PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh Amelia Intiastuti NIM. E0007073 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi) PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh : Amelia Intiastuti NIM. E0007073

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 2011 Dosen Pembimbing

Lego Karjoko, S.H., M.H. NIP. 1963 0519 198803 1001

commit to user

commit to user

Nama

: Amelia Intiastuti

NIM

: E0007073

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:

PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI

PROVINSI JAWA TENGAH adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (Skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (Skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (Skripsi) ini.

commit to user

“Christ gives me the streghth to face anything” (Philippians 4:13)

“Jangan membatasi pandanganmu dengan keadaan, karena iman adalah sesuatu yang sanggup menembus keadaan”

(Penulis)

“Apa yang kita lihat, itu yang akan kita dapatkan” (Penulis)

Penulisan Hukum ini kupersembahkan bagi:

1. My Lord, My Saviour, Jesus Christ.

2. Bapaku Tri Joko Inti Budi Santosa, S.ST., M.T., Mamaku Titiek Herlina, S.Th., Adikku Upimas Dwi Kristiari, dan segenap keluargaku tercinta.

3. Almamater tercinta di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

Amelia Intiastuti, E 0007073. 2011. PELAKSANAAN PENGAWASAN IZIN USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah yang berada dibawah pengelolaan dinas teknis terkait yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pengolahan perkebuan yang berdaya guna, khususnya dikaitkan dengan: pemberian izin usaha perkebunan, mekanisme pengawasan usaha perkebunan, dan tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif bersifat preskriptif, menemukan hukum in concreto mengenai pelaksanaan pengawasan usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup data primer, data sekunder, dan data tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Beberapa data kemudian dimintakan penjelasan dan konfirmasi dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Teknik analisis data yang digunakan dengan metode silogisme dan interpretasi dengan menggunakan pola berpikir deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan sebagai berikut: Kesatu, pemberian izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No. 26/Permentan/OT.140/2/2007, Perda Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005, dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan No. 5 Tahun 2006. Kedua, mekanisme pengawasan izin usaha perkebunan belum sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004 dan Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009. Ketiga, mengenai tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat telah sesuai dengan ketentuan pemberian sanksi yang terdapat dalam Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2007.

Kata kunci: Dinas Perkebunan, Perkebunan, Perizinan, Pengawasan, Pembinaan

commit to user

This research’s purpose is to describe the implementation of business lisence control in Central Java by Agriculture Department of Central Java in order to make processing on usefull agriculture, especially it is related to the agricultural business lisensing, the mechanism of agricultural business controlling, and the law action taken by Agricultural Department of Central Java to unhealth agricultural business.

This research uses normative approach which has prescriptive characteristic, find the law in concreto about the implementation of agricultural business control in Central Java. The data’s type used is secondary data. The secondary data sources used consist of primary data, secondary data, and tersiery data. Collecting data teqnique used is literature study. Then, some of the data, explained and confirmed by Agricultural Department of Central Java. Analysing data teqnique used is silogisme method and interpretation with using deductive think design.

According to the research result and discussion, it is resulted the conclusion that: First, agricultural business lisensing in Central Java has been suitable with

the determination of UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No.

26/Permentan/OT.140/2/2006, Perda Jawa Tengah No. 2 Tahun 2005, and Peraturan Kepala Dinas Perkebunan No. 5 Tahun 2006. Second, the mechanism of agricultural business lisensing control has been not suitable with the determination of UU No. 18 Tahun 2004 and Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009. Third, law action taken by Agricultural Department to unhealth agricultural businessman has been suitable with the determination to give punishment on Permentan No. 07/Permentan/OT.140/2/2009.

Keywords: Agricultural Department, Agriculture, Lisencing, Controlling, Cultivating.

commit to user

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan kasih dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul: “PELAKSANAAN

PENGAWASAN IZIN USAHA PEKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH”.

Penulisan ini disusun untuk mengetahui dan memahami secara lebih dalam mengenai pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang pengawasannya berada di bawah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Penulisan hukum ini dalam pembuatannya melibatkan banyak pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dalam ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Untuk itu penulis megucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Wasis Sugandha, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademis yang telah memberikan dorongan kepada penulis dari awal masa perkuliahan sampai dengan berakhirnya masa studi penulis.

4. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku Pembimbing yang telah dengan teliti dan sabar memberikan bimbingan kepada penulis dari awal hingga akhir proses penulisan hukum ini.

