PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHAS

1

PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI ANTARA MAHASISWA SUKU
JAWA DENGAN SUKU BATAK MELALUI TWITTER
Diah Aryani Pratiwi
dyaharyani31@gmail.com
Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri antara mahasiswa
suku Jawa dengan suku Batak melalui Twitter. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
suku Jawa dan suku Batak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah
Accidental sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 148 orang. Data diperoleh
dengan menggunakan Skala Pengungkapan Diri. Analisis data menggunakan uji t. Nilai t
hitung adalah -1,712 dengan nilai signifikansi 0,089, dimana nilai signifikansi lebih dari 0,05
(0,089 > 0,05) yang berarti, tidak terdapat perbedaan antara suku Jawa dan suku Batak dalam
pengungkapan diri melalui Twitter.
Kata Kunci: Pengungkapan diri, suku Jawa, suku Batak, Twitter
This study was conducted to determine differences in self disclosure between Javanese
students and Batak tribe students via twitter. Samples in this study were students Javanese
and Batak tribe. The sampling technique used by researchers is accidental sampling. Number
of subject in this study were 148 people. Data obtained using a scale of self-disclosure. Data
analysis using t test. T value is -1,712 with value of significance is 0,089, so the significance

value of more than 0,5 (0,089 > 0,05), which means there is no difference between Javanese
ethnic and Batak tribe in self-disclosure via Twitter.
Keywords: Self-Disclosure, Javanese, Batak tribe, Twitter.

2

Menurut

LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan hal yang
sangat dibutuhkan untuk bisa berinteraksi
dengan orang lain dalam kegiatan seharihari.

Komunikasi

adalah

proses

menyampaikan pesan atau makna dari

pengirim

kepada

penerima.

Menurut

Rogers dan Kincaid (Sari dkk, 2006),
komunikasi

adalah

proses

pertukaran

informasi dengan menyampaikan gagasan
atau perasaan agar mendapat tanggapan
dari orang lain dan dapat mengekspresikan

dirinya yang unik. Salah satu pendukung
komunikasi adalah pengungkapan diri (Self
Disclosure).

DeVito

(1997),

pengungkapan diri sebagai bagian dari
komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain pengungkapan
dari orang lain, ukuran kelompok, topik,
valensi, hubungan dengan penerima dan
jenis

kelamin.

Hal

lain


yang

mempengaruhi pengungkapan diri yaitu,
budaya. Taylor, dkk, menyatakan bahwa
pengungkapan diri dapat dipengaruhi oleh
kebudayaan. (Sari dkk, 2006). Senada
dengan Taylor, dalam penelitian Johnson
(Gainau, 2009) dinyatakan bahwa, budaya
sangat

berpengaruh

terhadap

pengungkapan diri dari masing-masing
individu.

Menurut DeVito (Dayakisni dan
Hudaniah, 2009) pengungkapan diri ini

dapat

berupa

informasi

berbagai

perilaku,

topik

sikap,

seperti

perasaan,

keinginan, motivasi dan ide yang sesuai
dan terdapat didalam diri orang yang

bersangkutan. Dalam penelitian Pamuncak
(2011) ditemukan bahwa, hubungan yang
terbuka akan memunculkan hubungan
timbal balik positif yang menghasilkan
rasa aman, adanya penerimaan diri, dan
secara lebih mendalam dapat melihat diri
sendiri

serta

mampu

menyelesaikan

berbagai masalah hidup, pengungkapan
diri dapat melepaskan perasaan cemas dan
bersalah.

Pada
sekarang,


era

globalisasi

perkembangan

seperti
teknologi

membuat munculnya berbagai situs-situs
jejaring

sosial

yang

cukup

menarik


perhatian. Situs jejaring sosial sangat besar
pengaruhnya

terhadap

komunikasi

antarmanusia. Keberadaan situs jejaring
sosial

memudahkan

seseorang

dalam

berkomunikasi, dimana individu tidak lagi
harus bertatap muka langsung, namun bisa
melalui jejaring sosial. Jejaring sosial

memudahkan komunikasi antar manusia,
walaupun berada di kota bahkan negara
yang berbeda. Hal tersebut juga menjadi
kelemahan karena menyebabkan interaksi
interpersonal secara tatap muka (face-toface) cenderung menurun. Orang lebih

3

memilih untuk menggunakan situs jejaring

menyampaikan

sosial karena lebih praktis.

mengutarakan kondisi pribadi (perasaan),

Indonesia juga termasuk dalam
negara yang memiliki banyak pengguna
jejaring


sosial.

