SECARA RESEPTIF DAN PRODUKTIF

A presiasi sastra anak-anak secara reseprif dan produktif ini merupakan

unit VIII dari mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini terdiri atas 2 subunit yaitu: (1) Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dan (2) apresiasi sastra anak-anak secara produktif. Dengan memahami materi ini, diharapkan Anda mampu menjelaskan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif, melalui pengkajian dan penerapan pendekatan emotif, didaktis, analitis, dan parafrastis terhadap karya sastra anak-anak Dengan demikian, secara lebih khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda dapat:

1. Menjelaskan perbedaan pendekatan emotif, didakatis, analitis, dan paraftastis dalam hubungannya dengan apresiasi sastra anak-anak.

2. Menerapkan pendekatan emotif, didaktis, analitis dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif.

3. Menerapkan pendekatan analitis dan parafrastis dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif.

Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kompetensi yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing murid SD secara edukatif sehingga dia semakin mahir mengapresiasi sastra anak-anak, baik secara reseptif maupun secara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiannya dan semakin tumbuh sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia, khususnya terhadap sastra anak-anak.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -1

Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian bahan ajar ini secara bertahap-berkelanjutan. Pelajari setiap bagian secara cermat dan seksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh- contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan Anda, pelengkap materi unit ini juga terdapat di internet, yaitu berupa video. Bukalah internet. Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan latihan/tugas. Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan. Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan, Anda akan terbiasa tidak akan pernah belajar.

Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah Kamus Sastra atau Kamus Besar Bahasa Indonesia

Setelah melakukan kegiatan secara bertahap-berkelanjutan seperti disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh- contoh, dan rangkuman yang ada.

Selamat berlatih mengapresiasi sastra anak-anak! Semoga Anda semakin mahir dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif-produktif!

8-2 Unit 8

Subunit 1

Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Reseptif

audara, pengertian apresiasi sastra anak-anak telah Anda pahami dengan baik, bukan! Sekarang, bagaimana mengapresiasi sastra anak-anak secara

reseptif ? Pemahaman dan penguasaan tentang hal tersebut sangat fungsional dan menujang pelaksanaan tugas dan tangung jawab Anda dalam menyukseskan amanat amanah Kurikulum yang berkaitan dengan apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak didik di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih tentang berbagai pende-katan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif. Untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan sungguh-sungguh uraian berikut.

Pendekatan Emotif

Sebelum kita bahas pengertian pendekatan emotif, perlu kita mengajukan beberapa pertanyaan. Apakah Anda merasa senang pada saat membaca puisi atau membaca karya sastra lainnya? Kalau ya, bagaimana bentuk keindahan yang Anda rasakan itu? Tentu kita berharap bahwa Anda merasa senang saat membaca atau mendengarkan pembacaan puisi/karya sastra lainnya sekaligus dapat mengungkapkan bentuk kidahan yang dirasakan.

Apa yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan emotif? Tidak lain karena karya sastra adalah salah satu bagian dari karya seni yang sarat berbagai nilai-nilai estetis. Nilai estetis tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat luas termasuk murid SD dalam berbagai media cetak dan elektronik agar mereka dapat memperoleh hiburan yang mendidik.

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa:

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -3

“Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik”

Sebagai contoh penerapan pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra ank secara reseptif, kita perhatikan puisi berikut.

Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh

Mengingat kau penu seluruh

Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya. Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S. Rendra yang berjudul Sajak Sebatang Lison berikut. ........................................... Delapan juta kanak-kanak menghadapi suatu jalan panjang. tanpa pilihan

tanpa pepohonan. tanpa dangau persinggahan tanpa ada bayangan ujungnya.

Penggalan puisi Rendara di atas dapat membersitkan keindahan irama (nada, tempo, tekanan), keindahan diksi, gaya bahasa repetisi, dan keindahan pengungkapan rasa iba-pilu melihat derita 8 juta kanak-kanak Indonesia yang tak diketahui kapan berakhir.

Contoh ketiga, kita ambil larik terakhir puisi Chairil Anwar yang berbunyi “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keindahan yang dapat kita rasakan adalah keindahan isi yang dikandungnya. Larik tersebut bukan mendorong kita untuk mau hidup dengan gaya egoisme-materialisme selama 1 abad melainkan mendorong kita untuk hidup dengan semangat idealisme yang

8-4 Unit 8 8-4 Unit 8

Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca puisi berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda rasakan sebagai latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan emotif.