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Hukum UNS. Terimakasih telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UNS.

commit to user

Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam pencarian data.

7. Ir. Soesiati Rahayu, M.M., selaku kepala Seksi Pembinaan Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam mencari data.

8. Bapak Sri Riyanto, S.Sos pada bagian umum dan kepegawaian Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu penulis dalam pengurusan izin pencarian data.

9. Saudaraku Kartika, Lili, Nares, Ayu, Amal, Intan, Feby, Yuni, Yosi, John Gurning, Bannu, Pepeb, Jackline, Yacobs, Merry, Tias, Tiwi, Windha, Lita, Devi yang senantiasa membuat penulis terdorong untuk segera menyelesaikan penulisan hukum ini [bersyukur memiliki kalian].

10. Keluarga besar PMK Fakultas Hukum, special for Putri, Anna, Shenni, Mitha, Maya, Dika, Elfas, Richard, Surya Daffa, John Tambunan, Advent, Ottik, Sheni, David Hutapea, Lizy, Zefanya, Yoseph, Vera, Ijul, Ira, Sheryto, Yosua, Nico, Ardhi, dan seluruh saudaraku di PMK FH [bersyukur memiliki kalian].

11. Keluarga besar Voca Justitia Fakultas Hukum UNS, pu’ank, manno, prita, prima, vika, niken, bayu, yosi, lanang, attoy, kiki, faradina, fery, gunawan, zefanya, rio, mighdad terimakasih untuk semangatnya dan telah mengajariku bernada dengan jiwa.

12. Special for Bayu Wicaksono, Thanks for [always] love and support me [bersyukur memilikimu].

13. Segenap keluarga besar Mulyanto Wignyoparyanto dan Padmohartono, terimakasih eyang, pa’puh, bu’puh, tante, om, kakak, adik untuk doa dan dukungannya.

14. Orang-orang yang suka pakai baju putih-hitam dan keluar dari ruang Ujian Skripsi. Kalian membuatku ‘iri’..hehe...,tapi berkat kalian aku menjadi semakin termotivasi..Terimakasih teman.

commit to user

Surakarta, terimakasih untuk 4 tahun ke belakang, tetap semangat untuk menjadi Sarjana Hukum yang profesional dan bermoral..!! Fiva Justitia ..kami bangga ada disini..!!!

16. Untuk seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan.

Seperti pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari pula bahwa penyusunan penulisan hukum ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan.

Akhirnya, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2011

Penulis

commit to user

A. Kesimpulan ...........................................................................................

94

B. Saran .....................................................................................................

95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

Tabel 1. Daftar Perkebunan yang Telah Memiliki IUP ............................

66

Tabel 2. Perbandingan Kelas Kebun Tahun 2006 dan 2009 .....................

79

Tabel 3. Daftar Klasifikasi Kelas Kebun Tahun 2009 ..............................

79

Tabel 4. Daftar Perusahaan Perkebunan yang tergolong kelas IV dan

kelas V ........................................................................................

86 Tabel 5.

Pembinaan Perkebunan Besar yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi ....................................................................

90

commit to user

Ragaan 1. Kerangka Pemikiran ...................................................................

43

Ragaan 2. Alur Tahapan Tata Cara Permohonan Perizinan ........................

58

Ragaan 3. Alur Tata Cara Pembayaran Registrasi .......................................

83

commit to user

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Survey/Riset Nomor : 070/0873/2011 Lampiran 2. Bagan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Tengah

Lampiran 3. Format surat pengajuan IUP Lampiran 4. Sertifikat IUP atas nama PTPN IX (Kebun Getas) Lampiran 5. Sertifikat IUP atas nama PT. Pawana Indonesia (Kebun Susukan) Lampiran 6. Format permohonan konversi/diversifikasi Lampiran 7. Sertifikat IUP untuk konversi/diversifikasi atas nama PT. Rumpun

Sari Medini (Kebun Kaligintung)

Lampiran 8. Format permohonan registrasi IUP Lampiran 9. Format tanda bukti pembayaran retribusi Lampiran 10. Piagam Penghargaan bagi perkebunan yang naik kelas Lampiran 11. Peringatan bagi kebun yang mengalami penurunan kelas Lampiran 12. Format laporan kegiatan usaha perkebunan Lampiran 13. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 525.3/2/2010 tentang