Hasil

survey

yang

dilakukan eMarketer yang merupakan
sebuah lembaga riset marketing, Indonesia
menjadi negara kedua pengguna jejaring
sosial, dengan persentase mencapai 87.5%

menunjukkan

lokasi

sosial,

mereka


dan

menuliskan tentang aktivitas yang sedang
dilakukan dan masih banyak lagi. Hal ini
yang membuat jejaring sosial menjadi
tempat atau media yang memudahkan
individu

dalam

penggungkapan

diri

mereka.

pengguna jejaring sosial (Kompasiana,
2013).

kritik-kritik

Perbedaan cara komunikasi setiap
individu tidak terlepas dari pengaruh

Salah satu layanan yang ditawarkan
dari hampir semua jejaring sosial terutama
Twitter adalah, penulisan status di halaman
akun milik mereka. Pengguna jejaring
sosial pasti pernah menulis status di akun
mereka. Menulis status di akun jejaring
sosial menjadi hal yang wajar di kalangan
pengguna jejaring sosial. Pengguna dapat
dengan leluasa menulis apa saja yang
mereka pikirkan dan rasakan melalui
media tersebut. Kegiatan yang biasa
disebut dengan update status, sepertinya
menjadi ajang untuk memperlihatkan siapa
diri mereka. Pengguna jejaring sosial

budaya. Budaya mempengaruhi seseorang
dalam bersikap, termasuk cara seseorang
berinteraksi

atau

berkomunikasi.

Pengungkapan diri termasuk salah satu
bagian dalam berkomunikasi dengan orang
lain.

Seperti

sebelumnya

yang

telah

bahwa,

dijelaskan

jejaring

sosial

merupakan salah satu media komunikasi
yang digunakan banyak kalangan pada saat
ini di seluruh dunia, termasuk masyarakat
di Indonesia yang memiliki keberagaman
budaya

yang

berbeda-beda,

dengan

karakter masyarakatnya juga berbedabeda.

dengan sukarela membuka dirinya dan

Contoh kebudayaan di Indonesia

bersedia untuk dilihat dan dikomentari

seperti pada, budaya Jawa dan budaya

oleh orang lain.

Batak,

Menulis status sebagai salah satu
cara yang memudahkan pengguna untuk
mengungkapkan

apa

saja

menuliskan

kata-kata

seperti
bijak,

yang

masyarakat

memiliki

yang

bertolak

karakteristik
belakang.

Mulder (Eman, 2004), mengatakan bahwa
orang Jawa berusaha untuk menampilkan
diri sebagai orang yang halus dan sopan,

4

namun tertutup atau tidak mau terbuka

keilmuan

kepada orang lain. Pada budaya Batak,

psikologi dan menambah wawasan tentang

berdasarkan

pengungkapan diri terutama melalui media

penelitian

oleh

Warnaen

(Eman, 2004), tentang stereotip karakter
masyarakat Batak dari suku-suku lain di
Indonesia adalah, orang yang emosional,
kasar, cepat marah, memiliki keterikatan
keluarga yang kuat, senang berkelompok,
agresif, kepala batu, licik, ribut, berkata
dengan apa adanya, ambisius, dan terbuka.
Komunikasi yang sering dilakukan

yang

berarti

pada

bidang

jejaring sosial.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian dan Partisipan
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif

komparatif

(perbandingan).

Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.
Teknik sampling yang digunakan adalah

masyarakat belakangan ini adalah melalui

accidental

situs jejaring sosial, aktivitas yang paling

penelitian ini adalah 148 mahasiswa, 75

sering dilakukan adalah penulisan status

dari kelompok suku Jawa dan 73 dari

(update status), yang juga terdapat di situs

kelompok suku Batak, dengan kriteria

jejaring sosial Twitter. Penulisan status

subjek antara lain, mahasiswa dengan

dengan maksud mengungkapkan diri di

rentang usia 18-24 tahun, mahasiswa

jejaring sosial dilakukan oleh banyak

berlatarbelakang suku Jawa dan suku

orang termasuk di kalangan mahasiswa.

