PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMB
PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SDMI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan yang diselenggarakan di negara kita adalah suatu upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yaitu masyarakat yang adil
dan makmur serta sejahtera baik lahir maupun batin. Pada dasarnya semua mata pelajaran yang
diberikan di sekolah, mempunyai tugas dan tujuan yang sama yakni membimbing, membina,
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bagi siswa.
Menyadari akan rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dibandingkan
dengan negara lain, termasuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta semakin pesatnya
perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pendidikan, maka pemerintah membuat
kebijakan-kebijakan untuk merespon tuntutan keadaan dan perkembangan.
Kebijakan-kebijakan dimaksud adalah berupaya untuk merevisi UU No.2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), menyelenggarakan kurikulum berbasis kompetensi, manage
men berbasis sekolah, pendidikan keahlian hidup (Life Skills Education) serta konsep mengajar
dan belajar melalui pendekatan contextual.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu proses pembelajaran, perlu diambil berbagai
upaya dan kegiatan untuk mencapainya. Upaya tersebut dengan menggunakan pendekatan
tertentu, dimana pemilihan dalam penggunaan pendekatan yang tepat pada bidang studi yang
diajarkan merupakan komponen dari strategi pembelajaran.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pada proses pembelajaran masih ber fokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Untuk itu diperlukan strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar
yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun strategi yang mendorong siswa
mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Mengajar dan belajar dengan pendekatan kontekstual merupakan kebijakan baru yang
dikembangkan oleh Direktorat Dinas Pendidikan. Pendidikan kontekstual adalah salah satu dari
komponen strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916.
pendekatan kontekstual adalah filosofi belajar yang menekankan pada perkembangan minat dan
pengalaman siswa.
Zakorik (1915) mengatakan bahwa dalam proses belajar akan sangat efektif apabila pengetahuan
baru yang diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut dan untuk memperjelas permasalahan yang
akan dibahas, maka penulis memandang perlu untuk merumuskan masalah tentang pendekatan
kontekstual sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan pendekatan kontekstual dengan pendekatan-pendekatan lainnya ?
2. bagaimana cara penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) pada siswa Sekolah Dasar (SD).
Tujuan Penulisan
Menyadari akan rendahnya kualitas sumber Daya Alam (SDM) Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain, termasuk negara di kawasan Asia tenggara serta semakin pesatnya
perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pendidikan maka perlunya menyelenggarakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Management Berbasis Sekolah (MBS), pendidikan
keahlian hidup maka sangat perlu juga konsep mengajar dan belajar melalui pendekatan
kontekstual dimana keduanya merupakan perpaduan saling berkaitan dan bertujuan yaitu:
Meningkatkan motivasi siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di kelas
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kreativitas fisik dan mental siswa dalam belajar.
Membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata.
Memperbaiki kelemahan yang ada pada pelaksanaan proses belajar mengajar serta
mempermudah seorang guru untuk mencapai suatu tujuan
Metode Penulisan
Adapun metode atau cara pembuatan karya tulis ini, penulis menggunakan metode Library
Research (Kepustakaan).
Metode Library Research (Kepustakaan), yaitu segala yang diuraikan dalam karya tulis ini bahan
pembuatannya di kutip dari buku-buku bacaan yang menjadi sumber pengetahuan yang
berhubungan dengan kependidikan.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini terdiri dari empat Bab yang mana pada tiap-tiap Bab berisikan
beberapa pokok bahasan /masalah sebagai berikut:
BAB I : Merupakan Bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pengertian umum tentang pendekatan kontekstual,
fungsi dan tujuan pendekatan kontekstual dan dasar-dasar penggunaan pendekatan kontekstual.
BAB III : Mengenai peranan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA di SD/MI, berbagai
macam pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA di kelas.
BAB IV : Adalah Bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PENGAJARAN BAHASA ARAB
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Kata “Pendekatan” menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta berarti hal
(perbuatan, usaha) mendekati atau mendekatkan.
Menurut A.S Hornby dan E.C Parnwell, Via Siswojo (1998 : 5) contextual berarti susunan atau
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya (yang membantu menunjukan arti).
Pengertian secara umum pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses
belajar mengajar di mana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata secara
di luar sekolah.
Tiap pokok bahasan bidang studi yang diajarkan harus menggunakan pendekatan tertentu.
Pendekatan dalam proses belajar mengajar pada hakekatnya suatu usaha seorang guru untuk
mengembangkan ke aktifan pembelajaran. Pendekatan yang telah digunakan berperan penting
dalam menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang diinginkan. Pendekatan dalam
pembelajaran merupakan proses pengalaman untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap materi pelajaran.
Pendekatan kontekstual merupakan perpaduan beberapa pendekatan dan praktek pengajaran
yang baik dan sudah kita kenal sebelumnya misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan
konsep, pendekatan nilai, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan penemuan dan lain-lain.
Pada hakekatnya pendekatan kontekstual merupakan respon terhadap pendekatan yang telah ada
dan populer yaitu behaviorisme yang menekankan pada konsep stimulus dan respon dengan
pelatihan yang bersifat drill.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu teknik pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan untuk membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi
pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga masyarakat.
B. Fungsi dan Tujuan Pendekatan Kontekstual
Adapun fungsi dari “pendekatan kontekstual” pada proses belajar mengajar, yaitu:
a. Sebagai salah satu alternatif (pilihan) dalam penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran.
b. Respon (tanggapan) terhadap pendekatan telah ada dan sudah terkenal (populer).
c. Memperbaiki kelemahan yang ada pada pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sebagai salah satu atau bagian dari strategi belajar, pendekatan kontekstual mempunyai tujuan
yaitu:
Meningkatkan motivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kreativitas fisik dan mental siswa dalam belajar.
Membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata.
C. Dasar Teori Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Berdasarkan Teori Para Ahli Pendidikan, diantaranya :
a. Menurut Neman dan Logan, dalam strategi dasar belajar mengajar meliputi empat masalah
yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian peserta didik yang bagaimana diharapkan.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat, efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat
dan harus dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai
dengan yang diharapkan.
Pada point kedua dapat diterangkan lebih lanjut, bahwa bagaimana cara kita memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus
akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari dua orang dengan pendekatan
berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang
berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatan nya menggunakan berbagai
disiplin ilmu.
b. Menurut John Dewey (1915) menyatakan bahwa: “Kontekstual adalah filosofi belajar yang
menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa”. Dapat dijabarkan bahwa
“penggunaan pendekatan kontekstual adalah filsafat belajar yang mana dalam filsafat belajar itu
sangat mengutamakan pada pengembangan minat atau keinginan yang mendalam dan dari
berbagai pengalaman hidup yang telah di alami siswa itu sendiri.
c. Menurut Zakorik (1995) menyatakan bahwa: “dalam proses belajar akan sangat efektif apabila
pengetahuan baru yang diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman yang sudah ada
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari”.
Berdasarkan Undang-Undang (UU)
Dalam pembuatan karya tulis ini penulis mengambil dasar penulisan dan Undang-Undang No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mana dalam Undang-Undang tersebut
berisi pernyataan-pernyataan yaitu:
Menyelenggarakan kurikulum berbasis kompetensi
Management berbasis sekolah
Pendidikan keahlian hidup (life skill education)
Konsep belajar mengajar melalui pendekatan kontekstual
BAB III
PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA
PEMBELAJARAN DI SD/MI
A. Berbagai Macam Pendekatan
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah,
tidak hanya menggunakan satu atau dua pendekatan saja tetapi dapat menggunakan beberapa
macam pendekatan yang sesuai dengan pokok bahasan.
Berbagai pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)
antara lain adalah: pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan nilai, pendekatan
pemecahan masalah, pendekatan penemuan, pendekatan inkulri, pendekatan keterampilan proses,
pendekatan sejarah, pendekatan deduktif/induktif, pendekatan belajar tuntas, pendekatan modul
dan pendekatan dengan komputer serta pendekatan kontekstual.
Dari penjelasan tersebut dapat di uraikan lebih lanjut yaitu:
Pendekatan Lingkungan
Lingkungan alam dapat berupa halaman, kebun, lapangan rumput, semak-semak, hutan, selokan,
kolam, sungai danau, gurun, rawa, pesisir, pantai, laut, jalan, engkel, pabrik, kawasan industri
dan lain-lain. Dapat dipahami bahwa pendekatan lingkungan merupakan laboratorium yang
tanpa batas. Dalam pendekatan lingkungan dapat dilakukan percobaan-percobaan yang bila
dilakukan didalam ruangan laboratorium tidak mungkin dilaksanakan. Pendekatan lingkungan
adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan alam nyata, tidak selalu harus ke
tempat yang jauh, dapat dilakukan di alam sekitar sekolah.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep dapat berupa konsep nyata (Kongkrit) dan konsep abstrak (tidak nyata).
