ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM FILM LASKAR

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM FILM LASKAR PELANGI KARYA
ANDREA HIRATA
Amanah
Program Pascasarjana Ilmu Linguistik
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
2015
A. Latar Belakang
Film merupakan sebuah hasil penciptaan karya seni yang bukan hanya bisa
dinikmati oleh para bangsawan yangmana berfungsi sebagai hiburan bernilai mahal yang
hanya mampu dinikmati kalangan atas, melainkan merupakan hasil karya untuk
masyarakat karena adanya kebutuhan untuk menyatakan sesuatu yang berwujud suatu
karya seni. Media dengan film mudah dipahami oleh akal dan tidak membosankan karena
tidak perlu mengkhayalkan. Dengan adanya perfileman menjadikan suatu karya sastra
dan seni menjadi berkembang serta banyak diminati oleh semua penikmat seni. Film
yang baik tidak memberikan hiburan semata tetapi mampu memberikan nilai moral,
sarana informasi, pendidikan dan pengekspresian seni (Rahma, TT:13).
Sesuai dengan pernyataan diatas bahwa film yang baik salah satunya adalah yang
memberikan nilai moral dan pendidikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini mengambil
film yang berjudul “Laskar Pelangi” yaitu sebuah film yang disutradarai Riri Riza yang
dirilis pada 26 desember 2008. Film laskar pelangi merupakan karya adaptasi dari buku

laskar pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Dalam film “Laskar Pelangi” banyak
mengandung nilai pendidikan serta seseorang yang pantang menyerah untuk menuntut
ilmu. Pada film ini bercerita tentang kalangan pinggirian, dan kisah perjuangan untuk
menggapai

mimpi

yang

mengahrukan,

serta

keindahan

persahabatan

untuk

menyelamatkan hidup manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah

menjadi slah satu pulau terkaya di Indonesia yaitu di Belitung.
Setiap percakapan antar pemain dalam film ini selalu terkait dengan komunikasi.
Dalam setiap komunikasi harus ada jalinan yang kuat antar pemain serta pengahayatan
konteks. Menurut Dardjwidjojo (2008:16) (dalam Rahma, TT:14) komunikasi merupakan
sistem simbol lisan yang bersifat arbriter yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat
bahasa untuk berinteraksi antar sesama. Kemudian antar pemain melakukan komunikasi

yang tertuang dalam sebuah dialog. Menurut Haryanta (2012:49) dialog adalah karya
tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Dialog yang
dilakukan oleh para pemain “Laskar Pelangi” digunakan untuk mengekspresikan sebuah
maksud dan tujuan yang disertai oleh ekspresi dan gerak tubuh.
Sesuai dengan yang disebutkan oleh Wijana dan Rohmadi (2011:4) bahwa
pragmatik berbeda dari tata bahasa yang mempelajari bahasa dari struktur internalnya.
Pragmatik adalah kajian tentang bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi.
Dalam berbicara atau menggunakan bahasa kita akan mengetahui tentang struktur sebuah
kalimat yaitu seperti kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya. Menurut Chaer
(2009: 187) kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang isinya menyampaikan
pernyataan yang ditujukan kepada orang lain, kalimat perintah atau imperatif adalah
kalimat yang meminta pendengar atau pembaca melakukan suatu tindakan, dan kalimat
tanya atau interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal.

Akan tetapi, itu semua terkadang tidak sesuai dengan fungsi tuturannya karena ada
maksud oleh pengguna bahasa. Maka fenomena kebahasaan tersebut dikaji dalam ranah
pragmatik tindak tutur. Wijana dan Rohmadi (2011:35) mengklasifikasikan tindak tutur
ini menjadi delapan jenis yaitu: tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak
tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak
langsung tidak literal.
Wijana dan Rohmadi (2010:34) menyebutkan tindak tutur langsung tidak literal
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud
tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan
maksud penuturnya. Dalam tindak tutur jenis ini penutur menggunakan kalimat
deklaratif, interogatif dan kalimat imperatif sesuai dengan fungsi masing-masing, hanya
saja maksud pengutaraannya tidak sesuai dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang
menyusunnya

