ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGE

Laporan Praktikum ke -4
m.k Penyakit Organisme Akuatik

Hari/Tanggal : Selasa/ 30 September 2014
Kelompok : IX
Asisten
: Syifah

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN PATOGEN

Disusun Oleh :
Savni Retalia Sababalat
C14120023

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

I. PENDAHULUAN


1.1 LatarBelakang
Terdapat banyak kendala dalam budidaya akuatik, antara lain penyakit, baik
penyakit non-infeksi maupun infeksi. Penyakit non-infeksi antara lain yaitu:
sungut menghadap ke bawah, sungut tumbuh pendek, mata juling, tutup insang
melengkung, punggung bengkok, kembang sisik, sirip ekor patah, serta ekor dan
sirip tumbuh mengkerut. Penyakit non-infeksi disebabkan oleh lingkungan yang
buruk, pakan yang tidak higienis dan faktor genetis (Susanto, 2007). Penyakit
infeksi terdiri dari penyakit bakterial, mikotik dan parasitik, dan penyakit
sistesemia enterik oleh bakteri Edwarsiella ictaluri, penyakit mikotik oleh
Saprolegnia sp. serta penyakit parasitik oleh Learnea sp. dan Trichodina sp. Jika

penyakit tersebut tidak segera diatasi dapat membuat budidaya akuatik menjadi
cacat dan mengalami kematian bahkan tidak mendapatkan profit yang maksimal.
Budidaya akuatik terutama pada ikan yang menderita penyakit dan mengalami
kecacatan fisik harga jualnya akan turun sehingga dapat mengurangi keuntungan
usaha.
Kegiatan budidaya sering mengalami gagal panen karena serangan dari
penyakit. Salah satunya adalah penyakit mikotik. Penyakit mikotik adalah
penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Cendawan adalah organisme
heterotrofik yang memiliki filamen. Ikan yang terinfeksi cendawan tidak akan

dapat bertahan hidup lebih lama. Bahkan infeksi ini dapat dapat tersampaikan
pada individu yang berada pada waktu dan tempat yang sama. Infeksi ini dapat
menyebar melalui spora yang dikeluarkan oleh cendawan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui bentukbentuk cendawan akuatik penyebab penyakit mikotik pada ikan beserta cara
reproduksi, serta mengetahui cara penanganan cendawan ditahap isolasi,
pewarnaan, sampai tahapan kultur untuk memudahkan dilakukannya identifikasi.

II. METODOLOGI

2.1 WaktudanTempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari 23 -24 September 2014 pada pukul
15.00-16.30 WIB dan pengamatan kedua pukul 12.00 WIB bertempat di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 AlatdanBahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kaca objek, kaca penutup,
gunting, pembakar bunsen, tissue, dan alat bedah. Sedangkan bahan-bahan yang

digunakan adalah ikan lele yang terinfeksi cendawan, cendawan yang telah
dikultur, pewarna lactophenolcotton blue, alkohol 70%, media GYA (Glukosa
Yeast Agar), antibiotik penicilin streptomycine 125 mg/l.

2.3 Prosedur
2.3.1 Cara Isolasi Cendawan
Pertama dilakukan sterilisasi meja dan alat-alat yang akan digunakan. Ikan yang
telah terinfeksi diambil. Bagian luar ikan diusap dengan alcohol 70 %. Hifa
dipotong dengan gunting dan ditanam pada media yang telah diberi antibiotic
secara aseptik. Diinkubasi selama 24-48 jam. Cendawan tersebut dipindahkan ke
dalam media cair yang telah diberi antibiotic. Diinkubasi lagi selama 24-48 jam.

2.3.2 Identifikasi Cendawan pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
Cendawan diambil dari media cair dan dicuci dengan menggunakan air kolam
steril hingga bersih dari media cair yang terbawa. Cendawan diletakkan ke cawan
petri yang berisi air kolam steril, dan dibiarkan selama 24 jam untuk diamati
bentuk sporangia yang dihasilkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

Berikut tabel hasil isolasi dan identifikasi cendawan pada ikan nila (Oreochromis
niloticus ) serta gambar hasil isolasi.
Tabel 1. Hasil Isolasi Cendawan pada ikan nila

NO
1

KELOMPOK

ULANGAN 1

1

5.6

ULANGAN
2
3.1

2


2

6

2.8

3

3

3.3

4.05

4

4

4.8


6.5

5

5

5.25

6.5

6

6

2.8

3.1

7


7

4

2.2

8

8

5.1

3.4

9

9

5.35


3.4

GAMBAR

10

10

4.3

3.6

11

11

3.8

4.5


12

12

3.75

4.3

_ ( Tidak ada foto)

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa cendawan tumbuh pada
setiap kelompok, kecuali kelompok 10. Diameter cendawan isolasi yang terbesar
pada ulangan pertama terdapat pada kelompok 1 sebesar 5.6 dan ulangan ke-2
pada kelompok 4 dan 5 sebesar 6.5 milimeter, sedangkan diameter cendawan
isolasi yang terkecil terdapat pada kelompok 6 sebesar 2.6 ulangan pertama,
ulangan ke-2 kelompok 7 sebesar 2,2 milimeter.