Konsep nyata yang dapat ditunjukkan kepada siswa seperti: meja guru, meja siswa, papan tulis,
almari adalah konsep bentuk empat persegi panjang. Konsep abstrak besarnya dalam bentuk
definisi seperti kesehatan, mulut daun, rabun ayam, mata angin dan lain-lain.
Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai biasanya menyangkut hal-hal yang dianggap ideal, baik, sempurna, dan yang di
cita-citakan. Pendekatan nilai dalam wujudnya yang nyata adalah keyakinan kita sendiri sebagai
guru mengenai hidup, keadilan, kebenaran, pengorbanan, dan sebagainya.
Dalam memberikan pelajaran seorang guru hendaknya menjelaskan dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam yang menggunakan pendekatan nilai harus sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut sekolah tempat kita mengajar, yang biasanya sejalan dengan nilai yang berlaku dari
masyarakat dimana sekolah itu berada. Misalnya: keanekaragaman tanaman-tanaman pangan
makin berkurang, keanekaragaman burung berkurang, menangkap ikan dengan bahan peledak,
hukuman mati dengan sengatan listrik dalam pelajaran arus listrik, dan lain-lain
Pendekatan nilai mengandung makna apakah tindakan yang dilakukan itu baik atau buruk,
berguna atau tidak.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan
yang telah dipelajari terlebih dahulu yang digunakan untuk menyelesaikan kesulitan masalah
tersebut. Ilmu pengetahuan alam mengembangkan kebiasaan berfikir ilmiah dan berfikir bebas.
Untuk mencocokan masalah siswa harus berfikir, membuat hipotesis, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dibawah ini adalah satu contoh suatu pemecahan masalah mengenai daur hidup katak.
Di air atau di daratkah katak bertelur ?
Bernapas dengan apakah kecebong ?
Mengapa kecebong ber ekor sedangkan katak tidak ?
Bandingkan perbedaan anggota tubuh kecebong dengan katak ?
Bernapas dengan apakah katak dewasa ?
Dalam pemecahan masalah ilmu pengetahuan alam, siswa harus mencari hubungan sebab akibat.
Siswa juga harus mengembangkan kebiasaan untuk menentukan keputusan, mempertimbangkan
bukti-bukti yang ada, dan menarik kesimpulan sementara. Pemecahan masalah ini dapat
diperoleh dan terjadi di waktu praktek di laboratorium, praktek lapangan, demonstrasi dan di
waktu melakukan percobaan
Pendekatan Penemuan (Discovery)
Dalam pendekatan penemuan siswa di biarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
mental sendiri. Contoh pelaksanaan di dalam pembelajaran, yaitu:
Guru mengajukan pertanyaan, benarkah logam bila di panaskan memuai?
Siswa di minta mengukur panjang berupa alat dari logam yang mereka miliki terlebih dahulu
sebelum di panaskan.
Siswa di minta memanaskan tig sampai empat alat yang mereka miliki yang di buat dari logam
seperti, peniti, jarum kawat, dan sebagainya.
Siswa di minta mengukur benda-benda logam yang sudah di panasi tadi
Betulkah ada perbedaan panjang logam sebelum dan sesudah di panasi
Perlu di sadari kelemahan pendekatan penemuan antara lain memakan waktu banyak, hanya
sesuai untuk materi pelajaran yang bersifat pengertian saja, kurang memperhatikan pembentukan
sikap dan keterampilan.
Bila tidak terarah dan tertanding oleh guru maka dapat mengarahkan kepada kekaburan terhadap
materi yang di ajarkan.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa
yang harus di tempuh oleh siswa dengan bimbingan guru untuk sampai pada penemuanpenemuan, dan buatan penemuan itu sendiri. Contoh pendekatan inkuiri yang dapat di kenal
adalah apa yang di lakukan oleh Fransisco Redi (1621-1687). Redi berpendapat lain, bahwa larva
itu tidak muncul dengan sendirinya. Tetapi larva itu berasal dari telur yang diletakkan oleh lalat
yang hinggap pada daging tersebut. Redi kemudian menguji dugaannya atau hipotesis nya
dengan percobaan sederhana.
Dalam cara kerjanya dapat dilihat bahwa pendekatan inkuiri ilmu pengetahuan alam, yaitu
pertama membuat perumusan hipotesis, kedua menguji hipotesis itu. Jadi bila menemukan suatu
masalah yang perlu jawaban, tidak begitu saja salah dijawab, tetapi memakai langkah-langkah
pencarian atau menemukan jawabannya yang benar.
Langkah-langkah pengajaran dengan pendekatan inkuiri dapat dilakukan sebagai berikut :
Pertama, Siswa dikelompokkan dalam tiap kelompok terdiri dari lima siswa seorang sebagai
ketua, seorang pencatat, seorang pengarah, seorang pemantau diskusi dan seorang perangkum.
Kedua, Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Masalah jangan
terlalu umum, tetapi dipersempit. Contoh pertanyaan yang terlalu umum, “apa yang dimaksud
Fotosintensis?” sebaiknya lebih dipersempit misalnya, “Faktor apa saja yang mempengaruhi
fotosintesis?”
Ketiga, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang akan
dikaji jawaban terhadap pertanyaan hendaknya tidak diperoleh dari kepustakaan, sebaiknya
informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya mencoba sendiri atau melakukan
percobaan, mewawancarai nara sumber dan sebagainya.
Keempat Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan, diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi, bila perlu dihitung dan ditafsirkan.
Kelima, Dari hasil pengelolaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban terhadap masalah
diatas, kemudian ditarik kesimpulan umum.
Pendekatan inkuiri ini berdasarkan kepada prosedur yang dilakukan untuk sampai pada
penemuan-penemuan bukan penemuan itu sendiri. Pendekatan inkuiri lebih jauh mengaktifkan
siswa daripada ceramah yang diberikan guru, membaca buku, pemberian informasi dan lainlainnya.
Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses dalam IPA meliputi :
Keterampilan Dasar yaitu :
a. Melakukan pengamatan (observasi)
b. Penggolongan (klasifikasi)
c. Penyampaian (komunikasi)
d. Pengukuran (measurement)
e. Prakiraan (prediksi)
f. Penarikan kesimpulan.
Keterampilan Terintegrasi yaitu :
g. Menentukan faktor perubahan (identifikasi variabel)
h. Menyusun tabel
i. Menyusun grafik
j. Menggambarkan hubungan diantara variabel-variabel
k. Memperoleh dan memproses data
l. Menganalisis hasil penyelidikan
m. Menyusun hipotesis
n. Merumuskan variabel-variabel secara operasional
o. Merancang penyelidikan
p. Melakukan percobaan
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pada proses-proses yang digunakan untuk
mengungkapkan dan menemukan fakta serta menumbuhkan sikap, nilai dan konsep yang
dilakukan oleh seorang ilmuwan, salah satu contoh pendekatan keterampilan proses misalnya
guru menggolongkan pohon kelapa, pohon enau, pohon jambu dalam satu golongan tanaman biji
tunggal yang disebut monokotil. Maka kita telah menemukan konsep “monokotil”.
Pendekatan sejarah
Untuk menerangkan tentang penemuan hukum gaya berat yang ditemukan oleh Isaac Newton,
atau menceritakan penemuan mesin uap oleh James Watt sudah tentu menggunakan pendekatan
sejarah. Begitu banyak penemuan- penemuan alat maupun fakta yang di lakukan oleh ahli-ahli
IPA, seperti teori velativitas yang di temukan oleh Albert Einstein, radium yang di temukan oleh
Marie Cirie, hukum Archimedes yang ditemukan oleh Archimedes, pengembang bola lampu
pijar Thomas Alfa Edison p, penyempurna mikroskop Anthony Van Leeuwenhoek dan lain
sebagainya. Untuk menjelaskan penemuan-penemuan itu tentu sebagai seorang guru harus
menceritakan nya dengan menggunakan pendekatan sejarah.
Pendekatan Deduktif dan Induktif
Dalam hal penemuan logam yang dipanaskan, bila seorang guru menjelaskan pada siswa bahwa
logam bila dipanaskan akan memuai. Hal ini berarti menggunakan pendekatan deduktif.
Deduktif penalaran nya terkait dengan nasionalisme (penggunaan pikiran), jadi deduktif itu dari
hal-hal umum ke kesimpulan khusus.
Bukti-bukti nyata yang ditemukan dari beberapa bahan dari logam bila dipanaskan memuai,
kemudian hal itu guru terangkan kepada siswa, maka guru itu telah menggunakan pendekatan
induktif. Jadi induktif adalah hal-hal dari khusus ke kesimpulan umum.
Pendekatan Belajar Teater
Menurut pengalaman bila siswa diberi kesempatan belajar menurut kemampuannya, maka setiap
siswa itu dapat menguasai pelajaran yang dipelajarinya dengan baik. Hanya saja siswa mungkin
ada yang memerlukan waktu 60 menit, 75 menit atau 90 menit untuk mempelajari suatu pokok
bahasan.
