ISLAM DAN BUDAYA LITERASI budaya

ISLAM DAN BUDAYA LITERASI
Oleh:
IDRIS APANDI
Ketika saat ini para pemerintah dan pegiat literasi sedang semang-semangatnya
mengampanyekan pentingnya literasi, maka ajaran Islam sejak lama sudah menekankan
pentingnya literasi. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 atau dikenal dengan surat Iqra. Ayat pertama surat
tersebut adalah Iqra! yang artinya bacalah!. Hal tersebut merupakan perintah Allah SWT
melalui perantaraan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca atau
belajar dalam arti yang lebih luas.
Pada saat menerima wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW begitu gemetar
karena merasa kaget terhadap kedatangan malaikat Jibril yang membawa wahyu Allah.
Nabi Muhammad SAW mengatakan “Maa ana biqaarii” yang artinya Saya tidak dapat
membaca. Tetapi dengan bimbingan malaikat Jibril, akhirnya Nabi Muhammad SAW,
yakin bahwa wahyu Allah tersebut memang untuknya, dan akhirnya Nabi Muhammad
SAW dapat membaca. Salah satu sifat wajib bagi Nabi, yaitu fathanah yang artinya
cerdas menjadi jaminan dari Allah bahwa Beliau adalah sosok yang cerdas dan cepat
belajar.
Seiring dengan menyebarnya agama Islam ke berbagai belahan dunia sejak Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah sekitar tahun 622 M, muncullah para pengumpul
dan penghafal mushaf Al-Qur’an dan hadist seperti para sahabat Nabi, Abu Hurairah,

imam bukhari-muslim, dan ahli hadist lainnya. Saat itu Islam benar-benar mencapai
puncak kejayaannya. Hal ini disebabkan karena penyebaran agama Islam selain
dilakukan secara damai, melalui akhlaqul karimah, juga karena Nabi Muhammad SAW
menekankan pentingnya pendidikan untuk melepaskan manusia dari kebodohan
(jahiliyah), karena kebodohan dapat menjerumuskan manusia pada kerusakan di muka
bumi.
Islam adalah agama anti kebodohan. Pada sebuah kisah diceritakan, setelah
terjadinya perang Badar, ada 70 orang Quraisy Mekkah menjadi tawanan, mereka akan
dibebaskan jika bersedia menjadi guru bagi sepuluh orang anak dan orang dewasa
Madinah. Akhirnya, 700 orang terbebas dari buta huruf. Ibarat sistem Multiple Level

1

Marketing (MLM), mereka pun diminta untuk menjadi guru bagi yang lain sehingga
seluruh penduduk madinah bebas dari buta huruf.
Dalam perkembangannya, pasca runtuhnya kerajaan Islam terakhir di Granada
Spanyol tahun 1491 M, dan disambung dengan revolusi industri, banyak temuantemuan ilmuwan Islam yang justru diklaim dan dikembangkan oleh ilmuwan barat,
apalagi

pasca


terjadinya

revolusi

industri

tahun

1750-1850.

Revolusi

Industri merupakan periode terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang
pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki
dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika

Utara, Jepang dan akhirnya ke seluruh dunia. Pada masa revolusi


Industri, teknologi barat berkembang pesat. Banyak temuan yang dihasilkan seperti
mesin uap, kapal uap, kapal kincir, mesin tenun, mesin pemintal benang, teknologi
mengolah bijih besi dan batu bara, baterai, telegraf, telepon, mobil, hingga pesawat
terbang. (Wikipedia).
Jika kita berkaca kepada masa kejayaan Islam. Banyak Ilmuwan Islam yang
berjasa dalam pengembangan IPTEK antara lain: (1) Al Farabi (872-950 M) seorang ahli
filsafat, logika, matematika, ilmu alam, teologi, ilmu politik dan kenegaraan, (2) Al
Batani (858-929 M) ahli astronomi dan ahli matematika, (3) Ibnu Tsina (980-1037 M)
ahli kedokteran, (4) Ibnu Batutah (1304-1369) seorang pengembara dan pengarang
kisah fiksi, (5) Ibnu Rusyd (1126-1198 M) ahli filsafat, kedoteran, dan fiqih, (6)
Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi (780-850 M) ahli matematika, astronomi,
astrologi, dan geografi, (7) Umar Khayyam (1048-1131 M) ahli matematika dan
astronomi, (8)

Tsabit bin Qurrah (826-901) ahli matematika dan astronomi, (9)

Muhammad bin Zakaria Al Razy (825-925) ahli filsafat, kimia, matematika, sastra, dan
kedokteran, dan (10) Abu Musa Jabi Al Hayyan (722-804) ahli kimia. 1 Selain mereka,
juga banyak ilmuwan Islam yang lain yang ikut berjasa mengembangkan IPTEK di dunia

ini.
Mencari Ilmu, Melek Literasi
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah. Mencari
ilmu diwajibkan sejak seorang manusia lahir hingga meninggal dunia, dan umat Islam
diwajibkan mencari ilmu walau harus pergi ke negeri China. Hal tersebut menunjukkan
1 Sumber: http://www.munsypedia.com/2013/08/10-ilmuwan-muslim-terbesar-dan-terhebat.html
(Diakses, 16/05/2016 1:15:30).