DESAKU

Hagu Sebuah nama selalu merdu Di telingaku Di relung qalbuku Setiap waktu

Alammu Nyiurmu Pantaimu Memanggil daku selalu Agar selamanya dekat di sisimu

Di pagi dan siang Kuayun kaki menuntut ilmu Bersama teman-temanku lewat jalan berliku Dinaungi pepohonan rindang

Karena itu kubertekad Akan selalu memeliharamu Akan selalu menjagamu Akan selalu melindungi Selama nafas dalam jasad

(Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)

Rambu-rambu pengerjaan latihan Untuk megerjakan latihan ini, Andu perlu membaca bait demi bait secara berulang-ulang sambil meresapi dan membuka mata hati terhadap nilai

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -5 Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -5

Pendekatan Didaktis

Mengapa ada pendekatan didaktis?” Pertanyaan itu mungkin muncul dalam hati Anda, bukan! Pendekatan tersebut ada karena mutu karya sastra antara lain ditentukan oleh ada tidaknya nilai kemanfaatan didaktis yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak mengandung nilai kemanfaatan didaktis-humanistik semakin tinggi pula mutu karya sastra itu .

Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai- nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004:47) mengemukakan bahwa:

“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.”

Sebagai contoh penerapan pendekatan didaktis dalam mengapresiasi sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan dan baca penggalan bait puisi berikut secara saksama.

.................. Pada hari Sabtu sore Sesudah salat bersama ayah, ibu, nenek Saya dan kawan-kawanku Pergi main layang-layang Di tanah lapang

Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas? Paling kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan dengan baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika mengalami

8-6 Unit 8 8-6 Unit 8

Latihan. Bacalah puisi berikut lalu kemukakan minimal 5 pesan yang terkandung di dalamnya!

KAKEKKU

Carollah Indah C. Kakekku Aku sayang padamu Aku suka dongengmu Aku senangi penampilanmu Aku bangga kepribadianmu

Tapi itu dulu Kini tak kudengar lagi Semua dongengmu Tawa candamu Kini yang kulihat Hanya batu nisan yang kokoh Sekokoh dirimu

Ya Allah, ya Rabbi Ampunilah dosa kakekku Balaslah amal ibadahnya Dengan surgamu-Mu

Rambu-rampu pengerjaan latihan Untuk mengarjakan latihan ini, Anda perlu membaca puisi itu secara berulang-ulang lalu mencermati bait demi bait, larik demi larik lalu memaknainya sesuai esensi yang dikandungnya. Jangan lupa mengaitkan dengan nilai etis, agamis, sosial, budaya, dan sebagainya bila dianggap belum sempurna .

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -7

Pendekatan Analitis

Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya dalam mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif adalah Pendekatan Analitis. Pendekatan ini membimbing Anda untuk memahami secara lebih lengkap dibanding pendekatan emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44) mengungkapkan bahwa:

“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.

Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan di atas. Telah memadai, jika telah dapat mengungkapkan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menujukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung/saling bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rokhaniah.

Yang mana unsur-unsur yang membangun karya sastra prosa tersebut dan bagaiaman esensi unsur tersebut?

Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan, dan titik pandang, dan gaya. Keenam unsur itulah yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk membangun suatu cerita yang menyenangkan dan bermakna.

1. Tema cerita

Sebagai langkah awal yang harus ditempuh oleh pengarang dalam mencipta-kan sebuah karya sastra prosa adalah menentukan tema. Hal ini karena tema oleh Sumardjo (1984:57) adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita”. Tentu saja pokok pembicaraan artau ide tersebut melandasi lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir.

Apabila kita memperhatikan dengan cermat, dalam sebuah karya sastra prosa, maka akan nampak pada kita dengan jelas bahwa tema tersebut akan terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman awal hingga akhir. Dengan demikian, tema cerita dapat dikatakan bahwa tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita

8-8 Unit 8 8-8 Unit 8

2. Alur Cerita (plot)

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan plot atau alur cerita. Untuk memperoleh jawaban pertanyaan tersebut , mari kita cermati berbagai definisi plot yang dipaparkan Tirtawirya (1995:79) dalam bukunya Apresiasi Puisi dan Prosa sebagai berikut.

Rene Wellek mengatakan bahwa plot adalah struktur penceritaan. Sedangkan Hudson mengatakan bahwa plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku-pelaku sepanjang roman/nover berasangkutan. Dan akhirnya Oemarjati mengambil kesimpulan bahwa plot adalah struktur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita tapi disusun secara logis.”

Berdasarkan kutipan tersebut dapatlah kita menyatakan bahwa plot merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang yang utuh dan padu. Artinya peristiwa terdahulu menjadi sebab munculnya peristiwa kemudian dan peristiwa yang muncul kemudian merupakan akibat peristiwa terdahulu

Plot dilihat dari segi sifatnya terbagi atas plot rapat dan plot longgar. Plot rapat adalah plot yang seluruh peristiwa yang ditampilkan setiap pelaku hanya berpusat pada satu alur, misalnya. Sedang plot longgar adalah plot yang setiap pelakunya mempunyai alur peristiwa tersendiri; di dalamnya ada beberapa alur cerita seperti dalam Kisah Mahabrata. Dilihat dari segi bentuknya, plot terdiri atas beberapa macam seperti plot/alur maju, mundur dan alur maju mundur. Alur mundur (flashback) yang dimulai menceritakan peristiwa bagian akhir lalu kembali menceritakan bagian awal dan bagian tengah tenagah. sedangkan alur maju (kronologis) adalah alur cerita yang menceritakan peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadiannya dari awal, tengah, lalu menuju ke bagian akhir kejadian cerita. Adapun alur campuran atau maju mundur adalah alur yang menceritakan sesuatu ketika berada pada kejadian, di tengah cerita kembali lagi menceritakan peristiwa pada awal cerita, misalnya saat sekolah di SMU dia bercerita ketika di masih di SD kelas 4.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 -9