Dengan demikian taraf penguasaan siswa dapat disetarakan bila disediakan waktu yang sesuai
dengan yang diperlukan oleh masing-masing siswa.
Pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning) ini harus dimulai dengan penguasaan bagian
terkecil, kemudian yang lebih besar dari bahan yang diberikan kepada siswa. Menerapkan belajar
tuntas perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi taraf penguasaan siswa terhadap
bahan pelajaran sesuai kesanggupan untuk memahami, ketekunan, mutu pelajaran dan waktu
yang disediakan untuk belajar.
Pendekatan Modul
Pendekatan modul berupa pemberian bahan pelajaran dalam satuan (per modul/per unit) pokok
bahasan sampai pada satuan terkecil (per kegiatan) atau per sub pokok bahasan.
Pendekatan dengan Komputer
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer.
Komputer tidak dapat digunakan untuk memberikan pelajaran tiap bidang studi atau mengenai
topik-topik tertentu sehingga dapat pula meringankan tugas guru. Penggunaan komputer dapat
dilengkapi dengan slide dan film projector, tape recorder, earphone, serta layar televisi.
Pembelajaran dengan komputer mampu menayangkan unsur pendengaran, penglihatan, gambar
draft yang digerakkan atau animasi dan gabungan ketiganya, komputer berfungsi juga sebagai
media interkatif artinya dapat memberikan rangsang dan umpan balik pada murid sehingga
pendekatan komputer merupakan pembelajaran yang bersifat multimedia.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama yaitu: Konstruktivisme, menemukan,
bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.
1.1 Konstruktivisme
Merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan yang dibangun
oleh manusia sedikit-demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep yang siap diambil
dan diingat, namun untuk menemukan pengetahuan harus mengkontruksi melalui keterlibatannya
yang aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapannya dalam kelas adalah guru merancang
kegiatan pembelajaran dalam bentuk murid bekerja praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara
fisik, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.
1.2 Menemukan
Menemukan merupakan kegiatan inti dalam kegiatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, namun hasil dari
menemukan sendiri. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan diantaranya adalah :
merumuskan masalah, mengamati dan melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil
observasi melalui tulisan dan laporan.
1.3 Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, kegiatan bertanya adalah
awal dari menemukan pengetahuan baru, sebab bertanya itu hakikatnya adalah kegiatan
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada kegiatannya adalah : bertanya antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
personalia pendidikan lain
1.4 Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menghendaki bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui saling
berbagi (Sharing) antar teman, antar kelompok, antar yang tahu dengan yang belum tahu.
Metode pembelajaran dengan teknik learning comity ini sangat menentukan proses pembelajaran
di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam pembentukan ahli ke kelas (tokoh
polisi, perawat, petani, pejabat, dan sebagainya), bekerja dengan masyarakat dan bekerja dengan
kelompok.
1.5 Permodelan
Dalam proses pembelajaran sistem kontekstual, ada model yang bisa di tiru, pemberi contoh
tidak harus guru, model dapat diambil dari individu yang ahli dan menguasai bidangnya, maka
model dapat seorang petani, tukang kayu, petugas kesehatan dan lain-lain.
1.6 Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang terhadap
sesuatu yang pernah dipelajari. Siswa mengedapankan apa yang baru dipelajari sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang lama.
Refleksi dalam praktek pembelajaran adalah: murid memberi kesan dan saran terhadap pelajaran
yang baru diajarkan, murid disuruh membuat jurnal di buku murid.
1.7 Penilaian Yang Sebenarnya
Penilaian yang sebenarnya maksudnya adalah penilaian yang menekankan proses pembelajaran
yang dikumpulkan dari kegiatan nyata siswa pada saat melakukan proses pembelajaran, bukan
melalui hasilnya. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai siswa antara lain :
kesungguhan mengikuti proses pembelajaran, cara mendemonstrasikan, jurnal siswa, karya tulis,
persentase, pekerjaan rumah (PR), karya siswa.
B. Berbagai Pendekatan Yang Di Gunakan Untuk Pembelajaran IPA di Kelas
Pendekatan-Pendekatan Yang di Gunakan Untuk Pembelajaran IPA di Kelas III dan IV SD/MI.
Pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPA untuk murid kelas III dan IV, sehingga
diperoleh penghayatan yang kongkrit antara lain : pendekatan lingkungan, pendekatan konsep,
pendekatan deduktif/induktif, pendekatan inkuiri, pendekatan penemuan dan pendekatan
keterampilan proses.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA kelas V SD/MI
Untuk pembelajaran IPA di SD/MI kelas V dan VI, ada tiga alternatif pendidikan utama.
Pendekatan pertama memberi tekanan pada fakta-fakta IPA, pendekatan kedua memberi tekanan
kepada konsep dan hubungan antar konsep, pendekatan terakhir memberi tekanan kepada prosesproses yang oleh IPA dimanfaatkan untuk mengungkapkan fakta dan mengembangkan model.
(Subyanto: 1990).
Ada enam hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pendekatan untuk pembelajaran IPA
kelas V SD/MI, yakni : tujuan belajar, psikologi belajar, kemampuan siswa, bahan ajar, alokasi
waktu, sarana prasarana yang tersedia dan pribadi guru.
Pokok bahasan dan jenis pendekatan alternatif yang digunakan dalam pembelajaran IPA SD/MI
kelas V yaitu :
1. No Pokok Bahasan Pendekatan Alternatif
2. Penyesuaian makhluk hidup
3. Hubungan antar makhluk
4. Tumbuhan hijau
5. Makanan dan kesehatan
6. Pencernaan makanan
7. Sumber daya alam
8. Cahaya
9. Energi dan gaya
10. Pesawat sederhana
11. Pengaruh panas terhadap benda Keterampilan proses
12. Konseptual Keterampilan prose
13. Konseptual Factual
14. Konseptual Keterampilan proses Factual
15. Keterampilan proses Factual
Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA di kelas VI SD/MI
Dasar-dasar penentuan dan penelitian pendekatan belajar yang akan digunakan untuk
pembelajaran IPA di kelas VI SD/MI pada prinsipnya sama dengan pembelajaran untuk kelas V
SD/MI.
Salah satu alternatif dari penggunaan pendekatan untuk pembelajaran IPA SD/MI kelas VI adalah
sebagai berikut :
No Pokok Bahasan Pendekatan Alternatif
1. Perkembangbiakan makhluk hidup dan tanggapan makhluk hidup terhadap rangsangan
Populasi Keterampilan proses
C. Memilih Pendekatan dan Metode Belajar Untuk pembelajaran IPA di SD/MI
Apabila kita hendak mempergunakan suatu metode dan pendekatan tertentu, maka harus
memperhatikan banyak hal. Misalnya faktor usia. Usia siswa berpengaruh terhadap penentuan
pendekatan metode belajar, untuk siswa usia sekian, paling baik digunakan ialah metode ini atau
itu.
Di bawah ini akan diuraikan garis besar faktor-faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan
bagi kita, ketika kita hendak memilih pendekatan dan metode belajar tertentu
1. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan tujuan
Kita sudah mengenal adanya tujuan institusional. Jelaslah kiranya, untuk mengajar di jenjang
pendidikan yang berbeda, perlu menggunakan metode yang berbeda dengan mengajar IPA untuk
siswa sekolah menengah umum.
Pengajaran IPA di SD, berdasarkan kurikulum pendidikan dasar tahun 1994, bertujuan agar siswa
:
Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari,
Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan gagasan tentang alam
sekitar,
Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan
sekitarnya,
Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan
mandiri,
Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna memecahkan suatu masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari ke besaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pendekatan dan metode belajar hendaknya diadaptasikan dengan kemampuan siswa
Secara umum dapat kita katakan, pengajaran tidak akan mengenal sasaran apabila siswa belum
siap mempelajari nya. Suatu pelajaran yang di rencanakan serta di susun dengan baik,
menggunakan metode dan pendekatan yang tepat, dan di berikan tidak dapat mengikuti nya
dengan baik.
Metode mengajar perlu di sesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan para siswa, kita perlu
realistis menghadapi hal seperti ini. Tetapi, kita perlu hati-hati, sehingga kita tidak keliru dalam
membuat keputusan tentang kemampuan siswa, kita harus dapat mengetahui dengan pasti,
apakah ketidakmampuan para siswa itu benar-benar karena tidak mampu, atau sebenarnya
mereka mampu tetapi malas. Untuk itu perlu diciptakan alat penilaian yang tepat.
3. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan psikologi belajar
Dalam hubungannya dengan psikologi belajar ini, seringkali kita mengabaikan dua hal penting,
yaitu : pengulangan secara berkala dan pemberian pengalaman langsung. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemberian pengalaman langsung semakin
penting pada pendidikan IPA.
