SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN anak

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Sosialisasi

1.1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia
dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

1.2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

1.3. Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan
membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu
maupun sebagai anggota.

2. Tujuan Sosialisasi
1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat

tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan
bercerita.
3. Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan
mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok
yang ada pada masyarakat.
5. Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6. Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal
termasul lingkungan sosial yang baru.
7. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8. Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
1. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Seringkali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis.
Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain postur tubuh, golongan
darah, bakat-bakat seni, olahraga, ketrampilan-ketrampilan, IQ atau
tingkat kecerdasan, dll.

2. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang
individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya,
tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan
warga masyarakat yang lain. Adapun kondisi faktor ekstrinsik antara lain,
kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi lingkungan pergaulan,
kondisi lingkungan pendidikan, kondisi lingkungan pekerjaa, kondisi
lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai sarananya adalah media
massa baik media massa cetak maupun elektronik.

4. Tahapan Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan
melalui tahap-tahap:

4.1. Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga, anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

4.2. Tahap meniru (play stage)

Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dsb. Dengan kata lain kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain jika mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran
bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya
banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan
orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya
diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orangorang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).

4.3. Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh
peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain juga meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersamasama. Anak mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga

dan bekerjasama dengan teman-temannya. Pada tahap ini, lawan
berinteraksi makin banyak dan mulai berhubungan dengan tamantemannya yang sebaya di luar rumah. Bersama dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.


4.4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, anak dapat bertenggang rasa tidak hanya dengna orang-orang yang
berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Manusia secara dewasa menyadari peraturan, kemampuan, bekerjasama
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya menjadi mantap.
Manusia dengan perkembandan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya.

5. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
5.1. Media sosialisasi keluarga
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan
anak adalah orangtua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat
yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia
sekitarnya, dan pola pergaulan sehari-hari.
Kebijakan orangtua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya
antara lain:
1. Mengusahakan agar anak-anaknya selalu berdekatan dengan
orangtuanya.

2. Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa
anak tidak merasa tertekan.
3. Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah,
yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas.
4. Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orangtua harus dapat
berperan dengan baik.
5. Menasehati anak-anak jika melakukan kesalah atau kekeliruan.

Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu:
5.1.1. Sosialisasi represif

Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:


Menghukum perilaku yang keliru



Hukuman dan imbalan materil




Kepatuhan anak kepada orangtua



Komunikasi sebagai perintah



Komunikasi non verbal

5.1.2. Sosialisasi partisipasif

Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:


Pemberian imbalan dan sanksi




Hukuman dan imbalan simbolis



Otonomi anak



Komunikasi sebagai interaksi



Komunikasi verbal

5.2. Media sosialisasi teman sepermainan
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan
kepribadian anak, yaitu:
1. Remaja merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok
persahabatan.

2. Remaja dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir, tertekan, gembira yang mungkin tidak di dapatkan di rumah.

5.3. Media sosialisasi sekolah
Fungsi sekolah dalam proses sosialisasi adalah memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang di perlukan siswa serta membentuk kepribadian
siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.

5.4. Media sosialisasi lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja, seseorang akan
berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan dan relasi bisnis. Dalam
proses interaksi akan terjadi proses saling mempengaruhi. Pengaruhpengaruh itu akan menjadi bagian dari dirinya.

5.5. Media massa sebagai media sosialisasi
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat
membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang normanorma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,


6. Jenis-Jenis Sosialisasi
6.1. Sosialisasi primer
Pengertian sosialisasi primer menurut Peter L Berger dan Luckmann
adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota keluarga (masyarakat). Sosialisasi primer
berlangsung saat berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke
sekolah.

6.2. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi
primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam
masyarakat.

7. Sosialisasi Sebagai Pembentuk Kepribadian
Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika
individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit.

7.1. Faktor pembentuk kepribadian
Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:

1. Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek.
Pengaruh ini tampak pada intelegensi dan kematangan fisik.
2. Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan
manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
3. Lingkungan sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan
keluarga, sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang.
4. Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

7.2. Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan
kepribadian

Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial
kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Nilai dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi
selanjutnya melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini,
masyarakat dapat mewariskan nilai dan norma sosial budaya pada
generasi selanjutnya.

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/01/sosialisasi-dan-pembentukan-kepribadian.html

Perhatikan dengan cermat dan teliti lingkungan kehidupan sosial masyarakat di sekitar tempat tinggal
kalian. Amati kebiasaan, sifat dan watak anak-anak tetangga. Mereka pasti memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda.