3.2 Pembahasan
Fungi atau cendawan adalah organisme eukariotik heterotrofik (konsumen

bahan organik), tidak berklorofil, bereproduksi dengan membentuk spora secara
seksual dan aseksual, biasanya berbentuk benang, berlubang dan bercabang,
dinding sel terbuat dari khitin, selulosa atau tanpa selulosa dan bahan organik
lainnya. Cendawan air memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Cendawan
yang hidup dari benda organik yang terlarut disebut saprofit, sedangkan cendawan
yang mendapatkan kebutuhan esensialnya dari inang disebut parasit. Beberapa
cendawan meskipun saprofitik, dapat juga menyerang inang yang hidup lalu
tumbuh dengan subur sebagai parasit. Cendawan dapat menimbulkan penyakit
pada manusia, tumbuhan dan hewan. Kelompok cendawan air yang sering
ditemukan

menyerang

ikan

budidaya

adalah

Saprolegnia,


Achlya

dan

Aphanomyces (Bruno dan Wood, 1999).
Saprolegnia sp. termasuk dalam filum Phycomycetes, kelas Oomycetes,

ordo Saprolegniales, famili Saprolegniaceae dan genus Saprolegnia . Ciri umum
0

genus ini antara lain hidup di daerah tropis dengan suhu > 24 C, saprofit, mudah
menyerang telur ikan, tidak hidup di air laut, hidup pada salinitas rendah,

sporangia dan zoospora diproduksi setelah 48 sampai 72 jam. Saprolegnia juga
ditemukan pada daerah subtropis dan menyerang salmon atlantik, trout rainbow,
trout coklat, coho salmon dan di Jepang juga menyerang ikan ayu (Brown dan
Bruno, 2002). Oleh sebab itu Saprolegnia juga dikenal sebagai winter fungi. Ciriciri lain yang dimiliki oleh genus Saprolegnia adalah memiliki sporangium yang
berdiameter 100 mikron lebih lebar dari hifanya. Saprolegnia patogen pada ikan
yaitu Saprolegnia parasitica (penyebab ulcerative dermal necrosis pada salmon
Atlantik), Saprolegnia diclina dan Saprolegnia ferax.Saprolegniasis diteliti
sebagai penyakit infeksi cendawan kronis, dengan penampakan seperti tumpukan
kapas pada kulit dan insang pada ikan dan telur yang menyebar pada seluruh
permukaan tubuh. Pada infeksi awal lesi pada kulit berwarna abu-abu atau putih,
berbentuk melingkar atau sepeti sabit yang dapat berkembang dengan cepat dan
menyebabkan kerusakan pada epidermis. Ikan yang terinfeksi menjadi lesu,
kehilangan keseimbangan dan menyebabkan ikan lebih mudah untuk dimangsa.
Aphanomyces sp. termasuk dalam filum Phycomycetes, kelas Oomycetes,

Ordo Saprolegniales, famili Saprolegniaceae dan genus Aphanomyces (Scott,
1961). Ciri-ciri biologis Aphanomyces yaitu memiliki miselium berdiameter 5-15
mikron. Hifanya bercabang, tidak bersepta dan berpigmen. Zoospora muncul pada
ujung sporangium dalam bentuk memanjang, kemudian menjadi kista di sekitar
ujung sporangium. Zoospora dibentuk dari hifa vegetatif dengan diameter sama
dan tidak digunakan untuk berkembang biak. Salah satu ciri Aphanomyces
parasitik adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari bagian
tengah (samping) hifa sedangkan Aphanomyces saprofitik hanya menghasilkan
satu cluster spora dan keluar dari bagian terminal/ujung hifa (Alderman, 1982).
Aphanomyces sp. adalah salah satu cendawan yang dihubungkan sebagai

penyebab utama penyakit EUS (Ulcerative Epizootic Syndrome). Aphanomyces
sp. yang bersifat patogen dapat menembus organ utama sehingga disebut
dermatomycosis atau mycotic dermatomycosis. Penyebab kematian sebenarnya

dihubungkan dengan kegagalan osmoregulasi atau kesulitan respirasi ketika
infeksi terjadi pada insang (Bruno dan Stamps dalam Bruno dan Wood, 1999).
Achlya sp. termasuk dalam filum Phycomycetes, kelas Oomycetes, Ordo

Saprolegniales, famili Saprolegniaceae dan genus Achlya . Menurut Mulyani
(2006) infeksi Achlya sp. menyebabkan luka kemerahan pada kulit (organ yang
pertama kali diserang). Serangan cendawan ini diawali oleh perubahan lingkungan