Pengulangan secara berkala barangkali perlu mendapat perhatian khusus. Rupa-rupanya ada
kecenderungan pada sementara guru IPA, menduga fakta atau konsep sekali dimengerti akan
tertanam dalam-dalam pada otak siswa, sehingga tidak akan terlupakan. Asumsi seperti ini tidak
benar, sekalipun bagi siswa-siswa yang pandai.
Kesempatan untuk memperoleh pengulangan secara berkala, tidak berarti harus mengulangulang, menjelaskan atau membaca sesuatu, tetapi melalui pengulangan lewat latihan-latihan,
menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya atau melalui identifikasi dan
pemecahan masalah.
4. Pendekatan dan metode belajar hendaknya disesuaikan dengan bahan pelajaran
Kiranya dapat dimengerti bahwa pendekatan dan metode belajar untuk mata pelajaran yang satu
berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Pendekatan dan metode mengajar berenang
berbeda dengan pendekatan dan metode mengajar matematika. Bahan pengajaran dapat dianggap
sebagai pedoman untuk menentukan pendekatan dan metode mengajar yang akan kita gunakan.
Dengan demikian, kita tidak dapat begitu saja mengatakan, misalnya metode ceramah itu buruk
atau baik.
Apa yang disebut pendekatan atau metode mengajar yang baik, berbeda untuk mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Di dalam setiap mata pelajaran tidak dapat dihindari
penggunaan beraneka ragam pendekatan dan metode mengajar. Tiap pokok bahasan sedikit
banyaknya bersifat khas, dan menuntut penggunaan pendekatan dan metode yang has pula.
5. Pendekatan dan metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan alokasi waktu dan sarana
dan prasarana yang tersedia
Walaupun kita ingin mengajarkan sesuatu topik bahasan secara ideal, kita jangan lupa membatasi
diri dengan ketersediaan waktu yang telah kita tetapkan. Jika hal itu tidak dapat kita penuhi
(misalnya bahan pengajaran tidak selesai pada akhir semester) maka dapat kita katakan
pendekatan dan metode yang kita gunakan itu tidak tepat.
Selain itu kita juga harus mempertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana. Kita tidak dapat
memaksakan untuk menggunakan pendekatan atau metode belajar tertentu, jika sarana dan
prasarana untuk metode dan pendekatan tersebut tidak tersedia.
6. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan pribadi guru
Walaupun menurut hasil penelitian para ahli suatu metode dan pendekatan tertentu dianggap
paling baik, tetapi jika seluruh guru beramai-ramai menggunakan metode yang sama, maka itu
akan menjadi malapetaka bagi dunia pendidikan. Bagi siswa, akan lebih baik jika gurunya
berlian-lain an, baik dalam kepribadian maupun dalam temperament dalam pendiriannya
mengenal tugas kewajiban itu. Perbedaan-perbedaan itu juga baik bagi para guru. Justru karena
perbedaan itu, masing-masing guru akan mengejewantahkan kekhususan nya.
Sebagai pedoman umum, kita dapat berpijak kepada hal berikut : apapun metode dan pendekatan
yang dipakai oleh seorang guru, maka metode dan pendekatan itu harus dianggap sebagai yang
terbaik bagi dirinya, harus sesuai dengan kepribadiannya. Pendekatan dan metode mengajar yang
digunakan oleh seorang guru, tidak harus sama dengan yang digunakan oleh guru lain, tetapi
juga tidak harus berbeda dengan pendekatan atau metode yang digunakan oleh guru lain, karena
kita usah memaksakan diri untuk meniru metode yang dipakai orang lain, karena kita
menganggap metode dan pendekatan itu baik, sedangkan kita menyadari, untuk berlaku seperti
orang lain itu tidak mudah. Kita juga tidak perlu lain dari yang lain karena hanya anggapan,
metode yang dipakai orang lain kita anggap buruk, sedangkan rasa-rasanya metode itu justru
sesuai dengan selera kita.
Jadi yang penting adalah diri kita sendiri, kepribadian kita sendiri. Metode dan pendekatan
mengajar yang kita gunakan hendaknya yang sesuai dengan pribadi kita, yang dapat kita lakukan
dengan baik. Mungkin anda bertanya, jika seorang guru sudah terbiasa menggunakan metode
atau pendekatan mengajar tertentu, apakah metode dan pendekatan itu sudah baik ? apakah
metode dan pendekatan itu sudah sesuai dengan kepribadian guru itu ? apakah guru itu tidak
pernah berfikir bahwa kemungkinan bagi dirinya ada metode dan pendekatan mengajar yang
lebih baik, lebih sesuai dengan kepribadiannya ?
Sudahkah guru itu mencoba pendekatan dan metode lain yang barangkali lebih baik bagi
dirinya ? bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk “menemukan diri sendiri” seperti yang
dikemukakan di atas, sebaiknya memang setiap guru berusaha untuk mawas diri dan selalu
berusaha menemukan metode dan pendekatan mengajar yang benar-benar sesuai untuk dirinya
dan yang terbaik buat para siswanya. Kita sadari atau tidak, pada kenyataannya para siswa
sendiri yang akan memberikan penilaian kepada guru-gurunya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas pada Bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar di
mana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata siswa diluar sekolah
Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama, yaitu :
Konstruktivisme
Menemukan
Bertanya
Masyarakat belajar
Permodelan
Refleksi
Penilaian yang sebenarnya
Peranan pendekatan kontekstual pada dasarnya perpaduan antara berbagai macam pendekatan
yang digunakan pada pembelajaran IPA yang telah ada sebelumnya, yaitu : meningkatkan
motivasi siswa, mengembangkan kreativitas dan mental siswa dan membantu guru dalam
mengaitkan isi atau materi pelajaran IPA dengan keadaan dunia nyata pada proses pembelajaran.
Pendekatan kontekstual adalah pengembangan dari cara pembelajaran yang telah ada.
Saran-Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penulis bahwa sebagai seorang pengajar sekaligus
pendidik, guru hendaknya mempunyai wawasan yang luas dan senantiasa sesuai dengan
perkembangan zaman.
Keberhasilan suatu pembelajaran sangat tergantung kepada orang yang melakukannya, buka oleh
kecanggihan metode pendekatan yang digunakan
Sebagai pihak yang paling berkompeten, guru dituntut agar lebih kreatif dan ber komitmen tinggi
dalam meningkatkan mutu dan mengatasi permasalahan di bidang pendidikan.
Pihak pemerintah, komponen keamanan, pengusaha swasta serta masyarakat hendaknya, saling
bahu membahu dalam meningkatkan mutu dan mengatasi permasalahan di dunia pendidikan
Indonesia yang tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H, M, Drs, 1976, Tabloid “ Ilmu”, Yayasan Lembaga Studi dan Pengembangan Umat,
Palangka Raya.
Depdikbud, 1985, Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP) Kelas V Sekolah Dasar (SD), Direktorat
Pendidikan Dasar, Jakarta
Depdikbud, 1985, Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP) Kelas VI Sekolah Dasar (SD),
Direktorat Pendidikan Dasar, Jakarta
Hadiat, 1996, Alam Sekitar Kita 3 ; IPA untuk Sekolah Dasar Kelas V, Balai Pustaka
Hadiat, Nuryani Rustaman, Yeni Hendriani dan Darliana, 1996, Alam Sekitar Kita ; IPA untuk
Sekolah Dasar Kelas VI, Balai Pustaka, Jakarta
Halim, Amran, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Hamalik, Oemar, 1991, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar, Berdasarkan CBSA, CV
Sinar Biru, Bandung
Hornely, A.S dan E.C Parnwell, Siswojo, 1977 & 1984, Kamus Inggris Indonesia, PT.Pustaka
Ilmu, Jakarta
Mansyur, Drs, H, 1998, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta
Nasution,Noehi, Drs, H, MA, Drs, AA, Ketut Biduastra, M.Ed, dkk, 1998, Pendidikan IPA di SD,
Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Rusyan Tabrani, dkk, 1991, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, CV, Karya Remaja,
Jakarta
Seniawan, dkk, 1991, Pendekatan Keterampilan Proses, PT. Gramedia Widisarana Indonesia,
Jakarta
Subiyanto, 1990, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP, Malang Team
Penyusun Buku Paket, 1997, Manusia dan Alam Sekitar, Balai Pustaka, Jakarta
Yuaelawati, Ella Noor Indra Astuti, S Karim Al Karhani, Nasito Hedi, Rachmat, Nurman
Suryadi, Suparman, Tutang, Mudjiati, dan Tjajtu Sunarja S, 1993, Buku Pedoman Mengajar IPA
untuk Guru Sekolah dasar Kelas III, IV, V dan VI, Depdikbud, Jakarta.
o
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SDMI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan yang diselenggarakan di negara kita adalah suatu upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yaitu masyarakat yang adil
dan makmur serta sejahtera baik lahir maupun batin. Pada dasarnya semua mata pelajaran yang
diberikan di sekolah, mempunyai tugas dan tujuan yang sama yakni membimbing, membina,
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bagi siswa.