Sumber gambar: ilmusocial.com

Proses sosialisasi ini erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian karena sosialisasi adalah
proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikapnya. selain itu proses
sosialisasi ini erat pula kaitannya dengan penerapan nilai-nilai dan norma-norma sosial di dalam
proses pengembangan kepribadian.

Pada pembahasan kali ini kalian akan dapat berpikir kritis, analitis serta dapat lebih memahami
tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Untuk itu maka simaklah pembahasan berikut ini.

A. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku
berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi

seseorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap, dan ide-ide orang lain serta dapat hidup tertib
dan taat peraturan.
Berikut ini adalah bebeapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli.


Charlotte Buhler

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan
berfungsi dalam kelompoknya.



Berger

Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.



Horton dan Hunt

Sosialisasi adalah suatu proses seseorang menghayati (Internalize) norma-norma kelompok tempat ia
hidup sehingga timbullah diri yang unik.

B. Fungsi, Tujuan, dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
1. Fungsi Sosialisasi
Supaya masyarakat dapat hidup tertib dan disiplin maka perlu adanya sosialisasi. Proses sosialisasi di
lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai berikut.


Dilihat dari Kepentingan Individu

Sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai,
norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat berperilaku tertib
dan disiplin.
Dengan cara begitu, seseorang menjadi warga masyarakat yang baik. Pengertian warga masyarakat
yang baik adalah warga yang memenuhi harapan umum warga masyarakat lainnya. Dengan kata lain,
dia mampu memenuhi segala kewajiban dan menerima semua haknya sebagai warga masyarakat.


Dilihat dari Kepentingan Masyarakat

Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta
norma-norma sosial. Dengan demikian, nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi
dalam masyarakat yang bersangkutan.
2. Tujuan Sosialisasi
Apabila fungsi sosialisasi dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan dapat memenuhi tujuan
sosialisasi yaitu:


Agar setiap orang dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.



Agar setiap orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat.



Agar setiap orang dapat menyadari keberadaannya dalam masyarakat.



Agar setiap orang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.



Agar masyarakat tetap utuh. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya
saling berinteraksi dengan baik.



Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk
melangsungkan kehidupan di tengah-tengah masyarakat.



Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita.



Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas
diri yang tepat. Jadi secara umum, sosialisasi sebagai suatu proses sosial yang bertujuan
untuk membentuk kepribadian.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
Pada intinya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Terlebih kita sebagai
makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, menuntut kita untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar melalui sosialisasi. Secara tidak langsung, proses sosialisasi mampu
membentuk kepribadian individu agar bersikap santun, bertanggung jawab dan menghormati orang
lain terdapat lima faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian manusia sebagai hasil
sosialisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain:


Sifat dasar,



Lingkungan prental,



Perbedaan perorangan,



Lingkungan, dan



Motivasi

Jadi perkembangan kepribadian kita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang iktu membentuknya.

C. Tahapan, Jenis, dan Media Sosialisasi
1. Tahapan Sosialisasi
Supaya anak dapat hidup tertib dan disiplin maka sejak kecil harus diperkenalkan pada beberapa
tahapan sosialisasi. Berikut ini adalah tahapan dalam proses sosialisasi, yaitu:


Tahapan Pertama (Preparatory Stage)

Tahap pertama ini merupakan tahapan persiapan untuk pertama kali mengenali lingkungan sosial,
yaitu dimulai dengan orang-orang yang terdekat dengan dirinya seperti ibu, ayah dan keluarga. Tahap
ini juga merupakan persiapan untuk pemahaman tentang diri.


Tahap Kedua (Play Stage)

Tahap ini merupakan langkah kedua dari tahap pertama yaitu pada tahap ini anak mulai dari meniru
dengan lebih baik lagi atau sempurna. Selain itu pada tahap ini anak sudah dapat memahami
peranan dirinya serta apa yang diharapkan dari dirinya dan peranan yang dimiliki orang lain. Sebagai
contoh, anak laki-laki sering meniru pola tingkah laku ayahnya seperti mencangkul, pertukangan dan
perbengkelan. Ketika anak mulai bergaul dengan anak lainya maka ia berperan sebagai teman
sebayanya. Pada tahapan ini anak sudah dapat membedakan individu berdasarkan statusnya, seperti
paman, bibi, kakek, nenek, tetangga dan guru.


Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Pada tahapan ini, anak mulai bersikap mandiri dan memiliki ego berdasarkan kesadaran diri. Tingkat
interaksi pada tahap siap bertindak ini meningkat sehingga anak mampu mengambil peranan dalam
masyarakat yang lebih luas. Kemampuan untuk menyesuaikan dan menempatkan dirinya semakin
jelas, serta kemampuan untuk menerima atau menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berbeda
di luar keluarganya pun dapat dijalaninya dengan kesadaran sebagai bagian aktif dari masyarakat.


Tahap Penerimaan Norma Kolektif

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Dengan demikian seseorang tidak mungkin dapat dipisahkan dengan lingkungan masyarakat. Pada
keduanya terjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Lingkungan masyarakat
berperan terhadap seseorang dalam proses mengenal, meniru, dan menyesuaikan diri dengan sistem
nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya, sistem nilai dan sistem
norma yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut akan lestari jika proses sosialisasi pada
seseorang berlangsung dengan baik.

2. Jenis Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan sejak dimulai dari lingkungan yang paling dekat hingga berkembang ke
lingkungan sosial yang lebih luas. Tahapan proses sosialisasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
dua jenis sebagai berikut.


Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil sampai ia
menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer berlangsung mulai balita, anak-anak, dalam teman
sepermainan, dan memasuki masa sekolah. Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang terdekat
dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas.


Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung, namun sosialisasi primer
merupakan dasar dari sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga. Dalam proses
sosialisasi sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda dengan keluarga.
3. Media Sosialisasi
Telah kita ketahui bersama bahwa sosialisasi merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan
proses belajar berinteraksi dalam masyarakat. Terjadinya proses sosialisasi melalui suatu perantara.
Dengan adanya perantara-perantara ini, menjadikan proses sosisalisasi berjalan lancar. Perantara
sosialisasi inilah yang dikenal sebagai media sosialisasi.


Keluarga

Keluarga mempunyai fungsi dan pengawasan sosial. Keluarga memberi pengertian kepada anak
tentang peranannya, baik dalam keluarga maupun di luar keluarga atau dalam masyarakat. Oleh
karena seseorang dalam berhubungan selalu dengan orang lain, dan dalam hubungan itu diperlukan
kebiasaan yang telah teratur. Misalnya cara makan, cara berpakaian, cara dan waktu untuk tidur agar
tetap sehat dan segar.


Teman Bermain

Teman bermain disebut juga kelompok sebaya, terdiri atas tetangga dan teman sekolah. Teman
bermain tersebut merupakan tempat sosialisasi yang sangat berpengaruh bagi anak setelah keluarga.
Di sini anak mulai belajar berbagai nilai, norma, dan kemampuan-kemampuan baru yang mungkin
berbeda dengan hal yang sudah diperolehnya dalam lingkungan keluarga.


Sekolah

Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia dapatkan di lingkungan
keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus
mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain. Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab
pribadi seorang anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya.



Media Massa

Berbagai pesan, peristiwa, berita dari media massa mempunyai peranan sangat penting dalam
proses transformasi nilai dan norma-norma baru kepada masyarakatnya. Apa yang ditonton,
didengar, dan dibaca dapat memengaruhi perilaku warga masyarakat ke arah yang bersifat positif
atau negatif. Termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat bergantung
pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

D. Pengertian,
Kepribadian

Faktor

Pembentuk,

dan

Tahap-Tahap

Pembentukan

1. Pengertian Kepribadian
Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta
menjadi karakteristik dalam diri seseorang misalnya jujur, rajin dan tekun. Kepribadian menentukan
bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya.

Berikut ini adalah konsep dan pengertian tentang kepribadian yang telah diberikan oleh beberapa
ahli.


Menurut Koentjaraningrat

Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan
konsekuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama
manusia masih hidup di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat
terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan
orang lain. Adanya kepribadian dalam diri seseorang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir,
namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini, kepribadian
seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial
sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya,
anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang lain, berlaku jujur,
rajin beribadah, dan lain-lain.


Menurut George Herbert Mead

Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri
seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri.
Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.


Menurut Theodore R. Newcombe

Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
perilaku.



Menurut Roucek dan Warren

Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari
perilaku individu.


Menurut Yinger

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.


Menurut Robert Sutherland

Kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat
dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi
antara tiga aspek tersebut.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya
merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan
berperilaku sosial tertentu.

Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari.
Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga
dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam
psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.

2. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu misalnya jujur, bertanggung jawab dan disiplin
sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk,
berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut.


Faktor Biologis

Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti
memiliki dua tangan, panca indra, dan sebagainya. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan
beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Namun setiap warisan biologis
seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama,
seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekalipun pasti ada
perbedaan itu.

Perhatikan teman di sekeliling kalian, adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik
fisik? Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat
karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Setiap warisan biologis seseorang bersifat unik,
hal ini berarti bahwa tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Sebagian
masyarakat menilai bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari penampilan warisan biologisnya.
Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, dan kriminalitas dianggap timbul dari
kecenderungan-kecenderungan turunan. Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan
dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik.
Kepribadian seseorang anak bisa saja berbeda dengan orang tua kandungnya bergantung pada
pengalaman sosialisasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian tidak diturunkan secara
genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.


Faktor Geografis

Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalah memengaruhi kepribadian seseorang. Faktor
geograifs yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topograif, sumber daya alam) dan
lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi
kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri
terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan
kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan
mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal
di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal
di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam
kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor
geografis sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.


Faktor Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama
unsur-unsur kebudayaan secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi
pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu,
unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi
bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah
dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu
ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya.
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan
saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya
guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan
pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna
kepribadian anggota masyarakatnya.

Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, maka kebudayaan pun bisa memengaruhi
alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang.
Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan
corak kepribadian yang berbeda-beda.

Di masyarakat kadang-kadang terdapat karakteristik kepribadian umum, namun tidak berarti semua
anggota masuk di dalamnya. Kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang
dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.


Pengalaman Kelompok

Sepanjang hidup seseorang bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu yang dijadikannya
sebagai model untuk gagasan atau norma-norma dan perilaku seseorang. Mula-mula kelompok
keluarga adalah kelompok yang penting, karena kelompok keluarga adalah kelompok yang akan
dimiliki sepanjang hayat oleh seorang individu. Ciri-ciri kepribadian dasar dari individu dibentuk
dalam lingkungan keluarga. Kelompok yang kedua yaitu kelompok sebaya/persamaan (Peer Group)
yakni kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai kelompok referense.
Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial seperti ini sering diikuti oleh pola
penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup.


Pengalaman Unik (Unique Experience)

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal
dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik
yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang
serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Pengalaman setiap orang
adalah unik dan tidak ada pengalaman siapa pun yang secara sempurna menyamainya. Menurut Paul
B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah
dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu,
setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
Setiap kepribadian berbeda dari setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau
lebih jenis kepribadian dasar yang cocok dengan kebudayaannya. Setiap kebudayaan membentuk
kepribadian yang cocok dengan kepribadiannya. Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan
dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat
pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pengaruh kebudayaan yang
lebih langsung pada individu yang sedang berkembang, kita memiliki sederetan variasi yang tidak
terbatas dalam tingkatan di mana ia dididik secara sadar, diberi atau tidak diberi kesiapan tanggung
jawab yang dibebankan terhadapnya secara sadar.

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian masyarakatnya. Setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengetahuan umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh
ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya tetapi semuanya merupakan denominator
pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu.

3. Tahap-Tahap Pembentuk Kepribadian
Seseorang dapat memiliki kepribadian yang santun, jujur dan ramah, jika dia telah melewati tahaptahap dalam pembentukan kepribadiannya. Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau
masyarakat melalui proses sosialisasi. Dalam sosialisasi orang menerima dan menyesuaikan diri
dengan unsur-unsur dari faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga,
kemudian meluas, lambat laun membuat seseorang merasa menjadi bagian masyarakat. Perasaan
'menjadi bagian' terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan
unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya.

Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru
yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi berlangsung seumur hidup manusia, secara
bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan
norma-norma sosial mengalami proses internalisasi.

George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri.
Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia
yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui
interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian
seseorang berlangsung melalui beberapa tahap.


Tahap Peniruan (Imitation Stage)

Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai
bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilaku-perilaku tertentu tanpa mengetahui
maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol sehingga Mead
menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.


Tahap Bermain (Play Stage)

Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berbeda di sekitarnya.
Misalnya, menirukan peran yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering
berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.
Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami siapa
dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya

mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya
bersikap kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Dia pun menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya.
Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya dan mampu menempatkan
diri pada posisi orang lain.