Plot atau rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita menurut Aminuddin (2004) bahwa alur cerita dapat dikelompokkan atas lima tahapan: (1) eksposis pengenalan masalah dengan memperkenalkan konflik pada bagi-an awal cerita., (2) komplikasi, yakni pelaku menghadapi masalah tertentu yang berupaya untuk dipecahkan pada bagian tengah cerita, (3) klimaks , yakni konfliks memuncak yang diharapkan dapat terselesaikan pada menjelang bagian-bagian akhir cerita , (4) denoument masalah yang terdapat pada bagian akhir cerita. .

3. Penokohan (character)

Penokohan merupakan pelaku yang dapat berbentuk manusia atau binatang yang terlibat dalam rangkaian peristiwa cerita. Pelaku dan sifat- sifatnya merupakan unsur yang penting karena merupakan ciri utama sebuah cerita dan pengalaman penulis dikreasikan kepada pembaca terpusat pada pelaku dan sifatnya. Pengarang mengembangkan karakter dalam cerita melalui keadaan pelaku, (penampilan), prilaku yang ditampilkan (lakuan), dari apa yang diucapkan (dialog), dari apa yang dipikirkan (monolog).

Secara umum, pelaku dapat dikelompokkan atas pelaku utama dan pelaku tambahan. Pelaku utama adalah pelaku yang paling menonjol perannya, terlibat secara penuh dari awal hingga akhir peristiwa dalam cerita. Sedang pelaku tambahan adalah pelaku yang hanya muncul pada peristiwa tertentu.

Di samping itu, ada cerita tertentu yang mempunyai tiga macam pelaku, yakni (a) pelaku protogonis yakni pelaku menampilkan berbagai sifat yang baik misalnya, bijaksana, penolong, dermawan, pemaaf dan sebagainya, (b) pelaku antagonis yakni pelaku yang aktif dalam beberapa peristiwa dengan menampilkan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat pelaku utama atau sifat jahat, misalnya misalnya: licik, khianat, bohong, serakah, dan sebagainya, (c) pelaku tritogonis adalah pelaku yang berfungsi melerai perseteruan antara pelaku antagonis dan pelaku protogonis.

Kaitannya dengan penetuan nama pelaku, Liothe (1991) berpendapat bahwa memilih dan menentukan nama pelaku sangatlah penting terutama untuk memberikan gambaran yang hidup tentang tokoh cerita. Dengan demikian, memilih nama pelaku hendaknya selaras dengan watak tokoh, corak cerita, keadaan zaman, dan lokasinya.

8 - 10 Unit 8

4. Latar Cerita (setting)

Setiap peristiwa atau perbuatan selalu berlangsung pada waktu, dan tempat tertentu. Waktu dan tempat berlangsungnya peristiwa disebut latar, baik berupa latar fisik maupun berupa latar sosial. Penggambaran latar yang rinci dalam narasi dapat membantu penyusunan alur, memperjelas pelaku narasi, dan memudahkan pembaca menangkap amanat atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya. Namun demikian, kadangkala ada cerita yang tidak dapat diketahui secara jelas waktu kejadiannya tetapi latar fisik dan latar sosial masayarakat tempat terjadinya peristiwa dapat diketahui dengan jelas.

Latar cerita tidak hanya berkaitan dengan tempat kejadian perisitwa tetapi juga dengan waktu dan suasana saat peristiwa yang terjadi peristiwa tersebut. Waktu terjadinya peritiwa dapat dibagi atas: siang-malam (time of day ), priode waktu sekarang, yang akan datang, atau waktu yang telah lalu (time of period). Penentuan latar waktu yang tepat akan mendukung gambaran suasana cerita yang menarik. Misalnya suasana cerita yang menakutkan (horor) akan lebih tepat memilih waktu malam “Jumat Kliwon”. Lain halnya untuk jenis cerita fantasi biasanya merujuk pada latar waktu lampau sehingga digunakan “pada zaman duhulu”.

5. Sudut Pandang (point of View)

Cara penulis menyajikan peristiwa dalam cerita banyak ditentukan oleh sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara garis besar ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami) dan (b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia ( manusia atau binatang). Sudut pandang gaya saya atau aku, penulis melibatkan dirinya dalam peristiwa yang disampaikan baik sebagai pelaku utama maupun sebagai pelaku tambahan. Adapun sudut pandang gaya dia, penulis menghadirkan orang lain atau nama lain sebagai pelaku untuk menggambarkan idenya atau gagasannya .