sesuai

dengan


apa

yang

dimaksudkan

penutur

(Wijana

dan

Rohmadi,2011:32). Dalam tindak tutur jenis ini, penutur tidak menggunakan kalimat
deklaratif, interogatif dan imperatif sesuai dengan fungsinya, tetapi makna kata-kata yang
menyusun tuturan yang diucapkan sesuai dengan maksud penuturannya. Tindak tutur
tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat

dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana
dan Rohmadi, 2010:35). Dalam jenis tindak tutur ini, penutur tidak menggunakan kalimat
deklaratif, interogatif dan imperatif sesuai fungsi aslinya, terlebih lagi maksud

pengutaraannya dan makna kata-kata yang menyusunnya tidak sesuai.
Oleh karena itu, diharapkan dari penelitian dari film ini dapat memberikan dua
manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara praktis dapat memberikan kontribusi
terhadap pengembangan pada bidang ilmu linguistik yaitu ilmu tentang pragmatik
khususnya teori tindak tutur. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat menambah
pemahaman terhadap pragmatik dengan objek kajian pada film. Secara praktis dapat
menambah pengetahuan tentang ilmu pragmatik dalam film yangmana mengandung
sebuah edukasi. Jadi, sebuah film itu tidak hanya sekedar hiburan semata. Sehingga
dengan tujuan penelitian itu maka penelitian tindak tutur terhadap film yang mengandung
edukasi yaitu dengan judul “Laskar Pelangi” sangat perlu untuk diteliti.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini tentang tindak tutur dalam film “Laskar Pelangi menggunakan
metode penelitian kualitatif yang bersifat deskripsi analisis. Metode pengumpulan data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pustaka serta teknik simak dan catat.
Teori-teori yang relevan dengan penelitian ini dikumpulkan dan dikaji. Hal ini bertujuan
agar penelitian ini mempunyai landasan teori yang kuat sehingga bisa diterima secara
logis oleh para pembaca.
Teknik lain yang dipakai adalah teknik simak dan catat, yaitu percakapan dalam
film “Laskar Pelangi” disimak dengan seksama, kemudian ditranskripsikan. Selanjutnya
dianalisis menggunakan teori pragmatik tindak tutur dan teori implikatur kemudian

diklasifikasikan. Kemudian selanjutnya teknik penyajian hasil analisis datanya dilakukan
secara informal yaitu menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang mudah dipahami oleh
para pembaca.

C. Hasil dan Pembahasan
Pada hasil pembahasaan dalam penelitian maka berikut ini akan diuraikan analisis
tindak tutur yang terdapat dalam dialog dari film “Laskar Pelangi” sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tindak tutur langsung literal

Tindak tutur langsung literal ( direct literal speech act) yaitu tindak tutur
diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaranya
(Wijana dan Rohmadi, 2011:31), yaitu didalam dialog film “Laskar Pelangi” terdapat
jenis tindak tutur langsung literal, sebagai berikut:
a. Dialog (part 1, menit: 11.20)
Bu Mus
: tugas kau tuh ngebantu ibu kawan-kawan masuk kelas.
Kucai
: ndak guru, ibu itu harus tahu kelakuan anak-anak kuli itu kayak setan
semua. Aku ndak enak ngurus begitu mulai sekarang aku ndak berhenti jadi ketua kelas.

Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika bu Mus memanggil anak-anak tetapi tidak ada yang mau
mendengar. Anak-anak berada di luar sekolah dengan asyiknya bermain di pasir dan
tarik-tarikan dengan kayu. Sehingga mereka tidak mendengar ketika dipanggil Akhirnya
bu Mus mendatangi mereka, tetapi mereka juga tidak terpengaruh dengan apa yang
dikatakan bu Mus. Mereka masih asyik bermain dan tidak menghiraukan bu Mus.
Sehingga bu Mus menggil Kucai selaku ketua kelas. Kemudian Kucai datang dan
dinasihati oleh bu Mus.
Analisis:
Dalam dialog diatas bu Mus menggunakan kalimat deklaratif yangmana bersifat
direktif yaitu menasehati dan mengingatkan. Akan tetapi, Kucai juga menggunakan
kalimat deklaratif yangmana bentuk tuturannya itu asertif dengan jenis mengeluh
(complaining). Akan tetapi, Kucai menggunakan kalimat deklaratif bertujuan untuk tidak
mau menjadi ketua kelas lagi. Sehingga, tindak tutur ini berjenis tindak tutur langsung
literal. Karena kalimat deklaratif digunakan untuk sesuatu yang menginformasikan.
Sehingga kalimat dan maksud tujuan Kucai sesuai supaya bu Mus mengerti bagaimana
keadaannya sebagai ketua kelas tidak dihiraukan oleh teman-temanya.
b. Dialog (part 1, menit: 16:04)
Pak Harfan : Mus, kau ajak anak-anak itu belajar diluar sekolah.
Bu Mus