Tahap Bermain Peran (Game Stage)

Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Mereka secara langsung mulai
berani memainkan peranan dirinya dengan penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan
diri pada posisi orang lain pun meningkat. Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya kemampuan
untuk bermain dalam kelompok atau tim. Permainan yang menunjukkan kerja sama dalam tim antara
lain permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan dalam tim
meningkatkan kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam kelompok. Rasa
kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan keluarga atau kelompoknya.
Dalam hidup berkelompok, seorang memiliki banyak pasangan interaksi. Semakin banyak teman
berinteraksi, hubungan dengan orang lain semakin kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami
kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya
secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di rumah orang lain terdapat
tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi
aktif dalam hidup bermasyarakat.


Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)

Pada tahap ini anak telah memasuki jenjang orang dewasa dan telah mampu mengambil peranan
yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami
peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Selain dapat
menempatkan diri sebagai orang lain, juga harus dapat menempatkan diri sebagai anggota
masyarakat luas. Untuk ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Di
samping itu, tumbuh sikap saling menghargai, kesediaan bekerja sama, dan menyadari sebagai
bagian diri warga masyarakat. Seseorang mulai memerhatikan akhlak orang lain atas dirinya, di
samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan dipenuhi oleh lain. Untuk itu diperlukan kesadaran
akan adanya berbagai norma untuk menjamin pergaulan hidup bersama secara harmonis di
masyarakat. Pada tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat secara penuh.

http://www.putuberbagi.com/2015/11/pengertian-sosialisasi-sebagai-proses-pembentukankepribadian.html

Proses Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian Manusia – Sebagai manusia pastinya
kita hidup berbaur yang menunjukkan terjadinya sosialisasi, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Di lingkungan sekolah seorang anak memiliki
status sebagai siswa.

Oleh karenanya, sebagai seorang siswa diharapkan memiliki kepribadian yang baik, santun
dalam bertutur kata, sopan dalam bertindak dan sesuai dengan perannya sebagai seorang
pelajar. Yang menjadi faktor pembentukan kepribadian adalah lingkungan tempat tinggal kita.
Untuk memahami lebih dalam, berikut ini akan dijelaskan mengenai proses sosialisasi dalam
pembentukan kepribadian.

Sosialisasi
Pengertian Sosialisasi
Setiap anggota baru dari suatu kelompok masyarakat harus mempelajari kebiasaan melalui
suatu proses yang dinamakan sosialisasi (socialization). Menurut KBBI sosialisasi adalah
proses belajar seseorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan
masyarakat di lingkungannya. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi merupakan
suatu proses sosial dimana seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk
berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang didalam kelompoknya. Jadi, sosialisasi juga
dapat diartikan sebagai proses sosial yang terjadi jika seseorang individu menghayati dan
melaksanakan norma-norma kelompok dimana ia hidup dan merasa bagian dari
kelompoknya.

Tujuan Sosialisasi


Memberikan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupannya
ditengah-tengah masyarakat.



Mengembangkan kemampuan individu untuk berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita.



Membantu individu dalam mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan
mawas diri yang tepat.



Menanamkan pada diri seseorang tentang nilai-nilai kepercayaan kepada masyarakat.

Bentuk-Bentuk Sosialisasi


Sosialisasi Primer (Primary Socialization) yaitu sosialisasi yang pertama kali dijalani
seseorang semasa kecil. Sosialisasi ini merupakan awal seseorang dalam memasuki
keanggotaan masyarakat.



Sosialisasi Sekunder (Secondary Socialization) yaitu sosialisasi yang berlangsung pada tahap
berikutnya. Salah satu bentuk dari sosialisasi sekunder ini adalah resosialisasi. Yang dimaksud
dengan resosialisasi yakni “proses pemberian kepribadian baru kepada seseorang atau sering
disebut juga dengan proses pemasyarakatan total”.

Tahap-Tahap Sosialisasi

Menurut George Herbert Mead, sosialisasi dilakukan seseorang melalui tahapan yang tidak
sempurna. Berikut tahap-tahap sosialisasi:


Persiapan (prepatory stage) yaitu tahap awal dalam sosialisasi yang dilakukan manusia,
dimulai sejak lahir ke dunia. Pada tahan inilah seseorang sudah memiliki persiapan untuk
melakukan tindakan sesuai dengan lingkungan.



