keterampilan, dan pr
prestasi dari
pemimpin.
Kepemimpinan
per
perempuan
sama halnya dengan kepemim
impinan lakilaki hanya saja, ada beberapa
apa perbedaan
yang ada pada perempuan dan laki-laki
baik dari segi fisik dan psikologis
ogis. Dari segi
fisik umumnya perempuan lebih
ebih lemah dari
pada laki-laki sedangkan
an dari segi
psikologis, perempuan berwatak
atak lebi halus
sedangkan laki-laki kasar. Akan
an tetapi tidak
ada larangan secara pasti bagi per
perempuan
untuk berkiprah dalam dunia publ
publik.
Keterwakilan Perempuan di Par
Parlemen
Tingkat keterwakilan perem
perempuan baik
sebagai anggota partai politik maupun
anggota parlemen serta instut
nstutisi formal
politik lainnya ditingkat pusat maupun
harapan yang
daerah belum memberikan har
puan di dalam
baik bagi keterwakilan perempuan
ah pe
perempuan
politik formal Indonesia. Jumlah
yang terlibat politik dari tahun ke tahun bisa
dilihat pada data berikut:
1. Pada tahun 1992- 1997, jumlah
ibat
dalam
perempuan
yang
terlibat
a
ada
63
parlemen
di
Indonesia
atau sekitar
perempuan anggota DPR at
uhan jumlah
12,3 persen dari keseluruhan
u.
anggota DPR pada masa itu.
2. Pada tahun 1997-1999, pada masa
ahan Orde Baru
Reformasi dari pemerintahan
empuan yang
Soeharto ada 57 orang perem
n atau 11,5
menjadi anggota parlemen
persen yang mendudukii kursi dari
masa ini.
keseluruhan anggota DPR ma
2004,
jumlah
3. Pada
tahun
1999-2004,
parlemen
perempuan
anggota
njadi 45 orang
mengalami penurunan menjadi
atau 9 persen (Subiakto dkk, 2012 : 156157).

Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

Tingkat Representasi Per
erempuan dalam
Lembaga Legislatif.
Tingkat
representas
entasi
perempuan
Indonesia pada saat ini mencapai
m
18,3%
dari total jumlah wakil rak
akyat di DPR-RI.
Tingkat keterwakilan ini me
erupakan tingkat
yang tertinggi sejak pemil
milu 1987. Lebih
jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Tingkat Represent
esentasi
Perempuan di DPR-RI
Periode

Perempuan
an

Laki-laki

1950 – 1955

9 (3,8%))

236 (96,2%)

1955 – 1960

17 (6,3%))

272 (93,7%)

25 (5,1%))

488 (94,9%)

1971 -1977

36 (7,8%))

460 (92,2%)

1977 – 1982

29 (6,3%))

460 (93,7%)

1982 – 1987

39 (8,5%))

460 (91,5%)

1987 – 1992

65 (13%))

500 (87%)

1992 – 1997

62 (12,5%))

500 (87,5%)

1997 – 1999

54 (10,8%))

500 (89,2%)

1999 – 2004

46 (9%))

500 (91%)

2004 – 2009

61 (11,09%)
%)

489 (88,9%)

101

459

(18,03%))

(81,97%)

Konstituante
1956 – 1959

2009 – 2014

Sumber: KPU Kota Padangs
ngsidimpuan
Angka
keterwakilan
lan
perempuan
parlemen tidak sama di seti
etiap daerah, ada
daerah yang tinggi dan juga
uga redah. Hal ini
terlihat dari sebaran anggota
anggot
legislatif
perempuan di DPR RI jika dipilah
berdasarkanasal provinsinya
nya. Situasi yang
terburuk adalah terdapat enam
m provinsi
p
yang tidak
memiliki keterwakilan perempu
puan di DPR RI,
diantaranya Sulawesi Barat, Bali,
Bal Nusa Tenggara
antan Selatan dan
Barat, Bangka Belitung, Kaliman
ssalam. Terdapat
Nanggroe Aceh Darussal
diantaranya 17 provinsii yang memiliki
n di bawah angka
keterwakilan perempuan
erempuan di DPR
rata-rata keterwakilan pere
ovinsi di Indonesia
RI. Artinya, lebih 50% provins
angka
rata-rata
tidak
memenuhi
angk
30