2

bahwa ajaran Islam mendorong umatnya agar menjadi manusia-manusia yang berilmu.
Dengan ilmu yang dimilikinya, mereka diharapkan dapat menjadi pelita bagi yang lain,
dan dapat beramal shaleh. Kebaikannya akan terus mengalir baik di dunia maupun di
akhirat, karena ajaran Islam berpesan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi yang lain.
Dalam ajaran Islam, orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya.
Dalam QS Al Mujaadillah ayat 11 Allah SWT berfirman, “Allah akan meninggikan orangorang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.”. Lalu pada QS Az-Zumar ayat 9, Allah SWT berfirman, “Katakanlah
(wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran.”
Selain kewajiban mencari ilmu, Islam juga adalah agama yang memerintahkan
untuk memuliakan orang yang berilmu. Rasulullah SAW bersabda “Jadilah engkau orang
berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau
orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka
kamu akan celaka” (HR. Baihaqi).
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya menjadi ‘Alim (orang berilmu, guru,
pengajar). Jika belum sanggup, jadilah Muta’allim (orang yang menuntut ilmu, murid,
pelajar, santri) atau menjadi pendengar yang baik (Mustami’an), paling tidak.
menjadi Muhibban atau pecinta ilmu, simpatisan pengajian, donatur lembaga dakwah
dan pendidikan dengan harta, tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis
ilmu. Dan Rasulullah SAW menegaskan, jangan jadi orang kelima (Khomisan), yaitu
tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi pendukung. Celakalah golongan
kelima ini.2
Indonesia adalah negara yang jumlah penduduk muslimnya paling besar di
dunia. Dari sekitar 254,9 juta orang penduduk (Susenas BPS 2014-2015), diperkirakan
sekitar 80 persen adalah muslim, dan sisanya adalah non muslim. Idealnya, Indonesia
harus menjadi negara yang mempelopori bahkan menjadi basis gerakan literasi di
dunia, mengingat wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah surat Iqra sebagai simbol perintah membaca yang merupakan salah satu bentuk

kemampuan literasi dasar, tetapi pada kenyataannya, justru negara-negara yang
2 Sumber : http://ddhongkong.org/jangan-jadi-orang-kelima-celaka/ (Diakses, 16/05/2016 1:44:56).

3

mayoritas berpenduduk non muslim yang memiliki tingkat literasi yang tinggi. Literasi
adalah kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara
cerdas. Kemampuan membaca dan menulis merupakan literasi paling mendasar.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan BangsaBangsa (UNESCO 2012) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001.
Itu artinya, pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Tidak usah
dibandingkan dengan Jepang dan Amerika yang rata-rata membaca 10-20 buku
pertahun. Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, yang membaca
2-3 buku per tahun, kita pun masih sangat ketinggalan. (Kompas, 22/02/2016).
Hal tersebut di atas perlu menjadi bahan bahan evaluasi sekaligus bahan refleksi
bagi umat Islam di Indonesia, hal apa yang menyebabkan umat Islam justru kualitas
literasinya kalah dengan bangsa lain yang mayoritas non muslim. Ketika masyarakat
Jepang lebih senang membaca buku ketika menunggu kereta di stasiun, maka banyak
masyarakat Indonesia yang lebih asyik memainkan gadget¸ online, atau chatting, walau
mungkin saja ada diantaranya yang membaca e-book atau berita dari media Online.

Membaca adalah simbol peradaban sebuah bangsa yang haus akan ilmu
pengetahuan. Membaca adalah simbol bangsa yang modern dan memiliki peradaban
tinggi, bangsa yang masyarakatnya mau terus menghasilkan kreativitas dan inovasi
baru.
Islam sebagai agama yang sangat memperhatikan pendidikan dan khususnya
literasi memacu kepada umatnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, selalu
menfaatkan waktu, dan jangan termasuk orang merugi. Dalam Islam ada ungkapan
"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang
beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama (dengan kemarin) maka dia telah lalai
(merugi), barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka dia terlaknat
(binasa)." Berdasarkan kepada hal tersebut, mari kita menjadikan ajaran Islam sebagai
dasar atau semangat untuk membangun dan menggerakkan budaya literasi untuk
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik di masa yang akan datang. Umat Islam
harus menjadi pelopor, bukan pengekor. Wallaahu A’lam.
Penulis, Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Pegiat Literasi.

4