Menyadari akan rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dibandingkan
dengan negara lain, termasuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta semakin pesatnya
perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pendidikan, maka pemerintah membuat
kebijakan-kebijakan untuk merespon tuntutan keadaan dan perkembangan.
Kebijakan-kebijakan dimaksud adalah berupaya untuk merevisi UU No.2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), menyelenggarakan kurikulum berbasis kompetensi, manage
men berbasis sekolah, pendidikan keahlian hidup (Life Skills Education) serta konsep mengajar
dan belajar melalui pendekatan contextual.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu proses pembelajaran, perlu diambil berbagai
upaya dan kegiatan untuk mencapainya. Upaya tersebut dengan menggunakan pendekatan
tertentu, dimana pemilihan dalam penggunaan pendekatan yang tepat pada bidang studi yang
diajarkan merupakan komponen dari strategi pembelajaran.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pada proses pembelajaran masih ber fokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Untuk itu diperlukan strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar
yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun strategi yang mendorong siswa
mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Mengajar dan belajar dengan pendekatan kontekstual merupakan kebijakan baru yang
dikembangkan oleh Direktorat Dinas Pendidikan. Pendidikan kontekstual adalah salah satu dari
komponen strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916.
pendekatan kontekstual adalah filosofi belajar yang menekankan pada perkembangan minat dan
pengalaman siswa.
Zakorik (1915) mengatakan bahwa dalam proses belajar akan sangat efektif apabila pengetahuan
baru yang diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari.
Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut dan untuk memperjelas permasalahan yang
akan dibahas, maka penulis memandang perlu untuk merumuskan masalah tentang pendekatan
kontekstual sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan pendekatan kontekstual dengan pendekatan-pendekatan lainnya ?
2. bagaimana cara penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) pada siswa Sekolah Dasar (SD).
Tujuan Penulisan
Menyadari akan rendahnya kualitas sumber Daya Alam (SDM) Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain, termasuk negara di kawasan Asia tenggara serta semakin pesatnya
perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pendidikan maka perlunya menyelenggarakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Management Berbasis Sekolah (MBS), pendidikan
keahlian hidup maka sangat perlu juga konsep mengajar dan belajar melalui pendekatan
kontekstual dimana keduanya merupakan perpaduan saling berkaitan dan bertujuan yaitu:
Meningkatkan motivasi siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di kelas
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kreativitas fisik dan mental siswa dalam belajar.
Membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata.
Memperbaiki kelemahan yang ada pada pelaksanaan proses belajar mengajar serta
mempermudah seorang guru untuk mencapai suatu tujuan
Metode Penulisan
Adapun metode atau cara pembuatan karya tulis ini, penulis menggunakan metode Library
Research (Kepustakaan).
Metode Library Research (Kepustakaan), yaitu segala yang diuraikan dalam karya tulis ini bahan
pembuatannya di kutip dari buku-buku bacaan yang menjadi sumber pengetahuan yang
berhubungan dengan kependidikan.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini terdiri dari empat Bab yang mana pada tiap-tiap Bab berisikan
beberapa pokok bahasan /masalah sebagai berikut:
BAB I : Merupakan Bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pengertian umum tentang pendekatan kontekstual,
fungsi dan tujuan pendekatan kontekstual dan dasar-dasar penggunaan pendekatan kontekstual.
BAB III : Mengenai peranan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA di SD/MI, berbagai
macam pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA di kelas.
BAB IV : Adalah Bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PENGAJARAN BAHASA ARAB
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Kata “Pendekatan” menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta berarti hal
(perbuatan, usaha) mendekati atau mendekatkan.
Menurut A.S Hornby dan E.C Parnwell, Via Siswojo (1998 : 5) contextual berarti susunan atau
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya (yang membantu menunjukan arti).
Pengertian secara umum pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses
belajar mengajar di mana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata secara
di luar sekolah.
Tiap pokok bahasan bidang studi yang diajarkan harus menggunakan pendekatan tertentu.
Pendekatan dalam proses belajar mengajar pada hakekatnya suatu usaha seorang guru untuk
mengembangkan ke aktifan pembelajaran. Pendekatan yang telah digunakan berperan penting
dalam menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang diinginkan. Pendekatan dalam
pembelajaran merupakan proses pengalaman untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap materi pelajaran.
Pendekatan kontekstual merupakan perpaduan beberapa pendekatan dan praktek pengajaran
yang baik dan sudah kita kenal sebelumnya misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan
konsep, pendekatan nilai, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan penemuan dan lain-lain.
Pada hakekatnya pendekatan kontekstual merupakan respon terhadap pendekatan yang telah ada
dan populer yaitu behaviorisme yang menekankan pada konsep stimulus dan respon dengan
pelatihan yang bersifat drill.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu teknik pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan untuk membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi
pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga, warga masyarakat.
B. Fungsi dan Tujuan Pendekatan Kontekstual
Adapun fungsi dari “pendekatan kontekstual” pada proses belajar mengajar, yaitu:
a. Sebagai salah satu alternatif (pilihan) dalam penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran.
b. Respon (tanggapan) terhadap pendekatan telah ada dan sudah terkenal (populer).
c. Memperbaiki kelemahan yang ada pada pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sebagai salah satu atau bagian dari strategi belajar, pendekatan kontekstual mempunyai tujuan
yaitu:
Meningkatkan motivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan kreativitas fisik dan mental siswa dalam belajar.
Membantu guru dalam mengaitkan isi atau materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata.
C. Dasar Teori Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Berdasarkan Teori Para Ahli Pendidikan, diantaranya :
a. Menurut Neman dan Logan, dalam strategi dasar belajar mengajar meliputi empat masalah
yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian peserta didik yang bagaimana diharapkan.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat, efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat
dan harus dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai
dengan yang diharapkan.
Pada point kedua dapat diterangkan lebih lanjut, bahwa bagaimana cara kita memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus
akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari dua orang dengan pendekatan
berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang
berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatan nya menggunakan berbagai
disiplin ilmu.
b. Menurut John Dewey (1915) menyatakan bahwa: “Kontekstual adalah filosofi belajar yang
menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa”. Dapat dijabarkan bahwa
“penggunaan pendekatan kontekstual adalah filsafat belajar yang mana dalam filsafat belajar itu
sangat mengutamakan pada pengembangan minat atau keinginan yang mendalam dan dari
berbagai pengalaman hidup yang telah di alami siswa itu sendiri.
c. Menurut Zakorik (1995) menyatakan bahwa: “dalam proses belajar akan sangat efektif apabila
pengetahuan baru yang diberikan kepada siswa berdasarkan pengalaman yang sudah ada
sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari”.
Berdasarkan Undang-Undang (UU)
Dalam pembuatan karya tulis ini penulis mengambil dasar penulisan dan Undang-Undang No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mana dalam Undang-Undang tersebut
berisi pernyataan-pernyataan yaitu:
Menyelenggarakan kurikulum berbasis kompetensi
Management berbasis sekolah
Pendidikan keahlian hidup (life skill education)
Konsep belajar mengajar melalui pendekatan kontekstual
BAB III
PERANAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA
PEMBELAJARAN DI SD/MI
A. Berbagai Macam Pendekatan
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah,
tidak hanya menggunakan satu atau dua pendekatan saja tetapi dapat menggunakan beberapa
macam pendekatan yang sesuai dengan pokok bahasan.
Berbagai pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)
antara lain adalah: pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan nilai, pendekatan
pemecahan masalah, pendekatan penemuan, pendekatan inkulri, pendekatan keterampilan proses,
pendekatan sejarah, pendekatan deduktif/induktif, pendekatan belajar tuntas, pendekatan modul
dan pendekatan dengan komputer serta pendekatan kontekstual.
Dari penjelasan tersebut dapat di uraikan lebih lanjut yaitu:
Pendekatan Lingkungan
Lingkungan alam dapat berupa halaman, kebun, lapangan rumput, semak-semak, hutan, selokan,
kolam, sungai danau, gurun, rawa, pesisir, pantai, laut, jalan, engkel, pabrik, kawasan industri
dan lain-lain. Dapat dipahami bahwa pendekatan lingkungan merupakan laboratorium yang
tanpa batas. Dalam pendekatan lingkungan dapat dilakukan percobaan-percobaan yang bila
dilakukan didalam ruangan laboratorium tidak mungkin dilaksanakan. Pendekatan lingkungan
adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan alam nyata, tidak selalu harus ke
tempat yang jauh, dapat dilakukan di alam sekitar sekolah.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep dapat berupa konsep nyata (Kongkrit) dan konsep abstrak (tidak nyata).
