Saatnya Menyelamatkan Parpol Islam Kasus

Saatnya Menyelamatkan Parpol Islam

TAHUN 2014 ini Indonesia disibukkan dengan pesta demokrasi, di sana berbagai
Parpol dengan beragam kepentingan bertarung memperebutkan sebanyak-banyaknya
kursi. Ada Parpol berbasis masa Islam, Parpol asas nasionalis, bahkan sosialis dan
sekuler. Namun yang menarik perhatian penulis di sini adalah kondisi Parpol Islam
atau Parpol berbasis masa Islam, sebab citra Islam sudah terlanjur melekat pada
Parpol-parpol tersebut, sehingga baik dan buruknya citra Islam berada di tangan
Parpol tersebut.
Kita perlu menyadari bahwa kemenagan partai Islam tidak boleh direduksi menjadi
sekedar kemenangan suara. Jika Parpol Islam misalnya, ada yang mendapat posisi tiga
besar dalam perolehan suara Pemilihan Umum (Pemilu) pun, kita tidak bisa serta
merta mengatakan mereka telah menang. Menang suara betul, namun belum tentu
kemenangan tersebut adalah kemenangan Islam.
Parameternya sederhana, jika Parpol Islam ketika memperoleh kekuasaan lalu mereka
menerapkan ideologi Islam; menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Maka
Parpol dan Islam telah menang. Namun jika kemenangan tidak berbanding lurus
dengan penerapan syariah dalam seluruh aspek kehidupan, bahkan sekularismeliberalisme malah jauh semakin kokoh, ditambah Parpol Islam malah berkoalisi mesra
dengan Parpol berideologi non Islam. Maka jelaslah mereka memang menang suara,
namun di saat yang sama ideologi Islam justru dikebiri.
Nah lalu bagaimana kondisi objektif Parpol Islam kini?

Dalam hal ini penulis sependapat dengan analisa Prof Ikrar Nusa Bhakti, di mana ia
menyatakan bahwa “saat ini sudah tidak ada partai yang benar-benar berideologi
Islam, seperti Masyumi dan Partai Syarikat Islam Indonesia.”Ungkap peneliti politik
dari LIPI tersebut (okezone.com 20/3/2014) diperkuat dengan lontaran ide-ide dan
gagasan Parpol Islam kini yang kurang tajam dan lantang menyerukan Islam. Bahkan
ada sebagian malah terindikasi liberal berbaju moderat.
Melihat fenomena ini, sebaiknya umat Islam harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan Parpol Islam, sebelum semuanya terlambat. Karena menyelamatkan
Parpol Islam dari keterlepasan mereka dari ideologi Islam, sejatinya adalah ikut
sedikit menolong Islam juga. Hal ini agar mereka tidak terperosok terlalu jauh dalam
ketersesatan politik dan gerakan.
Faktor Kegagalan dan Solusi
An-Nabhani dalam at-Takattul al-Hizbi (2001), beberapa faktor yang menyebabkan
Parpol Islam mengalami kegagalan memperjuangkan Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, Parpol Islam tersebut hanya bermodal pemikiran Islam yang masih umum
tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Ditambah

pemikiran tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni. Semisal pemikiran
‘Islam moderat’ atau ‘Islam Indonesia’ dll.
Kedua, Parpol atau gerakan Islam tersebut tidak mengetahui metode penerapan

pemikiran Islam. Bahkan pemikiran Parpol tersebut diterapkan dengan cara-cara yang
menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpangsiuran.
Mereka mencoba menafsirkan Islam agar sesuai dengan situasi dan kondisi rusak,
atau menyesuaikan Islam agar cocok dengan peraturan-peraturan non Islam yang akan
diambil, sehingga Islam seolah-olah sesuai dengan hal-hal tersebut. Nah, penakwilan
tersebut akan menjadi legitimasi mempertahankan kondisi rusak yang ada atau untuk
mengambil peraturan non Islam.
Ketiga, Parpol Islam tersebut beranggotakan orang-orang yang belum sepenuhnya
mempunyai kesadaran yang benar. Mereka belum mempunyai niat yang benar.
Bahkan bisa jadi mereka hanya berbekal keinginan dan semangat belaka.
Keempat, personil yang menjalankan tugas Parpol tersebut tidak mempunyai ikatan
yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri secara simbolis,
disertai dengan sejumlah AD/ART, dan sejumlah slogan-slogan semu organisasi.
Berdasarkan empat hal diatas, ada sejumlah cara untuk menyelamatkan Parpol Islam,
sebagai berikut:
Pertama, Parpol harus mempunyai kesadaran sempurna tentang Islam, artinya Parpol
wajib mempersiapkan deskripsi jelas tentang syariat Islam yang akan diterapkan, baik
menyangkut sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosisal, sistem pendidikan
dll.
Kedua, Parpol wajib menempuh metode perjuangan Rasul Shallallahu ‘alaihi

Wassalam, yakni: (1) membina umat dalam rangka melakukan rekrutmen dan
membangun tubuh partai; (2) berinteraksi dengan umat dalam rangka mengubah
pemahaman, standardisasi; dan keyakinan kufur agar menjadi pemahaman,
standardisasi, dan keyakinan Islam yang diemban oleh partai; serta (3)
mengaktualisasikan pemahaman, standardisasi, dan keyakinan Islam yang diemban
partai dalam sebuah Negara Khilafah.
Ketiga, memahami metode yang sahih dalam melakukan rekrutmen anggota partai.
Ingatlah bahwa standar perekrutan adalah ideologi Islam, setinggi apapun gelar yang
dimiliki seseorang belum tentu ia bisa masuk menjadi anggota, kecuali ia mau loyal
terhadap ideologi Islam.
Keempat, ikatan yang mempersatukan anggota partai mesti dikembalikan kepada
ideologi Islam, artinya ikatan dibangun atas dasar akidah Islam dan ukhuwah
Islamiyyah.
Dengan menempuh empat hal tersebut secara konsisten, keterpurukan Parpol Islam
akan bisa diatasi, bahkan akan menjadi Parpol yang kuat, berwibawa dalam
memperjuangkan kemuliaan Islam dan kaum muslim. InsyaAllah.!