RINGKASAN TULISAN DALAM BUKU PENERAPAN P

RINGKASAN TULISAN DALAM BUKU
PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS TERHADAP PENGGUNAAN
PESAWAT TANPA AWAK DALAM KONFLIK BERSENJATA1
Oleh:
Kenny Meigar2
RINGKASAN
Industrialisasi di bidang militer mendorong terjadinya perkembangan secara pesat terhadap
kapasitas persenjataan militer. Hal ini dilakukan demi tercapainya kepentingan militer yang
semakin efektif sesuai dengan asas kepentingan militer (military necessity). Pesawat tanpa
awak atau Unmanned Aircraft System merupakan salah satu bentuk dari adanya kemajuan serta
pengembangan persenjataan militer yang semakin canggih. Dengan pesawat tanpa awak
tersebut, para prajurit militer tidak perlu lagi diterjunkan ke medan perang dalam jumlah yang
besar. Hal ini akan meminimalisir jumlah korban jiwa maupun terluka para pihak yang sedang
bertikai. Selain itu penggunaan teknologi tersebut juga meningkatkan efisiensi serangan
terhadap target musuh yang ada. Amerika Serikat telah menggunakan pesawat tanpa awaknya
dalam melumpuhkan target teroris yang ada di Afganistan. Pesawat tanpa awak tersebut juga
telah digunakan di Pakistan, dimana terdapat pemberitaan bahwasanya serangan tersebut juga
telah memakan korban jiwa dan korban luka dari penduduk sipil. Hal ini tentu bertentangan
dengan hukum humaniter dimana seharusnya penduduk sipil itu harus dilindungi. Yang
menjadi perhatian selanjutnya adalah, lalu bagaimana penerapan prinsip proposionalitas
terhadap penggunaan pesawat tanpa awak dalam konflik bersenjata. Dalam konteks ini, prinsip

proposionalitas haruslah menjadi kaidah dasar dalam mempertimbangkan prinsip-prinsip yang
ada seperti prinsip kemanusiaan, prinsip kesatriaan dan prinsip militer. Jika pada suatu kondisi
penyerangan dimana menghasilkan korban jatuh dari penduduk sipil, hukum humaniter
memperbolehkan penyerangan tersebut asalkan merupakan dari kerugiaan yang timbul
bersamaan (collateral damage) dan unsur ketidaksengajaan (unintentional conduct). Pesawat
tanpa awak juga haruslah dikendalikan secara langsung oleh manusia. Hal ini bertujuan untuk
mencegah benda tersebut menembak ke target yang salah atau sasaran non-militer. Selain itu,
para pengemudi dari pesawat tanpa awak tersebut haruslah dibekali dengan standar operasional
prosedur, pemahaman mengenai etika dan aturan dalam berperang (Jus in Bello) serta mampu
mempertimbangkan prinsip kepentingan militer dan prinsip kemanusiaan secara cepat. Dengan
adanya hal-hal tersebut, diharapkan kedepannya korban jiwa dan/atau terluka dari penduduk
sipil tidak terjadi kembali, sekaligus tidak mencederai amanat dari hukum humaniter dimana
penduduk sipil seharusnya mendapat prioritas utama perlindungan dalam konflik bersenjata.

DAFTAR PUSTAKA
Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat
Tanpa Awak dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan
Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter Internasional Kontemporer, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2015.
Heriyanto, Dodik S.N., “Penerapan Prinsip Proporsionalitas terhadap Penggunaan Pesawat Tanpa Awak

dalam Konflik Bersenjata”, dalam Denny Ramdhani, et. al, Konteks dan Perspektif Politik Terkait Hukum
Humaniter Internasional Kontemporer, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.211-224.
2
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia dengan
Nomor Induk Mahasiswa: 16323044
1