Konsep nyata yang dapat ditunjukkan kepada siswa seperti: meja guru, meja siswa, papan tulis,
almari adalah konsep bentuk empat persegi panjang. Konsep abstrak besarnya dalam bentuk
definisi seperti kesehatan, mulut daun, rabun ayam, mata angin dan lain-lain.
Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai biasanya menyangkut hal-hal yang dianggap ideal, baik, sempurna, dan yang di
cita-citakan. Pendekatan nilai dalam wujudnya yang nyata adalah keyakinan kita sendiri sebagai
guru mengenai hidup, keadilan, kebenaran, pengorbanan, dan sebagainya.
Dalam memberikan pelajaran seorang guru hendaknya menjelaskan dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam yang menggunakan pendekatan nilai harus sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut sekolah tempat kita mengajar, yang biasanya sejalan dengan nilai yang berlaku dari
masyarakat dimana sekolah itu berada. Misalnya: keanekaragaman tanaman-tanaman pangan
makin berkurang, keanekaragaman burung berkurang, menangkap ikan dengan bahan peledak,
hukuman mati dengan sengatan listrik dalam pelajaran arus listrik, dan lain-lain
Pendekatan nilai mengandung makna apakah tindakan yang dilakukan itu baik atau buruk,
berguna atau tidak.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan
yang telah dipelajari terlebih dahulu yang digunakan untuk menyelesaikan kesulitan masalah
tersebut. Ilmu pengetahuan alam mengembangkan kebiasaan berfikir ilmiah dan berfikir bebas.
Untuk mencocokan masalah siswa harus berfikir, membuat hipotesis, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dibawah ini adalah satu contoh suatu pemecahan masalah mengenai daur hidup katak.
Di air atau di daratkah katak bertelur ?
Bernapas dengan apakah kecebong ?
Mengapa kecebong ber ekor sedangkan katak tidak ?
Bandingkan perbedaan anggota tubuh kecebong dengan katak ?
Bernapas dengan apakah katak dewasa ?
Dalam pemecahan masalah ilmu pengetahuan alam, siswa harus mencari hubungan sebab akibat.
Siswa juga harus mengembangkan kebiasaan untuk menentukan keputusan, mempertimbangkan
bukti-bukti yang ada, dan menarik kesimpulan sementara. Pemecahan masalah ini dapat
diperoleh dan terjadi di waktu praktek di laboratorium, praktek lapangan, demonstrasi dan di
waktu melakukan percobaan
Pendekatan Penemuan (Discovery)
Dalam pendekatan penemuan siswa di biarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
mental sendiri. Contoh pelaksanaan di dalam pembelajaran, yaitu:
Guru mengajukan pertanyaan, benarkah logam bila di panaskan memuai?
Siswa di minta mengukur panjang berupa alat dari logam yang mereka miliki terlebih dahulu
sebelum di panaskan.
Siswa di minta memanaskan tig sampai empat alat yang mereka miliki yang di buat dari logam
seperti, peniti, jarum kawat, dan sebagainya.
Siswa di minta mengukur benda-benda logam yang sudah di panasi tadi
Betulkah ada perbedaan panjang logam sebelum dan sesudah di panasi
Perlu di sadari kelemahan pendekatan penemuan antara lain memakan waktu banyak, hanya
sesuai untuk materi pelajaran yang bersifat pengertian saja, kurang memperhatikan pembentukan
sikap dan keterampilan.
Bila tidak terarah dan tertanding oleh guru maka dapat mengarahkan kepada kekaburan terhadap
materi yang di ajarkan.
Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa
yang harus di tempuh oleh siswa dengan bimbingan guru untuk sampai pada penemuanpenemuan, dan buatan penemuan itu sendiri. Contoh pendekatan inkuiri yang dapat di kenal
adalah apa yang di lakukan oleh Fransisco Redi (1621-1687). Redi berpendapat lain, bahwa larva
itu tidak muncul dengan sendirinya. Tetapi larva itu berasal dari telur yang diletakkan oleh lalat
yang hinggap pada daging tersebut. Redi kemudian menguji dugaannya atau hipotesis nya
dengan percobaan sederhana.
Dalam cara kerjanya dapat dilihat bahwa pendekatan inkuiri ilmu pengetahuan alam, yaitu
pertama membuat perumusan hipotesis, kedua menguji hipotesis itu. Jadi bila menemukan suatu
masalah yang perlu jawaban, tidak begitu saja salah dijawab, tetapi memakai langkah-langkah
pencarian atau menemukan jawabannya yang benar.
Langkah-langkah pengajaran dengan pendekatan inkuiri dapat dilakukan sebagai berikut :
Pertama, Siswa dikelompokkan dalam tiap kelompok terdiri dari lima siswa seorang sebagai
ketua, seorang pencatat, seorang pengarah, seorang pemantau diskusi dan seorang perangkum.
Kedua, Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Masalah jangan
terlalu umum, tetapi dipersempit. Contoh pertanyaan yang terlalu umum, “apa yang dimaksud
Fotosintensis?” sebaiknya lebih dipersempit misalnya, “Faktor apa saja yang mempengaruhi
fotosintesis?”
Ketiga, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang akan
dikaji jawaban terhadap pertanyaan hendaknya tidak diperoleh dari kepustakaan, sebaiknya
informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya mencoba sendiri atau melakukan
percobaan, mewawancarai nara sumber dan sebagainya.
Keempat Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan, diolah, diklasifikasikan,
ditabulasi, bila perlu dihitung dan ditafsirkan.
Kelima, Dari hasil pengelolaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban terhadap masalah
diatas, kemudian ditarik kesimpulan umum.
Pendekatan inkuiri ini berdasarkan kepada prosedur yang dilakukan untuk sampai pada
penemuan-penemuan bukan penemuan itu sendiri. Pendekatan inkuiri lebih jauh mengaktifkan
siswa daripada ceramah yang diberikan guru, membaca buku, pemberian informasi dan lainlainnya.
Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses dalam IPA meliputi :
Keterampilan Dasar yaitu :
a. Melakukan pengamatan (observasi)
b. Penggolongan (klasifikasi)
c. Penyampaian (komunikasi)
d. Pengukuran (measurement)
e. Prakiraan (prediksi)
f. Penarikan kesimpulan.
Keterampilan Terintegrasi yaitu :
g. Menentukan faktor perubahan (identifikasi variabel)
h. Menyusun tabel
i. Menyusun grafik
j. Menggambarkan hubungan diantara variabel-variabel
k. Memperoleh dan memproses data
l. Menganalisis hasil penyelidikan
m. Menyusun hipotesis
n. Merumuskan variabel-variabel secara operasional
o. Merancang penyelidikan
p. Melakukan percobaan
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pada proses-proses yang digunakan untuk
mengungkapkan dan menemukan fakta serta menumbuhkan sikap, nilai dan konsep yang
dilakukan oleh seorang ilmuwan, salah satu contoh pendekatan keterampilan proses misalnya
guru menggolongkan pohon kelapa, pohon enau, pohon jambu dalam satu golongan tanaman biji
tunggal yang disebut monokotil. Maka kita telah menemukan konsep “monokotil”.
Pendekatan sejarah
Untuk menerangkan tentang penemuan hukum gaya berat yang ditemukan oleh Isaac Newton,
atau menceritakan penemuan mesin uap oleh James Watt sudah tentu menggunakan pendekatan
sejarah. Begitu banyak penemuan- penemuan alat maupun fakta yang di lakukan oleh ahli-ahli
IPA, seperti teori velativitas yang di temukan oleh Albert Einstein, radium yang di temukan oleh
Marie Cirie, hukum Archimedes yang ditemukan oleh Archimedes, pengembang bola lampu
pijar Thomas Alfa Edison p, penyempurna mikroskop Anthony Van Leeuwenhoek dan lain
sebagainya. Untuk menjelaskan penemuan-penemuan itu tentu sebagai seorang guru harus
menceritakan nya dengan menggunakan pendekatan sejarah.
Pendekatan Deduktif dan Induktif
Dalam hal penemuan logam yang dipanaskan, bila seorang guru menjelaskan pada siswa bahwa
logam bila dipanaskan akan memuai. Hal ini berarti menggunakan pendekatan deduktif.
Deduktif penalaran nya terkait dengan nasionalisme (penggunaan pikiran), jadi deduktif itu dari
hal-hal umum ke kesimpulan khusus.
Bukti-bukti nyata yang ditemukan dari beberapa bahan dari logam bila dipanaskan memuai,
kemudian hal itu guru terangkan kepada siswa, maka guru itu telah menggunakan pendekatan
induktif. Jadi induktif adalah hal-hal dari khusus ke kesimpulan umum.
Pendekatan Belajar Teater
Menurut pengalaman bila siswa diberi kesempatan belajar menurut kemampuannya, maka setiap
siswa itu dapat menguasai pelajaran yang dipelajarinya dengan baik. Hanya saja siswa mungkin
ada yang memerlukan waktu 60 menit, 75 menit atau 90 menit untuk mempelajari suatu pokok
bahasan.