Batak, yang ditentukan dari kolom suku

Latar belakang budaya atau kesukuan yang

yang diisi oleh responden, dan memiliki

merupakan bagian dari budaya, serta

akun jejaring sosial (Twitter).

karakteristik pada masing-masing individu

Data Penelitian

yang berbeda, juga berpengaruh pada

Metode

pengungkapan diri mereka yang akhir-

penelitian

akhir ini sering dilakukan melalui status

menggunakan skala. Skala yang digunakan

yang ditulis di akun jejaring sosial.

adalah skala pengungkapan diri yang

Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk

mengetahui

perbedaan

pengungkapan diri antara mahasiswa suku
Jawa dengan suku Batak melalui Twitter.
Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan

manfaat

dan

sumbangan

Sampel

sampling.

pengumpulan
ini

data

dilakukan

dari

dalam
dengan

dimodifikasi dari skala sebelumnya yang
digunakan oleh Pamuncak (2011). Skala
pengungkapan diri disusun berdasarkan
aspek-aspek

yaitu,

keadaan

emosi,

hubungan interpersonal, masalah pribadi,
masalah (problem), agama, seks, rasa,
pemikiran

(thought)

dan

5

pekerjaan/belajar/prestasi
Hasil

(work/study/accomplishment). Skala yang

penelitian

adalah

tidak

digunakan dalam penelitian ini dirancang

terdapat perbedaan pengungkapan diri

menggunakan metode skala Likert dengan

antara mahasiswa suku Jawa dengan suku

empat kategori pilihan, yaitu Sangat Tidak

Batak melalui Twitter.

Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju
(S) dan Sangat Setuju (SS).
Jenis aitem yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat dua macam, yaitu
favourable dan unfavourable. Untuk aitem
favourable, pilihan STS mendapat skor 1,
pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S
mendapat skor 3, dan pilihan SS mendapat

Untuk mendeskripsikan data yang
telah diperoleh, peneliti membagi kategori
subjek

menjadi

kategori

tinggi,

tiga

kategori,

kategori

yaitu

sedang dan

kategori rendah. Hasil kategorisasi subjek
berdasarkan kelompok suku Jawa dan
Batak adalah sebagai berikut:

aitem

Tabel 1. Kategorisasi Pengungkapan

unfavourable, pilihan STS mendapat skor

Diri Pada Subjek Suku Jawa dan Suku

4, pilihan TS mendapat skor 3, pilihan S

Batak

skor

4.

Sebaliknya,

untuk

mendapat skor 2, dan pilihan SS mendapat
skor 1.

Jenjang

Rentang

Kategorisasi

Nilai

Analisis Data

Frekuensi

%

Kategori

Jawa

yang

X > (Mean + 1SD)

x > 72

1

1%

Tinggi

digunakan dalam penelitian ini adalah

(Mean -1SD) < X ≤

48 < x ≤

64

85%

Sedang

(Mean + 1SD)

7

10

14%

Rendah

Metode

analisa

data

teknik t-test dua sampel. Hasil dari analisa
ini

digunakan

untuk

membuktikan

2
X < (Mean – 1SD)

hipotesis dari penelitian sehingga dapat

x < 48
Batak

dijadikan kesimpulan akhir dari penelitian.

X > (Mean + 1SD)

x > 72

0

0%

Tinggi

Perhitungan Uji-t dua sampel dilakukan

(Mean -1SD) < X ≤

48 < x ≤

69

95%

Sedang

dengan bantuan program SPSS Statistics

(Mean + 1SD)

7

4

5%

Rendah

20.0 for Windows.

2
X < (Mean – 1SD)

x < 48

Berdasarkan nilai kategorisasi pada
tabel di atas, pada subjek Jawa diperoleh 1
orang pada kategori tinggi dengan nilai
HASIL

persentase sebesar 1%, pada kategori

6

sedang sebanyak 64 orang dengan nilai

bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan

persentase sebesar 85% dari 75 responden

antara

pada kelompok suku Jawa, dan 10 orang

mahasiswa suku Jawa dan suku Batak.

pada

kategori

rendah

dengan

nilai

persentase sebesar 14%. Pada subjek Batak
tidak diperolah nilai yang berada pada
kategori Tinggi, sedangkan pada kategori

rata-rata

Tabel

3.

