APLIKASI METODE GEOMAGNETIK BASE ROVER U

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK BASE ROVER UNTUK IDENTIFIKASI
INTENSITAS KEMAGNETAN BATUAN DI DAERAH KAKI GUNUNG MERAPI
SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DIYANAKA
KELOMPOK 5
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

ABSTRACT
The Geomagnetic Research activities has been implemented on wednesday on 6 may 2016
in the region of merapi, exactly at tlagawatu village, in kemalang , klaten district, central java .The
research commenced from pm 08.00 until am 13.00, the weather in the morning bright and when the
day the rain of moderate intensity. An instrument used in research is ppm to know the suseptibilatas
research area where measurement applied in two location to make a balanced happened correlation
the plate and rover to .Research hampered by the weather which the rain during the day .But the study
is done to know the rocks the intrusion use one of the method geophysics geomagnetic geomagnetic
where methods used the base rover where the purpose of research is making a map rtp , tmi , and
permodelan 2,5 d and modeling 3d .
INTISARI
Telah dilaksanakan kegiatan penelitian pada hari rabu tanggal 6 Mei 2016 di daerah kaki
gunung merapi, tepatnya pada Desa Tlagawatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa

Tengah. Penelitian dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00, cuaca saat pagi hari cerah
dan saat siang harinya hujan dengan intensitas sedang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
PPM untuk mengetahui nilai suseptibilatas daerah penelitian dimana pengukuran dilakukan di dua
lokasi agar terjadi korelasi yang seimbang yaitu di base dan rover untuk. Penelitian terkendala oleh
cuaca yang hujan di siang hari tersebut. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui letak
batuan hasil intrusi menggunakan salah satu metode geofisika yaitu geomagnetik dimana metode
geomagnetik yang dipakai yaitu Base Rover dimana tujuan dari penelitian ini adalah membuat peta
RTP,TMI,dan permodelan 2,5 D dan pemodelan 3D.
Kata kunci : PPM, Base Rover, Nilai suseptibilitas, Upward Continuation Regional
1. PENDAHULUAN
Metode geomagnetic merupakan salah satu
metode geofisika yang cukup banyak dipakai
dimana
metode
ini
digunakan
di
darat,laut,maupun udara dimana dilakukan
pengukuran medan magnet bumi. metode
geomagnetic ini relatif lebih sederhana dimana

pengoperasian alat lebih sederhana dan tidak
terlalu banyak makan biaya dibanding metode
lain. Metode ini biasa digunakan dalam
eksplorasi
awal
minyak
bumi,panas
bumi,maupun bahan-bahan mineral maupun
pencarian benda-benda arkeologi.

Prinsip dari metode ini yaitu pengukuran
variasi intensitas medan magnet bumi dimana
adanya variasi distribusi benda yang
termagnetisasi dibawah permukaan bumi. lalu
anomali yang terukur berada dalam latar
belakang yang relative besar. Lalu variasi
intensitas medan magnetik yang terukur
kemudian dijabarkan dalam bentuk distribusi
bahan magnetic di bawah permukaan yang
dijadikan sebagai gambaran umum kondisi

geologi bawah permukaan.sebenarnya metode
magnetik ini memiliki kesamaan dengan
metode gravity dimana keduanya berdasarkan
dengan teori potensial. Namun ditinjau dari
fisika keduanya memiliki perbedaan mendasar

dimana dalam magnetik mempertimbangkan
variasi arah dan dan besar vector magnetitasi
sedangkan gravity hanya ditinjau dari variasi
besar vector percepatan gravitasi.
Metode seismik adalah salah satu metode
yang memanfaatkan gelombang dan sangat
berperan penting bagi kegiatan eksplorasi
selain itu juga banyak dimanfaatkan didalam
teknik geofisika. Metode seismik banyak
digunakan karena keakurasiannya atau
ketepatanya dalam menggambarkan struktur
bawah permukaan bumi dengan kenampakankenampakan yang mungkin terjadi.
Metode seismik terdapat dua jenis yaitu
seismik refraksi (bisas) dan seismik refleksi

(pantul).Metode seismik refraksi merupakan
metode yang sumbernya bersifat pasif, dan
metode ini memanfaatkan gelombang yang
debiaskan setiap melewati bidang perlapisan
di bawah permukaan. Data mengenai
kedalaman yang diperoleh dari hasil akuisisi
seismik refraksi
adalah waktu datang
gelombang pertama yang diterima geophone.
Pengolahn data seismik secara kasar yaitu
metode T-X yang terbagi menjadi 2, yaitu
Intercept Time Method dan Critical Distance
Method. Intercept Time method memanfaatkan
waktu
gelombang
dari
sourcemenuju
geophone secara tegak lurus aau disebet zero
offset. Critical Distance Method merupakan
salah satu metode yang cara kerjanya

memanfaatkan jarak kritis. Kedua metode ini
digunakan untuk mengetahui kedalaman satu
lapisan, lapisan banyak dan lapisan miring.
I.1 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan model 2.5D dan 3D dari lokasi
penelitian geomagnetik.

dengan µ adalah permeabilitas
magnetik. Sebagai catatan permeabilitas
magnetik di dalam ruang hampa adalah 4π ×
10-7 w/A.m. F adalah gaya Coloumb (N), m1,
dan m2, kuat kutub magnet (A/m) dan r adalah
jarak kedua kutub (m).
2.2 MOMEN MAGNET
m= i x area
Keterangan :
m = Momen Magnetik (A.m2)
i
= Arus Listrik (A)

Area = Area Penampang (m2)
Magnetisasi
merupakan
tingkat
kemampuan untuk di searahkan momenmomen dipol magnetiknya oleh medan
magnetik luar. Suatu bahan bersifat magnetik
berada dalam pengaruh kuat medan magnet
luar maka bahan tersebut akan termagnetisasi.
Besaran dari magnetisasi ini sebanding dengan
momen magnetik per volume.
M = k. H
Keterangan :
M = Momen Magnetik Persatuan
Volume (Am2/m3)
k = Susepbilitas
H = Kuat Medan Magnetik (A/m)
Magnetisasi yang dihasilkan sebanding
dengan kuat medan yang memengaruhinya
yang bergantung pada nilai susepbilitas
magnetik (k) medium tersebut.

2.3 KUAT MEDAN MAGNET
Kuat medan magnet adalah besarnya medan
agnet pada suatutitik dalam ruang yang timbul
sebagai akibat dari sebuah kutub m yang
berada sejauh r dari titik tersebut. Kuat medan
H didefinisikan gaya persatuan kutub magnet,
dapat ditulis sebagai

H=
2. DASAR TEORI
2.1 GAYA MAGNET
Dalam kemagnetan dikenal dua jenis
muatan, yaitu muatan positif dan muatan
negative. Kedua muatan ini memnuhi hokum
Coloumb. Muatan atau kutub yang berlawanan
jenis akan Tarik menarik sedangkan muatan
yang sejenis akan tolak menolak dengan gaya
F. Dasar dari metode magnetik adalah gaya
Coloumb antara dua kutub magnetik m1 dan m2
yang terpisah sejauh r dalam bentuk


F=

m1 m2
μ r2

r^

F m1
=
r^
m2 μ r 2

Keterangan :
H = Kuat Medan Magnet (A/m)
F = Gaya Coulomb (N)
µ = Permeabilitas magnet (w/Am)
r = Jarak (m)
2.4. INTENSITAS MAGNET
Intensitas kemagnetan M adalah

tingkat kemampuan menyearahnya momenmomen magnetik dalam medan magnet luar,
atau didefinisikan sebagai momen magnet
persatuan volume :
M = m/V

Keterangan :
M = Intensitas Magnet (A/m)
m = Momen Magnet (Am2)
V = Volume (m3)
Secara praktis magnetisasi akibat
induksi ini kebanyakan meluruskan dipoledipole material magnet, sehingga sering
disebut sebagai polarisasi magnet. Bila
besarnya konstan dan arahnya sama, maka
dikatakan benda termagnetisasi secara
uniform.
2.5.Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi
oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi (Gambar II.1), yang dapat
diukur yaitu meliputi arah dan intensitas

kemagnetannya. Parameter fisis tersebut
meliputi :
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara
magnetik dengan komponen horizontal
yang dihitung dari utara menuju timur
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan
magnetik total dengan bidang horizontal
yang dihitung dari bidang horizontal
menuju bidang vertikal ke bawah.
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari
medan magnetik total pada bidang
horizontal.
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari
vektor medan magnetik total.

Gambar 3.1. Tiga Elemen medan magnet
bumi
Medan magnet utama bumi berubah
terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilainilai medan utama magnet bumi, dibuat
standar nilai yang disebut International

Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran

rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2
yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3
bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan
magnet
utama
dapat
didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang
cukup lama mencakup daerah dengan luas
lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal
dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer
yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Karena sumber medan
luar ini berhubungan dengan arus listrik
yang mengalir dalam lapisan terionisasi
di atmosfer, maka perubahan medan ini
terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering
juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini
dihasilkan oleh
batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti
magnetite (

F e2 T i O4

F e7 S 8

), titanomagnetite (

) dan lain-lain yang berada
di kerak bumi.
Dalam
survei
dengan
metode
magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di
permukaan (anomali magnetik). Secara garis
besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan
magnetik induksi. Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar terhadap
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah
medan magnetiknya serta berkaitan dengan
peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen
sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar. Demikian pula
sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila
anomali medan magnetik kurang dari 25 %
medan magnet utama bumi (Telford, 1976),

sehingga dalam pengukuran medan magnet
berlaku :

H T =H M +H L+H A

dengan :
bumi
bumi

HT
HM
HL
HA

(3.6)
: medan magnet total
: medan magnet utama
: medan magnet luar
:

medan

magnet

anomali
3. METODOLOGI

Gambar 3.1 DESAIN SURVEY

Penelitian dilakukan pada Hari Rabu
tanggal 6 Mei 2016. Lokasi penelitian berada
di kaki gunung merapi, tepatnya pada Desa
Tlagawatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah.

3.1 DIAGRAM ALIR
Diagram Alir Pengambilan Data
Mul
ai
Menetukan Lintasan dan
Panjang Lintasan
Input Parameter (Julian Day,
IGRF, Waktu, Lintasan)
Mengukur Azimuth dan
Koordinat
Memasang
magnetometer di base
Mengarahkan Sensor ke Arah
Utara
Pengambilan
Data
Selesai

Pembahasan Diagram Alir Pengambilan
Data
Diagram alir di atas menjelaskan bahwa,
1. Penelitian berawal dari perencanaan
lintasan di lokasi penelitian, variasi data
bergantung dari lokasi titik pengamatan ini.
Oleh karena intu perencanaan titik
pengukuran ini perlu dilakukan dengan
baik.
2. Proses awal di saat dilapangan adalah
menentukan line kelompok, karena line
pengukuran tiap kelompok sendiri berbedabeda.
3. Pengukuran dibagi menjadi dua, yaitu
pengukuran di base dan di rover.
Pengukuran di base dilakuka setiap empat
menit selama pengukuran berlangsung,
sedangkan pengukuran di rover dilakukan
dengan berpindah-pindah sesuai dengan
perencanaan lapangan yang dilakukan.
4. Sebelum melakukan pengukuran dengan
menggunkana magnetometer yang harus
dilakukan adalah memasukkan parameter
lapangan pada magnetometer. Parameter
tersebut adalah Julian day, IGRF, waktu
pengukuran, dan lintasan pengukuran.
5. Setelah parameter dilakukan selnjutnya
adalah
menentukan
azimuth
line
pengukuran dan koordinat pengukuran.
Pengukuran
dilakukan
dengan
menyearahkan sensor dengan arah utara
terlebih dahulu.
6. Pada tahap ini pengukuuran nilai intensitas
magnetik
sudah
dapat
dilakukan.
Pengukuran pada rover dilakukan tiga kali

pada setiap titik pengukuran dengan selang
pengukuran sebesar 30 detik sampai
dengan satu menit.
7. Data hasil pengukuran baik di base maupun
di rover dicatat berdasarkan koordinat dan
waktu pengukuran.
8. Pengukuran dilakukan hingga nilai
intensitas magnetik pada semua titik yang
direncanakan selesai diukur.
Diagram Alir Pengambilan Data
Mulai

Data

ΔH

Peta TMI

Peta Upward Regional

Peta Upward Lokal

Sayatan
Software Surfer
FFT Matlab
Microsoft Excel

Grafik Analisa Fourier
Mendapat Nilai Kedalaman

Pemodelan 2,5D

4. Langkah selanjutnya adalah membuat peta
RTP, Regional, dan Lokal berdasarkan peta
TMI yang sudah didapat. Peta RTP atau
Reduce to Pole adalah peta yang dihasilkan
dari Peta TMI yang dirubah menjadi
monopole dengan membawa data ke kutub.
Peta Regional diperoleh dari hasil Upward
Continuation dari Peta RTP. Peta Lokal
adalah hasil pengurangan dari Peta RTP
dengan Peta Regional.
5. Pemodelan dibagi menjadi dua, yaitu
pemodelan 2.5D dan 3D.

Microsoft Excel (H Obs, H var, T rata-rata, Bln)

Peta RTP

menjadi peta TMI yang menggmbarkan
variasi nilai intensitas magnetik anomali di
bawah permukaan.

Software Surfer
Software Magblox
Software Bloxer
Software Rockwork
Pemodelan 3D

Pembahasan

Kesimpulan
Selesai

Pembahasan Diagram Alir Pengolahan
Data
1. Langkah pertama yang dilkukan untuk bisa
membuat peta bawah permukaan dengan
metode geomagnetik ini adalah adalah
melakukan pengolahan data dari hasil
pengukuran di lapangan hingga sampai
dengan mendapatkan nilai ΔH. Prosesnya
meliputi koreksi-koreksi pengukuran dan
pembuatan grafik.
2. Setelah didapat nilai ΔH makaproses
selanjutnya menggunakan software khusus
untuk membuat peta. Software yang
digunakan adalah Software Geosoft Oasisi
Montaj.
3. Nilai ΔH merupakan nilai intensitas
magnetik dari anomali yang ada di bawah
permukaan. nilai ΔH ini kemudian dibuat

6. Pemodelan 2.5D dilakukan dengan
membuat model berupa model dua dimensi
dengan nilai kedalaman yang kita tentukan.
Pemodelan ini dilakukan dengan mangacu
pada peta geologi dan keadaan lapangan.
Pemodelan ini dikontrol dengan nilai error
yang ditampilkan oleh aplikasi.
7. Pemodelan 3D dibuat dengan bantuan dari
aplikasi- aplikasi pendukung lain selain
Geosoft Oasis Montaj. Aplikasi tersebut
adalah diantaranya Magblox, Surfer,
Bloxer, dan Rockwork 15.
8. Aplikasi pertama yang digunakan adalah
Surfer. Aplikasi ini berfungsi untuk
mengbah format file dari Aplikasi Geosoft
Oasis Montaj menjadi berekstensi “.dat”.
Yang perlu dilakukan adalah memindah
data dari Geosoft Oasis Montaj ke Aplikasi
Surfer ini. Data yang dipindah harus sudah
dokonversi kedalam kilometer. Kemudian
format penulisan disesuaikan dengan
format Magblox dan kemudian disimpan
dalam bentuk “.dat”.
9. Aplikasi selanjutnya adalah Mgblox.
Aplikasi ini berguna untuk membuat model
dari data yang ingin kita buat menjadi peta
3D. Caranya dengan menyesuaikan nilai
koordinat, jumlah blox yang diinginkan,
panjang, lebar, dan, tinggi blox, inklinasi,
deklinasi, IGRF, dan beberapa koreksi
didalmnya. Setelah penyeseuaian bantuk
model selesai dilakukan selanjutnya adalah
menyimpan model agar dapat dibaca ke
dalam Aplikasi Bloxer.

10.Aplikasi selanjutnya adalah Bloxer.
Aplikasi ini digunakan untuk mengedit
model dari Magblox. Aplikasi ini
digunakan karena Magblox tidak dapat
mengedit
model
yang
didapat.
Pengeditan dilakukan untuk membuat
interpretasi bentuk bawah permukaan
menjadi seperti yang kita kehendaki.
Interpretasi bawah permukaan ini dibuat
berdasarkan
interpretasi.
Setelah
pengeditan selesai kemudian disimpan
untuk dapat dibuka dengan aplikasi
Rockwork 15.
11.Aplikasi Rockwork 15 berfungsi untuk
menampilkan hasil 3D yang telah diedit di
Bloxer. Data dari bloxer berupa data
koordinat x, y, z, dan nilai intensitas
magnetik. Untuk dapat melihat data ini
diperlukan Microsoft Excel. Data koordinat
harus dikonversi menjadi meter kembali
saat dimasukkan ke Rockwork 15. Data
akan diolah oleh aplikasi ini dan model
akan ditampilkan.
12.Setelah peta bawah permukaan didapatkan,
baik 2.5D maupun 3D, langkah selanjutya
adalah membuat laporan mengenai jalannya
pembuatan model dan membahas hasil
yang didapat serta menark kesimpulan dari
hasil tersebut.

Warna hijau menunjukkan batuan dengan
intensitas magnetik sedang, biasanya batuan
yang memiliki nilai intensitas sedang adalah
batuan metemorf. Warna biru – ungu
mengindikasikan
batuan
dengan
nilai
intensitas magnetik rendah, biasanya batuan
dengan nilai intensitas magnetik rendah
biasanya adalah batuan sedimen dan batuan
beku asam.
Peta
TMI
memiliki
beberapa
kekurangan walaupun merupakan peta dasar
yang bahkan belum diubah-ubah. Kekurangan
peta ini adalah karena peta ini masih
mengandung banyak ambiguitas dikarenakan
masih berupa data dipole yang mengandung
dua kutub yang saling berpasangan satu sama
lain.
Peta di atas mungkin mengandung
data-data noise yang masih banyak. Contohnya
adalah pada bagian atas yang didominasi oleh
warna merah atau magnetifitas tinggi. Daerah
warna merah di atas pada daerah penelitian
merupakan daerah dekat gedung perkuliahan
dan dekat pla dengan ara parkir sehingga
tidaklah heran apabila data pada peta di atas
memiliki nilai intensitas magnetik yang tinggi.
4.2 Peta RTP

13.Selesai.
4.

PEMBAHASAN
4.1 Peta TMI

Gambar 4.2 Peta RTP

Gambar 4.1 Peta TMI
Warna merah – kuning pada peta
menunjukkan nilai intensitas magnetik batuan
tinggi, biasanya merupakan batuan dengan
unsur logam tinggi seperti batuan beku basa.

Warna merah – kuning pada peta
menunjukkan intensitas magnetik yang tinggi,
biasanya data yang seperti itu merupakan
pengaruh dari logam-logam yng terkandung
dalam batuan. Data seperti itu menunjukkan
batuan yang kaya aka kandungan mineral
tinggi. Warna hijau menunjukkan daerah
dengan intensitas magnetik sedang, biasanya
daerah dengan intensitas magnet seperti itu
merupakan indikasi dari batuan sedimen.
Warna ungu – biru pada peta menunjukkan
intensitas magnetik rendah. Biasanya daerah

seperti ini memiliki batuan yang hanya sedikit
kandungan mineral logamnya atau bisa saja
karena pengaruh intrusi.
4.3 Peta Regional

sedangkan pada peta TMI data tersebut
tidaklah muncul. Dari sini maka kita dapat
melihat lebih detail mengenai keadaan bentuk
magnetifitas secara lebih detail
Skala warna di atas dibagi menjadi
tiga yaitu untuk intensitas tinggi, rendah, dan
sedang. Intensitas tinggi diindikasikan dengan
warna merah – kuning, intensitas sedang
dengan warna hijau, dan intensitas rendah
dengan warna biru-ungu. Pada peta muncul
data dengan warna merah saat dibuat peta
residual ini sehingga mungkin saja di tempat
dengan warna merah tersebut terdapat mineralmineral dengan nilai ekonomis.
4.5 Model 2.5D

