44 HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS HARI PERTAMA DI BPS ENDANG DESA BANARAN KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN KEDIRI Elly Puji Lestari

HUBUNGAN RAWAT GABUNG DENGAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS HARI
PERTAMA DI BPS ENDANG DESA BANARAN KECAMATAN KANDANGAN
KABUPATEN KEDIRI
Elly Puji Lestari
Abstract
Rooming in-system had many advantages. One of them can be used in giving health education to the post
partum so they have intention to wake up from bed, keep on their infant and taking care themselves that will
quicken mobilization process. Rooming in and early mobilization was very important for post partum health,
but there were still many mothers afraid of early mobilization and have not realized the benefits.
The goal of this research was to know the correlation of rooming in with early mobilization to the first day
post partum in Endang Private Practical Midwife in Banaran Village, Kandangan Sub District, Kediri
Regenc.
This research was held on January 28 – February 23, 2008. Populations in this research consisted of all the
first day post partum in Endang Private Practical Midwife in Banaran Village, Kandangan Sub District,
Kediri Regency with samples consisted of 20 respodents. Research design used analytic research design with
cross sectional approach. Sampling technique used total sampling, while statistical test used chi-square with
significant level 95% or α = 0,05.
From research result showed that most of respondents (55%) could implement rooming in with good criteria
and implementation of early mobilization, most of them (60%) included in good criteria. From data analysis
result showed that x2count > x2table (4,85 > 3,48), so H0 was rejected and H1 was accepted, it meant that there
was correlation between rooming in with early mobilization to the first post partum.

The intention from mother to wake up from bed as soon as possible because of seeing her infant, intention of
mother to take care her infant as soon as possible, and intention of mother in breast feeding her infant
caused increase in mother’s motivation to do early mobilization.
Key words : Rooming in, Early mobilization, Post partum
terdiri dari 62 % mendapat perawatan dalam 2 hari,
13 % mendapat perawatan dalam 3-6 hari, dan 8 %
mendapat perawatan dalam 7-41 hari setelah
melahirkan (SDKI, 2003 : 134).
Konsep perawatan nifas yang dikembangkan
pada persalinan normal mengikuti pola tradisional
yang dikemas secara modern yaitu mobilisasi dini,
rawat gabung (rooming-in) dan pemberian ASI. Pola
ini melalui penelitian terbukti mempunyai
keuntungan
bagi
ibu
maupun
bayinya.
Keuntungannya yaitu menggalakkan pemakaian
ASI, kontak emosi ibu dan bayi lebih dini, ibu dapat

belajar merawat bayi, dan ibu dapat segera
melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh
ditemuinya (Manuaba, 1999 : 151).
Kontak kulit dengan kulit dan mata dengan
mata antara ibu dan bayi yang telah dibina segera
setelah lahir harus tetap dipertahankan. Untuk
persalinan di rumah sakit, hubungan ibu dan bayi
dibatasi yaitu dengan menempatkan bayi dalam
suatu station bayi yang dibuat dengan dinding kaca
agar pengunjung dapat melihat bayi. Sistem rawat
pisah seperti ini bertujuan agar tidak terjadi

Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium merupakan
periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali pada keadaan tidak hamil
(Farrer, 1999 : 225). Masa nifas mulai setelah
partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu.
Seluruh alat genital pada masa nifas ini dapat pulih
kembali seperti keadaan sebelum ada kehamilan

dalam waktu 3 bulan, sehingga pada masa ini
memerlukan perawatan nifas yang dimulai sejak
kala uri yaitu dengan menghindari adanya
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perdarahan
post partum dan infeksi (Wiknjosastro, 2002 : 242).
Perawatan nifas penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Pengaturan waktu perawatan nifas juga
penting. Dua hari pertama setelah melahirkan
merupakan masa kritis, karena kematian ibu dan
bayi paling banyak terjadi pada masa ini. Dalam
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2002-2003, ibu yang melahirkan di luar
fasilitas kesehatan ditanya tentang apa mereka
mendapat perawatan nifas. Secara keseluruhan
delapan dari sepuluh ibu mendapat perawatan nifas,

