ISOLASI DAN AKTIVITAS ENZIM LIPASE HASIL (1)

LAPORAN HASIL MINI RISET ENZIMOLOGI

ISOLASI DAN AKTIVITAS ENZIM LIPASE HASIL ISOLASI DARI
DEDAK PADI

Diusulkan oleh:
FATCHUN NA’IM

(4411412051/2012)

IKA RESTU A.

(4411412044/2012)

LITAYANI DAFROSA

(4411412016/2012)

ASNI PURAEDAH

(4411413001/2013)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan penghasil padi terbesar ketiga di dunia setelah Cina
dan India. Pada tahun 2011, produksi padi Indonesia mencapai 67,3 juta ton
(BPS 2011). Bila dedak padi yang dihasilkan sebagai hasil samping
penggilingan padi dapat mencapai 8-10%,

maka dedak yang dihasilkan

mencapai 6,73 juta ton. Dedak padi mengandung 17-23% minyak yang dapat
diubah menjadi asam lemak. Proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak dan
gliserol yang telah dilakukan adalah melalui proses Colgate-Emery. Proses

tersebut dilakukan pada tekanan 0-60 bar dan suhu 240-260°C. Metode ini
dinilai konvensional dari segi teknologi, karena memiliki beberapa kelemahan
proses antara lain: konsumsi energi tinggi, material peralatan proses spesifik,
sistem pengendalian proses dan keselamatan kerja sangat kompleks, serta dapat
terjadi polimerisasi asam lemak tak jenuh.
Metode lain yang digunakan adalah dengan menghidrolisis minyak
nabati secara enzimatik dengan enzim lipase. Akan tetapi, proses enzimatis
memiliki kelemahan, yakni tingginya harga enzim komersial dan enzim tidak
dapat digunakan berulang. Malekian dkk (2000) menyatakan bahwa dedak padi
mengandung beberapa tipe lipase, seperti phospolipase, glikolipase dan esterase.
Malekian dkk (2000) juga menyebutkan bahwa lipase dedak padi bekerja
optimal pada pH 7,5-8 dan suhu 37°C. Phospholipase termasuk phospholipase
A1, A2 dan B, yang masing masing bereaksi pada bagian ester asam lemak,
serta phospholipase C dan D yang bereaksi pada bagian phosphate.
Dewasa ini industri enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi
penting dalam bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah
lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta
lingkungan menjadikan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif untuk
menggantikan berbagai proses kimiawi dalam bidang industri (Falch, 1991).
Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi

dampak

pencemaran

dan

pemborosan

energi

karena

reaksinya

tidak

membutuhkan energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun (Aunstrup,
1979).
Produksi enzim untuk jumlah besar dan mempunyai aktivitas yang tinggi
perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan, cara

isolasi, serta jenis substrat yang digunakan. Kondisi pertumbuhan yang
menunjang produksi enzim secara maksimal adalah pH, suhu inkubasi, waktu
inkubasi, dan komposisi media pertumbuhan harus mengandung sumber energi,
sumber karbon, sumber nitrogen dan mineral (Wang, 1979).
Penggunaan enzim dalam bioteknologi modern semakin berkembang
secara cepat. Banyak industriindustri yang telah memanfaatkan kerja enzim,
meliputi industri pangan dan non pangan. Salah Satu jenis enzim yang
mempunyai peran penting dan tidak ada bandingan dalam pertumbuhan
bioteknologi adalah enzim lipase (Sumarsih, 2004). Enzim lipase sangat
berperan dalam pemisahan asam lemak dan pelarutan noda minyak pada alat
industri agar minyak dapat dilarutkan dalam air (Dosanjh, 2002).
Indonesia berpotensi sebagai penghasil asam lemak dari dedak padi yang
jumlahnya melimpah. Dedak padi

mengandung enzim lipase yang dapat

mengkatalisis proses hidrolisis trigliserida pada dedak padi menjadi asam lemak.
Penelitian ini bertujuan mengisolasi enzim lipase serta menentukan aktivitas
lipase pada dedak padi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, permasalahan yang
dapat diajukan yaitu:
1. Bagaimana cara isolasi enzim lipase dari dedak padi?
2. Bagaiman Aktivitas enzim lipase dari dedak padi?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara isolasi enzim lipase dari dedak padi
2. Mengetahui aktivitas enzim lipase dari dedak padi.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi ilmiah kepada mahasiswa cara isolasi enzim
lipase dari dedak padi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang aktivitas enzim lipase dari
dedak padi yang nantinya dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian atau rujukan kedepannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bekatul

Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh
sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia sejati,
seperti padi, gandum dan jelai. Istilah bekatul terutama digunakan pada padi.
Asal-usul bekatul secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian
perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dari
endospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam. Bekatul
padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses
pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai

penyosohan

(polishing) untuk memperpanjang masa penyimpanan beras, sekaligus
memutihkannya.
Kandungan gizi bekatul dikenal luas sejak ditemukannya vitamin B1
(tiamin) dari beras yang belum disosoh, yang bila dikonsumsi terbukti menekan
frekuensi penyakit beri-beri oleh Dr. Eijkman. Kandungan gizi lainnya adalah
serat pangan, pati, protein, lemak/minyak serta mineral.
Bekatul terdiri atas lapisan pericarp, testa, dan lapisan aleurone.
Persentasi ini bervariasi, tergantung varietas dan umur padi dan derajat sosoh
(Grist, 1965). Rendemen bekatul dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya

derajat penyosohan, tingkat masak padi, kadar air gabah, jenis alat penyosoh,
dan lubang alat pemisah (Soemardi, 1975). Dedak terdiri atas lapisan dedak
sebelah luar dari butiran-butiran padi dengan sejumlah lembaga biji, sedangkan
bekatul adalah lapisan dedak sebelah dalam dari butiran padi termasuk sebagian
kecil endosperm berpati. Bagian – bagian gabah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema morfologi gabah kering (Champagne, 1994 dalam Swastika, 2009)

Minyak Bekatul
Walaupun bekatul tersedia melimpah di Indonesia - data BPS (2010)
menyebutkan sebanyak 6,59 ton bekatul- namun pemanfaatannya untuk
konsumsi manusia sebagai sumber pangan dan gizi masih terbatas. Sampai saat
ini pemanfaatannya terbatas pada pakan ternak. Salah satu bentuk produk
bekatul yang populer saat ini terutama di luar negeri adalah rice bran oil (RBO).
RBO dapat diperoleh dari bekatul awet sebanyak 15 - 25 persen- jika
dikalkulasikan daari angka 6,59 juta ton dapat dihasilkan 0,98-1,65 juta ton
RBO. Jumlah bahan baku yang sangat besar jumlahnya, sehingga RBO sangat
potensial dikembangkan di Indonesia sebagai bahan baku ingredien pangan atau
non pangan.


Beberapa laporan penelitian menyebutkan bahwa RBO

mengandung komponen bioaktif pangan yang bermanfaat bagi kesehatan baik
uji pada hewan ataupun manusia.
Permasalahan utama pengolahan bekatul menjadi RBO karena timbulnya
aroma tengik dan rasa yang pahit setelah dilakukan penyimpanan. Kedua faktor
tersebut sangat mempengaruhi kualitas RBO yang dihasilkan. Aroma tengik
bekatul ditimbulkan oleh senyawa degradasi lipida seperti aldehida dan keton.
Sedangkan rasa pahit ditimbulkan oleh senyawa peptida hidrofobik dangan berat
molekul rendah hasil hidrolisis protein oleh enzim protease.
Oleh karena itu penginaktivan enzim lipase dan protease dengan
perlakuan panas (optimasi suhu dan waktu tertentu) diketahui dapat
mengawetkan bekatul dan meminimalkan kerusakan komponen bioaktif pada
bekatul- termasuk RBO yang dihasilkan.