Penetapan Kelas Kebun Berdasarkan Hasil Penilaian Usaha Perkebunan Tahun 2009

Lampiran 14. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322

tertanggal 7 Februari 2011 tentang Penyerahan Kewenangan Pembinaan Perkebunan Besar kepada Kabupaten/Kota

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara konstitusional, pengaturan tanah di Indonesia tercantum dalam Pasal

33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” . Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dua kata yang menentukan, yaitu perkataan ”dikuasai” dan ”dipergunakan”. Perkataan ”dikuasai” sebagai dasar wewenang negara. Negara adalah badan hukum publik yang dapat mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia biasa. Perkataan ”dipergunakan” mengandung suatu perintah kepada negara untuk mempergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Perintah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 berisi keadaan berbuat, berkehendak agar sesuai dengan tujuannya (Winahyu Erwiningsih, 2009:3).

Dasar pemikiran dan landasan politik agraria nasional yang dianut dalam pasal tersebut di atas memberikan pengertian bahwa negara tidak perlu bertindak sebagai pemilik seperti yang telah dicantumkan di atas, negara cukup bertindak sebagai penguasa untuk memimpin dan mengatur kekayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang diberikan kepada negara memberikan kewajiban kepada negara untuk mengatur pemilikan dan menentukan kegunaannya, sehingga semua tanah di seluruh wilyah negara dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Eddy Ruchiyat, 1999:1).

Tanah merupakan faktor utama pendukung kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap orang menilai bahwa penguasaan tanah menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan atau sekedar untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaannya karena dari mengolah tanah manusia dapat bertahan hidup. Menguasai sebidang tanah berarti menguasai terhadap segala hal yang diperlukan dalam hidup. Sebagai contoh, penguasaan terhadap tanah akan menguasai juga sumber daya atas air, tanaman, sumber makanan, tempat tinggal, udara, beserta hal-hal lain yang terkandung dalam tanah tersebut. Semua sumber daya yang

commit to user

umat manusia. Oleh karenanya penguasaan tanah adalah bagian sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.

Penguasaan tanah bagi kehidupan manusia sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, tidak hanya dipergunakan untuk tempat tinggal saja, melainkan dapat juga dimanfaatkan untuk usaha bercocok tanam atau pertanian. Di negara agraris, Indonesia misalnya, sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau pekebun. Kurang lebih 60% dari jumlah penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Oleh karena mayoritas dari penduduk di negara ini bekerja pada sektor pertanian, maka kemajuan sektor pertanian berpengaruh pada bangkitnya industri yang berhubungan dengan stabilitas ekonomi dan pada akhirnya bermanfaat bagi pengurangan kemiskinan di Indonesia (http://www.anneahira.com/pertanian- perkebunan.htm ).

Berkaca dari fakta diatas, perkembangan industri yang berdampak pada pengurangan kemiskinan di Indonesia tidak terlepas dari adanya sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan mempunyai peran yang signifikan dalam perekonomian Indonesia terutama dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Peran ini relatif konsisten baik ketika Indonesia mengalami krisis maupun pada keadaan ekonomi yang stabil. Selain itu, subsektor perkebunan juga sangat strategis dalam penyediaan pangan, misalnya: minyak goreng, minyak sawit, gula, dan kebutuhan pokok lainnya. Dengan kata lain, subsektor perkebunan merupakan salah satu pilar stabilitas ekonomi dan politik Indonesia (http://www.anneahira.com/industri-perkebunan).

Dewasa ini, perkebunan merupakan salah satu pondasi bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan krisis globalisasi dan kompetitifnya pasar dunia. Di samping itu, perkebunan juga merupakan suatu langkah pembangunan ekonomi nasional sekaligus alternatif untuk mengurangi efek menipisnya Sumber Daya Alam (SDA) sehingga dapat dikelola bertahun-tahun demi memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Strategi kunggulan kompetitif di subsektor perkebunan

commit to user

baku berkualitas bagi sektor industri. Keunggulan kompetitif ini akan menciptakan daya saing produk yang tinggi bagi komoditi perkebunan karena keunggulan tenaga kerja, ketersediaan lahan yang luas, modal yang cukup, serta didukung dengan adanya regulasi dari pemerintah. Keunggulan pada subsektor ini membuat pemerintah baik tingkat pusat sampai daerah membuat suatu kebijakan yang dapat memaksimalkan usaha perkebunan. “Di sini, sekali lagi terbukti bahwa perkebunan mempunyai posisi tawar yang kuat atau bahkan mempunyai kekuasaan yang cukup besar dalam mengendalikan arah politik suatu negara, terutama bagi negara-negara yang masih bercorak agraris seperti Indonesia” (Syaiful Bahari, 2004:43).