Pada umumnya cerita menggunakan gaya dia dibandingkan dengan cerita yang bergaya aku. Hal ini gaya aku cenderung menggurui pembaca dan kelihatan lebih tahu segala-galanya. Sedangkan gaya dia relatif dipandang wajar sebagai suatu peristiwa yang menyenangkan, mendidik , dan memberi makna yang menarik.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 11

6. Gaya Pengungkapan

Gaya merupakan teknik pengarang menyampakain gagasanya lewat cerita dengan untaian kalimat atau kata- kata yang khas. Pengungkapan tersebut dengan jelas tercermin pada pengolahan persoalan yang ditampilkan, tema yang dicairkan dalam cerita. Gaya tersebut relatif tidak ditemukan pada pengarangan yang lain.

Berbicara tentang gaya pengarang dalam bercerita, ada yang bersifat lemah lembut, kata-kata yang indah, rangkaian kalimat yang penuh cinta kasih. Sebaliknya, ada pula yang bergaya keras, pemberontakan terhadap hal yang telah ada, ingin melihat perubahan sesuatu secara cepat atau secara revolusioner. Di samping itu, ada pula yang bergaya moderat, tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras dalam menyampaikan gagasannya. Intinya gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan pada pengarang yang lain.

KESABARAN PUN ADA BATASNYA

Anak anak kelas enam SD Utama Karya sempat terheran-heran melihat sikap Dedet sejak hari pertama masuk, ia sudah dikerjain oleh Danang yang terkenal berandalnya. Pertama tas Dedet disembunyikan Bondan dan Agil, komplotan Si Danang, tapi Dedet tak marah. Kemarin pun ketika bajunya dikotori oleh Danang, ia malahan tersenyum. Ah cuma noda lumpur, masih bisa dibersihkan!” Demikian katanya kepada teman mereka saat itu.

Tanpaknya kesabaran Dedet justeru membuat penasaran dan panas hati Danang serta komplotannya .Sebaliknya, teman-teman yang lain semakin simpati pada Dedet karena dia juga suka membantu temannya. Oleh karena itu, mereka menasihati Dedet agar hati-hati menghadapi Danang serta komplotannya yang tidak bosan mengganggu teman-temannya, maka ketika melihat Dedet menjadi penghuni baru kelas 6, sasarannya beralih kepadanya..

“Wah, sialan. Ini pasti ulah si anak baru itu1” Kata Danang suatu ha ri setelah menghadap Bu Dita untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya atas perlakuannya terhadap Dedet

“Benar, dia pasti telah meng-adukannya kepada Bu Dita!” sambung Bondan.

8 - 12 Unit 8

“Anak itu harus diberi pelajaran, biar dia tahu sia kita,”kata Agil menambah. “Teng...teng...!” lonceng tanda pulang telah berbunyi, anak-anak pun bersorak kegirangan. Mereka segera berhamburan dari kelas masing-masing setelah memberi penghormatan kepada guru. Danang dan komplotannya pun tak ketinggalan, mereka segera melesat meninggalkan temannya. Kelihatannya ada suatu yang akan dilakukan oleh mereka.

Di tengah jalan, Dedet yang diwarnai canda ria bersama temannya saat itu mendadak berhenti. Tiba-tiba Danang dan komplotannya sudah ada di depan Dedet.

“Hei pengecut!” Kau mengadu kepada Bu Dita, ya?” kata Agil sambil menarik kerah baju Dedet de-ngan keras. “Dasar banci! Berani-berani-nya kamu mengadukan kami ke Bu Dita, ha!” Danang menimpali. “Mengadu apa? Aku tak katakan apa-apa pada Bu Dita, sungguh!” kata Dedet meyakinkan Danang dan komplotannya. Dan memang Dedet tak mengadukan apa pun ke Bu Dita. Mungkin temannya yang telah mengadukannya. Mungkin saja temannya tak tega melihat Dedet terus dipermainkan oleh Danang dan komplotannya.

“Alasan!” Baru kali ini ada orang yang berani kepada kami. Ayo teman segera kita beresin!” kata Agil sambil menendang tubuh Dedet. Dedet terhunyung-hunyung ke belakang. Baru saja akan berdiri tegak Dedet menerima lagi sebuah tendang dari Danang yang bersarang di perutnya. Dedet menjadi limbung lalu tersungkur jatuh.

“Anak-anak yang melihat kejadian itu hanya terpaku bagai patung. Mereka tidak berani melerai, karena takut ancaman dari Danang dan komplot-annya. Sementara itu, Dedet yang tadi tersungkur kini sudah berdiri tegap.