Hampir 74,3 % kandungan asam lemak tidak jenuh minyak RBO terdiri
dari mono dan poly (MUFA dan PUFA). Sementara itu sisanya terdiri dari asam
lemak jenuh atau saturated fatty acid (SFA). Tingginya kandungan asam lemak
tidak


jenuh

pada

RBO

akan

memberikan

efek

positif

bila

kita

mengkonsumsinya.
Salah satu hasil pemanfaatan bekatul adalah minyak bekatul. Produksi

bekatul di dunia mencapai 535 juta ton dan minyak bekatulnya 4 juta ton.
Indonesia termasuk negara urutan ketiga penghasil bekatul dan minyak bekatul
setelah China dan India. Amerika Serikat menggunakan minyak bekatul dalam
produksi makanan, sedangkan Jepang menggunakan minyak bekatul sebagai
minyak goreng (Oilseeds International, Ltd. 2002). Lain halnya dengan
Indonesia yang masih kurang baik dalam memanfaatkan minyak bekatul.
Di dalam minyak bekatul terkandung komponen-komponen yang
bermanfaat bagi kesehatan seperti tokoferol, oryzanol dan tokotnenol. Oryzanol
yang terkandung dalam minyak bekatul dapat menurunkan kolesterol jahat
(LDL) tanpa mengurangi kolesterol baik (HDL). Tokotrienol dan tokoferol
adalah sumber vitamin E yang sangat baik dan memberikan efek anti kanker.
Dibandingkan dengan jenis minyak lain, kandungan tokoferol dalam minyak
bekatul cukup tinggi.
Stabilisasi Bekatul
Menurut Ketaren (1986) ketengikan adalah kerusakan atau perubahan
bau atau cita rasa dalam minyak atau bahan pangan berlemak tinggi ataupun
rendah. Reaksi ketengikan diakibatkan oleh hidrolisis enzimatik lipase dan
ketengikan oksidatif. Pada bekatul, ketengikan terjadi akibat lipase yang
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas
dioksidasi oleh enzim lipoksigenase menjadi bentuk peroksida, keton dan

aldehid, sehingga bekatul menjadi tengik. Menurut Champagne (1994) dalam
Swastika, 2009), kandungan lemak bekatul yang tinggi (15-19,7%) menjadi
subyek kerusakan hidrolitik dan oksidatif. Kerusakan hidrolitik terjadi karena
adanya air dalam bahan yang bereaksi dengan lemak bekatul.
Ketidakstabilan bekatul dihubungkan dengan aktivitas lipase. Lipase
memacu hidrolisis minyak dalam bekatul menjadi gliserol dan asam lemak

bebas. Lipase berada dalam testa-cross layer biji padi sementara minyak dalam
lapisan aleuron dan subaleuron

dalam lembaga. Lipase mempunyai berat

molekul 40.000 Da dan titik isoelektrik (pI) 8,56. pH optimum adalah 7.5-8.0,
dan suhu optimum 37o C. Lipase pada bekatul menghidrolisis asam lemak pada
posisi 1 dan 3 pada molekul trigliserida. Lipoksigenase dihubungkan dengan
oksidasi polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang mempunyai struktur cispentadiene. Produk karbonil dari degradasi khususnya heksanal menunjukkan
flavor rusak (Orthoefer, 2005).
B. Enzim Lipase
Lipase yang berasal dari bakteri pada umumnya adalah protein yang
memiliki sifat asam. Dan mempunyai berat molekul dari 20.000 sampai 60.000.
Memiliki aktivitasspesifik protein murni yang berubah-ubah dari 500 sampai
10.000 unit lipase per mg protein.

Gambar 2. Lipid (Triasilgliserol)
Enzim lipase atau lengkapnya triasilgliserol lipase adalah enzim yang
menghidrolisis ester karboksilat. Enzim ini mempunyai substrat alami berupa
trigliserida dari asam lemak yang mana reaksinya memerlukan air, dan lipase
ekstraseluler berhasil diisolasi dari Pseudomonas aeruginosa pada tahun 1986.
Enzim lipase memiliki sub unit berupa glikoprotein dan lipoprotein. Sub unit
tersebut dapat sebagai monomer, dimer, oligomer atau polimer. Enzim lipase
stabil pada suhu optimumnya yaitu 30o C, walaupun masih aktif pada 51o C. Dan
menurut penelitian Abigor dkk (2002) wijen digunakan sebagai katalis enzim
lipase dan dapat bekerja dengan baik dan bertahan hidup pada pH 7-7,5.
Pada banyak mikroorganisme, bagian yang kuat dari lipase ekstraseluler
sebagian masih terikat pada dinding sel. Karena adanya ikatan antara enzim dan
dinding sel mungkin menghambat ekskresi lipase berikutnya dalam media
pertumbuhan dan dengan demikian menurunkan hasil lipase ekstraseluler. Zat