: biar kita sama-sama bersihkannya pak.
Pak Harfan : pergilah! Nanti biar Bakri bisa bantu aku.
Situasi:
Pada dailog diatas terjadi ketika disekolah ternyata kelas anak-anak basah semua
dan bocor dimana-mana. Akhirnya anak-anak bermain-main didalam kelas sehingga
tidak belajar. Bu Mus Cuma berdiri di depan ruang kelas dengan melihat keadaan seperti
itu karena bu Mus sudah merasa , kenapa sekolah ini bocor dan dimana anak-anak harus
belajar. Padahal waktunya anak-anak untuk belajar karena mau ada ulangan. Dengan

keadaan seperti itu, menyebabkan anak-anak terhambat untuk menerima pelajaran. Pada
akhirnya pak Harfan melihat kejadian itu dan tidak tega anak-anak membersihkan kelas.
Sehingga memerintahkan bu Mus untuk diajak keluar. Tetapi bu Mus tidak mau karena
kasihan pak Harfan.
Analisis:
Dialog diatas pak Harfan menggunakan kalimat imperatif yang mana bertujuan
agar anak-anak tidak bermain-main dan hanya membersihkan kelas yang bocor. Supaya
mereka bisa belajar dan yang membersihkan kelas adalah pak Harfan. Akan tetapi bu
Mus menolaknya. Dan pada akhirnya pak Harfan menggunakan kalimat interogatif
dengan maksud supaya anak-anak pergi dari kelas dan keluar untuk belajar. Sehingga
tindak tutur jenis ini yaitu kalimat interogatif dengan tujuan atau maksud untuk

memerintahkan. Jadi termasuk jenis tindak tutur langsung literal. Karena antara kalimat
dan maksud sesuai.
c. Dialog (part 1, menit 19:49)
Pak Dzulkarnain
: aku khawatir lihat kau ini, sudah 5 tahun kalian mempertahankan
sekolah .
Pak Harfan

: aku, Mus, dan Bakri bertahan dengan kesepuluh murid-murid

karunia Allah.
Pak Dzulkarnain

: tapi, mereka kan sudah kelas 5 tahun depan kelas 6 , dibawah

mereka gak ada lagi. Kalian bertiga mengajar aku tak tahan,
Pak Harfan
: sekolah ini adalah dimana pendidikan agama pendidikan budi
pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kecerdasan dilihat bukan sekedar dari
nilai-nilai dari angka-angka itu bukan tapi dari hati.

Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika pak Harfan membuat kursi buat murid-murid SD
Muhammadiyah. Karena banyak kursi yang rusak kemudian kelas juga sudah bocor.
Kemudian temannya pak Dzulkarnain yang dulunya juga alumni SD Muhammadiyah
datang dan simpati kepada keadaan pak Harfan yang bertahan untuk mengajar disekolah
yang muridnya Cuma 10 orang dan sekolahnya sudah bocor serta tidak ada yang peduli
dengan sekolah itu.
Analisis:
Dalam dialog diatas pak Dzulkarnain menggunakan kalimat deklaratif yangmana
dengan maksud asertif yaitu dengan maksud prihatin karena dengan keadaannya seperti
ini tetap saja bertahan. Kemudian pak Harfan menjawabnya dengan deklaratif yaitu
dengan bentuk menasehati. Jadi pada dialog tersebut menggambarkan bahwa antara

kalimat dan maksud yang dituju itu sesuai dengan apa yang dirasakan. Sehingga jenis
tindak tutur ini yaitu tindak tutur langsung literal.
2. Tindak tutur tidak langsung literal
Tindak tutur tidak langsung literal (indirect speech act) yaitu tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaranya,
tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur
(Wijana dan Rohmadi, 2011:32). Jenis tindak tutur tidak langsung literal dalam film