“Kesabaran seseorang ada batasnya! Kalian ini memang perlu di beri pelajaran!” Dedet berkata demikian sambil bersikap kuda-kuda. “Hei kawan! Lihat dia mau berlagak!” Seru Bondan “Udah sana pulang, cuci kaki dan tidur!” Agil menambahi. “Mungkin ia ingin pil pengantar tidur! Nih pil tidurnya!” Bondang

yang sedari tadi tadi belum berperan, kini berusaha melayangkan tinjunya ke tubuh Dedet. Pukulan Bondang yang keras itu dengan mudah dapat dielakkan oleh Dedet. Sambil mengelak, Dedet sempat juga

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 13 Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 13

Melihat temannya jatuh, Danang segera menyerang Dedet. Nasib Danang pun sama dengan Bondan dan Agil. Dia terpaksa mencium tanah yang kotor. Beberapa saat kemudian tiga anak tersebut bangun. Mereka kemudian menyerang secara bersama-sama. Dedet terpaksa bekerja keras untuk meladeni Danang dan komplotannya itu. Tak sis- sialah ia berlatih selama dua tahun selama ini.

Danang dan kawan-kawannya kini benar-benar kena batunya. Walaupun mereka bertiga, toh mereka kewalahan juga menghadapi kelincahan Dedet yang hanya seorang diri. Semua pukulan yang mereka lancarkan dengan mudah dapat ditangkis oleh Dedet. Sebaliknya, pukulan Dedet membuat ketiga anak tersebut jatuh bangun. Dan kini mereka tak berkutik lagi. Mereka hanya bisa mengerang kesakitan dengan badan terkapar di tanah.

Melihat lawannya tak berkutik lagi Dedet pun menghentikan serangannya. Setelah beberapa saat menghadapi ketiga anak yang terkapar itu, memandangi ketiga anak yang terkapar itu, Dedet lalu berjalan menghampiri mereka. Bukannya untuk memukul lagi, tetapi Dedet malah membimbing mereka satu satu untuk bangun

“Maaf teman-teman, aku terpaksa melakukan ini. Sebelumnya aku tak mau melukai kalian!” kata Dedet sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ketiga-nya setelah semuanya berdiri.

“Kami Det, yang seharusnya meminta maaf kepadamu” selama ini kami telah mengganggumu!” kata Danang dengan menundukkan kepalanya.

“Det, mungkin hari akhir dari keberandalan kami, kini kami benar-benar sadar,” kata Bondang sambil menundukkan kepalanya. “Det, kamu mau kan memaafkan kami?” Agil berkata sambil menjabat tangan Dedet. “Tentu! Syukurlah kalian mau mengubah sikap! Eh...... sudah siang nih! Perutku sudah keroncongan.” Yo kita pulang bersama-sama.”

Setelah membaca cerita “Kesabaran Ada Batasnya “ dapat dianalisis unsurnya sebai berikut.

8 - 14 Unit 8

KESABARAN PUN ADA BATASNYA

(1) Tema cerita Perlu sikap berani dan sabar dalam menyadarkan orang yang nakal. (2) Latar cerita Cerita ini berlangsung di Sekolah Dasar yang berada di pinggiran kota. Seko-lah tersebut berada pada lingkungan masyarakat yang masih jauh dari kehidupan kota yang modern.

(3) Plot cerita. Plot cerita ini bersifat maju dan tungal dengan rangkaian peristiwa sebagai berikut:

(a) Pengenalan masalah: Dedet sebagai murid baru SD kelas VI sejak hari pertama dan kedua diganggu oleh Komplotan Bondang dkk. dengan menyembunyikan tasnya dan melempari lumpur bajunya. Namun Dedet tetap sabar atau tidak marah

(b) Permasalahan: Bondan dkk dihukum oleh Bu Dita karena itu beserta komplotannya karena itu Dedet dituduh oleh Bondang dkk mengadu kepada Bu Dita.

(c) Klimaks: Dedet melawan Bondan, Agil, dan Danang. Mereka dihajar oleh Dedet de-ngan tendangan taekwondo dan tinjunya hingga mereka tidak berkutik.

(d) Penyelesaian masalah: Dedet memaafkan kesalahan Bondang dkk. setelah mereka meminta maaf dan akhirnya mereka dapat bersahabat dengan baik. Dilihat dari segi bentuk alurnya, cerita di atas menggunakan alur maju karena peristiwa demi peristiwa beranjak terus-menerus ke depanSedangkan dilihat dari segi sifat alurnya, cerita menggunakan alur rapat karena seluruh peristiwa yang ditampilkan pelaku berpusat pada satu alur.

(4) Penokohan (a) Pelaku utama ( protogonis) dan sifatnya. Dedet dan sifatnya: penyabar, pemaaf, pengasih, senang berteman, suka menolong, pemberani, tidak sombong.

(b) Pelaku antagonis dan sifat-sifatnya. Bondang, Agil, dan Danang. Ketiganya senang mengganggu teman seke-lasnya, pemarah, dan nakal.

(c) Pelaku tambahan. Bu Dita, guru yang penuh perhatian kepada seluruh siswanya.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 15

(d) Pelaku dinamis adalah Bondan bondan dan kawan-kawan karena mengalami perubahan dari sifat, dari yang kurang baik menjadi baik.