JURNAL AKP

44


Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

kontaminasi dengan pengunjung, tetapi sebaiknya
ibu tidak dibatasi untuk berhubungan dengan
bayinya. Mengingat masalah tersebut, sistem rawat
pisah dimana ibu dan bayi hanya dibolehkan
mengunjungi bayinya menurut jadwal yang
ditentukan harus diganti dengan sistem rawat
gabung (Anonim, 1994 : 22).
Rawat gabung atau rooming-in ialah suatu
sistem perawatan bayi dan ibu nifas yang dirawat
dalam satu unit. Menurut Wiknjosastro, di
Indonesia persalinan 80% terjadi di rumah dan
bayinya langsung dirawat secara rawat gabung
terutama di daerah pedesaan, banyak ibu nifas yang
melakukan rawat gabung di rumah masing-masing
(Soetjiningsih, 1997 : 97).
Soetjiningsih (1998), pada penelitiannya di
RS. Sanglah Denpasar, menyimpulkan bahwa
dengan

adanya
rawat
gabung
sangat
menguntungkan, karena terdapat penurunan angka
morbiditas dan mortalitas bayi. Pada saat
melaksanakan
rawat
gabung
juga
dapat
dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu tentang bagaimana teknik
menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat,
perawatan payudara dan nasihat makanan yang
baik, sehingga ibu mempunyai keinginan untuk
segera bangun dari tempat tidur, menggendong bayi
serta merawat diri dan hal ini akan mempercepat
mobilisasi sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari
persalinan (Soetjiningsih, 1997 : 97).

Di masa lampau, ibu nifas diharuskan tidur
telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian
pernah dijumpai di Surabaya yaitu terjadi adhesi
antara labium minus dan labium mayus kanan dan
kiri dan telah berlangsung hampir enam tahun.
Dampak yang lain yaitu terhambatnya proses
involusi alat kandungan, menimbulkan terjadinya
trombosis dan emboli, menghambat kelancaran
peredaran darah sehingga akan berakibat
terhambatnya fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme (Manuaba, 1998 : 193).
Kini perawatan nifas lebih aktif dengan
dianjurkan untuk melakukan “mobilisasi dini”
(early mobilization). Mobilisasi dini dilakukan
segera setelah beristirahat beberapa jam dengan
beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan
normal). Sekarang tidak dianggap perlu lagi
menahan ibu telentang di tempat tidurnya selama 714 hari setelah melahirkan. Ibu nifas sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 2448 jam post partum (Sastrawinata,1983 : 324).
Berdasarkan data yang didapatkan tanggal 8

Oktober 2007 di BPS Endang Desa Banaran

JURNAL AKP

Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, pada
bulan September 2007 terdapat 20 ibu nifas yang
sistem perawatannya secara rawat gabung. 11 orang
(55 %) dari ibu nifas tersebut sudah melakukan
mobilisasi dini dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan, akan tetapi 9 orang (45 %) dari ibu
nifas tersebut melakukan mobilisasi dini lebih dari
24 jam pertama atau masih takut untuk melakukan
mobilisasi dini.
Mengingat banyaknya keuntungan dari sistem
rawat gabung maupun mobilisasi dini, maka sebagai
tenaga kesehatan seharusnya dapat memfasilitasi
dan menjelaskan tentang pentingnya rawat gabung,
tentunya dengan melihat syarat dan kontra indikasi
dari rawat gabung itu sendiri, serta memberikan
bimbingan dan penjelasan agar ibu mempunyai

keinginan untuk segera melakukan mobilisasi secara
teratur, bertahap dan diikuti istirahat yang cukup.
Berdasarkan paparan di atas, penyusun
berkeinginan untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan Rawat Gabung dengan
Mobilisasi Dini pada Ibu Nifas Hari Pertama di BPS
Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
rawat gabung dengan mobilisasi dini pada ibu nifas
hari pertama di BPS Endang Desa banaran
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan metode observasional jenis cross sectional.
Variabel penelitian yang diamati adalah kegiatan
rawat gabung (rooming in) sebagai variabel
independent; sedangkan variabel dependennya
adalah perilaku mobilisasi dini. Variabel

independent yang diukur antara lain: waktu interaksi
antara ibu dan bayi; serta penempatan bayi. Adapun
variabel mobilisasi meliputi gerakan ibu, mulai dari
miring kanan kiri, duduk, turun dari tempat tidur,
berdiri disisi tempat tidur dan berjalan.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu
nifas hari pertama yang menjalani persalinan di BPS
Endang Desa Banaran Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri, yang rata-rata tiap bulan
sebanyak 20 ibu nifas. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik sampling jenuh karena
populasi penelitian yang relative sedikit, sehingga
seluruh populasi digunakan menjadi sampel
penelitian.

45

Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

Pengambilan data dilakukan pada 28 Januari23 Februari 2008, di BPS Endang Desa Banaran

Kecamatan
Kandangan
Kabupaten
Kediri.
Pengambilan data dilakukan menggunakan lembar
observasi terhadap situasi rawat gabung serta
perilaku mobilisasi ibu postpartum hari pertama.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
teknik editing, coding, scoring dan tabulating,
sedangkan presentasi data dengan menggunakan
tabel dan diagram. Analisis data dilakukan secara
inferensial menggunakan uji Koefisien Kontingensi.

Data Khusus
1. Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas hari
pertama
Tabel 1

No
1

2

Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas
hari pertama

Rawat
Gabung
Kurang baik
Baik
Jumlah

Jumlah Prosentase
9
11
20

45%
55%
100 %

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar responden melaksanakan rawat
gabung dengan kriteria baik yaitu sebanyak 11
responden (55%) dari total 20 responden.

Hasil Penelitian
Data Umum
1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Umur

2. Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari
pertama

(3 responden)

Tabel 2

15%
16 - 35 th

Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas
hari pertama

> 35 th

No

85%
(17 responden)

1
2

Diagram 1 Karakteristik responden berdasarkan
umur ibu nifas hari pertama di BPS
Endang Desa Banaran Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri Tanggal
28 Januari – 23 Februari 2008.

Mobilisasi
Dini
Kurang baik
Baik
Jumlah

Jumlah Prosentase
8
12
20

40%
60%
100 %

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar responden dapat melaksanakan
mobilisasi dini dengan kriteria baik yaitu
sebanyak 12 responden (60%) dari total 20
responden.

2. Karakteristik responden berdasarkan paritas
Paritas

3. Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini
pada ibu nifas hari pertama
Tabel 3

(9 responden)

45%

1 anak

Hubungan
rawat
gabung
dengan
mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama

2 - 4 anak

55%
(11 responden)

Mobilisasi
Dini
No
Total
Kurang Baik
Baik
1 Kurang baik
6
3
9
2 Baik
2
9
11
Total
8
12
20
Chi kuadrat : x2 hitung = 4,85 > x2 tabel =
3,48 ; Ho ditolak
KK = 0,44
Rawat
Gabung

Diagram 2

Karakteristik responden berdasarkan
paritas ibu nifas hari pertama di BPS
Endang Desa Banaran Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri Tanggal
28 Januari – 23 Februari 2008.

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan antara rawat gabung
dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari

JURNAL AKP

46

Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

ibu dan juga disebabkan oleh kondisi tertentu
dari bayi misal hipotermi dan asfiksi ringan
sehingga bayi harus ditempatkan dalam ruangan
khusus bayi, yang berarti bahwa bayi tidak
bersama dengan ibu dalam 24 jam penuh.

pertama di BPS Endang Desa Banaran
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri, yang
ditunjukkan dengan harga x2 hitung = 4,85 > x2
tabel = 3,48 dengan derajat kepercayaan 95%.
Kuatnya hubungan ditunjukkan oleh Koefisien
Kontingensi (KK) = 0,44, yang berarti
hubungannya lemah.

2. Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu nifas hari
pertama di BPS Endang Desa Banaran
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar responden dapat melaksanakan
mobilisasi dini dengan kriteria baik yaitu
sebanyak 12 responden (60%) dan sebagian
kecil dari responden yaitu 8 responden (40%)
melaksanakan mobilisasi dini dengan kriteria
kurang baik dari total 20 responden.
Mobilisasi dini yang termasuk dalam
kriteria baik yang dimaksudkan disini adalah ibu
nifas yang dapat selekas mungkin berjalan,
tentunya dengan tahapan miring kanan/kiri,
duduk, turun dari tempat tidur dan kemudian
berjalan dalam waktu sekitar 6 jam setelah
persalinan (Bennet, 1996 : 244).
Pada hari pertama dan kedua setelah
melahirkan merupakan masa ketergantungan
bagi ibu atau disebut fase taking in (menerima)
Rubin (1961) menjelaskan bahwa hari tersebut
merupakan waktu dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan serta memfokuskan
energi pada bayinya yang baru (Hamilton, 1995
: 293).
Pernyataan Rubin tersebut berhubungan
dengan pelaksanaan mobilisasi dini yang kurang
baik atau pada ibu nifas yang tidak bisa
melakukan tahapan gerakan sampai dengan
berjalan dalam waktu 6 jam pertama setelah
persalinan atau bisa melakukannya tetapi dalam
waktu lebih dari 6 jam. Mobilisasi dini yang
kurang baik tersebut disebabkan karena ibu
nifas masuk pada fase taking in, sehingga ibu
masih sangat tergantung pada orang lain. Juga
disebabkan oleh rasa takut dan khawatir dari ibu
untuk melakukan gerakan segera karena rasa
nyeri dari luka jalan lahir.

Pembahasan
1. Pelaksanaan rawat gabung pada ibu nifas hari
pertama di BPS Endang Desa Banaran
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar responden dapat melaksanakan
rawat gabung dengan kriteria baik yaitu
sebanyak 11 responden (55%) dan hampir
setengahnya dari responden melaksanakan
rawat gabung dengan kriteria kurang baik
sebesar (45%) atau 9 responden dari 20
responden yang ada.
Rawat gabung yang baik yang
dimaksudkan disini adalah sesuai dengan
pengertian rawat gabung itu sendiri yaitu satu
cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan
tidak
dipisahkan,
melainkan
ditempatkan bersama dalam sebuah ruang
selama 24 jam penuh sehingga ibu dapat
melihat dan menjangkau kapan saja bayi atau
ibu membutuhkannya (Suradi, 2004 : 3).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa sebagian besar responden dapat
melaksanakan rawat gabung dengan baik yang
dilihat dari segi waktu dan penempatan. Di
tempat penelitian, perawatan ibu nifas
dilakukan dalam 24 jam penuh dan bayi
ditempatkan pada tempat tidur yang sama
dengan ibu sehingga ibu akan sangat senang
dan bahagia bila dekat dengan bayi dan bayi
akan memperoleh kehangatan tubuh ibu,
mendengar suara ibu, kelembutan dan kasih
sayang ibu (bonding effect). Hubungan ibu dan
bayi ini sangat penting untuk saling mengenal
terutama pada hari-hari pertama setelah
persalinan.
Pada penelitian, hampir setengahnya dari
responden melaksanakan rawat gabung dengan
kurang baik yaitu ditempatkan bersama dengan
ibu selama < 24 jam dan dalam boks yang
terpisah. Rawat gabung yang kurang baik
tersebut disebabkan oleh keinginan ibu untuk
memenuhi kebutuhan istirahatnya yang kurang,
sehingga bayi ditempatkan dalam boks yang
terpisah tidak dalam satu tempat tidur dengan

JURNAL AKP

3. Hubungan rawat gabung dengan mobilisasi dini
pada ibu nifas hari pertama di BPS Endang Desa
Banaran Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri
Dari hasil analisa data diperoleh x2 hitung
= 4,85 > x2 tabel = 3,48 dengan derajat
kepercayaan 95%, artinya antara rawat gabung
dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari
47

Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

pertama terdapat hubungan yang signifikan.
Kuatnya hubungan ditunjukkan oleh Koefisien
Kontingensi (KK) = 0,44, yang berarti
hubungannya lemah karena mendekati 0.
Hubungan
rawat
gabung
dengan
mobilisasi dini sesuai dengan teori yang ada
bahwa dalam kesempatan melaksanakan rawat
gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada ibu, tentang
bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,
merawat tali pusat, perawatan payudara dan
nasehat makanan yang baik, maka ibu
mempunyai keinginan ibu untuk bangun dari
tempat tidur, menggendong bayi dan merawat
diri sehingga akan mempercepat mobilisasi, dan
ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan
(Wiknjosastro, 2002 : 266).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa terdapat hubungan antara rawat gabung
dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari
pertama, dan hubungannya lemah. Bisa
ditunjukkan pada pelaksanaan rawat gabung
yang baik maka akan menyebabkan mobilisasi
dini menjadi baik pula atau sebaliknya, apabila
pelaksanaan rawat gabung kurang baik maka
akan berpengaruh terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini pada ibu nifas hari pertama
menjadi kurang baik. Dari hasil analisa data
diketahui bahwa hubungan tersebut lemah
sehingga masih terdapat juga responden yang
melaksanakan rawat gabung baik, tetapi
mobilisasi dini menjadi kurang baik ataupun
sebaliknya. Keinginan ibu untuk segera
merawat bayinya sendiri, serta keinginan ibu
untuk segera menyusui bayinya menyebabkan
meningkatnya motivasi ibu untuk melakukan
mobilisasi dini.

diterima). Hubungan ini lemah yang
ditunjukkan oleh Koefisien Kontingensi (KK) =
0,44 (mendekati 0).
Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan ibu nifas dapat segera atau selekas
mungkin berjalan sehingga akan diperoleh
manfaat yang berguna untuk kesehatan ibu
maupun bayi. Diharapkan ibu nifas lebih
menyadari pentingnya rawat gabung yang
merupakan kebijakan dari tempat persalinan dan
ibu dapat menjalankannya dengan baik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan
dapat mempertahankan kualitas dan pemahaman
tentang rawat gabung,
memfasilitasi
pelaksanaan rawat gabung serta terus
memberikan motivasi kepada ibu nifas untuk
melaksanakan mobilisasi dini dalam sistem
rawat gabung dengan baik, misalnya dengan
segera melakukan tahapan miring kanan/kiri,
duduk, turun dari tempat tidur dan berjalan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dengan
permasalahan yang lebih luas dan metode yang
lebih berkualitas misalnya dengan instrumen
penelitian yang lebih lengkap dan jumlah
sampel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1994). Melindungi, Meningkatkan dan
Mendukung Menyusui : Peran Khusus pada
Pelayanan Kesehatan Ibu Menyusui, Ed.1.
Jakarta : Perinasia. Hal 22.
. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka. Hal 416.

Simpulan
Berdasarkan penyajian dan pengolahan data
dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Sebagian besar dari responden (11 orang atau
55%) dapat melaksanakan rawat gabung dengan
kriteria baik.
2. Sebagian besar dari responden (12 orang atau
60%) dapat melaksanakan mobilisasi dini
dengan kriteria baik.
3. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara rawat gabung
dengan mobilisasi dini pada ibu nifas hari
pertama (x2 hitung > x2 tabel dengan derajat
kepercayaan 95%, berarti Ho ditolak dan H1

JURNAL AKP

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI.
Jakarta : Rineka Cipta. Hal 149.
Cunningham, F Gary. (1995). Obstetri Williams
(Williams Obstetrics) Ed.18. Jakarta : EGC.
Hal 290.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Marco.
(2003). Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2002-2003. Calverton Maryland,
USA : ORC Marco. Hal 161.

48

Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

Danim, Sudarwan. (2003). Metode Penelitian
Kebidanan : Prosedur, Kebijakan Dan Etik.
Jakarta : EGC. Hal 246

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC. Hal 115.

Djarwanto. (2001). Mengenal Beberapa Uji Statistik
Dalam Penelitian. Yogyakarta : Liberty.
Hal 22.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta. Hal 69-70.

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas.
Jakarta : EGC. Hal 225.

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Hal 85-212.

Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research Jilid
3. Yogyakarta : Andi. Hal 290.

Ruth Bennet, et al. (1996). Myles Textbook for
Midwives. United State of america : Churcill
Livingstone. Hal 244.

Hidayat, Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Hal 173.

Sastrawinata, Sulaiman. (1983). Obstetri Fisiologi.
Bandung : Eleman. Hal 324.

Jones, Liewellyn. (2005). Setiap Wanita. Jakarta :
Delapratasa. Hal 266-267.

Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta : EGC. Hal 100.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
Arcan. Hal 151.

Suradi, Rulina. (2004). Bahan Bacaan Manajemen
Laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi
Indonesia. Hal 3-4.

.(1998).
Ilmu
Kebidanan
Penyakit
Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Hal 191-193

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta. Hal 56-61.
Wiknjosastro, Hanifa. (2002). Ilmu Kebidanan Ed. 3
Cet. 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal 242-266.

Marjono, Anthonius Budi. (1999). Kamar Bersalin
dan Rawat Gabung. Jakarta : Cakul
Obstetri. Hal 1-7.

JURNAL AKP

49

Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010