yang dapat menstimulai pelepasan lipase dari dinding sel sehingga dapat
meningkatkan pembentukan lipase yaitu dengan menambahkan ion magnesium
kedalam media pertumbuhan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biologi
Molekuler Jurusan Biologi Unnes. Penelitian dilaksanakan Hari Sabtu 15
November 2014.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Dedak Padi.Sampel yang digunakan
adalah 60 gram Dedak Padi yang didapatkan dari pasar Ungaran semarang.
C. Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
1. corong
2. pipet volume 10 ml
3. kertas saring
4. bola hisap
5. magnetik stirer
6. gelas ukur 50 ml
7. sentrifuse
8. gelas beker
9. mortar
10. buret
11. Water bath
12. pengaduk
13. erlenmeyer 100 ml
14. pipet tetes
15. neraca analitik
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedak padi dan susu
sapi segar pasar ungaran semarang. Bahan kimia yang digunakan adalah: dietil
eter,buffer phospat pH 7.5, NaOH 0.1 N, indikator PP dan alkohol.

D. Prosedur Penelitian
Ekstraksi dan Uji Aktivitas Lipase dari Dedak Padi
Dedak padi sebanyak 10 gram ditambah kedalam 50 ml dietileter, adukaduk dan gojog untuk melarutkan lemak, kemudian Saring dengan kertas saring,
filtratnya berisi lemak dan turunannya yang larut dalam dietil eter. Ampas yang
diperoleh ditambah dengan 40 ml 50 mM bufer phosphat pH 7 atau 40 ml 10
mM Tris HCL Bufer pH 7,5, Campuran tersebut dimagnetik stirer selama 30
menit. Selanjutnya saring dengan kain saring dua lapis. Filtratnya disentrifugasi,
supernatan merupakan ekstrak enzim kasar yang terlarut dalam buffer.
Substrat (susu sapi segar) dipanaskan suhu 80oC selama 10 menit.
Sebanyak 8 ml substrat (susu sapi pasteurisasi) dimasukkan dalam labu
Erlenmeyer 100 ml dan seimbangkan suhunya dalam penangas air 370C.
Tambahkan 2 ml ekstrak enzim lipase kasar. Inkubasikan selama 10 menit,
370C. Setelah inkubasi tambahkan 40 ml alkohol. Sebagai blanko adalah susu
sebanyak

8 ml ditambah 2 ml larutan pengekstrak enzim (Larutan NaCl atau

Buffer phosphat) dan 40 ml alkohol tanpa dilakukan inkubasi.
Aktivitas Lipase dari Dedak Padi diukur dengan menggunakan metode
titrasi dengan NaOH 0,1 M yang kemudian dihitung dengan menggunakan
rumus:
Aktivitas lipase = ( ts- tb ) x M NaOH x1000
Volume enzim x menit
Satuan aktivitas lipase = μmol/ ml enz mnt
Dengan : ts = titrasi sample
tb = titrasi blanko
waktu inkubasi = 10 menit
M NaOH = Molaritas NaOH
1000 berasal dari konversi mmol = 1000 μmol

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Malekian dkk (2000) menyatakan bahwa dedak padi mengandung beberapa tipe
lipase, seperti phospolipase, glikolipase dan esterase. Malekian dkk (2000) juga
menyebutkan bahwa lipase dedak padi bekerja optimal pada pH 7,5-8 dan suhu 37°C.
Phospholipase termasuk phospholipase A1, A2 dan B, yang masing masing bereaksi
pada bagian ester asam lemak, serta phospholipase C dan D yang bereaksi pada bagian
phosphate. Tahapan proses dekomposisi lemak dedak padi oleh enzim lipase mengikuti
mekanisme berikut: phosphotidylcholine, yang merupakan komponen utama dari
membran spherosome terdekomposisi menjadi asam phosphatidic oleh phospholipase.
Hal tersebutn akan mengakibatkan spherosome terdisintegrasi. Setelah membran
spherosome terpecah, trigliserid yang ada di dalamnya akan berkontak dengan enzim
lipase dan proses dekomposisi akan menghasilkan asam lemak bebas. Lipase memecah
ikatan ester asam lemak pada posisi 1 dan 3 dari molekul trigliserid. Enzim lipase
mengkatalisis reaksi hidrolisis di interface antara fasa substrat dan fasa aqueous, seperti
dilukiskan pada Gambar 1 (Sharma dkk, 2009).