Dengan demikian taraf penguasaan siswa dapat disetarakan bila disediakan waktu yang sesuai
dengan yang diperlukan oleh masing-masing siswa.
Pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning) ini harus dimulai dengan penguasaan bagian
terkecil, kemudian yang lebih besar dari bahan yang diberikan kepada siswa. Menerapkan belajar
tuntas perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi taraf penguasaan siswa terhadap
bahan pelajaran sesuai kesanggupan untuk memahami, ketekunan, mutu pelajaran dan waktu
yang disediakan untuk belajar.
Pendekatan Modul
Pendekatan modul berupa pemberian bahan pelajaran dalam satuan (per modul/per unit) pokok
bahasan sampai pada satuan terkecil (per kegiatan) atau per sub pokok bahasan.
Pendekatan dengan Komputer
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer.
Komputer tidak dapat digunakan untuk memberikan pelajaran tiap bidang studi atau mengenai
topik-topik tertentu sehingga dapat pula meringankan tugas guru. Penggunaan komputer dapat
dilengkapi dengan slide dan film projector, tape recorder, earphone, serta layar televisi.
Pembelajaran dengan komputer mampu menayangkan unsur pendengaran, penglihatan, gambar
draft yang digerakkan atau animasi dan gabungan ketiganya, komputer berfungsi juga sebagai
media interkatif artinya dapat memberikan rangsang dan umpan balik pada murid sehingga
pendekatan komputer merupakan pembelajaran yang bersifat multimedia.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama yaitu: Konstruktivisme, menemukan,
bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.
1.1 Konstruktivisme
Merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan yang dibangun
oleh manusia sedikit-demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep yang siap diambil
dan diingat, namun untuk menemukan pengetahuan harus mengkontruksi melalui keterlibatannya
yang aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapannya dalam kelas adalah guru merancang
kegiatan pembelajaran dalam bentuk murid bekerja praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara
fisik, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.
1.2 Menemukan
Menemukan merupakan kegiatan inti dalam kegiatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, namun hasil dari
menemukan sendiri. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan diantaranya adalah :
merumuskan masalah, mengamati dan melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil
observasi melalui tulisan dan laporan.
1.3 Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya, kegiatan bertanya adalah
awal dari menemukan pengetahuan baru, sebab bertanya itu hakikatnya adalah kegiatan
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada kegiatannya adalah : bertanya antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
personalia pendidikan lain
1.4 Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menghendaki bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui saling
berbagi (Sharing) antar teman, antar kelompok, antar yang tahu dengan yang belum tahu.
Metode pembelajaran dengan teknik learning comity ini sangat menentukan proses pembelajaran
di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam pembentukan ahli ke kelas (tokoh
polisi, perawat, petani, pejabat, dan sebagainya), bekerja dengan masyarakat dan bekerja dengan
kelompok.
1.5 Permodelan
Dalam proses pembelajaran sistem kontekstual, ada model yang bisa di tiru, pemberi contoh
tidak harus guru, model dapat diambil dari individu yang ahli dan menguasai bidangnya, maka
model dapat seorang petani, tukang kayu, petugas kesehatan dan lain-lain.
1.6 Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang terhadap
sesuatu yang pernah dipelajari. Siswa mengedapankan apa yang baru dipelajari sebagai struktur
pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang lama.
Refleksi dalam praktek pembelajaran adalah: murid memberi kesan dan saran terhadap pelajaran
yang baru diajarkan, murid disuruh membuat jurnal di buku murid.
1.7 Penilaian Yang Sebenarnya
Penilaian yang sebenarnya maksudnya adalah penilaian yang menekankan proses pembelajaran
yang dikumpulkan dari kegiatan nyata siswa pada saat melakukan proses pembelajaran, bukan
melalui hasilnya. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai siswa antara lain :
kesungguhan mengikuti proses pembelajaran, cara mendemonstrasikan, jurnal siswa, karya tulis,
persentase, pekerjaan rumah (PR), karya siswa.
B. Berbagai Pendekatan Yang Di Gunakan Untuk Pembelajaran IPA di Kelas
Pendekatan-Pendekatan Yang di Gunakan Untuk Pembelajaran IPA di Kelas III dan IV SD/MI.
Pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPA untuk murid kelas III dan IV, sehingga
diperoleh penghayatan yang kongkrit antara lain : pendekatan lingkungan, pendekatan konsep,
pendekatan deduktif/induktif, pendekatan inkuiri, pendekatan penemuan dan pendekatan
keterampilan proses.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA kelas V SD/MI
Untuk pembelajaran IPA di SD/MI kelas V dan VI, ada tiga alternatif pendidikan utama.
Pendekatan pertama memberi tekanan pada fakta-fakta IPA, pendekatan kedua memberi tekanan
kepada konsep dan hubungan antar konsep, pendekatan terakhir memberi tekanan kepada prosesproses yang oleh IPA dimanfaatkan untuk mengungkapkan fakta dan mengembangkan model.
(Subyanto: 1990).
Ada enam hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pendekatan untuk pembelajaran IPA
kelas V SD/MI, yakni : tujuan belajar, psikologi belajar, kemampuan siswa, bahan ajar, alokasi
waktu, sarana prasarana yang tersedia dan pribadi guru.
Pokok bahasan dan jenis pendekatan alternatif yang digunakan dalam pembelajaran IPA SD/MI
kelas V yaitu :
1. No Pokok Bahasan Pendekatan Alternatif
2. Penyesuaian makhluk hidup
3. Hubungan antar makhluk
4. Tumbuhan hijau
5. Makanan dan kesehatan
6. Pencernaan makanan
7. Sumber daya alam
8. Cahaya
9. Energi dan gaya
10. Pesawat sederhana
11. Pengaruh panas terhadap benda Keterampilan proses
12. Konseptual Keterampilan prose
13. Konseptual Factual
14. Konseptual Keterampilan proses Factual
15. Keterampilan proses Factual
Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran IPA di kelas VI SD/MI
Dasar-dasar penentuan dan penelitian pendekatan belajar yang akan digunakan untuk
pembelajaran IPA di kelas VI SD/MI pada prinsipnya sama dengan pembelajaran untuk kelas V
SD/MI.
Salah satu alternatif dari penggunaan pendekatan untuk pembelajaran IPA SD/MI kelas VI adalah
sebagai berikut :
No Pokok Bahasan Pendekatan Alternatif
1. Perkembangbiakan makhluk hidup dan tanggapan makhluk hidup terhadap rangsangan
Populasi Keterampilan proses
C. Memilih Pendekatan dan Metode Belajar Untuk pembelajaran IPA di SD/MI
Apabila kita hendak mempergunakan suatu metode dan pendekatan tertentu, maka harus
memperhatikan banyak hal. Misalnya faktor usia. Usia siswa berpengaruh terhadap penentuan
pendekatan metode belajar, untuk siswa usia sekian, paling baik digunakan ialah metode ini atau
itu.
Di bawah ini akan diuraikan garis besar faktor-faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan
bagi kita, ketika kita hendak memilih pendekatan dan metode belajar tertentu
1. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan tujuan
Kita sudah mengenal adanya tujuan institusional. Jelaslah kiranya, untuk mengajar di jenjang
pendidikan yang berbeda, perlu menggunakan metode yang berbeda dengan mengajar IPA untuk
siswa sekolah menengah umum.
Pengajaran IPA di SD, berdasarkan kurikulum pendidikan dasar tahun 1994, bertujuan agar siswa
:
Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari,
Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan gagasan tentang alam
sekitar,
Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan
sekitarnya,
Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan
mandiri,
Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna memecahkan suatu masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari ke besaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pendekatan dan metode belajar hendaknya diadaptasikan dengan kemampuan siswa
Secara umum dapat kita katakan, pengajaran tidak akan mengenal sasaran apabila siswa belum
siap mempelajari nya. Suatu pelajaran yang di rencanakan serta di susun dengan baik,
menggunakan metode dan pendekatan yang tepat, dan di berikan tidak dapat mengikuti nya
dengan baik.
Metode mengajar perlu di sesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan para siswa, kita perlu
realistis menghadapi hal seperti ini. Tetapi, kita perlu hati-hati, sehingga kita tidak keliru dalam
membuat keputusan tentang kemampuan siswa, kita harus dapat mengetahui dengan pasti,
apakah ketidakmampuan para siswa itu benar-benar karena tidak mampu, atau sebenarnya
mereka mampu tetapi malas. Untuk itu perlu diciptakan alat penilaian yang tepat.
3. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan psikologi belajar
Dalam hubungannya dengan psikologi belajar ini, seringkali kita mengabaikan dua hal penting,
yaitu : pengulangan secara berkala dan pemberian pengalaman langsung. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemberian pengalaman langsung semakin
penting pada pendidikan IPA.