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

keterwakilan 18%. 16 provinsii lai
lainnya telah
memiliki lebih dari 20% ket
keterwakilan
perempuan di parlemen dengan tujuh
diantaranya sudah lebih dar
dari 30%
representasianggota
legislatif
atif
(caleg)
perempuan.
an per
perempuan
Penurunan keterwakilan
al, dimana
dalam arena politik formal
ang
akan
kebikajakan
nasional
yang
mempengaruhi kehidupan selur
eluruh bangsa
ra bertahap
ini ditentukan, terjadi secara
abel di atas
dalam pemilu tahun 2004. Tabel
penurunan
memperhatikan
tahapan
pemilu 1987
tersebut: dari 13% pada pe
menjadi 12% pada pemilu 1992, menjadi
urun lagi 9%
10,8% pada pemilu 1997, turun
pada pemilu 1999. Pada tahun 2009
mulai
keterwakilan
perempuan
iini
meningkat mencapai 11,09% dan pemilu
at mencapai
tahun 2014 makin meningkat
erwakilan ini
18,03% . Tingkat keterwak
peningkatan
menunjukkan
ada
peni
Keterwakilan Perempuan di Lembaga
Legislatif.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
nakan jenis
Penelitian ini menggunak
yaitu peluang
kualitatif karena yang diteliti yai
perempuan
dan tantangan calon legislatifif per
Legislatif tahun
pada Pemilihan Umum Legis
puan. Informan
2014 di kota Padangsidimpuan.
on
legislatif
penelitiannya
yaitu
calon
perempuan yang duduk dan yyang gagal
menjadi anggota pada tahun 2014.
Teknik Pengumpulan Data
data yang
Teknik pengumpulan dat
aan (Library
digunakan yaitu kepustakaan
(Pengamatan
Research),
Observasi
(P
lapangan) dan wawancara.
Pembahasan
sebagai
Menjadi
perempuan
an kualifikasi,
pemimpin tentu membutuhkan
ajiban
yang
syarat-syarat
dan
kewajiban
n
berarti
diembannya.
Memimpin
menentukan hal-hal yang tepat untuk
dinamika
dikerjakan,
menciptakan
agar semua
organisasi yang dikehendaki aga
Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

memberikan komitmen, bekerja
be
dengan
semangat dan antusias untuk mewujudkan
hal-hal yang telah ditetapk
etapkan bersama.
Memimpin juga berarti mengk
engkomunikasi visi
dan prinsip organisasi kepada
k
seluruh
anggota organisasi. Kegiat
egiatan memimpin
termasuk menciptakan buda
udaya kultur positif
dan iklim yang harmonis dalam
dal
lingkungan
organisasi serta menciptakan
akan tanggujawab
dan
pemberian
wewenang
ewenang
dalam
pencapaian tujuan bersama.
a.
Kepemipimpinan menun
enuntut kualifikasi
keahlian, keterampilan, dan prestasi dari
pemimpin.
Kepemimpinan
nan
perempuan
sama halnya dengan kepemimpinan
kepe
lakilaki hanya saja, ada beber
berapa perbedaan
yang ada pada perempuan
puan dan laki-laki
baik dari segi fisik dan psikol
ikologis. Dari segi
fisik umumnya perempuan
l
an lebih
lemah dari
pada laki-laki sedangkan
gkan dari segi
psikologis, perempuan berwatak
berw
lebi halus
sedangkan laki-laki kasar.. Akan
A
tetapi tidak
ada larangan secara pastiti bagi perempuan
untuk berkiprah dalam dunia
unia publik.
Politik sangat identik
k dengan laki-laki.
Mitos yang berkembang
g di masyarakat,
perempuan tidak boleh
eh bermain dan
berkiprah di ranah politik.
poli
Akibatnya
menjadi semakin sulit bagi perempuan
untuk mengonsolidasikan
an posisi dan
kedudukannya
dalam
dunia
politik.
Sedikitnya proporsi keberadaan
adaan perempuan
berperan dan berpartisipasi
pasi aktif di institusiinstitusi politik, semakin
n mempersempit
ruang gerak, sekligus suara
suar perempuan
yang terwakili. Hal ini merupa
erupakan masalah
dan tantangan bagi perempuan,
mpuan, tidak saja
bagi
eksistensi
dan
keterlibatan
perempuan di arena politik
itik negara, tatapi
juga
tidak
optimalnya
a
politik
dan
kepentingan perempuan, begitu
begi hal yang
disampaikan oleh salah satu
atu calon legislatif
yang gagal duduk sebagai
agai anggota pada
Pemilu Legislatif tahun 2014.
Sejak pemilu 2004, dukungan
duk
untuk
mengisi 30 persen kuota
ota perempuan di
parlemen diundangkan. Maka
Mak porsi kursi
perempuan
di
parleme
en
diharapkan
menjadi lebih banyak, ini
i
merupakan
peluang
yang
sangat
angat
bagus
bagi
perempuan yang ingin terjun
ter
ke dunia
politik. Perkembangannya
a rata-rata kuota
ini terpenuhi tidak hanya
a di pusat tetapi di
daerah-daerah juga. Bah
ahkan di Kota
31