(5) Gaya Penyampaian Gaya pengarang dalam menyajikan cerita menggunakan gaya yang berimbang atau moderat. Pengarang tidak hanya menggambarkan sesuatu secara keras melalui toko Bondan dan kawan kawan, tetapi juga menggambrkna sesuatu yang dengan penuh lemah lembut melalu tokoh Dedet.

Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca cerita berikut lalu analisis/kemukakan unsur instrinsiknya. Latihan ini bertujuan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra.

Kartini Oh Kartini

Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya meng-ikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik ‘97 di Super Market terbesar di Bandung. Bukan lantaran tajkut tidak menang, tetapi lebih karena pembawa-an Ocha yang tomboy.

“Kamu hanya bercanda, kan?” tanya Mama masih terkaget-kaget. “Ya, enggak dong, Ma. Ocha sudah menginginkannya dari tahun ke-

marin. Lagi pula Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada Sisil.” Jawabnya.

“Sisil yang mana? Tanya Mama lagi. “Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang lom-ba

putri-putrian sampai jadi bin-tang iklan segala,” Ocha berusaha meyakinkan.

“Tap kamu.....”Mama meng gantungkan kalimatnya. “Ah, sudah-lah, lupakan pemilihan itu”” Mama menepis tangan. “Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil lemah lembut!” Ocha tetap ngotot. Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo, pmegang ban hitam, sering mengan di kejuaraan karate, dan paling suka pakai celana dibanding rok, mau ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah dengar?

8 - 16 Unit 8

“Ma biar jago tea kwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut kalau mama mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “Kata Sisil, Ocha sudah punya modal keperca-yaan diri, tinggal belajar membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya.

Melihat kesungguhan yang ter-pancar dari mata putri semata wa- yangnya, akhirnya Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak Ocha mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak jauh dari rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah.

Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang selalu tampil cantik dan se-ring mengikuti pemilihan putri-put-rian itu juga mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya.

“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah de- ngar?” Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka. “Kalau pun tidak salah de-ngar, pasti dia sudah tidak waras!” kali ini suara Teni, sipembuat ulah dan pembual besar. Karuan membuat telinga Ocha merah. “kamu bilang apa?” tanya Ocha mendekati mere-ka. Keempat teman Ocha yang memang jago ngerumpi dan ngomongin orang itu langsung diam.

“Hei, anak-anak manis, kalau ngo-mong jangan sembarangan, ya. Kena batunya baru tahu rasa!” ujar Ocha memperingatkan, sebelum masuk ke-las dan membiarkan mereka bungkam.

Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan Puti Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di kelas IV mnasuk kategori C. antara kelas IV sampai kelas VI SD.

Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan haru campur senang. Sesekali dia mengisap mata yang tiba-tiba lembab dengan sapu tangan.

Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tidak sia-sialah dia belajar berjalan selama sebulan lebih pada Sisil.

“Itu putri Ibu?” tunjuk seorang penonton yang duduk di samping Mama Ocha. Mama mengangguk. “Penampilannya sempurna se-kali. Saya yakin, dia pasti dapat salah satu juara,” komentar penon-ton tadi. Mama semakin haru. Dan, keharuan mama berubah jadi tangis kegembiraan yang teramat sangat, ketika para pemenang diumumkan. Ocha

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 17 Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 17

Selamat, ya” salah seorang penonton memberikan ucapan selamat pada Mama Ocha. Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada Mama Ocha. Saat sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba ada seorang ibu yang berteriak minta tolong. Dia kecopetan.

Secepat kilat, Ocha meng-angkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa menghiraukan penampilannya me-nerjang seorang laki-laki bertopi yang ditunjuk Ibu yang berteriak-teriak tadi.

Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam. Tapi konde Ocha ikut juga terjeng-kang, lepas dari rambutnya. Orang- yang sedang belanja dan melihat kejadian itu tertawa cekikikan..

“Aduh, konde kamu, Ocha” jerit Mama terus memungutnya. Ocha tidak merasa malu atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya, dia meminta mamanya membetulkan konde-nya seperti semula.

Om wartawan geleng kepala. “Ocha-Ocha, kamu memang Kartini zaman sekarang” gumamnya pelan.

Rambu-rambu pengerjaan latihan Untuk mengerjakan latihan Anda perlu membaa cerita tersebut minimal dua kali lalu mencermati setiap unsur dan hubungan antar unsur serta sikap setiap pelaku untuk mengemuekakan pesan cerita. Dan jangan lupa menganalisis persoalan inti uyang mendasari rangkaian peristiwa untuk menentukan tema cerita.

Rangkuman

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengantar pembaca untuk dapat menikmati dan menunjukkan nilai-nilai keindahan yang terjandung dalam suatu karya sastra. Sedang pendekatan didaktis merupakan pendekatan mengarahkan anak untuk dapat memetik berbagai pesan atau amanat yang terdapat suatu karya sastra. Adapun pendekatan analitis adalah pendekatan yang dapat membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang membangun suatu karya hubungan antar unsur tersebut sebagai suatu kesatuan yang utuh.