“Laskar Pelangi “ yaitu sebagai berikut:
a. Dialog (part 1, 22:58)
Ikal
: buaya lagi? Kalau tentang buaya apa yang kau tahu?
Lintang
: buaya itu sangat sangat cepat geraknya kal, daripada jarak pendek kal.
Bahkan rahangnya sangat kuat.
Ikal
: bingung aku, darimana kau tahu begitu banyaknya?
Lintang
: aku baca dari surat kabar.
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi dipagi hari, ketika Lintang baru datang dengan wajah
yang penuh keringat. Karena jarak anatara sekolah dan rumahnya sangat jauh sekali.
Lintang naik sepeda gayuh setiap pagi dia selalu seperti itu. Selain itu, ketika kesekolah
Lintang harus melewati jalan tempat buaya hidup. Jadi, Lintang terkadang telat datang
karena gara-gara buaya. Tetapi, Lintang adalah murid yang sangat pandai dikelasnya
meskipun dia berasal dari pinggiran dan jauh dari kota atau sekoalh.
Analisis:
Dalam dialog diatas, termasuk jenis tindak tutur literal. Karena Ikal menggunakan
kalimat interogatif untuk menanyakan keadaan Lintang. Tapi sebenarnya Ikal sudah
mengetahuinya karena Lintang jika pergi kesekolah harus melewati gua buaya. Dan
setiap pagi buaya itu keluar dan Lintang harus menunggunya. Ikal menggunakan kalimat
tanya dengan maksud untuk menanyakan kabar apakah baik-baik saja. Jadi, jenis tindak
tuturnya yaitu tindak tutur tidak langsung literal.
3. Tindak tutur langsung tidak literal
Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak
tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi
kata-kata yang menysunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya
(Wijana dan Rohmadi, 2011:33). Pada dialog film “Laskar Pelangi” tindak tutur langsung
tidak literal, yaitu sebagai berikut:

a. Dialog (part 1, menit 05.30)
Teman Ikal : Cantik sepatu kau kal,,
Ikal
: (menatap dengan wajah yang kesal)
Situasi:
Dialog diatas terjadi dalam situasi ketika murid-murid berada dikelas bersama
orang tuanya dengan cuaca yang sangat panas. Karena sekolahnya masih menggunakan
atap seng jadi panasnya sangat terasa sekali. Pada waktu itu semua anak-anak tidak ada
yang memakai sepatu. Hanya Ikal saja yang memakai sepatu tetapi itupun sudah usang
karena sepatu bekas terlihat kotor sekali.
Analisis:
Pada dialog menunjukkan tindak tutur tindak tutur langsung tidak literal karena
teman Ikal maksudnya adalah sepatu Ikal tidak cantik. Kalimat teman Ikal dinyatakan
dengan nada kayak menyindir. Jadi, pada tindak tutur ini menunjukkan bahwa analisis
tindak tutur bukanlah apa yang dikatakan yang penting, tetapi bagaimana cara
mengatakannya.
b. Dialog (part 1, menit: 12.44)
Ikal
: makanya jika kau tak rajin sholat pandai-pandailah berenang. Tak ada
gunanya otot gedhemu itu kalau kau tak pandai berenang.
Teman Ikal : yeah,,, yeah
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika didalam kelas dan pak Harfan bercerita tentang
nabi Musa bahwa ada banjir bandang yang dapat menewaskan banyak orang. Muridmurid dengan antusias mendengarkan cerita yang disampaikan oleh pak Harfan. Akan
tetapi, Ikal memiliki ide bahwa ini kesempatannya untuk memberi pelajaran pada
temannya yang tadi telah memperlihatkan badannya seperti Samson. Karena itu
kesempatan Ikal untuk menakut-nakuti temannya yang tadi sombong dengan badannya
yang seperti Samson. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Analisis:
Pada dialog diatas Ikal menggunakan kalimat deklaratif tetapi bertujuan untuk
menakut-nakutin temannya dan balas dendam karena tadi Ikal telah dibohongi dengan
temannya. Karena dengan adanya cerita atau petuah dari seorang guru pasti murid-murid
percaya. Selin itu, temannya Ikal juga malas untuk sholat dan dia juga tidak pandai
berenang. Jadi, ini sesuai dengan keadaan untuk memberi pelajaran. Pada dialog diatas
termasuk tuturan yang tindak tutur langsung tidak literal. Karena kalimat yang