Data

pengungkapan

Demografi

diri

Subjek

Penelitian

Frekuensi

%

LAKI-LAKI

59

40%

dengan jumlah persentase sebesar 95%

PEREMPUAN

89

60%

dari 73 responden kelompok suku Batak,

USIA

Frekuensi

%

dan 4 orang pada kategori rendah dengan

18

1

1%

19

12

8%

20

30

20%

21

46

31%

22

39

26%

23

11

8%

24

9

6%

Frekuensi

%

JABODETABEK

36

48%

JABAR

2

3%

JATENG

10

13%

JATIM

27

36%

Frekuensi

%

JABODETABEK

40

55%

sedang diperoleh sebanyak 69 orang

JENIS KELAMIN

nilai persentase sebesar 5%.
Tabel 2. Uji Beda Pengungkapan Diri
Antara Mahasiswa Suku Jawa dengan
Suku Batak

TEMPAT TINGGAL
Suku
Jawa

N
75

Rata-rata ± SD

Signifikansi

54.240 ± 6.851
0.089

Batak

73

55.945 ± 5.115

(JAWA)

TEMPAT TINGGAL
(BATAK)

Berdasarkan tabel di atas, pada
suku

Jawa

diperoleh

rata-rata

JAWA

7

10%

pengungkapan diri sebesar 54.240 dengan

SUMATERA

22

30%

standar deviasi sebesar 6.851 dari total 75

KALIMANTAN

3

4%

responden. Sedangkan, pada suku Batak

BANDUNG

1

1%

diperoleh rata-rata

pengungkapan diri

sebesar 55.945 dengan standar deviasi

Berdasarkan dari tabel

diatas,

sebesar 5.115 dari total 73 responden.

diketahui bahwa, jumlah responden laki-

Nilai signifikansi sebesar 0.089, dimana

laki sebanyak 59 orang dengan nilai

nilai signifikansi tersebut lebih dari 0.05

persentase sebesar 40%, dan jumlah

(0.089 > 0.05). Sehingga, disimpulkan

responden perempuan sebanyak 89 orang

7

dengan nilai persentase sebesar 60%.

mempengaruhi

Berdasarkan data demografis berdasarkan

individu.

usia responden paling banyak adalah

pernyataan,

mahasiswa

pengungkapan diri

berusia

21

tahun,

yaitu,

Hal

pengungkapan
ini
Beebe

diri

didukung

dengan

(2008)

bahwa

dapat

membangun

sebanyak 46 orang dengan nilai persentase

keintiman dalam hubungan yang dibina

sebesar

dengan

31%.

Dari

data

demografis

orang

lain,

namun

terdapat

berdasarkan tempat tinggal pada kelompok

perbedaan antara komunikasi langsung

suku Jawa responden paling banyak

dengan komunikasi secara online yaitu

bertempat tinggal di wilayah Jabodetabek

terdapat anonimitas dalam komunikasi

(Jawa, Bogor, Depok, Tangerang dan

online. Menurut Taylor (2009) anonimitas

Bekasi),

yang terdapat dalam komunikasi secara

yaitu

responden,

sebanyak

dengan

36

jumlah

orang

persentase

online

memudahkan

seseorang

untuk

sebesar 48%, sedangkan yang berada di

mengungkapkan informasi personalnya,

wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah

hal ini mungkin karena individu merasa

jumlah responden sebanyak 37 orang,

lebih mampu mengekspresikan aspek-

dengan nilai persentase sebesar 49%. Pada

aspek penting dari diri individu saat

kelompok suku Batak, responden paling

melakukan komunikasi secara online.

banyak bertempat tinggal di wilayah
Jabodetabek sebanyak 40 orang responden
dengan nilai persentase sebesar 55%,
sedangkan

yang

berada

di

wilayah

Sumatera tepatnya yang berada di kota
Medan dan sekitarnya adalah, sebanyak 22
orang responden dengan nilai persentase
sebesar 30%.

dilakukan

secara langsung, namun juga

terjadi

melalui komunikasi secara online. Raven
dan Rubin (Dayakisni dan Hudaniah,
2009),

menyatakan

bahwa

proses

pengungkapan diri pada individu juga

resiprok atau timbal balik. Hal ini biasa
penelitian
menyatakan

yang

telah

bahwa

tidak

terdapat perbedaan pengungkapan diri
antara mahasiswa suku Jawa dan suku
Batak melalui Twitter. Pengaruh media
yang

diri tidak hanya berlaku pada komunikasi

memiliki kecenderungan mengikuti norma

DISKUSI
Hasil

Norma dalam proses pengungkapan

digunakan

bersifat

online

terjadi pada proses pengungkapan diri
yang dilakukan secara langsung atau
secara tatap muka, norma resiprok adalah
jika seseorang menceritakan sesuatu yang
bersifat pribadi pada orang lain, maka
pendengar akan cenderung memberikan
reaksi seimbang. Norma resiprok yang