Sadar bahwa susbsektor perkebunan memiliki kedudukan yang penting dalam perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor, dan penerimaan pajak, membuat para pemilik modal besar (investor) berlomba-lomba menanamkan modalnya di bidang usaha perkebunan ini. Oleh karena itu keberadaan usaha perkebunan perlu mendapat perlindungan hukum dari pemerintah agar pelaksanaan usaha perkebunan dapat dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintah. Perlindungan hukum tersebut kemudian diwujudkan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan sebagai payung hukum (umbrella act) bidang usaha perkebunan di Indonesia.

Lingkup perkebunan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan tersebar di berbagai wilayah provinsi di Indonesia, termasuk didalamnya perkebunan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah berada di bawah pengawasan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Sama halnya pada lingkup nasional, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah memiliki peranan yang strategis dalam rangka melakukan pengawasan pada pelaksanaan izin usaha perkebunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan secara tidak langsung turut meningkatkan pendapatan nasional.

commit to user

usaha perkebunan yang berupa pekebun dan/atau perusahaan perkebunan yang mengelola usaha perkebunan dengan dasar Hak Guna Usaha bagi pelaku usaha perkebunan yang berupa perusahaan perkebunan. Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu.

Pemberian izin usaha merupakan salah satu langkah untuk menetapkan aturan main dan merupakan proses seleksi bagi para pelaku usaha perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan pengawasan yang efektif dari pihak Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sangat berpengaruh terhadap pengusahaan perkebunan yang berdaya guna bagi seluruh lapisan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan peningkatan pendapatan nasional pada umumnya. Sehingga kedua hal tersebut merupakan dua sisi mata uang yang saling membutuhkan dan saling memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan begitu saja dalam rangka mewujudkan keteraturan dalam pengusahaan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah khususnya (Supriadi, 2010:567).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dalam penulisan hukum (skripsi) dengan judul: ”Pelaksanaan

Pengawasan Izin Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk mempermudah dan membatasi permasalahan yang akan diteliti agar penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pemberian izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

commit to user

sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

3. Apakah tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan hukum ini, adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui kesesuaian pemberian izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Untuk mengetahui kesesuaian mekanisme pengawasan usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah terhadap peraturan perundang- undangan.

c. Untuk mengetahui kesesuaian tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Tujuan Subyektif

a. Mengetahui pelaksanaan pemberian izin, pengawasan, serta tindakan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Strata

1 (S1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Untuk meningkatkan dan mendalami berbagai teori yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dan pengetahuan terhadap suatu permasalahan.

commit to user

Penelitian hukum ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait yaitu penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dengan topik utama penulisan hukum ini. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara terkait dengan Hukum Agraria pada khususnya;

b. Memperkaya literatur dan referensi kepustakaan Hukum Administrasi Negara tentang prosedur pemberian izin, mekanisme pengawasan, serta tindakan hukum yang diambil oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terhadap perusahaan perkebunan yang tidak sehat;

c. Hasil dari penulisan hukum ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran atau wacana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk melatih penulis dalam mengkaji dan menganalisa permasalahan hukum yang ada dengan menggunakan metode ilmiah sebagai penunjang ilmu pengetahuan hukum yang penulis peroleh selama perkuliahan; dan

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait langsung dengan penulisan hukum ini.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu penyelidikan yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu dengan tujuan untuk membatasi secara tegas bahasa yang dipakai oleh ilmu tertentu, dalam hal ini pastinya ilmu hukum (Johny Ibrahim, 2006:294).

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

commit to user

teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2008:35).

Untuk mendapatkan data dan penelitian yang bulat dan utuh dalam rangka memberikan gambaran dan uraian mengenai pelaksanaan pengawasan izin usaha perkebunan di Provinsi Jawa Tengah, maka harus menggunakan metode penelitian yang sesuai. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Ilmu hukum adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat, oleh karena itu jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.

Seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap pantas (Amiruddin, S.H., dan Zainal Asikin, S.H., 2004:118).

Karena penelitian ini jenis penelitian hukum normatif, maka dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut kemudian disusun secara sistematis dan dikaji untuk kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang akan diteliti dalam penulisan hukum ini.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan terapan, hal tersebut sesuai dengan karakteristik ilmu hukum. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-

commit to user

Mahmud Marzuki, 2008:22). Berpegang pada karakteristik ilmu hukum sebagai ilmu terapan, preskripsi yang diberikan dalam penelitian hukum harus dapat dan mungkin untuk diterapkan. Dengan demikian, preskripsi yang diberikan bukan merupakan sesuatu yang telah diterapkan atau yang sudah ada. Oleh karena itulah, yang dihasilkan oleh penelitian hukum sekalipun bukan asas hukum yang baru atau teori yang baru, paling tidak argumentasi yang baru. Bertolak dari argumentasi itulah diberikan preskripsi, sehingga preskripsi tersebut bukan merupakan suatu fantasi atau angan-angan kosong (Peter Mahmud Marzuki, 2008:206).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan (approach) yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil- hasil. Menurut Peter Mahmud Marzuki, di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach ), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2008:93).

Oleh karena jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Suatu penelitian normatif harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian (Johny Ibrahim, 2006:302).

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder sebagai sumber-sumber hukum yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

commit to user

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU)/Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah (Perda). (Johny Ibrahim, 2005:295-296). Baham hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1)

Peraturan Dasar yang digunakan, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Peraturan Perundang-Undangan yang digunakan, yaitu Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria; Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan; Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah;

Peraturan

Menteri

Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;

Peraturan

Menteri

Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan; Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 97 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan; Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 78 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah; Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan; Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 525.3/2/2010 tentang Penetapan Kelas Kebun

commit to user

dan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322 tentang Penyerahan Kewenangan Pembinaan Perkebunan Besar kepada Kabupaten/Kota.

b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2008:14). Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini yaitu buku- buku teks (textbooks) yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir, artikel media massa dan internet, serta bahan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang mendukung dan berkaitan dengan pemaparan penelitian hukum ini adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang relevan dengan pokok bahasan penelitian, melalui membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis bahan-bahan dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, makalah, serta artikel media massa dan internet. Beberapa data yang diperoleh kemudian dimintakan klarifikasi kepada Soesiati Rahayu selaku Kepala Seksi Pembinaan Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

commit to user

Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya, bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum. Penafsiran memiliki karakter hermeneutik. Hermeneutik atau penafsiran diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti (Amiruddin, H. Zainal Asikin, 2006:163).

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode silogisme dan intepretasi dengan menggunakan pola berpikir deduktif. Pola berpikir deduktif yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar, kemudian peneliti tersebut menghadirkan objek yang hendak diteliti. Sedangkan metode silogisme yang menggunakan pendekatan deduktif menurut yang diajarkan Aristoteles yaitu berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor, dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2008:46).

Metode interpretasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Interpretasi berdasarkan kata undang-undang. Interpretasi ini meninjau dari makna kata-kata yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan. Interpretasi ini akan dapat dilakukan terhadap kata-kata dalam undang-undang yang singkat, padat, tajam, dan terjamin keakuratan mengenai apa yang dimaksud oleh undang- undang tersebut dan tidak mengandung kata yang bermakna ganda.

b. Interpretasi sistematis. Interpretasi yang menilik keterkaitan antara undang-undang yang satu dengan peraturan perundang-undangan yang lain yang memiliki hubungan saling ketergantungan asas yang mendasarinya satu sama

commit to user

undang merupakan suatu kesatuan dan tidak satupun ketentuan dalam undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri (Peter Mahmud Marzuki, 2008:112).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum adalah uraian logis sistematis susunan bab dan subbab untuk menjawab uraian terhadap pembahasan permasalahan yang dikemukakan (isu hukum/legal issues) selaras dengan tema sentral yang direfleksikan dalam suatu judul penelitian dan rumusan permasalahannya (Johny Ibrahim, 2006:297).

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini disajikan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum sebagai karya ilmiah yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah baku penuisan suatu karya ilmiah. Penulisan hukum ini terdiri dari 4 bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Pembahasan, dan Penutup.

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

Bab II merupakan bab tinjauan pustaka yang didalamnya memberikan penjelasan secara teoritik (landasan teori) yang bersumber dari literatur hukum yang digunakan oleh penulis dan doktrin ilmu hukum yang dianut secara universal mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Bab tinjauan pustaka terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: bagian pertama kerangka teori yang berisikan tinjauan umum mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan izin usaha pekebunan yang terdiri dari tinjauan umum mengenai Hak Menguasai Negara, Perkebunan, Perizinan, serta Perlindungan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara dan bagian kedua kerangka pemikiran yang berisikan gambar alur berpikir dari penulis berupa konsep yang akan dijabarkan dalam penelitian ini.

commit to user

temu dari suatu kaidah perundang-undangan yang berlaku dan keadaan atau realitas yang terjadi disuatu wilayah dan/atau permasalahan tertentu dituangkan dalam Bab III yang menguraikan bahwa prosedur pemberian izin usaha perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam UU Nomor 18 Tahun 2004; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005; dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Nomor 5 Tahun 2006. Pada pelaksanaan mekanisme pengawasan izin usaha perkebunan di provinsi Jawa Tengah belum terdapat kesesuaian dengan peraturan

Pertanian Nomor

07/Permentan/OT.140/2/2009 serta tindakan hukum Dinas Perkebunan terhadap perusahaan perkebunan yang sudah mencerminkan kesesuaian dengan ketentuan yang ada dalam beberapa peraturan perundangan yang mengatur mengenai sanksi bagi perusahaan perkebunan yang tidak sehat.

Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan saran-saran sebagai evaluasi terutama terhadap temuan-temuan selama penelitian yang menurut penulis memerlukan perbaikan.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Hak Menguasai Negara

a. Pengertian Hak Menguasai Negara

Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah mengupayakan agar pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia meliputi yang terkandung di bumi, air, dan bahan galian dipergunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. “Salah satu konsep dasar yang dikemukakan Moh. Hatta adalah pada dasarnya tanah adalah milik rakyat Indonesia dan negara merupakan penjelmaan dari rakyat yang mempunyai hak untuk mengatur penggunaannya agar dapat mengejar kemakmuran rakyat” (Subadi, 2010:68). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka negara memiliki hak menguasai tanah melalui fungsi negara untuk mengatur dan mengurus (regelen en besturen) yang diwujudkan dengan diberikannya Hak Menguasai Negara (HMN).

Hak Menguasai Negara terjadi pada saat bangsa Indonesia sebagai kumpulan manusia secara alamiah terbentuk. Menurut Charles Sebayang, “Hak Menguasai Negara tercipta pada saat ada pelimpahan tugas kewenangan dari bangsa Indonesia kepada negara yang dilakukan oleh wakil bangsa indonesia dalam menyusun UUD 1945 yang tertuang dalam Pasal

33 ayat (3)

yang

mengandung tujuan negara”

(http://hannarenata.blogspot.com/2011/05/hak-menguasai-dari- negara.html ).

Hak Menguasai Negara merupakan sebutan hak yang diberikan oleh UUPA kepada lembaga hukum dan hubungan hukum konkrit antara negara dan tanah Indonesia yang dirinci isi dan tujuannya dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3) UUPA. Kewenangan negara dalam bidang pertanahan

commit to user

tanah bersama (http://charlessebayang.blogspot.com/2009/03/hak-menguasai-dari- negara.html ).

Dengan demikian, Pasal 2 UUPA memberikan sekaligus suatu tafsiran resmi interprestasi otentik mengenai arti perkataan dikuasai yang dipergunakan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Sebelum UUPA ada sementara orang yang menafsirkan dikuasai itu sebagai dimiliki, tetapi UUPA dengan tegas menyatakan, bahwa perkataan tersebut bukan berarti dimiliki. Bahkan pengertian domein negara dihapuskan oleh UUPA, sehingga asas domein tidak dikenal dalam hukum agraria yang baru (Eddy Ruchiyat, 1999:10).

Pembatasan wewenang negara atas tanah yang diperinci dalam ketentuan Pasal 2 ayat (2) UUPA 1960 (LNRI-1960-104, TLN-2043), yaitu:

1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;

2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa; dan

3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa (Boedi Harsono, 2003:238).

Pelaksanaan dari Hak Menguasai Negara tersebut sebagian kewenangananya dapat juga diberikan dengan penugasan kepada daerah dalam rangka medebeweind dan kepada pejabat-pejabat pusat yang berada di daerah dalam rangka dekonsentrasi sehingga Hak Menguasai Negara harus dilihat dalam konteks hak dan kewajiban negara sebagai pemilik (domein) yang bersifat publiekrechtelijk, bukan sebagai eigenaar yang bersifat privaatrechtelijk. Makna dari pemahaman tersebut adalah negara memiliki kewenangan sebagai pengatur, perencana, pelaksana, dan sekaligus sebagai pengawas pengelolaan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya alam nasional tanpa harus berstatus sebagai pemilik sumber daya alam tersebut.

commit to user

bersifat publik seperti yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA juga terdapat wewenang Hak Menguasi Negara yang bersifat perdata yang tercermin dalam Pasal 4 UUPA. Berdasarkan wewenang dalam Pasal 4 UUPA, pemerintah diharuskan membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan, bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya, untuk keperluan- keperluan yang bersifat:

1) Politis (tanah dimanfaatkan untuk keperluan atau bangunan

pemerintah termasuk bangunan pertahanan);

2) Ekonomis (tanah dimanfaatkan untuk keperluan perkembangan produksi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, pertambangan, transmigrasi, dan lain-lain); dan

3) Sosial (tanah dimanfaatkan unuk keperluan beribadat, pusat-pusat permukiman, keperluan sosial, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan lain-lain). Cara-cara negara dalam melaksanakan hak yang dimilikinya demi

menjamin kepentingan-kepentingan yang dituntut oleh masyarakat harus dilaksanakan melalui cara-cara pengambilan keputusan yang adil dan beradab atas dasar musyawarah bersama berlandaskan hikmah kebijaksanaan sebagai landasan keputusan.

Setiap orang dalam suatu komunitas (bangsa) memiliki hak tertentu sebagai dasar dari kepentingannya. Sebaliknya, setiap orang juga memiliki kepentingan yang menjadi dasar dari haknya. Setiap orang harus menjalankan secara seimbang dengan kewajiban untuk memenuhi keperluan hidup masyarakat secara luas, sehingga sikap adil dan beradab merupakan konsekuensi yang perlu ditampakkan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pelaksanaan wewenang dan hak yang dimiliki oleh negara.

Subjek Hak menguasai negara adalah pihak atau lembaga yang secara konstitusional dan/atau aturan merupakan pihak yang paling berhak dalam urusan penguasaan (menguasai) terhadap sesuatu

commit to user

33 ayat (3) adalah negara. Negara dalam melaksanakan fungsinya mendelegasikan

melalui

lembaga

negara, yaitu eksekutif/pemerintah. Artinya, pemerintah mempunyai kekuasaan untuk melakukan perencanaan, merumuskan aturan, melaksanakan langkah-langkah dan tindakan atas pengelolaan, pemanfaatan, dan mengambil hasil dari sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah hukum Indonesia. Kekuasaan yang dipegang pemerintah melekat di dalamnya aspek kewenangan dan tanggung jawab, baik untuk

melaksanakan,

maupun

untuk memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan yang telah dijalankan. Sebagai subjek dari hak menguasai negara, maka pemerintah berlandaskan pada kewenangan yang dimiliknya mempunyai fungsi dasar sebagai berikut:

1) Berkuasa, berwenang, dan bertanggung jawab atas pengelolaan, pemanfaatan, dan mengambil hasil dari sumber daya alam; dan

2) Melakukan upaya paksa secara hukum, mulai dari teguran, peringatan, sampai dengan penghentian atas kegiatan usaha yang melanggar aturan dan mengabaikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa subjek Hak Menguasai Negara adalah Negara Republik Indonesia yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai lembaga negara yang dijamin oleh konstitusi negara, yaitu Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Artinya, kalau ada pihak lain atau pihak ketiga yang melakukan kegiatan usaha pengolahan sumber daya alam nasional hanyalah atas seizin dari pemerintah, dengan kekuasaan pengendalian, pengaturan, dan pemanfaatan berada di tangan pemerintah (http://www.indolawcenter.com/index.php?option=com_content&v iew=article&id=1518%3Asubjek-hak-menguasai- negara&catid=174%3&Itemid=237 ).

b. Dasar-Dasar Pemikiran yang Melatarbelakangi Hak Menguasai Negara atas Tanah

1) Eksistensi Manusia Indonesia

Sejak lahir manusia adalah pribadi yang tersusun atas jasmani dan rohani dengan akal budi dan kehendak. Unsur manusia tersebut berpotensi untuk terus berkembang agar mencapai eksistensinya. Atas dasar itu manusia Indonesia memandang adanya hak kodrati untuk mengembangkan potensi yang dinamakan sebagai hak asasi manusia.

commit to user

bahwa tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhannya tanpa bantuan dari manusia yang lain dalam masyarakat. Hal ini mempunyai konsekuensi adanya hidup saling membantu antara manusia dan masyarakat. Dalam konteks kehidupan bernegara, maka manusia Indonesia juga memerlukan peran negara untuk mempertahankan eksistensinya.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia secara kodrati adalah makhluk individu dan sosial. Dasar eksistensi manusia sebagai makhluk sosial adalah sifat dan hakekat manusia sebagai makhluk berketuhanan (Winahyu Erwiningsih, 2009:109).

2) Hubungan Manusia dengan Tanah

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia haruslah menciptakan hak dan kewajiban secara seimbang. Keseimbangan hak dan kewajiban berarti bahwa hak tidak diperlakukan melampaui kewajiban dan sebaliknya kewajiban tidak diperlakukan melampaui hak. Perilaku yang mencerminkan keseimbangan antara hak dan kewajiban adalah perilaku yang mencerminkan pula sifat adil dan beradab sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Manusia yang adil dan beradab merupakan suatu keyakinan dan moral sebagai pedoman kenyataan hidup yang terwujud dalam hubungan manusia dengan masyarakat dan negara secara keseluruhan.

Menurut pandangan Ronald Z. Tihatelu, dengan dasar manusia sebagai makhluk Tuhan dan sikap adil dan beradab dalam hubungan manusia, maka tanah merupakan pemberian Tuhan kepada pribadi, keluarga, masyarakat, dan Bangsa Indonesia. Memiliki tanah merupakan hak yang diturunkan karena adanya pemberian Tuhan, namun demikian sejalan dengan itu pula, kewajiban dalam pemilikan tanah juga diturunkan, karena Tuhan menghendaki dijalankannya kewajiban bersama hak secara seimbang, secara adil, oleh manusia yang beradab, manusia yang memiliki keluhuran harkat dan martabat selaku manusia ciptaan Tuhan. Dengan demikian yang memiliki hubungan dengan tanah yakni manusia alamiah yakni

commit to user

tersebut disebut sebagai milik bangsa (Winahyu Erwiningsih, 2009:110).

3) Hakekat Negara

Istilah negara mengandung makna suatu alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan- hubungan manusia dalam masyarakat dalam menertibkan gejala- gejala kekuasaan dalam masyarakat. “Hakekat negara adalah suatu penggambaran tentang sifat dari negara. Negara sebagai wadah dari suatu bangsa untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita bangsanya. Tujuan negara merupakan kepentingan utama dari tatanan suatu negara” (Soehino, 1998:146).

Sebagai organisasi yang memiliki wilayah, negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama. Tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 memberikan suatu kewenangan bagi negara untuk mengatur arah pemerintahan dalam usahanya untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hak untuk mengatur yang dimiliki oleh negara atau kekuasaan yang dijalankan oleh negara memperlihatkan adanya tugas khusus yang dimiliki oleh negara. Tugas negara antara lain:

1) Melaksanakan fungsi mengatur;

2) Melaksanakan fungsi penyelesaian sengketa antar masyarakat;

3) Melaksanakan fungsi pengembangan kehidupan khususnya di

bidang perekonomian; dan

4) Melaksanakan fungsi pengadaan fasilitas umum untuk

kepentingan masyarakat.

commit to user

Banyak terjadi perbedaan pandangan mengenai hubungan negara dengan tanah terutama berkaitan dengan status penguasaan tanah oleh negara. Pendapat pertama memandang bahwa negara dapat memiliki tanah dengan alasan bahwa negara dipandang sama dengan subjek perdata sehingga negara dapat mempunyai hubungan hak milik, hanya saja tanah-tanah milik negara tersebut dipergunakan bagi kepentingan umum. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa ada hubungan khusus antara negara dengan tanah yang masuk untuk kategori kepentingan umum.

Pendapat kedua, menyatakan bahwa negara bukan pemilik tanah karena yang menjadi pemilik tanah adalah manusia yang mempunyai kedudukan istimewa. Eksistensi manusia senantiasa disertai dengan hak-hak yang secara alami melekat padanya, termasuk untuk hak memiliki.

Tanah dapat dimiliki oleh negara dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1) Penggunaan langsung oleh negara;

2) Statusnya sebagai res publicae yag dipergunakan warga;

dan