Tahap meniru (play stage) yaitu seseorang mulai mampu meniru dengan sempurna. Tahap
ini juga disebut dengan tahap bermain. Anak mulai mengenal “significant other” yakni orangorang disekitarnya yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan pembentukan dirinya.
Misal: ayah, ibu, kakak, kakek, nenek ataupun yang lainnya yang sering berinteraksi
dengannya.



Tahap siap bertindak (game stage). Didalam tahap ini peniruan yang dilakukan seorang anak
mulai berkurang, digantikan dengan peranan secara langsung yang dimainkan sendiri dengan
penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan dirinya pada posisi orang lain mulai meningkat
dan kemantapan dirinya jauh lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Teman sebaya sangat
berpengaruh pada game stage ini.



Tahap penerimaan norma kolektif (generalized other). Pada tahap inilah seseorang bisa
disebut sebagai “manusia dewasa”. Ia tidak hanya menempatkan dirinya di posisi orang lain,
tetapi dapat bertenggang rasa dengan masyarakat luas, mulai menyadari pentingnya
peraturan-peraturan dan menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor ini meliputi :
Postur tubuh, golongan darah, tingkat kecerdasan (IQ).



Ekstrinsik adalah semua faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini meliputi : pergaulan,
pekerjaan, masyarakat, pendidikan.

Media Sosialisasi



Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama. Mulai dari seorang anak dilahirkan
sudah mulai berinteraksi dengan anggota keluarganya.



Kelompok Bermain (peer group) merupakan salah satu media sosialisasi bagi anak. Ada
sebagian orang tua memasukkan anaknya pada komunitas kelompok bermain seperti play
group. Kelompok bermain akan berkembang sesuai dengan luasnya pergaulan seorang anak.
Tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga anak remaja mempunyai kelompok bermain untuk
mengembangkan pengetahuan dan keakraban dalam pergaulan.



Sekolah merupakan sebuah wahana yang diselenggarakan pemerintah atau juga sering
dikenal pendidikan formal bagi anak didik guna memperoleh bekal kelak ketika anak sudah
tidak lagi bergantung pada orang tuanya. Di sekolah atau lembaga pendidikan formal ini
berfungsi sebagai wadah pengembangan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi,
sebagai wahana pematangan kepribadian dan pelestarian budaya.



Lingkungan Kerja dapat membentuk kepribadian. Seseorang bekerja dalam sebuah
lingkungan kerja tertentu tentu akan memiliki pengalaman dan kebiasaan disiplin yang
kemudian muncul sebagai pola perilaku sehari-hari dan akan melekat menjadi kepribadian
yang sulit untuk dirubah.



Media Massa terdiri dari media cetak dan media elektronik, yang keduanya merupakan alat
komunikasi yang dapat menjangkau seluruh masyarakat luas seperti radio, majalah, koran,
televisi dls. Segala informasi yang disajikan oleh media massa dapat mempengaruhi perilaku
bagi yang membaca, melihat ataupun yang mendengarnya. Pola perilaku yang dihasilkan ada
yang positif dan ada pula yang negatif.

Kepribadian
Pengertian Kepribadian


Theodore M. Newcomb (Amerika). Dalam bukunya yang berjudul “sosiologi suatu
pengantar” kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki oleh seseorang sebagai
latar belakang perilakunya. Dengan kata lain, kepribadian merupakan suatu sistem organisasi
dari sikap seseorang untuk merasakan berbuat, berfikir, dan mengetahui secara khusus
apabila berhubungan dengan orang lain atau ketika menanggapi suatu masalah.



Roucek and Warren. Kepribadian dianggap sebagai faktor psikologis, sosiologis dan biologis
yang mendasari prilaku seorang individu.



Koenjaraningrat (Indonesia). Kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa
yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.

Dengan demikian diketahui bahwa kepribadian merupakan abstraksi dari pola prilaku
manusia, ciri watak yang konsisten sebagai identitas seseorang , dan kepribadian mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap, sifat, yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang
lain.

Komponen Pokok Kepribadian



Cipta yaitu bagian dari jiwa manusia bersifat abstrak yang merupakan pusat intelegensi yang
diperoleh melalui pengalaman dalam proses sosialisasi.



Rasa yaitu bagian dari jiwa manusia yang merupakan pusat dari indra perasa yang berfungsi
sebagai pengukur dan pengendali prilaku manusia.



Karsa yaitu bagian dari jiwa manusia yang merupakan pusat dari kehendak dan nafsu.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian


Menurut Horton dan Chyestr L. Hunt (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya kepribadian seseorang antara lain:
o

Faktor keturunan (Hereditas) warisan Biologis.

o

Faktor lingkungan alam (Natural environmental).

o

Faktor kelompok (group).

o

Faktor kebudayaan khusus.

o

Faktor pengalaman unik.