digunakan Ikal menggunakan kalimat deklaratif tapi maksudnya untuk memerintah dia
dan menakut-nakutinya agar tidak mempermainkan Ikal.
c. Dialog ( part 1, menit: 48.50)
Ikal : kelas kami kebanjiran kong, jadi kamur kami basah.
Penjual kapur : Aling ,kapur SD Muhammadiyah,,
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika Ikal datang ke toko yang biasanya membeli
kapur. Karena dia sangat suka pada putri penjual kapur. Jadi, Ikal selalu alasan untuk
mengambil kapur agar bisa bertemu dengan Aling. Jadi dia itu selalu membuat alasan biar
bisa dikasih kapurnya. Jadi dia berkata tidak sesuai dengan kenyataan.
Analisis:
Dalam dialog diatas Ikal memakai kalimat deklaratif yang mana tujuannya itu
supaya dikasih kapur oleh penjual. Dan akhirnya biar bertemu dengan Aling. Sehinggan
tindak tutur itu jenis tidak langsung literal. Karena dia menggunakan kalimat deklaratif
supaya diberi kapur.
d. Dialog (part 1, menit, 53.36)
Ikal : kau tidak suka puisi aku ya?
Aling : puisimu bagus-bagus udah aku salin dibuku harianku, yang asli kau simpan ya?
Ikal : ehm (tersenuym)
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika berada didepan rumah temannya Ikal yangmana
merupakan saudaranya Aling. Jadi mereka duduk berdua dan Aling memberikan puisi
yang telah ditulis oleh Ikal. Kemudian Ikal terkejut karena kenapa dikasihkan lagi.
Analisis:
Dalam dialog diatas, Ikal memakai kalimat interogatif karena dengan maksud
kecewa. Jadi, dialog diatas termasuk jenis tindak tutur langsung tidak literal. Karena rasa
kekecewaannya itu diekspresikan dengan kalimat interogatif. Supaya mengetahui alasan
mengapa alasan dibalik semua itu.
4. Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana dan Rohmadi,2011:34). Jenis tindak
tutur tidak langsung tidak literal yang terdapat pada dialog film”Laskar Pelangi” yaitu
sebagai berikut:
a. Dialog (part 1, menit 06.36):

Pak harfan

: Sudah lewat pukul sebelas Mus, kita harus beritahu orang tua dan anak-

anaknya.
Bu Muslimah : Apalah artinya 9 atau 10 orang murid kita tetap dapat mengajarkan
mereka kan pak?
Pak Harfan : ya. Kau tahu apalah artinya ini?
Bu Muslimah : tunggu dulu pak?
Situasi :
Dialog diatas terjadi dalam situasi dimana pak Harfan dan Bu Mus menunggu
pendaftaran siswa baru yangmana kelas itu boleh dibuka lagi jika siswa yang daftar
berjumlah 10. Sedangkan pada situasi itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat
siswa yang daftar masih 9 orang. Bu Mus merasa cemas karena takut kalau orang tua
murid kecewa padahal mereka sudah semangat-semangat untuk menyekolahkan anaknya.
Karena disana rata-rata orang yang pekerjaannya sebagai kuli jarang menyekolahkan
anaknya karena biaya mahal. Serta hanya sekolah Muhammadiyahlah yang biaya
sekolahnya murah.
Analisis:
Dalam dialog diatas, Bu Mus mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
mengatakan: “Apalah artinya 9 atau 10 orang murid kita tetap dapat mengajarkan mereka
kan pak?”, tepat setelah pak Harfan bilang untuk bilang kepada orang tua murid bahwa
sekolah ini tidak jadi dibuka karena persyaratan untuk membuka sekolah tidak memenuhi
syarat yaitu siswa minimal harus berjumlah sepuluh murid. Bu Mus langsung
menjawabnya dengan pertanyaan bahwa penting sepuluh atau sembilan murid karena kita
harus tetap mengajar. Kemudian pak Harfan menjawabnya juga dengan kalimat
interogatif. Di sini dapat dilihat pendapat yang seharusnya diwujudkan dengan kalimat
deklaratif, diwujudkan dalam bentuk kalimat interogatif oleh bu Mus. Maka dari itu dapat
dikatakan bahwa dalam dialog ini kalimat interogatif dapat digunakan untuk menyatakan
sesuatu. Jadi, jenis tindak tutur pada dialog diatas merupakan tindak tutur tidak langsung
tidak literal.
b. Dialog (part 1, menit 09.26):
Teman Ikal : badan laki-laki itu harus gini kal (dengan menunjukkan otot pada
tangan), macam Samson kan? Mulai sekarang kau panggil aku Samson?. Jangan bilang
siapa-siapa ya? Kalau kamu nanti ingin kayak Samson, aku kasih tahu caranya
Ikal
: apa itu rek?