Pengulangan secara berkala barangkali perlu mendapat perhatian khusus. Rupa-rupanya ada
kecenderungan pada sementara guru IPA, menduga fakta atau konsep sekali dimengerti akan
tertanam dalam-dalam pada otak siswa, sehingga tidak akan terlupakan. Asumsi seperti ini tidak
benar, sekalipun bagi siswa-siswa yang pandai.
Kesempatan untuk memperoleh pengulangan secara berkala, tidak berarti harus mengulangulang, menjelaskan atau membaca sesuatu, tetapi melalui pengulangan lewat latihan-latihan,
menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya atau melalui identifikasi dan
pemecahan masalah.
4. Pendekatan dan metode belajar hendaknya disesuaikan dengan bahan pelajaran
Kiranya dapat dimengerti bahwa pendekatan dan metode belajar untuk mata pelajaran yang satu
berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Pendekatan dan metode mengajar berenang
berbeda dengan pendekatan dan metode mengajar matematika. Bahan pengajaran dapat dianggap
sebagai pedoman untuk menentukan pendekatan dan metode mengajar yang akan kita gunakan.
Dengan demikian, kita tidak dapat begitu saja mengatakan, misalnya metode ceramah itu buruk
atau baik.
Apa yang disebut pendekatan atau metode mengajar yang baik, berbeda untuk mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Di dalam setiap mata pelajaran tidak dapat dihindari
penggunaan beraneka ragam pendekatan dan metode mengajar. Tiap pokok bahasan sedikit
banyaknya bersifat khas, dan menuntut penggunaan pendekatan dan metode yang has pula.
5. Pendekatan dan metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan alokasi waktu dan sarana
dan prasarana yang tersedia
Walaupun kita ingin mengajarkan sesuatu topik bahasan secara ideal, kita jangan lupa membatasi
diri dengan ketersediaan waktu yang telah kita tetapkan. Jika hal itu tidak dapat kita penuhi
(misalnya bahan pengajaran tidak selesai pada akhir semester) maka dapat kita katakan
pendekatan dan metode yang kita gunakan itu tidak tepat.
Selain itu kita juga harus mempertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana. Kita tidak dapat
memaksakan untuk menggunakan pendekatan atau metode belajar tertentu, jika sarana dan
prasarana untuk metode dan pendekatan tersebut tidak tersedia.
6. Pendekatan dan metode belajar hendaknya sesuai dengan pribadi guru
Walaupun menurut hasil penelitian para ahli suatu metode dan pendekatan tertentu dianggap
paling baik, tetapi jika seluruh guru beramai-ramai menggunakan metode yang sama, maka itu
akan menjadi malapetaka bagi dunia pendidikan. Bagi siswa, akan lebih baik jika gurunya
berlian-lain an, baik dalam kepribadian maupun dalam temperament dalam pendiriannya
mengenal tugas kewajiban itu. Perbedaan-perbedaan itu juga baik bagi para guru. Justru karena
perbedaan itu, masing-masing guru akan mengejewantahkan kekhususan nya.
Sebagai pedoman umum, kita dapat berpijak kepada hal berikut : apapun metode dan pendekatan
yang dipakai oleh seorang guru, maka metode dan pendekatan itu harus dianggap sebagai yang
terbaik bagi dirinya, harus sesuai dengan kepribadiannya. Pendekatan dan metode mengajar yang
digunakan oleh seorang guru, tidak harus sama dengan yang digunakan oleh guru lain, tetapi
juga tidak harus berbeda dengan pendekatan atau metode yang digunakan oleh guru lain, karena
kita usah memaksakan diri untuk meniru metode yang dipakai orang lain, karena kita
menganggap metode dan pendekatan itu baik, sedangkan kita menyadari, untuk berlaku seperti
orang lain itu tidak mudah. Kita juga tidak perlu lain dari yang lain karena hanya anggapan,
metode yang dipakai orang lain kita anggap buruk, sedangkan rasa-rasanya metode itu justru
sesuai dengan selera kita.
Jadi yang penting adalah diri kita sendiri, kepribadian kita sendiri. Metode dan pendekatan
mengajar yang kita gunakan hendaknya yang sesuai dengan pribadi kita, yang dapat kita lakukan
dengan baik. Mungkin anda bertanya, jika seorang guru sudah terbiasa menggunakan metode
atau pendekatan mengajar tertentu, apakah metode dan pendekatan itu sudah baik ? apakah
metode dan pendekatan itu sudah sesuai dengan kepribadian guru itu ? apakah guru itu tidak
pernah berfikir bahwa kemungkinan bagi dirinya ada metode dan pendekatan mengajar yang
lebih baik, lebih sesuai dengan kepribadiannya ?
Sudahkah guru itu mencoba pendekatan dan metode lain yang barangkali lebih baik bagi
dirinya ? bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk “menemukan diri sendiri” seperti yang
dikemukakan di atas, sebaiknya memang setiap guru berusaha untuk mawas diri dan selalu
berusaha menemukan metode dan pendekatan mengajar yang benar-benar sesuai untuk dirinya
dan yang terbaik buat para siswanya. Kita sadari atau tidak, pada kenyataannya para siswa
sendiri yang akan memberikan penilaian kepada guru-gurunya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas pada Bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar di
mana materi kegiatannya berhubungan erat dengan pengalaman nyata siswa diluar sekolah
Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama, yaitu :
Konstruktivisme
Menemukan
Bertanya
Masyarakat belajar
Permodelan
Refleksi
Penilaian yang sebenarnya
Peranan pendekatan kontekstual pada dasarnya perpaduan antara berbagai macam pendekatan
yang digunakan pada pembelajaran IPA yang telah ada sebelumnya, yaitu : meningkatkan
motivasi siswa, mengembangkan kreativitas dan mental siswa dan membantu guru dalam
mengaitkan isi atau materi pelajaran IPA dengan keadaan dunia nyata pada proses pembelajaran.
Pendekatan kontekstual adalah pengembangan dari cara pembelajaran yang telah ada.
Saran-Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penulis bahwa sebagai seorang pengajar sekaligus
pendidik, guru hendaknya mempunyai wawasan yang luas dan senantiasa sesuai dengan
perkembangan zaman.
Keberhasilan suatu pembelajaran sangat tergantung kepada orang yang melakukannya, buka oleh
kecanggihan metode pendekatan yang digunakan
Sebagai pihak yang paling berkompeten, guru dituntut agar lebih kreatif dan ber komitmen tinggi
dalam meningkatkan mutu dan mengatasi permasalahan di bidang pendidikan.
Pihak pemerintah, komponen keamanan, pengusaha swasta serta masyarakat hendaknya, saling
bahu membahu dalam meningkatkan mutu dan mengatasi permasalahan di dunia pendidikan
Indonesia yang tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H, M, Drs, 1976, Tabloid “ Ilmu”, Yayasan Lembaga Studi dan Pengembangan Umat,
Palangka Raya.
Depdikbud, 1985, Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP) Kelas V Sekolah Dasar (SD), Direktorat
Pendidikan Dasar, Jakarta
Depdikbud, 1985, Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP) Kelas VI Sekolah Dasar (SD),
Direktorat Pendidikan Dasar, Jakarta
Hadiat, 1996, Alam Sekitar Kita 3 ; IPA untuk Sekolah Dasar Kelas V, Balai Pustaka
Hadiat, Nuryani Rustaman, Yeni Hendriani dan Darliana, 1996, Alam Sekitar Kita ; IPA untuk
Sekolah Dasar Kelas VI, Balai Pustaka, Jakarta
Halim, Amran, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Hamalik, Oemar, 1991, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar, Berdasarkan CBSA, CV
Sinar Biru, Bandung
Hornely, A.S dan E.C Parnwell, Siswojo, 1977 & 1984, Kamus Inggris Indonesia, PT.Pustaka
Ilmu, Jakarta
Mansyur, Drs, H, 1998, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta
Nasution,Noehi, Drs, H, MA, Drs, AA, Ketut Biduastra, M.Ed, dkk, 1998, Pendidikan IPA di SD,
Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Rusyan Tabrani, dkk, 1991, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, CV, Karya Remaja,
Jakarta
Seniawan, dkk, 1991, Pendekatan Keterampilan Proses, PT. Gramedia Widisarana Indonesia,
Jakarta
Subiyanto, 1990, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP, Malang Team
Penyusun Buku Paket, 1997, Manusia dan Alam Sekitar, Balai Pustaka, Jakarta
Yuaelawati, Ella Noor Indra Astuti, S Karim Al Karhani, Nasito Hedi, Rachmat, Nurman
Suryadi, Suparman, Tutang, Mudjiati, dan Tjajtu Sunarja S, 1993, Buku Pedoman Mengajar IPA
untuk Guru Sekolah dasar Kelas III, IV, V dan VI, Depdikbud, Jakarta.
o