8 - 18 Unit 8

Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Urutan alur cerita yang benar adalah..

A. pengenalan- permasalahan- penyelesaian – klimaks

B. pengenalan-permasalahan-klimaks- penyelesaian

C. Permasalahan – klimaks-pengenalan-penyelesaian

D. Pengenalan- penyelesaian- permaslahan-klimaks

2. Latar (setting) cerita berkaitan dengan…

A. tempat-waktu kejadian

B. suasana–tempat-waktu kejadian

C. tempat– pelaku – waktu kejadian

D. tempat- bahasa – waktu kejadian

3. Pendekatan yang membantu pembaca memahami unsur-unsur instrinsik suatu karya sastra dan hubungan antara unsur tersebut sebagai suatu kesatuan yang padu dan utuh adalah…

A. Pendekatan emotif

B. Pendekatan didaktis

C. Pendekatan analitis

D. Pendekatan terpadu

4. Sambung sinambung peritiwa yang membentuk suatu kesatuan utuh dalam suatu cerita disebut…

A. Latar

B. tema

C. Penokohan

D. alur

5. Pendekatan yang dapat mengarahkan pembaca untuk menikmati dan menentukan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam suatu karya sastra di sebut pendekatan...

A. emotif

B. analitis

C. didaktis

D. terpadu

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 19

6. Pendekatan yang mengarahkan pembaca suatu karya sastra untuk memperleh sejumlah pemahaman tentang pesan, petuah, atau nasihat yang dapat memperkaya pengalaman rokhania disebut...

A. Pendekatan emotif

B. Pendekatan analitis

C. Pendekatan didaktis

D. Pendekatan terpadu

7. Segala menebal, Segala mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal Keindahan yang relatif cepat dapat dinikmati setelah membaca penggalan puisi Chairil Anwar di atas adalah...

A. keindahan irama

B. keindahan tema

C. Keindahan diksi

D. Keindahan rima

8. ............... Ah, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menamba luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju padang bakti

............................... Pesan-pesan yang dapat dipahami setelah membaca penggalan puisi di atas ... kecuali:

A. Tidak ada gunanya menyesal di hari tua.

B. Menyesal di masa tua hanya semakin menyakitkan.

C. Yang muda perlu siap mengahadapi tantangan masa depan.

D. Di masa tua harus terus berjuang di padang bakti.

9. Pelaku ayang selalu muncul sejak awal sampi akhir cerita disebut...

A. pelaku utama

B. pelaku tambahan

C. pelaku antagonis

D. pelaku dinamis

8 - 20 Unit 8

10. Pelaku yang hanya menampilkan sifat yang buruk atau perlawanan terhadap pelaku utama disebut..

A. pelaku protogonis

B. Pelaku tritogonis

C. Pelaku antagonis

D. Pelaku statis

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Apakah semua soal sudah Anda kerjakan?. Kalau sudah, sekarang cocok- kanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1. Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100%

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik

70 – 79% = cukup < 70%

= kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 21

Subunit 2 Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Produktif

A anak-anak secara produktif? Pemahaman dan penguasaan tentang apresiasi

nda telah memahami dan mengapresiasi sastra secara reseptif. Menyenangkan, bukan? Sekarang, bagaimana dengan apresiasi sastra

sastra produktif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Anda dalam menyukseskan amanah Kurikulum tentang apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak di SD antara lain ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih tentang pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak- anak secara produktif. Untuk memperoleh pemahaman dan pengalaman bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan sungguh- sungguh uraian berikut.

Pendekatan Parafrastis

Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apre- siasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut, siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.

Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa? Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena adanya hak licentia poetica pengarang Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya sastra tertentu.

8 - 22 Unit 8

Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.

I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut.

(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut.

(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan. (c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa . Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.

HARI LIBUR

Hatiku gembira Ujian usai sudah Rapor ku terima Aku rangking pertama

Esok amulai libur Liburan kuhabiskan di rumah nenek Liburan sambil melepas rindu Kunikmati damainya desa

Tiap hari Kutelusuri pematang sawah Bernyanyi riang Menyambut kicau burung

Satu minggu sudah Hari libur habis

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 23

Aku harus pulang Selamat tinggal Selamat tinggal nenek

Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah cerita seperti berikut.

HARI LIBUR

Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-

2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.

Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya Imran. “Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru. Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?” Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari

Rabu” Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?” “Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.

Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan dicium

8 - 24 Unit 8 8 - 24 Unit 8

Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek, mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.

Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalan- jalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya ba- ngunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.

Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”

Bagaimana? Anda telah memahami uraian materi subunit 2 di atas? Jika ya, kerjakan latihan berikut untuk meningkatkan pemahamannya tentang parafrase puisi.

Parafrasekan puisi berikut ini menjadi prosa!