Tipe Kepribadian


Kepribadian Normatif (Normatife Man) merupakan kepribadian yang ideal dimana
seseorang memiliki prinsip yang kuat untuk menerapkan basic personality structure.



Kepribadian Perbatasan (Marginal Man). Kepribadian ini relatif bersifat labil, seakan
memiliki lebih dari satu corak kepribadian.



Kepribadian Otoriter (Otoriter Man), terbentuk manakala seseorang selalu menempati posisi
diatas dalam lingkunganya, yang selalu menuntut kemenangan , kepentingan dirinya diatas
kepentingan orang lain. Salah satu ciri kepribadian ini antara lain menonjolkan kepentingan
pribadi dan sulit menerima pandangan orang lain karenanya selalu meremehkan dan
memandang rendah orang lain.

Demikian pembahasan tentang Proses Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian
Manusia, semoga bermanfaat. Terimakasih.
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/09/proses-sosialisasi-dalam-pembentukan-kepribadianmanusia.html

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Sosialisasi Proses Pembentukan Kepribadian
1. Sosialisasi Proses Pembentukan Kepribadian

1. Definisi Sosialisasi adalah :

Proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang bertisipasi dalam masyarakat. Yang
dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran,nilai dan norma sosial (Berger) .
1. Hubungan Nilai Sosial dengan Sosialisasi

Nilai sosial adalah ukuran,patokan,anggapan yang diikuti oleh orang banyak dalam
masyarakat tertentu mengenai benar,pantas,salah atau baik.
Nilai sosial mempengaruhi nilai yang diukur berdasarkan strukur atau system sosial yang ada
dalam masyarakat.
Sehingga nilai sosial merupakan bagian dari system sosial/sosialisasi
Norma sosial adalah patokan-patokan yang diberi sanksi-sanksi apabila melanggarnya.
Di dalam kehidupan masyarakat memerlukan peraturan atau norma agar mereka dapat hidup
dalam suasana yang harmonis.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya norma dalam proses sosialisasi.
1. Sosialisasi dan pembentukan kepribadian
1. Warisan biologis
2. Lingkungan Fisik
3. Kebudayaan
4. Pengalaman kelompok

1. Agen sosialisasi antara lain :
1. Kelompok
2. Peer Group (teman sepermainan)
3. Sekolah
4. Media
2. Tujuan sosialisasi adalah :
1. Memberi ketrampilan dan pengetahuan untuk kelangsungan hidup kelak di
masyarakat.
2. Menambah kemampuan berkomunikasi yang efektif dan efesien.

3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik.
4. Membiasakan individu dengan nilai dan norma.

1. Tipe sosialisasi ada 2,yaitu :
1. Formal

Sosialisasi ini terjadi melalui lembaga-lembaga berwewenang berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Misalnya lembaga sekolah.
1. Informal

Sosialisasi ini terjadi di lingkungan masyarakat ataupun dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan. Misalnya sesame anggota suatu klub.
1. Bentuk Sosialisasi

Tujuan sosialisasi
1. Mengetahui nilai dan norma yang b erlaku di masyarakat
2. Mengetahui lingkungan sosial budaya masyarakat
3. Mengetahui lingkungan alam

Sosialisasi Primer


Terjadi dalam lingkungan keluarga



Sosialisasi pertama yang diterima individu.

Sosiologi Sekunder


Terjadi proses resosialisasi dan desosialisasi

1. Media sosialisasi

Media sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
1. Keluarga

Media sosialisasi keluarga merupakan media sosialisasi pertama dan utama. Melalui
lingkungan keluarga,anak mengenal dunia sekitarnya dan pola-pola pergaulan sehari-hari.
Terbentuknya watak kepribadian sangat dipengaruhi bagaimana cara orang tua memberikan
pendidikan dan bimbingan bagi anak-anaknya.
Kebijakan orang tua yang menunjang proses sosialisasi anak,antara lain :

1. Mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tuanya.
2. Member pengawasan dan pengendalian yang wajar (tidak terlalu mengekang)
3. Membimbing anak agar dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
4. Menasehati anak jika melakukan kesalahan dan memberitahukan jalan yang benar.

Media sosialisasi keluarga
1. Sosialisasi Represif

Sosialisasi Represif adalah suatu pola sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan
hukuman terhadap kesalahan.
Misalnya : orang tua melakukan hukuman fisik kepada anak yang tidak menanti perintahnya
atau melakukan kesalahan sehingga dapat mengakibatkan anak menderita cacat fisik maupun
cacat mental.

Cirri-ciri sosialisasi reprsesif
1. Penekanan pada hukuman dan imbalan
2. Anak harus patuh terhadap orang tua
3. Komunikasi sebagai perintah
4. Sosialisasi berpusat kepada orang tua dan keinginan orang tua
5. Dalam keluarga biasanya didominasu oleh orang tua (ayah).

Akibat dari sosialisasi represif :
1. Proses kedewasaan anak sulit berkembang
2. Anak tidak dapat mengambil keputusan sendiri
3. Anak tidak dapat membentuk sikap mandiri
4. Anak akan selalu bergantung kepada orang lain.

Bentuk dari sosialisasi represif adalah :
Hukuman yang diberikan orang tua yang berlebihan kepada anak yang masih dini dapat
menyebabkan trauma,cacat fisik,maupun cacat mental.
1. Sosialisasi Partisipasi

Sosialisasi partisipasi adalah suatu pola sosialisasi yang memberikan apa yang diminta anak
apabila anak tersebut berperilaku baik. Dalam sosialisasi ini,bahasa merupakan sarana yang
paling baik. Dengan bahasa seseorang belajar berkomunikasi,belajar berfikir dan belajar
mengenal diri.

Cirri-ciri sosialisasi partisipasi adalah :
1. Member imbalan bagi perilaku anak yang baik
2. Komunikasi sebagai interaksi
3. Anak menjadi pusat sosialisasi
4. Orang tua memperhatikan keinginan anak
5. Hukuman dan imbalan simbolis
6. Anak diberi kebebasan

Bentuk dari sosialisasi partisipasi adalah peran orang tua dalam proses sosialisasi anak sanagt
menentukan perilaku anak di kemudian hari.
1. Teman Sepermainan

Media sosialisasi teman sepermaian
Peran positif dari kelompok teman sepermainan adalah :
1. Anak merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok sepermainan.
2. Anak dapat tumbuh baik
3. Anak mendapatkan tempat yang baik untuk menyalurkan rasa kecewa,takut,khawatir dan
gembira
4. Anak dapat mengembangkan ketrampilan sosial
5. Anak dapat bersikap dewasa.

Bentuk dari media sosialiasi teman sepermainan :
Dalam berkelompok sepermaianan,seseorang anak berinteraksi dengan teman sebayanya.
Dalam tahap ini anak mulai mempelajari berbagai aturan tentang perang orang-orang yang
berkedudukan sederajat.
1. Sekolah

Media sosialisasi sekolah

Peran positif dan fungsi media sosialisasi sekolah adalah :
1. Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya
2. Melestarikan kebudayaan
3. Member pengajaran ketrampilan bicara dan mengembangkan kemampuan berpikir
4. Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olah raga
5. Menciptakan warga Negara yang cinta tanah air
6. Mengadakan hiburan umum (pertunjukkan kesenian atau pertandingan olah raga)

Bentuk dari media sosialisasi sekolah adalah
Berbeda dengan di rumah,di sekolah peranan yang menonjol adalah peranan yang diraih
dengan menunjukkan prestasi. Di sekolah seorang anak mempelajari bagaimana berinteraksi
dengan guru dan siswa lainnya.
1. Lingkungan Kerja

Media sosialisasi di lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang mempunyai pengaruh dalam proses
pembentukan kepribadian , sebab seseorang yang bekerja pada suatu instansi akan
menyesuaikan dirinya dengan norma-norma yang berlaku. Dalam lingkungan kerja,seseorang
harus belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sekerja,dengan pimpinan dan relasi
bisnis.

Bentuk dari media sosialissi lingkungan kerja
Di lingkungan kerja,seseorang dapat mengendalikan tingkah laku menghadapi rekan kerja
atau pimpinan kerja.
1. Media Massa

Media massa seagai media sosialisasi
Media massa TV,radio,video,surat kabar,majalah mempunyai peran penting dalam proses
sosialisasi. Dengan kemajuan teknologi dalam media massa,dalam waktu singkat berbagai
peristiwa,pesan,berita,pendapat,dengan mudah diketahui oleh masyarakat. Media massa juga
berperan dalam mentransformasi nilai dan norma yang