Gambar 4.3 Peta Upward Continuation
Dari peta terlihat bahwa dominasi
warna pada peta semakin besar karena
frekuensi-frekuensi rendah pada peta telah terfilter. Prinsipnya upward adalah melihat peta
dari atas dan semakin ke atas sehingga dapat
terlihat persebaran intensitas magnetik pada
daerah yang diteliti. Tujuaan Upward sendiri
memang adalah untuk mengetahui persebaran
tersebut dan mengetahui mana yang lebih
dominan.
4.4 Peta Lokal

Gambar 4.5 Permodelan 2,5D
Lapisan pertama pada model adalah
lapisan batupasir, lapisan kedua berupa lapisan
batuan breksi, dan lapisan ketiga adalah batuan
beku hasil intrusi yang masih panas. Ketiga
lapisan pada model berasal dari aktivitas
vulkanik. Lapisan batuan pasir dan breksi
terbentuk dari rombakan batuan vulkanik juga.
Yang menjadi tujuan permodelan dari
penelitian ini adalah batuan beku hasil intrusi
panas yang berada paling bwah pada model di
atas.
4.6 Model 3D

Gambar 4.4 Peta Residual
Pada peta terlihat bahwa terdapat
titik-titik dengan warna merah yang mulai
bermunculansaat dibuat peta residual ini.
Warna merah tersebut adalah indikasi yang
menunjukkan intensitas magnetik yang tinggi

memiliki suhu yang tinggi dilihat dari nilai
intensitas magnetiknya yng rendah.

5.1 Saran.
Sebelum
melakukan
penelitian
pastikan peralatan dapat berfungsi dengan baik
sehingga tidak ditemukan lesalahan selama
penelitian berlangsung. Dalam pengolahan
data diperlukan pemahaman mengenai materi
dan dasar dari teori yang digunakan dalam
metode geomagnetik ini.
Gambar 4.6 Permodelan 3D
Model di atas menggambarkan bentuk
dari batuan dari hasil intrusi yang sudah
membeku pada daerah penelitian. Batuan beku
tersebut terbentuk dari magma yang
tertransport ke daerah penelitian yang
kemudian membeku. Batuan pada model
diindikasikan sebagai batuan beku berdasarkan
dari letaknya yang berada jauh di dalam
permukaan dan dekat dengan dapur magma
dari Gunung Merapi. Batuan tersebut masih
memiliki suhu yang tinggi, hal ini dilihat dari
nilai intensitas magnetiknya yang rendah,
mengingat bahwa suhu tinggi akan
mengurangi nilai intensitas magnerik suatu
benda.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan dari jalannya penelitian
ini adalah,
 Model 2.5D menunjukkan bentuk model
bawah permukaan dari sayatan yang dibuat
pada peta RTP. Model dibuat bedasarkan
acuan dari geologi regiional daerah
penelitian.
 Model 2.5D menunjukkan struktur
perlapisan antara batuan pasir dan breksi
yang diterobos oleh intrusi. Batupasir dan
breksi pada model berasal dari aktivitas
vulkanik Gunung Merapi.
 Model 3D menunjukkan bentuk model
bawah permukaan dari lapangan penelitian.
Model 3D ini dibut dari peta RTP
berdasarkan interpretasi terhadap nilai
magnetifitas rendah yang terukur.
 Model 3D mununjukkan persebaran batuan
beku yang berasal dari intrusi magma yang
tertransport ke lokasi penelitian dan
kemudian membeku. Batuan beku ini masih