Teman Ikal : Samson
Ikal
: apa itu Samson?
Teman Ikal : buka baju dulu, akan kau Samson pujaan kaum hawa.
Situasi:
Dialog diatas terjadi ketika Ikal dan temannya disamping sekolah. Temannya itu
membawa bola kasti yang sudah dibelah jadi dua. Pada waktu itu, temannya
menunjukkan tangan dan badannya besar seperti Samson. Padahal pada kenyataannya
teman ikal kurus dan tinggi daripada Ikal.
Analisis:
Jadi, dialog diatas yaitu kalimat teman Ikal menggunakan kalimat interogatif.
Teman Ikal ingin menunjukkan bahwa dia itu berotot seperti Samson. Agar Ikal ikut itu
mau diaksih boal kasti pada badannya. Sehingga kalimat tanya tersebut mengandung
maksud tersendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam dialog ini kalimat
interogatif dinyatakan untuk deklaratif.
c. Dialog (part 1, menit: 25:18)
Mahar : coba kau dengar ini, ini namanya musik jazz. Musiknya orang-orang pintar.
Ikal : (diam dengan wajah bingung)
Mahar : gak ngerti kau.
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika dihalaman sekolah pada waktu istirahat. Mahar
selalu membawa radio kesayangannya. Kemudian Mahar memberi tahu kepada Ikal
dengan radionya jenis musik jazz itu seperti ini sambil menyodorkan radionaya ke
telingan Ikal. Supaya Ikal mendengarnya dan mengerti tentang musik yang diberikan oleh
Mahar.
Analisis:
Dalam dialog diatas yaitu Mahar menggunakan kalimat imperatif yangmana
bertujuan untuk memberikan infornmasi kepada Ikal tentang musik Jazz. Jadi, Mahar
menggunakan kalimat imperatif dengan maksud tujaun deklaratif. Karena apa yang dia
katakan Mahar itu dengan tujuan maksud tertentu agar Ikal itu menyukai musik jazz serta
Mahar memiliki selera musik yang bagus.
d. Dialog (part 1, menit:25.57)
Pak Mahmud : apa yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu? Anak-anak yang
gak jelas tak cerah masa depannya tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bilang,,
Bu Mus
: maaf, pak Mahmud murid-murid ku yang rajin sudah menunggu dalam
kelas.
Situasi:

Pada dialog diatas terjadi terjadi ketika bu Mus mau berangkat ke sekolah dan
dijalan bertemu pada pak Mahmud yangaman dia bekerja di SD PN. Pak Mahmud juga
dari dulu suka sama bu Mus dan berusaha mengajak untuk keluar dari sekolah SD
Muhammadiyah tetapi tidak berhasil.
Analisis:
Dalam dialog diatas terjadi tindak tutur tidak literal tidak langsung. Karena pak
Mahmud menggunakan kalimat interogatif yang mana bertujuan untuk membujuk bu
Mus agar mau menerima tawaran mengajar di sekolah SD PN tempat pak Mahmud
mengajar.
e. Dialog (part 1, menit: 38.24)
Bakri
: aku dapat tawaran jadi guru di SD lain.
Bu Mus
: jadi kau tega tinggalkan Muhammadiyah? Bakri tugas kita memangberat
tapi kita ini mampu.
Bakri
: Mus, orang-orang gak ada yang mau menyekolahkan anaknya disini.
Mereka pikir anaknya lebih baik jadi kuli untuk menafkahi keluarganya.
Bu Mus
: tapi ini sekolah satu-satunya di Belitung.
Bakri
: pernah kau berfikir? Kenapa ne satu-satunya diBelitung? Karena gak ada
lagi yang peduli Mus. Disini 5 tahun gak bisa buka kelas karena apa Mus? Ndak ada
muridnya. Apalagi yang bisa dibanggakan Mus? Selain nama itu SD Muhammadiyah.
Apa prestasi sekolah ne Mus?
Pak Harfan : Bakri, gak mungkinlah Mus ngajar sendiri kau tidak ingin tinggal sampai
anak-anak selesai ujian.
Bakri
: SD Bangka tidak bisa nunggu
Situasi:
Pada dialog diatas terjadi ketika berada di kantor sekolah dimana Bakri salah satu
guru SD Muhammadiyah mendapat tawaran untuk mengajar ditempat lain. Kemudian
Bakri ingin minta izin ke pak Harfan dan bu Mus. Akhirnya mereka saling berlontar
pendapat.
Analisis:
Dalam dialog tersebut , bu Mus memakai kalimat tanya untuk ketidaksetujuan jika
Bakri ingin keluar dari sekolah SD Muhammadiyah. Kemudian Bakri juga menjawabnya
dengan kalimat interogatif untuk memberi penjelasan. Jadi, pada dialog diatas termasuk
tindak tutur tidak langsung tidak literal karena menggunakan kalimat tanya dengan
maksud atau tujuan yang lain.
D. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas ditemukan empat jenis tindak tutur dalam dialog film
yang berjudul “Laskar Pelangi” dari delapan jenis tindak tutur yang dikemukan Wijana
dan Rohmadi (2011). Jenis tindak tutur yang ditemukan dalam dialog film “Laskar
Pelangi” yaitu tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), tindak tutur tidak
langsung literal (indirect speech act), tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral
speech act) dan tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act ).
Akan tetapi, paling banyak jenis tindak tutur yang ditemukan yaitu tindak tutur tidak
langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) yangmana kebanyakan yang
digunakan yaitu kalimat interogatif dengan maksud sesuatu yang lain .

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dewi, Novia Candra. 2013. Analisis Tindak Tutur Langsung Literal dalan Film
Deathnote Movie: The First Name Karya Shusuke Kaneko. Skripsi: Universitas
Airlangga.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesustraan. Surakarta: Aksara
Sinergi Media.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan
Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

LAMPIRAN
1. Dialog (part 1, menit: 11.20)
Bu Mus
: tugas kau tuh ngebantu ibu kawan-kawan masuk kelas.
Kucai
: ndak guru, ibu itu harus tahu kelakuan anak-anak kuli itu kayak setan
semua. Aku ndak enak ngurus begitu mulai sekarang aku ndak berhenti jadi ketua kelas.
2. Dialog (part 1, menit: 16:04)
Pak Harfan : Mus, kau ajak anak-anak itu belajar diluar sekolah.
Bu Mus
: biar kita sama-sama bersihkannya pak.
Pak Harfan : pergilah! Nanti biar Bakri bisa bantu aku.
3. Dialog (part 1, menit 19:49)
Pak Dzulkarnain
: aku khawatir lihat kau ini, sudah 5 tahun kalian mempertahankan
sekolah .
Pak Harfan

: aku, Mus, dan Bakri bertahan dengan kesepuluh murid-murid

karunia Allah.
Pak Dzulkarnain

: tapi, mereka kan sudah kelas 5 tahun depan kelas 6 , dibawah

mereka gak ada lagi. Kalian bertiga mengajar aku tak tahan,
Pak Harfan
: sekolah ini adalah dimana pendidikan agama pendidikan budi
pekerti bukan sekedar pelengkap kurikulum. Kecerdasan dilihat bukan sekedar dari
nilai-nilai dari angka-angka itu bukan tapi dari hati.
4. Dialog (part 1, 22:58)
Ikal
: buaya lagi? Kalau tentang buaya apa yang kau tahu?
Lintang
: buaya itu sangat sangat cepat geraknya kal, daripada jarak pendek kal.
Bahkan rahangnya sangat kuat.
Ikal
: bingung aku, darimana kau tahu begitu banyaknya?
Lintang
: aku baca dari surat kabar
5. Dialog (part 1, menit 05.30)
Teman Ikal : Cantik sepatu kau kal,,
Ikal
: (menatap dengan wajah yang kesal)

6. Dialog (part 1, menit: 12.44)
Ikal
: makanya jika kau tak rajin sholat pandai-pandailah berenang. Tak ada
gunanya otot gedhemu itu kalau kau tak pandai berenang.
Teman Ikal : yeah,,, yeah
7. Dialog ( part 1, menit: 48.50)
Ikal : kelas kami kebanjiran kong, jadi kamur kami basah.
Penjual kapur : Aling ,kapur SD Muhammadiyah,,
8. Dialog (part 1, menit, 53.36)
Ikal : kau tidak suka puisi aku ya?
Aling : puisimu bagus-bagus udah aku salin dibuku harianku, yang asli kau simpan ya?
Ikal : ehm (tersenuym)
9. Dialog (part 1, menit 06.36):
Pak harfan
: Sudah lewat pukul sebelas Mus, kita harus beritahu orang tua dan anakanaknya.
Bu Muslimah : Apalah artinya 9 atau 10 orang murid kita tetap dapat mengajarkan
mereka kan pak?
Pak Harfan : ya. Kau tahu apalah artinya ini?
Bu Muslimah : tunggu dulu pak?
10. Dialog (part 1, menit 09.26):
Teman Ikal : badan laki-laki itu harus gini kal (dengan menunjukkan otot pada
tangan), macam Samson kan? Mulai sekarang kau panggil aku Samson?. Jangan bilang
siapa-siapa ya? Kalau kamu nanti ingin kayak Samson, aku kasih tahu caranya
Ikal
: apa itu rek?
Teman Ikal : Samson
Ikal
: apa itu Samson?
Teman Ikal : buka baju dulu, akan kau Samson pujaan kaum hawa.

11. Dialog (part 1, menit: 25:18)
Mahar : coba kau dengar ini, ini namanya musik jazz. Musiknya orang-orang pintar.
Ikal : (diam dengan wajah bingung)
Mahar : gak ngerti kau.
12. Dialog (part 1, menit:25.57)
Pak Mahmud : apa yang kau cari dari sekolah yang hampir roboh itu? Anak-anak yang
gak jelas tak cerah masa depannya tawaran itu masih ada Mus. Aku bisa bilang,,

Bu Mus

: maaf, pak Mahmud murid-murid ku yang rajin sudah menunggu dalam

kelas.
13. Dialog (part 1, menit: 38.24)
Bakri
: aku dapat tawaran jadi guru di SD lain.
Bu Mus
: jadi kau tega tinggalkan Muhammadiyah? Bakri tugas kita memangberat
tapi kita ini mampu.
Bakri
: Mus, orang-orang gak ada yang mau menyekolahkan anaknya disini.
Mereka pikir anaknya lebih baik jadi kuli untuk menafkahi keluarganya.
Bu Mus
: tapi ini sekolah satu-satunya di Belitung.
Bakri
: pernah kau berfikir? Kenapa ne satu-satunya diBelitung? Karena gak ada
lagi yang peduli Mus. Disini 5 tahun gak bisa buka kelas karena apa Mus? Ndak ada
muridnya. Apalagi yang bisa dibanggakan Mus? Selain nama itu SD Muhammadiyah.
Apa prestasi sekolah ne Mus?
Pak Harfan : Bakri, gak mungkinlah Mus ngajar sendiri kau tidak ingin tinggal sampai
anak-anak selesai ujian.
Bakri
: SD Bangka tidak bisa nunggu