0

(perubahan suhu secara mendadak >5 C dari kisaran suhu optimum) yang
menyebabkan ikan stres dan lebih mudah terinfeksi.
Menurut Sharma (1989) cendawan ini mirip dengan Saprolegnia sp. hanya
saja terdapat perbedaan berupa: sporangiumnya terbentuk di ujung hifa, memiliki
tiga tahap zoospora sehingga disebut polyplanetism, dimana zoospora primer yang
tidak memiliki flagel keluar secara bergerombol yang sebelumnya mengumpul di
mulut zoosporangia, selanjutnya terjadi pembentukan zoospora sekunder dan
tersier. Pembentukan siste primer terjadi di mulut sporangium, zoospora primer
masih bergerombol. Pembentukan sporangium kedua dengan cara membentuk
cabang di bawah sporangium pertama yang telah kosong. Zoospora sekunder
berbentuk reniform dan memiliki dua flagel, begitu pula zoospora tersier,
sedangkan zoospora primer berbentuk seperti pyriform dan tidak memiliki flagel.
Pada reproduksi seksual, setiap oogonia menghasilkan 1-10 oospora..
Ada tiga bentuk garis pertahanan ikan menghadapi serangan cendawan
(Bruno dan Wood, 1999) yaitu: Kulit merupakan tempat kontak pertama
terjadinya infeksi. Sekresi lendir akan meningkat mengikuti kontak dengan
zoospora sekunder yang bertujuan mengurangi keberadaan cendawan pada
permukaan tubuh ikan. 2.Lendir bagian luar yang dapat mencegah miselia tumbuh
dari spora. 3. Respon selular yang terdeteksi oleh lendir eksternal. Lapisan lendir
berperan utama sebagai penghalang fisik koloni cendawan ataupun agen infeksi
lain.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa cendawan tumbuh pada setiap
kelompok, kecuali kelompok 10. Diameter cendawan isolasi yang terbesar pada
ulangan pertama terdapat pada kelompok 1 sebesar 5.6 dan ulangan ke-2 pada
kelompok 4 dan 5 sebesar 6.5 milimeter, sedangkan diameter cendawan isolasi
yang terkecil terdapat pada kelompok 6 sebesar 2.6 ulangan pertama, ulangan ke2 kelompok 7 sebesar 2,2 milimeter. Jenis cendawan yang tumbuh

pada

praktikum yang dilakukan adalah saprolegnia karena Ciri umum genus ini antara
0

lain hidup di daerah tropis dengan suhu > 24 C, saprofit, mudah menyerang telur
ikan, tidak hidup di air laut, hidup pada salinitas rendah, sporangia dan zoospora
diproduksi setelah 48 sampai 72 jam karena hal tersebut sehingga hampir semua
ikan diserang oleh cendawan ini.

Cara agar ikan tidak terserang cendawan adalah perhatikan kualitas air
yang baik bagi ikan agar ikan dapat hidup dengan baik tanpa terserang cendawan,
wadah budidaya juga harus bersih, terhindar dari organisme-organisme yang dapat
menularkan cendawan seperti burung dan keong. Bahan organik seperti yang
terdapat pada pakan juga dapat menjadi sumber munculnya cendawan. Jadi dapat
dilakukan pembersihan wadah budidaya dari sisa-sisa pakan ataupun dari kotoran
ikan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa cendawan yang menyerang
ikan akuatik salah satunya nila dan lele maupun cendawan yang terdapat pada
media GYA adalah Saprolegnia sp. Dimana pada sampel ikan tumbuh
Saprolegnia yang menyerupai benang-benang halus bewarna putih seperti kapas.

4.2 Saran
Kegiatan praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dapat mengamati
beberapa ikan yang terserang berbagai macam cendawan. Sehingga praktikan
dapat mengetahui berbagai macam cendawan yang menyerang ikan. Ikan yang
digunakan juga sebaiknya lebih bervariasi seperti ikan dari laut atau ikan dari
perairan payau.

DAFTAR PUSTAKA
Alder iseases of Aquatic Animals. Dalam: Roberts RJ. (Editor). Microbial
Diseases of Fish. New York: Academic Press.

Bruno, D. W. Dan B. P. Wood. 1999. Fish diseases and disorders, Volume 3:
Viral, bacterial and fungal infections. FRS Marine Laboratory, PO BOX

101, Victoria Road, Aberdeen AB11 9DB, UK. P. 599 – 626.
Mulyani S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus gouramy yang
Terinfeksi Cendaw dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Nuryati, F. B. P Sari. 2009. Identifikasi Dan Uji Postulat Koch Cendawan
Penyebab Penyakit Pada Ikan Gurame. [Jurnal Akuakultur Indonesia] .
Vol.8(2):21-27 (2009).
Sharma OP. 1989. Text Book of Fungi. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill.
Scoot WW. 1961. Aphanomyces Monograph of the Genus Aphanomyces.
Blacksburg. Virginia: Virginia Agricultural Experiment Station.

Susanto. 1999. Pembesaran ikan air tawar . Kanisius. Yogyakarta.
Suhendi. 2009. Identifikasi dan Prevalensi Bakteri dan Cendawan yang Terseleksi
serta Parasit Pada Ikan Arwana Super Red yang sakit. [ Skripsi ].

Budidaya Perikanan, Institut Pertania Bogor.

LAMPIRAN

Keterangan Gambar : Gambar identifikasi cendawan saprolegnia di mikroskop