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Padangsidimpuan yang menj
enjadi
DPRD nya adalah perempuan.
puan.

Ketua

Penutup
Tantangan
perempuan
an
dalam
adalah masih
pemilihan umum legislatif adal
perempuan itu
adanya budaya bahwa perem
hanya di dapur, menguruss anak dan
ngga
banyak
melayani
suami,
sehingga
perempuan yang tidak terjun
un ke dunia
politik, serta adanya anggapan bahwa
politik itu kejam.
Undang-undang yang m
memberikan
peluang
keterwakilan
perem
perempuan
di
legislatif sebesar 30% merupakan
upakan peluang
besar bagi perempuan untuk
uk terjun ke
dunia politik, dan juga adan
adanya contoh
beberapa
perempuan
yang
ang
berhasil
menjadi anggota legislatif bahkan menjadi
ketua DPRD, serta pendidikan
an per
perempuan
yang
semakin
tinggi
sudah
udah mulai
menjadikan perempuan lebih
ebih mampu
bersaing di dunia politik.

Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

32

Jurnal Ilmiah

MUQODDIMAH

Daftar Pustaka
hal IlIlmu Politik,
Agustino, Leo, 2007 : Perihal
u
Yogyakarta, Graha Ilmu
ar-dasar Ilmu
Budiardjo, Miriam, 2012 : Dasaredia Pustaka
Politik, Jakarta, Gramedi
Utama
olitik Hukum
Gaffar, M, Janedjri, 2012 : Pol
titusi Press.
Pemilu, Jakarta, Konstitus
Seran, Gotfridus Goris, 2013 : Kamus
Yogyakarta,
Pemilu
Popular,
Y
Graha Ilmu
Sitepu, P, Anthonius, 2012 : Studi Ilmu
raha Ilmu
Politik, Yogyakarta, Graha
an IIda, 2012 :
Subiakto, Henry dan Rahman
Media dan
Komunikasi Politik, M
Jakarta
Demokrasi, Kencana Ja

Volume 1, Nomor 1, Desember
ber 2016

Surbakti, Ramlan, 2010 : Memahami
M
Ilmu
Politik, Gramedia
Ja
a Jakarta
Syafei, Kencana, Inu, 2009 : Pengantar
Ilmu Politik, Pusta
staka Reka Cipta
Bandung
Thoha, Mittah, 2007 : Biro
irokrasi Politik di
Indonesia,
PT
T
Rajagrafindo
Persada Jakarta
Undang Undang No. 2 Tahun 2011
Tentang Partai Polit
olitik
Undang Undang No. 8 Tahun 2012
Tentang Pemilihan
U
han Umum
Anggota
Dewan Perwakilan
R
an Rakyat,
Dewan
Perwakilan Daerah
ah dan Dewan
Perwakilan Rakyat
D
at Daerah

33