MENYESAL

Ali Hasymi

Pagiku hilang melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 25

Beta lengah di hari pagi Kini hidup meracuni hati

Miskin ilmu miskin harta

Ah, apa guna kusesalka Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju ke arah padang bakti

Rambu-rambu penyelesaian latihan.

Untuk mengerjakan latihan di atas, Anda perlu membaca puisi tersebut secara berulang-ulang lalu mencermati kata-kata yang konotatif pada setiap larik/bait, kemudian memahami makna inti atau tema puisi tersebut, terakhir mencermati alur cerita yang akan dibuat berdasarkan puisi tersebut.

Pendekatan Analitis

Pendekatan analitis telah dibahas teori dan penerapannya pada unit subunit 1 yang tujuannya untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD secara reseptif. Oleh karena itu, pendekatan analitis pada subunit 2 ini akan diarahkan pembahasan dan penerapannya untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD secara produktif.

Sebagaimana yang telah diuraikan pada subunit 1 bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang menangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004). Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca menulis karya sastra tertntu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis puisi misalnya lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik puisi.

Menurut I.A Richard (dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, imagery, ritme dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Tarigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh.sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.

a. Unsur lahiriah (metode puisi)

8 - 26 Unit 8

(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun secara konotatif. Misalnya:

Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat) Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampuas, dll. .....................

(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:

- gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr Situmorang) - Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut mengering

(Waluyati)

(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus; bukan yang umum, misal:

- Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus) - Aak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya (kata umum) (4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah kemampuan penyair mendeskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut. Daya bayang terwujud sebagai manifestasi dari pemakaian kata konkret, diksi, dan gaya bahasa yang tepat. Misalnya:

Sajak Kecil Buat Penggalang

Dengan gagah perkasa Engkau berdiri siap siaga Bersenjata tongkat dibalut kain selempang Berhias tanda-tanda kecakapan Tali merah tali sempritan Tersandang di lengan tangan kiri Kepala dibalut baret Lengkap lencana tunas kelapa Tali melingkar bergantung dipinggang Sangkur menambah indah dipandang .....................................

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 27

(5) Irama dan rima. (a) Irama adalah berkaitan dengan keras lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Misalnya sebagai berikut.

KASIH IBU

Siti Atika

Penuh kasih engkau nina bobokkan aku Penuh cinta engkau suapi aku Tangisku, rintihanku dan rengekanku Tetap membuatmu tersenyum

Kasihmu seluas samudra

Cintamu sedalam lautan Sayangmu setinggi gunung Dengan apa aku harus membalasnya

Ibu.... Di dunia ini tiada banding kasihmu Dalam deritamu Engkau tetap tabah mengasuh dan mendidik aku

Ibu..... Engkau adalah matahariku Engkau adalah rembulanku Doaku bersamamu selalu Semoga rahmat Ilahi atasmu

(b) Rima ialah persaman bunyi awal, akhir, awal-akhir. Misalnya:

Caya bulan di ombak menitik Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)

Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal...... (Chairil Anwar)

b. Unsur batiniah puisi (hakikat puisi) (1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi. Misalnya, Ayip Rosidi menuangkan tema “Ketidakpuasan “ dalam puisi “Di Akuarium”:

8 - 28 Unit 8

Di Akuarium

Ayip Rosidi

Kulihat ikan-ikan berenangan, alangkah nyaman dan tenang hidup tanpa persoalan. Betapa ingin aku menjadi ikan.

Dari balik kaca, matanya cemburu memandang Barangkali ingin menjadi manusia, menjadi aku Yang pergi memancing di hari minggu.

(2) Rasa (feeling) ialah sikap pandang (pendapat) penyair terhadap pokok persoalan/tema tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati, setuju-tidak setuju, dll. Misalnya Chairil Anwar dalam masih bersikap menerima terhadap gadis yang telah mengecewakannya dengan persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane bersikap menolak terhadap gadis yang telah mengecewakannya. Hal itu terungkap dalam puisinya masing-masing sebagai berikut.

PENERIMAAN KEMBANG SETENGAH JALAN

Chairil Anwar Armyn Pane Kalau kau mau, kuterima kembali

Mejaku hendak dihiasi Dengan sepenuh hati

Kembang jauh dari gunung Aku masih tetapi sendiri

Kau petik sekarangan kembang Kutahu kau yang bukan dulu lagi

Jauh jalan panas hari Bak kembang sari sudah terbagi

Bunga layu setengah jalan Jangan tunduk! Tantang Aku dengan berani

(3) Nada (tone) ialah sikap bahasa penyair terhadap penikmat karyanya. Ada penyair bersikap didaktis, persuasif, sinis (ironis), tawadhu (rendah diri), dan sebagainya. Misalnya Ali Hasymi bersikap persuasif dalam puisinya sebagai berikut.

MENYESAL

Pagiku hilang melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi

Kajian Bahasa Indonesia di SD 8 - 29

Aku lalai di hari pagi Beta lengah di hari pagi Kini hidup meracuni hati Miskin ilmu miskin harta

Ah, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma