PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT DI KAMAR ALAT INTERCAMP ATMI SURAKARTA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT DI KAMAR ALAT INTERCAMP ATMI SURAKARTA

Skripsi GREGORIUS ADINUGROHO.W

I 1309014

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT DI KAMAR ALAT INTERCAMP ATMI SURAKARTA

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

GREGORIUS ADINUGROHO.W

I 1309014

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang telah memberikan penyertaan dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan laporan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan segenap kerendahan hati dan rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntunku dan menerangiku. Berkat dan rencana-Nya selalu menjadi yang terbaik untukku.

2. Bapak Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Yusuf Priyandari, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Irwan Iftadi, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan serta waktu yang tak ternilai harganya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak Ilham Priadythama, ST, MT, selaku dosen penguji skripsi I dan Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT, selaku dosen penguji skripsi II yang telah

bersedia menguji, memberikan arahan dan masukan untuk skripsi ini.

7. Bapak Ir. Murman Budijanto, MT selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dalam perkuliahan di Teknik

Industri.

8. Segenap Bapak dan Ibu dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

9. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala bantuan dan perhatiannya dalam kegiatan kuliah dan penyelesaian kskripsi ini.

10. Bapak YV.Yudha Samodra.HM, ST, M.Eng, selaku Academic Vice Director Politeknik ATMI Surakarta dan Bapak Agus Kurniawan, ST, 10. Bapak YV.Yudha Samodra.HM, ST, M.Eng, selaku Academic Vice Director Politeknik ATMI Surakarta dan Bapak Agus Kurniawan, ST,

11. Bapak Wahono, Bapak Purwoto, Bapak Nugroho, Bapak Prin, segenap Instruktur WBS dan staff serta segenap mahasiswa Politeknik ATMI Surakarta, terima kasih atas bantuan, saran dan waktu yang telah diberikan

selama penelitian di Kamar Alat Intercamp.

12. Keluarga tercinta : J.B.Wiryanto dan C.M.Karyanti serta adikku Sylvia Hadiani.W yang selalu mendukung, menyemangati dan mendoakan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

13. Keluarga besar Tukangan, Ambarawa, Cebongan dan Burikan yang telah menyemangati dan mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Fransisca Dikna Romana yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka, dengan setia dan kasih sayangnya telah menguatkan serta

memotivasiku.

15. Saudara Doni, Agni, Poponk, Hoedi, Hendri, Hary Ucox, Jo, Febri, Hari Sajiwo, Indah, Pinrih, Dina, Nurul, Yoga, Gogor, Anggono dan teman-

teman Transfer Teknik Industri angkatan 2009 lainnya, terima kasih atas dukungan, bantuan serta solidaritasnya. Semoga kekompakan dan silaturahmi diantara kita akan terus terjalin.

16. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir

ini. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan terbuka sangat mengharapkan berbagai masukan maupun kritikan dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkannya.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

ABSTRAK

Gregorius Adinugroho.W, NIM : I1309014. PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT DI KAMAR ALAT INTERCAMP ATMI SURAKARTA

. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Maret 2012.

Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta merupakan institusi pendidikan yang menitikberatkan perkuliahan pada kerja praktek bengkel dan ditunjang dengan sarana yang lengkap. Alat kerja sebagai sarana penunjang disimpan secara terpusat di suatu bagian yang disebut dengan Kamar Alat. Sistem yang berjalan saat ini memiliki beberapa permasalahan terkait informasi data alat kerja dan administrasi peminjaman alat kerja. Permasalahan tersebut timbul karena informasi yang ada berupa informasi lisan dan tidak ada dokumen tertulis yang mencatat data-data tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini merancang sistem informasi peminjaman alat yang berbasis komputer.

Tahapan penelitian dimulai dari proses identifikasi permasalahan dalam sistem sekarang, perancangan prosedur usulan, lalu dilanjutkan perancangan basis data untuk sistem informasi. Tahap identifikasi sistem sekarang dan prosedur usulan disajikan dalam bentuk flowchart. Perancangan basis data menggunakan Entity-Relationship Diagram (ERD) untuk mengetahui semua entitas yang terlibat dan hubungan yang terjadi antar entitas. Graphic User Interface (GUI) dikembangkan dengan menggunakan software Visual Basic 6.

Penelitian ini menghasilkan prosedur baku dalam proses peminjaman alat dan sistem informasi berbasis komputer untuk mengelola data alat kerja dan administrasi peminjaman alat kerja di Kamar Alat Intercamp. Sistem informasi tersebut ditujukan untuk mendukung dan memudahkan mahasiswa dan petugas dalam kerja praktek. Sistem informasi ini dirancang supaya dapat diakses melalui jaringan LAN (local area network) ATMI Surakarta.

Kata kunci : sistem informasi, peminjaman alat kerja, flowchart, entity relationship diagram (ERD), ATMI Surakarta.

xvii + 112 halaman; 72 gambar; 61 tabel; 4 lampiran

Daftar Pustaka : 14 (1995-2011)

ABSTRACT

Gregorius Adinugroho.W, NIM : I1309014. TOOL MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT IN INTERCAMP TOOL ROOM ATMI SURAKARTA

. Surakarta : Departement of Industrial

Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Maret 2012.

Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta is an education institution which focuses the lectures on practical workshop and also supports the students with complete facilities. Tools as the supporting facilities are stored centrally in an area called Kamar Alat. The existing system has problems related to the information about tools catalogue and tool circulation administration. These problems occured because the existing information is in verbal form and there is no written document to record these data. Therefore, this research design a computer-based tool circulation information system.

The stages of this research consist of identification problems in the existing system, design new procedures and the database design for the information system. Identification phase of the existing system and the new procedure are presented in flowcharts. The database design use Entity-Relationship Diagram (ERD) to discover all entities which involved in the system and relationships between them. The Graphic User Interface (GUI) is developed using Visual Basic

6 software. This research has developed standard procedures of tool circulation and a computer-based information system for managing the tools catalogue and tool circulation administration in Kamar Alat Intercamp. The information system is intended to support and facilitate students and staff in the practical lectures. The information system is designed to be accessible over the LAN (Local Area Network) of ATMI Surakarta.

Keyword: information system, tools circulation process, flowchart, entity relationship diagram (ERD), ATMI Surakarta.

xvii + 112 pages; 72 pictures; 61 tables; 4 attachments

References : 14 (1995-2011)

4.4.2 Identifikasi Alat Kerja .................................................. IV-32

4.4.3 Identifikasi Basis Data .................................................. IV-39

4.5 Perancangan Interface Program ............................................... IV-46

4.5.1 Perancangan GUI .......................................................... IV-46

4.5.2 Perancangan Hak Akses User ....................................... IV-60

4.5.3 Pembuatan Sistem Informasi ....................................... IV-61

4.6 Validasi ............ ........................................................................ IV-62

BAB V ANALISIS HASIL

5.1 Hasil Implementasi ................................................................... V-1

5.2 Analisis Sistem Usulan ............................................................. V-2

5.3 Rencana Instalasi Sistem .......................................................... V-4

5.3.1 Rencana Konversi Sistem ............................................. V-4

5.3.2 Faktor Penentu Keberhasilan ........................................ V-5

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....... ...................................................................... VI-1

6.2 Saran ............... ........................................................................ VI-1

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 4.53. Laporan peminjaman alat versi cetak................................................... IV-59 Gambar 4.54. Form Pembuatan Barcode Lokasi....................................................... . IV-60 Gambar 4.55. Barcode lokasi versi cetak................................................................. .. IV-60 Gambar 5.1.

Sistem konversi langsung..................................................... ............... V-5

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Keseluruhan pokok bahasan dalam bab ini diharapkan memberikan gambaran umum tentang penelitian.

1.1 Latar Belakang

Informasi merupakan suatu sumber daya yang penting dalam sebuah institusi. Apabila informasi dapat dikelola dengan baik, sebagaimana sumber daya lainnya, informasi dapat membantu mengembangkan dan memperbaiki kinerja institusi tersebut. Pengelolaan yang baik dari sekumpulan informasi dapat dilihat dari kecepatan penyampaian, kemudahan akses, akurat dan relevan (Jogiyanto, 2005). Oleh karena informasi merupakan sumber daya yang penting, perancangan sistem informasi yang tepat dan adanya dukungan manajemen dapat menghasilkan perbaikan dan kemajuan bagi institusi tersebut.

Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta merupakan institusi pendidikan yang memfokuskan diri dalam mencetak ahli madya yang mahir di bidang proses manufaktur. Lulusan ATMI diharapkan mampu mengerjakan dan merekayasa proses manufaktur di dunia industri dengan baik. Oleh karena itu, ATMI Surakarta menitikberatkan perkuliahan pada kerja praktek bengkel dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Pada kerja praktek bengkel, setiap mahasiswa difasilitasi dengan satu mesin dan kelengkapan kerja lainnya. Mesin–mesin tersebut ditata pada stasiun kerja seperti stasiun kerja milling, stasiun kerja bubut dan stasiun kerja gerinda. Adapun kelengkapan kerja lainnya disimpan secara terpusat di suatu bagian yang disebut dengan Kamar Alat.

Kamar Alat merupakan bagian yang dikhususkan untuk mengelola alat kerja untuk membantu kegiatan perkuliahan dan produksi yang melibatkan mahasiswa, karyawan, instruktur dan semua civitas akademika di ATMI. Kamar Alat merupakan tempat penyimpanan dan peminjaman alat kerja. Proses penyimpanan

petugas yang disebut dengan Toolman. Kadangkala proses peminjaman alat di Kamar Alat Intercamp juga dibantu oleh mahasiswa tingkat akhir yang menjalani proses Teaching and Learning Exercise (TLE). Tugas utama dari mahasiswa TLE adalah mendampingi mahasiswa Tingkat I dalam kerja praktek bengkel, namun mahasiswa TLE dapat membantu melayani proses peminjaman ketika Toolman tidak berada di tempat. Proses peminjaman alat di Kamar Alat memiliki suatu prosedur yang unik atau khas, yaitu menggunakan koin sebagai tanda jaminan peminjaman. Setiap mahasiswa akan diberikan satu set koin yang terdiri dari sepuluh buah koin pada awal tahun ajaran dan pada akhir tahun ajaran yang sama, satu set koin tersebut harus dipertanggungjawabkan dan dikembalikan dengan jumlah yang lengkap. Kesepuluh koin tersebut yang memiliki punching berupa nomor koin yang sama. Dalam kegiatan praktek bengkel, setiap satu koin dapat ditukarkan dengan satu buah alat kerja yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Koin ini akan diletakkan pada tempat alat yang dipinjam oleh mahasiswa sebagai tanda jaminan. Proses peminjaman ini dilayani oleh Toolman.

Pada saat ini, ATMI Surakarta memiliki dua kampus, yaitu kampus utama yang terletak di Karangasem dan kampus II/International Campus (Intercamp) yang terletak di Blulukan. Kampus Intercamp merupakan kampus untuk memusatkan semua kegiatan perkuliahan untuk mahasiswa Tingkat I. Selain mahasiswa Tingkat I, pada kampus Intercamp terdapat juga mahasiswa Tingkat II dan III untuk program studi Teknik Mekatronika dan Teknik Perancangan Mesin. Masing-masing kampus tersebut memiliki sejumlah Kamar Alat. Kampus Karangasem memiliki sebelas Kamar Alat dan kampus Intercamp memiliki satu Kamar Alat. Alat-alat kerja yang disimpan pada masing-masing Kamar Alat berbeda-beda dan semua mahasiswa ATMI Surakarta diperbolehkan untuk meminjam alat kerja yang dibutuhkannya di Kamar Alat manapun.

Pengelolaan alat kerja dan proses peminjaman di semua Kamar Alat ATMI Surakarta yang dilakukan saat ini masih bersifat manual dan berjalan dengan cukup baik. Namun terdapat beberapa kesulitan terkait proses peminjaman alat kerja. Penyebaran angket dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan-kesulitan dan faktor-faktor penyebab terjadinya kesulitan dalam proses peminjaman alat. Penyebaran angket dan wawancara dilakukan Pengelolaan alat kerja dan proses peminjaman di semua Kamar Alat ATMI Surakarta yang dilakukan saat ini masih bersifat manual dan berjalan dengan cukup baik. Namun terdapat beberapa kesulitan terkait proses peminjaman alat kerja. Penyebaran angket dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan-kesulitan dan faktor-faktor penyebab terjadinya kesulitan dalam proses peminjaman alat. Penyebaran angket dan wawancara dilakukan

Berdasarkan data angket yang diperoleh, terdapat beberapa kesulitan yang sering dialami oleh mahasiswa dalam proses peminjaman alat kerja. Kesulitan- kesulitan tersebut kemudian dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu teknis dan administratif. Kelompok teknis merupakan kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh kondisi teknis, yang berkaitan erat dengan kondisi, persediaan dan keterbatasan alat kerja yang ada saat ini, sedangkan kelompok administratif merupakan kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh kegiatan administasi dan kualitas pelayanan dalam proses peminjaman. Dari hasil penyebaran angket tersebut diketahui bahwa kesulitan-kesulitan yang termasuk dalam kelompok teknis sebanyak 37%, dan 62% lainnya didominasi oleh kesulitan-kesulitan yang termasuk dalam kelompok administratif.

Hasil dari penyebaran angket menunjukkan bahwa kesulitan administratif yang paling sering dialami mahasiswa adalah terhambatnya proses peminjaman bila Toolman sedang tidak berada di tempat. Masalah ini dapat diatasi dengan bantuan dari mahasiswa TLE namun menimbulkan masalah yang lain, yaitu proses peminjaman membutuhkan waktu lebih lama karena mahasiswa TLE tidak hafal letak penyimpanan alat kerja yang akan dipinjam. Proses peminjaman yang lebih lama akan menghambat kerja praktek bengkel mahasiswa yang disebut dengan kompetensi. Menurut Politeknik ATMI Solo (2011), praktek kompetensi diselenggarakan dalam jam praktek bengkel dan waktu penyelenggaraannya diatur Hasil dari penyebaran angket menunjukkan bahwa kesulitan administratif yang paling sering dialami mahasiswa adalah terhambatnya proses peminjaman bila Toolman sedang tidak berada di tempat. Masalah ini dapat diatasi dengan bantuan dari mahasiswa TLE namun menimbulkan masalah yang lain, yaitu proses peminjaman membutuhkan waktu lebih lama karena mahasiswa TLE tidak hafal letak penyimpanan alat kerja yang akan dipinjam. Proses peminjaman yang lebih lama akan menghambat kerja praktek bengkel mahasiswa yang disebut dengan kompetensi. Menurut Politeknik ATMI Solo (2011), praktek kompetensi diselenggarakan dalam jam praktek bengkel dan waktu penyelenggaraannya diatur

Mahasiswa Tingkat I juga mengalami kesulitan saat mengambil kembali koinnya di Kamar Alat. Hai ini terjadi karena mahasiswa terkadang lupa pada alat kerja yang telah dipinjamnya karena pada saat digunakan di bengkel tercampur dengan alat–alat kerja yang dipinjam oleh mahasiswa lain. Alat-alat kerja dapat tercampur karena dalam kerja praktek kadangkala terjadi pinjam meminjam dengan mahasiswa lainnya sehingga menyebabkan tertukarnya alat kerja. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara koin jaminan yang berada di lokasi penyimpanan alat kerja yang dikembalikan dengan nomor koin mahasiswa yang mengembalikan sehingga pengembalian alat tersebut ditolak oleh Toolman dan mahasiswa tidak dapat mengambil koin miliknya. Masalah lain yang timbul adalah terjadinya kesalahan pengembalian koin oleh Toolman saat mahasiswa mengembalikan alat kerja. Hal ini terjadi karena semua informasi mengenai administrasi peminjaman dilakukan secara manual, dalam hal ini hanya mengandalkan buku rekap dan ingatan dari Toolman. Banyaknya jumlah mahasiswa dan alat kerja membuat Toolman tidak hafal nomor koin yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Kesulitan administratif lainnya yaitu kesulitan yang dialami Toolman dalam proses rekap peminjaman alat. Proses rekap ini hanya dilakukan satu minggu sekali dan tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu karena membutuhkan waktu pemeriksaan yang cukup lama. Hal ini terjadi karena proses rekap dilakukan secara manual, yaitu dengan cara membuka laci penyimpanan satu persatu dan mencatat alat apa saja yang masih dipinjam oleh mahasiswa. Kegunaan dari proses rekap ini adalah untuk mengetahui alat kerja yang masih dipinjam mahasiswa. Jika rekap ini tidak dilakukan, maka terjadi kekurangan persediaan alat kerja.

Kedua kampus ATMI Surakarta yang terpisah jarak cukup jauh juga menimbulkan permasalahan, terutama pada informasi persediaan alat kerja yang dibutuhkan. Informasi mengenai persediaan dan kondisi dari alat kerja tidak dapat terpantau dengan baik dan sulit untuk diakses karena dilakukan pengelolaan dengan cara manual, yaitu langsung mendatangi Kamar Alat setempat atau menggunakan telepon untuk bertanya pada Toolman yang terkait.

Oleh karena itu, masalah–masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan sistem informasi peminjaman alat berbantukan komputer yang dapat mengelola data alat kerja dan administrasi peminjaman. Dengan adanya sistem informasi ini, diharapkan informasi mengenai peminjaman alat dapat lebih mudah dan lebih cepat disampaikan karena dibantu oleh proses komputerisasi sehingga dapat membantu perkerjaan Toolman dan mahasiswa TLE pada khususnya serta meningkatkan kinerja kerja praktek mahasiswa dan institusi ATMI pada umumnya serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi petugas Kamar Alat dalam melayani proses peminjaman alat kerja.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mengembangkan sistem informasi peminjaman alat di Kamar Alat Intercamp ATMI Surakarta. Aplikasi yang dikembangkan berbasis client–server yang memanfaatkan jalur Local Area Network (LAN) untuk memudahkan ATMI Surakarta yang memiliki dua kampus sehingga dapat saling memonitor persediaan alat kerja. Adapun metode yang digunakan adalah Metode Prototyping.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya latar belakang mengenai prosedur dan permasalahan yang timbul dalam proses peminjaman alat di Kamar Alat ATMI Surakarta, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Bagaimana merancang sistem informasi berbantukan komputer yang dapat mengelola data alat kerja dan administrasi peminjaman di Kamar Alat Intercamp ATMI Surakarta”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Merancang prosedur baku dalam proses peminjaman dan pengembalian alat kerja di Kamar Alat Intercamp ATMI Surakarta yang berbantukan komputer.

2. Merancang sistem informasi pengelolaan alat kerja dan administrasi peminjaman di Kamar Alat Intercamp ATMI Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memudahkan tugas Toolman dalam mencatat administrasi peminjaman alat dan data alat kerja serta menghemat waktu dalam pencarian koin yang hilang

di laci penyimpanan.

2. Memudahkan mahasiswa kerja praktek yang membutuhkan alat kerja.

3. Memudahkan tugas mahasiswa TLE saat membantu Toolman dalam mencari alat kerja yang tersimpan di laci penyimpanan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Rancangan sistem informasi difokuskan pada proses pengelolaan administrasi peminjaman dan data alat kerja.

2. Data identifikasi yang digunakan hanya data mahasiswa ATMI Surakarta.

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian yaitu tidak ada perubahan proses peminjaman alat kerja selama penelitian dilakukan.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan sistematika penelitian merupakan ilustrasi singkat mengenai bab- bab utama yang terdapat dalam tugas akhir ini. Sistematika penulisan memberikan gambaran dari langkah-langkah penelitian yang diperlukan dalam tugas akhir ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan sistematika

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai sejarah ATMI Surakarta, visi misi, pengertian sistem informasi, perancangan program, dan database.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan yang dilalui selama penelitian mulai dari identifikasi masalah sampai penarikan kesimpulan, beserta penjelasan dan gambar diagramnya.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data yang telah dikumpulkan, perancangan model dan pembuatan sistem informasi.

BAB V : ANALISIS HASIL

Bab ini membahas analisis hasil rancangan yang dilakukan dalam penelitian ini.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi kesimpulan hasil dari semua tahap yang telah dilalui selama penelitian beserta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Mengenai ATMI Surakarta

Akademi Tehnik Mesin Industri Surakarta (ATMI) di bawah naungan Yayasan Karya Bakti Surakarta, berdiri pada tahun 1968 untuk menjawab tantangan kekosongan tenaga ahli yang sangat dibutuhkan dalam proses industrialisasi di Indonesia. Usaha ini diawali dengan pendirian bengkel praktek yang dilengkapi dengan mesin-mesin perkakas konvensional atas bantuan pemerintah Swiss, organisasi-organisasi sosial dari Swiss dan Jerman.

Tuntutan finansial untuk mampu mandiri dalam waktu yang relatif singkat mendorong ATMI untuk menerapkan terobosan baru dalam sistem pendidikan teknik yakni pola sekolah teknik dengan basis produksi. Dengan cara ini beban biaya pendidikan yang tinggi bisa diatasi lewat keterlibatan siswa dalam menghasilkan barang-barang yang bisa dipasarkan, disamping siswa sendiri bisa langsung berorientasi pada dunia industri yang sebenarnya. Oleh karena pada diri siswa sejak dini sudah ditanamkan sense of quality

Semangat inovasi yang menjiwai ATMI sejak awal secara konsisten terwujud pula lewat kemauan untuk mengikuti perkembangan teknologi industri. Dengan cepat ATMI melengkapi unit industri penunjang pendidikannya dengan sarana- sarana mesin teknologi maju seperti CAD, CAM,

dan disiplin yang kuat, produk-

produk hasil kerja mereka dengan cepat bisa diterima di pasar industri bahkan menjadi tolok ukur kualitas yang bisa diandalkan.

wire cut , EDM dan CNC.

Variasi produk-produknya pun semakin beragam, menyangkut antara lain Office & School Furnitures, Hospital Equipments, Workshop Equipments, Mold-Dies

Sekarang ini ATMI mempunyai tiga program studi, yang terdiri dari :

berbagai jenis mesin, dan berbagai macam produk sesuai pesanan pelanggan.

1) Teknik Mesin Industri

2) Teknik Mekatronika

3) Teknik Perancangan Mekanik dan Mesin

2.1.1.Visi ATMI Surakarta

Visi dasar ATMI Surakarta adalah menciptakan sebuah dunia industri yang adil, hormat akan martabat manusia, dan bertanggung jawab atas keseimbangan lingkungan.

Merupakan kewajiban ATMI surakarta dalam visi pendidikannya untuk mendidik kaum muda menjadi tenaga profesional yang mampu membantu perkembangan bangsa menuju masyarakat industri yang adil dan makmur. Fokus pendidikan tidak hanya pada kemampuan teknis, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial yang tercermin pada visinya, dirumuskan dalam sebuah trilogi dengan bahasa latin, yaitu :

• Competencia (dalam keterampilan teknis) • Conscientia (dalam tanggung jawab moral) • Compassio (dalam pengaruh sosial dari kegiatan industri)

2.2 Dasar Teori

Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam proses perancangan. Teori yang digunakan dalam perancangan yaitu teori mengenai sistem informasi dan basis data.

2.2.1.Sistem

Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (Hopwood dan Bodnar,2000). Dalam mendefinisikan suatu sistem terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Pendekatan prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur–prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama–sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran yang tertentu. Pendekatan komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen–elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Karakteristik sistem yang baik terlihat dari elemen–elemen penyusunnya. Riswanto (2007) menjelaskan delapan elemen yang harus dimiliki oleh sistem yang baik. Elemen–elemen tersebut yaitu : Karakteristik sistem yang baik terlihat dari elemen–elemen penyusunnya. Riswanto (2007) menjelaskan delapan elemen yang harus dimiliki oleh sistem yang baik. Elemen–elemen tersebut yaitu :

berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen sistem terdiri dari komponen yang berupa subsistem atau bagian – bagian dari sistem.

b. Batasan sistem (boundary) Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lain atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan

suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batasan suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

c. Lingkungan luar sistem (environment) Lingkungan luar sistem adalah di luar batas dari sistem yang mempengaruhi

operasi sistem. Lingkungan yang bersifat menguntungkan harus tetap dijaga, sedangkan yang bersifat merugikan harus dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan hidup sistem.

d. Penghubung sistem (interface) Penguhubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Keluaran (output) dari subsistem akan menjadi

masukan (input) untuk subsistem lain melalui penghubung.

e. Masukan sistem (input) Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, dapat berupa

perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk menghasilkan keluaran.

f. Keluaran sistem (output) Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

g. Pengolahan sistem Suatu sistem menjadi bagian pengolah yang akan merubah masukkan menjadi keluaran. Sistem produksi akan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi,

sistem akuntansi akan mengolah data menjadi laporan.

h. Sasaran sistem Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran

dari sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.

Elemen–elemen kerja sistem dapat terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Karakteristik suatu sistem Sumber : Riswanto, 2007

Sistem dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristiknya. Beberapa klasifikasi sistem adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan bentuknya

i. Sistem abstrak (abstract system) Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran–pemikiran atau ide–

ide yang tidak tampak secara fisik.

ii. Sistem fisik (physical system) Sistem fisik adalah sistem yang ada secara fisik.

b. Berdasarkan sifatnya :

i. Sistem alami (natural sistem) Sistem alami adalah sistem yang terjadi melalui proses alam dan tidak

dibuat oleh manusia. Misalnya sistem perputaran bumi.

ii. Sistem buatan manusia (human made system) Merupakan sistem yang dibuat oleh manusia yang melibatkan interaksi

antara manusia dengan mesin (human machine- system).

c. Berdasarkan perilakunya :

i. Sistem tertentu (deterministic system) Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi, sebagai keluaran sistem yang dapat diramalkan.

ii. Sistem tak tentu (probabilistic system) Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistik.

d. Berdasarkan lingkungannya :

i. Sistem tertutup (close system) Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terpengaruh dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar, sistem bekerja otomatis tanpa ada turut campur lingkungan luar. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, namun pada kenyataannya tidak ada sistem yang benar–benar tertutup, yaitu relatively closed system.

ii. Sistem terbuka (open system) Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima input dan output dari lingkungan luar atau subsistem lainnya. Karena sistem terbuka terpengaruh lingkungan luar, maka harus mempunyai pengendali yang baik.

2.2.2.Informasi

Informasi dan data adalah dua hal yang berbeda walaupun keduanya sangat erat hubungannya. Data adalah bahan untuk informasi, dirumuskan sebagai kumpulan dari simbol–simbol yang teratur yang menyatakan suatu keadaan, jumlah, tindakan, pikiran dan lain sebagainya (Davis,1995). Sedangkan informasi didefinisikan sebagai data yang telah diproses ke dalam bentuk yang berarti bagi pemakai dan mempunyai nilai atau manfaat untuk pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Davis,1995).

Kualitas dari suatu informasi (quality of information) menurut Jogiyanto (2003) adalah sebagai berikut:

a. Akurat (accurate), berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat berarti informasi harus jelas dan a. Akurat (accurate), berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat berarti informasi harus jelas dan

c. Relevan (relevance), berarti informasi tersebut memiliki manfaat untuk pemakainya. Informasi yang berguna didukung oleh tiga pilar utama yaitu relevansi, keakuratan dan tepat waktu. Jogiyanto (2003) menggambarkan pilar informasi , terlihat pada Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Pilar–pilar informasi yang berguna

Sumber : Jogiyanto, 2003

2.2.3.Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan separangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan organisasi. Pada hakikatnya, sistem informasi adalah suatu sistem yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan dan pemrosesan data, baik yang dilakukan secara manual dan atau berbantukan komputer dalam proses pengambilan keputusan.

Suatu sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi dapat menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian dalam organisasi. Jogiyanto (2003) menggambarkan komponen-komponen yang terdapat dalam sistem informasi, seperti pada Gambar 2.3 berikut :

Informasi berguna

Gambar 2.3 Komponen dari sistem informasi

Sumber : Jogiyanto, 2003

a. Komponen Input Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Komponen ini

merupakan bahan dasar dalam pengolahan informasi. Input yang masuk dapat langsung diolah menjadi informasi atau jika belum dibutuhkan dapat disimpan terlebih dahulu di storage dalam bentuk basis data.

b. Komponen Model Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil

dari basis data yang diolah lewat suatu model–model tertentu. Model yang digunakan pada sistem informasi dapat berupa model logika yang menunjukkan suatu proses perbandingan logika atau model lainnya.

c. Komponen Output Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna

bagi pemkainya. Output merupakan komponen yang harus ada di sistem informasi. Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang ada di basis data dan diproses dengan menggunakan model tertentu.

d. Komponen Basis Data Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk mengolahnya.

e. Komponen Teknologi Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa

adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan dapat adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan dapat

f. Komponen Kontrol Kontrol digunakan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh

sistem informasi merupakan informasi yang akurat. Sistem kontrol dalam sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu sistem pengendali umum dan sistem pengendali aplikasi. Sistem pengendali umum terdiri dari kontrol organisasi, dokumentasi, perangkat keras, keamanan fisik, keamanan data dan komunikasi. Sedangkan sistem pengendali aplikasi terdiri dari pengendalian masukan, pengendalian proses dan pengendalian keluaran.

Dari beberapa definisi sistem informasi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi digunakan dalam proses pengambilan keputusan dan pengendalian dalam organisasi. Fungsi sistem informasi bertanggung jawab untuk pengolahan data. Fungsi sistem informasi dalam organisasi telah berevolusi dari pencatatan manual menjadi pencatatan terkomputerisasi dengan menggunakan teknologi sistem informasi.

Peran utama dari SIM menurut Jogiyanto (2003) adalah:

1. Agar organisasi dapat beroperasi lebih efisien

2. Agar organisasi dapat beroperasi lebih efektif

3. Agar organisasi dapat berkomunikasi lebih baik

4. Agar organisasi dapat berkolaborasi lebih baik

5. Agar organisasi dapat meningkatkan usahanya dan lebih kompetitif

2.2.4.Basis Data

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan informasi bagi para pemakai. Penerapan database dalam sistem informasi disebut dengan database system.

Sistem basis data (database system) adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi. Dengan sistem basis data ini tiap-tiap orang atau bagian dapat memandang database dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Bagian kredit dapat memandangnya sebagai data piutang, bagian penjualan dapat memandangnya sebagai data penjualan, bagian personalia dapat memandangnya sebagai data karyawan, bagian gudang dapat memandangnya sebagai data persediaan. Semuanya terintegrasi dalam sebuah data yang umum. Berbeda dengan sistem pengolahan data tradisional, sumber data ditangani sendiri-sendiri untuk tiap aplikasinya.

2.2.5 Perancangan Basis Data dengan Entity-Relationship Model (ERM)

Database digunakan untuk menyimpan data yang terstruktur. Struktur data ini dapat didesain menggunkan beberapa variasi teknis. Salah satu diantaranya adalah entity-relationship modeling atau ERM. Model Entity-Relationship pada awalnya disampaikan oleh Peter di tahun 1976 sebagai suatu cara untuk menyatukan jaringan dan menggambarkan relational database. Singkatnya, ERM adalah sebuah model konseptual dari data yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari entities dan relationships.

Hasil akhir dari proses ERM adalah Entity-Relationship Diagram (ERD). Model data membutuhkan notasi grafis untuk merepresentasikannya. ERD adalah tipe dari model konseptual atau semantic data model. Ada dua jenis penggambaran ERD menurut Wahyudi (2008), yaitu :

1. Binary relationships : ada lebih dari satu entitas.

2. Recursive relationships : hanya ada satu entitas. Jenis–jenis relasi antar entitas dalam ERD jenis binary relationship menurut

Wahyudi (2008) adalah :

1. One-to-one, yaitu satu elemen di entitas (A) tepat berasosiasi dengan satu elemen di entitas (B). Contoh : pekerja dangan stasiun kerja.

2. One-to-many, yaitu satu elemen di entitas (A) berasosiasi nol,satu, atau lebih elemen yang berada di entitas (B), tetapi untuk satu elemen di entitas (B) hanya 2. One-to-many, yaitu satu elemen di entitas (A) berasosiasi nol,satu, atau lebih elemen yang berada di entitas (B), tetapi untuk satu elemen di entitas (B) hanya

3. Many-to-many, yaitu satu elemen di entitas (A) berasosiasi dengan nol, satu, atau lebih elemen di entitas (B), dan satu elemen di entitas B berasosiasi dengan nol, satu, atau lebih elemen di entitas (A). Contoh : pekerja dengan

proyek yang dikerjakan.

Gambar 2.4 Notasi kardinalitas crows foot

Sumber : Wahyudi, 2008

One-to-one, One-to-many dan Many-to-many sering disebut dengan derajat kardinalitas (Cardinality degree). Derajat kardinalitas mendefinisikan relasi di antara sejumlah entitas. Dalam perkembangannya ada berbagai variasi atau cara yang berbeda dalam menuliskan notasi kardinalitas. Berikut penggambaran notasi kardinalitas berdasarkan crows foot, terlihat pada Gambar 2.4.

2.2.6 ERD (Entity-Relationship Diagram)

ERD merupakan output/hasil akhir dari proses analisis entity-relationship model. Unsur – unsur yang terdapat dalam ERD menurut Wahyudi (2008) adalah :

1. Entitas (Entity) Entitas adalah objek yang (harus) ada di suatu unit usaha yang akan dibuat

komputerisasinya, atau entitas adalah sebuah objek yang unik yang bisa dibedakan antara satu objek dengan objek lainnya (discrete object). Entitas juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang nyata atau abstrak tentang data yang akan kita simpan. Tiap entitas dibagi dalam lima kelas, yaitu : aturan (rules), kejadian (events), lokasi (locations), sesuatu yang nyata (tangible things), atau konsep (concepts). Entitas diklasifikasikan sebagai mandiri komputerisasinya, atau entitas adalah sebuah objek yang unik yang bisa dibedakan antara satu objek dengan objek lainnya (discrete object). Entitas juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang nyata atau abstrak tentang data yang akan kita simpan. Tiap entitas dibagi dalam lima kelas, yaitu : aturan (rules), kejadian (events), lokasi (locations), sesuatu yang nyata (tangible things), atau konsep (concepts). Entitas diklasifikasikan sebagai mandiri

Gambar 2.5 Lambang entitas pada ERD Sumber : Wahyudi, 2008

2. Relasi (Relationship) Relasi adalah keterhubungan atau keterkaitan antara satu entitas dengan satu atau lebih entitas lain. Contoh, di universitas ada entitas MAHASISWA dan

ada entitas DOSEN. Kedua entitas tersebut secara alamiah akan berkaitan, misalkan dalam hal “DOSEN mengajar MAHASISWA”. Kardinalitas didefinisikan sebagi banyaknya kejadian (occurences) dari sebuah entitas atas satu kejadian dari entitas lain yang berhubungan. Sebagai contoh, seorang DOSEN akan memberi nilai kepada banyak MAHASISWA, dan jika dibalik, seorang MAHASISWA mendapat nilai dari banyak DOSEN. Notasi grafis relasi dalam penggambaran ERD terlihat pada Gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Lambang relasi pada ERD

Sumber : Wahyudi, 2008

3. Atribut (attribute) Atribut atau field adalah suatu karakteristik yang digunakan untuk

menggambarkan seluruh bagian dari record. Kata lain dari atribut adalah elemen data. Contohnya, elemen data untuk mahasiswa terdiri dari Nama, Alamat, Tempat dan Tanggal Lahir, NIM dan sebagainya yang dibutuhkan oleh menggambarkan seluruh bagian dari record. Kata lain dari atribut adalah elemen data. Contohnya, elemen data untuk mahasiswa terdiri dari Nama, Alamat, Tempat dan Tanggal Lahir, NIM dan sebagainya yang dibutuhkan oleh

Gambar 2.7 Lambang atribut pada ERD

Sumber : Wahyudi, 2008

2.2.7 Arsitektur Client-Server

Arsitektur client-server dimodelkan sebagai satu set layanan yang disediakan oleh server dan satu atau lebih client yang memakai layanan server. Client tidak perlu menyadari keberadaan server, tetapi juga sebaliknya tidak mengetahui keberadaan client lain. Contoh arsitektur client-server dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Arsitektur client-server

Sumber : Proboyekti, 2008

Arsitektur client-server memiliki struktur yang terdiri dari 3 lapisan yang harus ada, yaitu :

1. Lapisan Presentasi, yang berhubungan dengan penyajian informasi ke user dan dengan semua interaksi user.

2. Lapisan Pemrosesan Aplikasi, yang berhubungan dengan implementasi logika

3. Lapisan Manajemen Data, yang berhubungan dengan operasi database.

Arsitektur client-server yang paling sederhana disebut dengan arsitektur client-server two tier, dimana arsitektur client-server two tier memiliki dua bentuk, yaitu :

1. Model Thin Client Pada model ini, semua pemrosesan aplikasi dan manajemen data dilakukan

pada server. Client bertanggungjawab untuk menjalankan perangkat lunak presentasi yang biasanya hanya berbentuk interface sistem atau Graphic User Interface (GUI). Model thin client dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Model thin-client

Sumber : Proboyekti, 2008

Kelebihan :

a. Biaya lebih rendah.

b. Lebih cocok untuk model jaringan yang sederhana. Kekurangan :

a. Menempatkan beban berat pemrosesan pada server.

b. Adak kekuatan pemrosesan yang besar, yang tersedia pada PC modern dan tidak digunakan pada client.

2. Model Fat Client Pada model ini, server hanya bertanggung jawab pada manajemen data.

Perangkat client bertanggungjawab pada logika aplikasi dan interaksi dengan user. Model fat client dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Model fat client

Kelebihan :

a. Menggunakan kekuatan pemrosesan yang besar dan mendistribusikan pemrosesan logika aplikasi dan presentasi pada client.

b. Server hanya menangani seluruh transaksi database.

c. Pendistribusian pemrosesan lebih efektif. Kekurangan :

a. Manajemen sistemnya lebih kompleks.

b. Biayanya lebih besar.

2.2.8 Metode Pengembangan Sistem Informasi

Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi, metode yang digunakan disesuaikan dengan sistem yang berjalan, sumber daya sistem informasi, hasil yang diinginkan dari sistem informasi dan jadwal pemakaian sistem informasi tersebut (Jogiyanto,2003). Metode–metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan sistem informasi adalah :

1. Metode System Development Life Cycle (SDLC) Merupakan metode pengembangan secara konvensional yang biasanya

dikerjakan oleh seorang analis sistem (system analyst), yaitu orang yang didik khusus untuk mengembangkan sistem secara profesional. Alasan menggunakan seorang analis sistem pada metode ini karena digunakan untuk mengembangkan sistem informasi yang kompleks, sehingga permasalahan dapat dipecahkan dan kebutuhan pemakai sistem dapat diidentifikasi dangan benar. Tahapan yang harus dilalui saat menggunakan metode ini adalah tahap analisis, perancangan, implementasi dan perawatan sistem.

2. Metode Paket Pengembangan metode paket adalah dengan cara membeli paket perangkat

lunak yang sudah ada. Paket ini dikembangkan oleh pihak ketiga, yaitu analis sistem penjual paket. Paket yang sudah dibeli dapat dioperasikan oleh departemen sistem informasi atau langsung digunakan oleh pemakai sistem. Paket aplikasi banyak tersedia di pasaran karena banyak aplikasi bisnis yang bersifat umum, seperti misalnya aplikasi akuntansi, keuangan dan aplikasi– aplikasi lainnya. Paket yang tersedia dapat berupa program aplikasi lunak yang sudah ada. Paket ini dikembangkan oleh pihak ketiga, yaitu analis sistem penjual paket. Paket yang sudah dibeli dapat dioperasikan oleh departemen sistem informasi atau langsung digunakan oleh pemakai sistem. Paket aplikasi banyak tersedia di pasaran karena banyak aplikasi bisnis yang bersifat umum, seperti misalnya aplikasi akuntansi, keuangan dan aplikasi– aplikasi lainnya. Paket yang tersedia dapat berupa program aplikasi

3. Metode Prototyping Merupakan metode pangembangan secara bertahap, yaitu dengan

menggembangkan suatu prototype yang sederhana dan ditingkatkan dari waktu ke waktu, sampai pada akhirnya selesai dikembangkan. Prototype dikembangkan oleh sistem analis dan hasilnya dapat dioperasikan langsung oleh pemakai sistem.

4. Metode End User Development (EUD) Dalam menggunakan metode ini, pengembangannya dilakukan oleh pemakai

sistem itu sendiri dan hasilnya juga akan digunakan oleh pemakai sistem itu sendiri. Faktor penentunya adalah efek dari sistem yang akan dikembangkan. Jika efeknya sempit, yaitu hanya pada individu pemakai sistem yang sekaligus pangembang sistem itu saja, metode EUD tepat digunakan. Sebaliknya, jika efeknya luas sampai ke organisasi, maka dapat berbahaya karena jika terjadi kesalahan akan berpengaruh pada pemakai lainnya dan organisasi secara luas.

5. Metode Outsourcing Pengembangan metode ini dilakukan oleh pihak ketiga sekaligus dioperasikan oleh pihak ketiga. Pemakai sistem dapat menerima informasi secara periodik

dari pihak ketiga atau dapat menggunakan teminal yang dihubungkan ke tempat pihak ketiga yang mengoperasikannya. Metode ini biasanya digunakan jika tidak memiliki sumber daya yang baik, misalnya tidak mempunyai analis yang berkualitas dan tidak mempunyai teknologi yang memadai.

2.2.9 Tahapan Pengembangan Sistem dengan Metode Prototyping

Pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini adalah jadwal pemakaian sistem informasi yang harus segera, tidak dapat menunggu terlalu lama. Metode prototyping banyak digunakan untuk mengembangkan sistem informasi yang harus segera dioperasikan jika tidak, permasalahan tidak dapat

Prototype adalah bentuk dasar atau model awal dari suatu sistam atau bagian dari suatu sistam. Setelah dioperasikan, prototype ditingkatkan terus sesuai dengan kebutuhan pemakai yang meningkat juga.

Prototyping adalah proses pengembangan secara cepat untuk digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan terus menerus, sampai didapatkan sistem yang utuh. Proses membangun sistem ini dengan membuat prototype atau model awal, mencobanya, meningkatkannya dan mencobanya lagi dan meningkatkannya dan seterusnya sampai didapatkan sistem yang lengkap, yang disebut dengan proses iteratif dari pengembangan sistem. Tahapan–tahapan yang dilakukan dalam pengembangan sistem metode prototyping menurut Jogiyanto (2003) terlihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Tahapan metode Prototyping

Sumber : Jogiyanto, 2003

1. Identifikasi kebutuhan pemakai Perancang sistem dapat mewawancarai pemakai sistem tentang kebutuhan

2. Membangun prototype Prototype dibangun oleh pembuat sistem dengan cepat. Hal ini dimungkinkan

karena pembuat sistem hanya membangun bagian yang paling mendasar dahulu dari keseluruhan sistem. Hal lainnya yang memungkinkan pembuat sistem membangun prototype dengan cepat adalah dengan menggunakan alat– alat bantu generasi terbaru seperti DBMS dan CASE.

3. Menggunakan prototype Pemakai sistem dianjurkan untuk menggunakan prototype, sehingga dapat

menilai kekurangan–kekurangan dari prototip, sehingga dapat memberi masukan kepada pembuat sistem.

4. Merevisi dan meningkatkan prototype Pembuat sistem memperbaiki prototype berdasarkan keinginan dari pemakai

sistem atau berdasarkan pengalamannya untuk membuat sistem sejenis yang baik. Jika prototype belum lengkap, maka proses iterasi diulangi lagi dari nomer 3.

5. Jika prototype sedah lengkap dan telah menjadi sistem yang dikehendaki, proses iterasi dihentikan. Kelebihan dari metode prototyping :

1. Sistem dapat dikembangkan dengan cepat.

2. Dapat mengakomodir ketidakpastian dalam rancangan.

3. Melibatkan pemakai sistem dalam tahapan pengembangan. Kekurangan dari metode prototyping :

1. Kualitas sistem kurang baik karena basis data tidak terintegrasi dengan baik.

2. Dokumentasi dari perancangan sistem kurang baik.

2.2.10 Kode Baris (Barcode)

Di awal perkembangannya, penggunaan barcode dilakukan untuk membantu proses pemeriksaan barang-barang secara otomatis pada supermarket. Tetapi, saat ini barcode sudah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti misalnya digunakan sebagai kartu identitas, kartu kredit dan untuk pemeriksaan secara otomatis pada perpustakaan. Barcode adalah sebuah bentuk artificial identifier. Barcode merupakan sebuah kode mesin yang dapat dibaca. Barcode