Konversi minyak dedak menjadi asam lemak selama proses hidrolisis akan
menurunkan pH reaksi (Goffman dan Bergman, 2003). Di lain pihak, lipase dedak padi
bekerja optimum pada pH 7,5-8 (Pahoja dan Sethar, 2002). Oleh karena itu, dengan

semakin turunnya pH reaksi selama proses hidrolisis, aktivitas enzim lipase akan
menurun. Guna menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah
dengan menambahkan buffer ke dalam sistem reaksi sehingga pH sistem tetap.
Mengingat dedak padi mengandung lipase yang dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis
minyak dedak menjadi asam lemak, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
proses hidrolisis minyak dedak menjadi asam lemak dengan memanfaatkan lipase yang
terdapat dalam dedak padi kemudian mengukur aktivitas enzim lipase nya.

Penelitian ini menguji aktivitas enzim lipase dari dedak padi dengan titrasi fenol
berdasarkan perubahan warna pink yang menunjukkan penambahan NaOH menetralkan
sifat asam yang dibentuk asam lemak dalam sampel. Pengukuran aktifitasnya
didasarkan kepada jumlah asam lemak yang dibebaskan lalu dititrasi oleh NaOH 0.1 M
secera titrimetri. Pada metoda titrimetri, banyaknya asam lemak yang dilepaskan akan
dititrasi oleh NaOH sehingga volume NaOH sama dengan volume asam lemak yang
dihasilkan oleh aktivitas enzim lipase. Untuk mengetahui aktivitas lipase dari dedak
padi menggunakan rumus uji aktivitas enzim adalah sebagai berikut:
Aktivitas enzim dinyatakan dalam mol / menit ml enzim atau Unit/ml

Satuan aktivitas lipase = μmol/ ml enzim menit
Dengan :
ts = titrasi sample
tb = titrasi blanko
waktu inkubasi = 10 menit
M NaOH = Molaritas NaOH
1000 berasal dari konversi mmol = 1000 μmol
Substrat yang kami pakai pada penelitian ini adalah susu sapi segar .Sedangkan
Sampel yang kami pakai adalah 2 ml ekstrak enzim lipase kasar yang di campurkan
dengan 8 ml susu sapi segar yang telah dipasteriusasi yang kemudian di inkubasi selama
10 menit pada suhu 37 0 C . Sedangkan blanko dalam penelitian ini adalah 8 ml susu
sapi yang telah di pasteriusasi ditambahkan dengan 2 ml larutan pengekstrak enzim
lipase dalam hal ini adalah buffer phospat Ph 7 tanpa inkubasi yang kemudian masing

masing sampel dan blanko ditambahkan 40 ml alkohol untuk menginaktivasi kerja
enzim. Dalam penelitian ini digunakan juga beberapa reasgen yang memiliki fungsi
antara lain:
Fungsi Reagen:
1. Dietil eter untuk melarutkan lemak yang terkandung dalam dedak padi agar
enzim lipase yang dibentuk tidak mengandung lemak.
2. Buffer fosfat untuk melarutkan enzim yang bersifat polar sehingga terpisah
dengan komponen lain yang nonpolar serta untuk menjaga kestabilan pH enzim
lipase.
3. Alcohol untuk menginaktivasi enzim lipase sebelum dititrasi.
4. PP indicator perubahan warna.
5. NaOH sebagai pentitrasi pada uji enzim lipase karena dapat menetralkan suasana
asam pada sampel akibat terbentuknya asam lemak.
Dari hasil penelitian kami didapatkan bahwa:
NO Sampel