8

terjadi secara online melalui jejaring sosial

manapun, pengaruh teknologi membuat

adalah,

melakukan

individu bebas mengutarakan apa saja

pengungkapan diri melalui akun jejaring

dalam media online seperti media jejaring

sosial individu, seperti di Twitter, hal yang

sosial (Twitter). Sehingga, budaya bukan

akan terjadi adalah, adanya respon dari

menjadi faktor penting dalam proses

orang lain yang membaca status yang

pengungkapan diri melalui jejaring sosial.

ditulis di akun pribadi pengguna jejaring

Meskipun pada dasarnya latarbelakang

sosial, biasa disebut dengan istilah retweet.

seperti

Berdasarkan faktor pengungkapan diri

komunikasi individu dalam interaksi di

menurut

kehidupan

saat

seseorang

DeVito

(1997),

salah

satu

budaya

faktornya adalah efek diadik, yaitu seorang

individu

individu melakukan pengungkapan diri

namun

jika

orang

mempengaruhi

sehari-hari
dalam

pola

termasuk

cara

mengungkapkan

diri,

munculnya

perkembangan

lain

juga

melakukan

teknologi seperti internet telah merubah

diri,

efek

diadik

ini

sudut pandang manusia bahwa seseorang,

membuat individu lebih merasa aman dan

kebangsaan, ras, tempat tinggal (negara),

memperkuat perilaku pengungkapan diri

bahasa

seseorang. Hal ini juga terjadi saat

berkomunikasi dalam satu wadah dengan

seseorang melakukan pengungkapan diri di

standar yang sama, hal ini juga sejalan

jejaring sosial, orang lain akan ikut

dengan penelitian yang telah dilakukan,

melakukan pengungkapan saat individu

pada suku Jawa dan suku Batak, banyak

lain melakukan pengungkapan diri hal ini

yang bertempat tinggal di luar wilayah

juga berkaitan dengan teori pola interaksi

suku tersebut berasal, seperti pada suku

sosial yaitu imitasi yang merupakan usaha

Jawa dan suku Batak yang tinggal di

untuk menirukan orang lain.

Jakarta,

pengungkapan

Berdasarkan
dilakukan

oleh

penelitian
Tarigan

yang
(2012),

keterbukaan diri memang dapat terjadi di
jejaring
intensitas

sosial

Twitter

penggunaan

sosial

sebagainya

hal

mempengaruhi

ini

dapat

saling

dimungkinkan

tidak

terdapatnya

perbedaan pengungkapan diri mahasiswa
antara suku Jawa dan suku Batak.

berdasarkan

jejaring

dan

Situs jejaring sosial dapat diakses
oleh banyak pengguna dari berbagai

tersebut. Namun, faktor budaya dalam

negara,

pengungkapan diri yang dilakukan melalui

kemungkinan

media jejaring sosial tidak berpengaruh,

masing-masing individu, melalui aktivitas

karena

yang sama di jejaring sosial dari fasilitas

dari

latarbelakang

budaya

hal

ini
dapat

tidak

menutup

mempertemukan

9

yang ditawarkan oleh jejaring sosial

Kelemahan penelitian ini antara lain 1)

tersebut, sehingga tidak terdapat batasan

kondisi subjek dari kedua suku (Jawa dan

dalam aturan penggunaan jejaring sosial,

Batak),

maka

responden

perbedaan

dapat

dipecahkan

peneliti

tidak

berdasarkan

mengontrol
lama

tempat

bersama-sama pula tanpa memandang

tinggal, sehingga responden yang tinggal

perbedaan yang ada. Hal ini melahirkan

lama

budaya baru yang disebut budaya global,

Jabodetabek, Bandung, dan kota lainnya

yang diartikan sebagai sebuah konsep yang

tidak dapat terkontrol. 2) penyebaran skala

digunakan untuk menjelaskan tentang

secara online dan beberapa disebarkan

mendunianya berbagai aspek kebudayaan,

tidak secara langsung melainkan melalui

yang

rekan-rekan peneliti sehingga tidak dapat

di

dalamnya

terdapat

proses

penyatuan.