Volume NaOH yang

Aktivitas enzim

dibutuhkan untuk

lipase(unit/ ml enzim )

mengubah warna pink
1

Sampel 1

5,5 ml

12,5

2

Sampel 2

4,5 ml

7,5

Dari hasil tersebut membuktikan bahwa pada sampel 1 menunjukan bahwa
volume NaOH sebesar 5,5 ml sama dengan volume asam lemak yang dihasilkan oleh
aktivitas enzim lipase yaitu 5,5 ml juga.Untuk aktivitas lipase nya dihasilkan 12,5 unit/
ml enzim yang menunjukan bahwa Satu unit didefinisikan sebagai banyaknya mL
enzim yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 µmol asam lemak tiap menit dengan
susu sapi segar sebagai substrat.sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa dibutuhkan 2 ml enzim yang dibutuhkan untuk menghasilkan 12,5 µmol asam
lemak tiap menit dengan susu sapi segar sebagai substratnya. Sedangkan untuk sampel
2 dibutuhkan 2 ml enzim yang dibutuhkan untuk menghasilkan 7,5 µmol asam lemak
tiap menit dengan susu sapi segar sebagai substratnya.
Malekian dkk (2000) juga menyebutkan bahwa lipase dedak padi bekerja
optimal pada pH 7,5-8 dan suhu 37°C. Adanya perubahan temperatur maupun pH dapat

mengusik ikatan-ikatan intramolekul enzim sehingga dapat merubah bentuk
konformasinya. Dengan perubahan tersebut akan menyebabkan perubahan sifat
katalitiknya/aktivitasnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Enzim lipase bekerja optimum pada suhu 37 o C dan pH berkisar 7-8
2. Aktivitas lipase dapat dihitung dengan metode titrasi
3. Aktivitas lipase pada suhu 37 o C pada sampel 1 adalah 12,5 unit/ ml
enzim sedangkan sampel 2 adalah 7,5 unit/ ml enzim
B. Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk engetahui aktivitas
lipase dengan berbagai variasi suhu inkubasi serta variasi ph buffer yang
digunakan untuk mengetahui karakterisasi enzim lipase pada dedak padi

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Y.T., 2009, Isolasi dan Karakterisasi Enzim Xilanase dari Bacillus subtilis
pada Media Nutrien Broth dengan Penambahan Xilan Hasil Isolasi Jerami Padi,
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro Semarang
Dali, S. & Pirman. 2005. Eksplorasi dan Isolasi Enzim Lipase dari Fungi Inperfekti
(genus Aspergillus dan Penicillium) Indigenus. Lembaga Penelitian UNHAS.
Grist. DH. 1965. Rice. 4-th Edition. Lowe and Brydine. Ltd. London.
Ketaren. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak pangan.Jakarta:UI Press.
Nurhasanah, (2008), Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal dan Aplikasinya
dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II,
Universitas Lampung
Orthoefer F T. 2005. Rice Bran Oil. Di dalam : Shahidi, F, editor. Bailey’s Industrial
Oil and Fat Products, Edible oil and Fat Products: Edible oils. Ed ke-6. Canada :
A John Wiley & Sons, Inc. Vol 2. hlm 465-487.
Putranto, A.R., Santoso, D., Tri-Panji, Suharyanto & Budiani, A. 2006. Karakterisasi
Gen Penyandi Lipase dari Kapang Rhizopus oryzae dan Absidia corymbifera.
Menara Perkebunan 74(1): 23-32.
Soemardi. 1975. Pendayagunaan Dedak. Seminar Teknologi Pangan II BPK, Bogor.
Swastika, N. D.2009. Stabilisasi Tepung Bekatul melalui Metode Pengukusan dan
Pengeringsan RAK Serta Pendugaan Umur Simpannya. Skripsi. Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Jawa Barat.

LAMPIRAN

Menimbang dedak
padi

Menambah bufer
phospat

Memiondah larutan
pada tube

Memanaskan susu

Melakukan titrasi

Menambah dietil eter

Menyaring larutan

Menyentrifuge

Mencampur susu dan
enzim

Hasil titrasi sampel dan
blanko

Mencampur Dedak
padi dan dietil eter

Memagnetik stirer

Supernatant dan pellet
hasil sentrifuge

Menginkubasi sampel

Menyaring larutan

Menyaring larutan

Memindah supernatant
pada tube baru

Menambah ethanol
pada sampel