kota

memastikan

Berdasarkan

hasil

analisis

data,

diperoleh dua buah kesimpulan, yaitu: 1)
tidak terdapat perbedaan pengungkapan
diri antara mahasiswa suku Jawa dan suku
Batak melalui Twitter. Hal ini dibuktikan
oleh nilai signifikansi sebesar 0.089, yang
artinya H0 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan antara
rata-rata pengungkapan diri mahasiswa
suku Jawa dan suku Batak melalui Twitter.
2) pada subjek kelompok suku Jawa
persentase sebesar 1% untuk kategori
tinggi, 85% untuk kategori sedang dan
14% untuk kategori rendah. Pada subjek
kelompok suku Batak tidak diperolah nilai
berada

pada

kategori

Tinggi,

sedangkan pada kategori sedang persentase
sebesar 95% dan persentase sebesar 5%
untuk kategori rendah.

lain

secara

seperti

langsung

daerah

apakah

responden benar-benar berasal dari suku

KESIMPULAN

yang

di

Jawa ataupun suku Batak. 3) peneliti tidak
mengambil subjek secara homogen, yaitu
mahasiswa yang benar-benar tinggal di
daerah

asal.

4)

peneliti

tidak

menyantumkan lama tinggal di tempat
yang ditinggali responden pada data
demografis, sehingga peneliti tidak dapat
menganalisis lebih spesifik berdasarkan
hal tersebut.
Pada penelitian selanjutnya disarankan
penelitian

dilakukan

dengan

metode

kualitatif karena penelitian ini berkaitan
dengan budaya yaitu mengenai suku,
sehingga melalui metode kualitatif, data
yang didapat akan lebih spesifik dan
representatif. Selain itu, dalam penelitian
lanjutan

penelitian

dengan

variabel

pengungkapan diri dapat dihubungan atau
dibandingkan dengan variabel lain, atau
dengan

budaya

lain,

jika

penelitian

10

dilakukan dengan cara kuantitatif dan
harus

menyebarkan

skala

disarankan

untuk menyebarkan skala secara langsung
di wilayah tempat budaya atau suku
tersebut berada, sehingga hasil yang
didapat lebih akurat

Kompasiana. 2013. Media dan Jurnalistik
Masa Depan. Artikel. Diunduh dari
http://media.kompasiana.com/

pada

tanggal 13 Maret 2014
Pamuncak,

D.

2011.

Pengaruh

Tipe

Kepribadian terhadap Self Disclosure
pengguna Facebook. Skripsi. Diunduh
dari http://repository.uinjkt.ac.id pada

REFERENSI

27 Februari 2014.
Beebe, S.A., Beebe, S.J., Redmond, M.V.

Sari, R.P., Rejeki, T.A., & Mujab, A. 2006.

2008. Interpersonal Communication :

Pengungkapan Diri Mahasiswa Tahun

Relating to Others (5th Edition). Boston

Pertama

: Rearson Education.

Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Harga

Dayakisni, Tri., & Hudaniah. 2009. Psikologi

Diri.

Universitas

Jurnal

Psikologi

Diponegoro

Universitas

Diponegoro. Vol. 3 No. 2. Diunduh dari

Sosial. Malang: UMM Press.

http://ejournal.undip.ac.id.
Eman,

K.K.I.F.

2004.

Perbedaan

Profil

Kepribadian Suku Jawa dan Suku Batak
Berdasarkan Five Factor of Personality.
Diunduh

Skripsi.

dari

http://lib.atmajaya.ac.id pada 20 Maret
2014.

Keterbukaan Diri. Skripsi. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id pada tanggal
27 Oktober 2014.
Taylor, S.E., Peplau, L.A., Sears, D.O. 2009.

Gainau, M.B. 2009. Keterbukaan Diri (Self
Disclosure) Siswa dalam Perspektif
Budaya

dan

Implikasinya

Bagi

Konseling. Jurnal Ilmiah Widyawarta.
Vol

Tarigan, B. 2012. Twitter dan Tingkat

33

No.

1.

Diunduh

dari

puslit.petra.ac.id pada 22 Maret 2014.

Psikologi Sosial edisi kedua belas.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.