PILPRES 2014 DAN KEPENTINGAN KALBAR

PILPRES 2014 DAN KEPENTINGAN
KALIMANTAN BARAT1
oleh
Dr. Erdi, M.Si. 2

Pengantar
Sudah beberapa kali saya ditanya oleh wartawan terkait pembacaan tentang kedua pasang
Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan berlaga di Pilpres 2014. Namun, tidak satupun
pertanyaan tersebut dapat saya jawab. Tentu, serba salah menjadi alasan utama sehingga saya tidak
dapat menjawab pertanyaan rekan-rekan media. Kedua, saya khawatir bila jawaban saya cenderung
blakc campign bagi salah satu atau keduanya.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini, ingin saya melepaskan program masing-masing calon
dan juga melepaskan diri dari track record atau latar belakang kepemimpinan kedua pasang calon
Preiden RI 2014 – 2019 ini. Baik program maupun latar belakang kedua pasang calon adalah tidak
ada yang sempurna dan ketidak-sempurnaan itu adalah hakikat dari sifat khilaf manusia sebagai
makhluk. Sementara program, keduanya memiliki unsur kebaikan dan bila hendak dikalkulasi, maka
jumlahnya akan 11:12 pada satu sisi dan di sisi lain akan 12:11. Akhirnya, dari sisi program, saya
masih menilainya seri karena baru program! Tulisan ini melihat kepentingan Kalbar terhadap
tampilnya pemenang dalam Pilpres 2014 kelak.
Paling tidak, terdapat dua hal yang menjadi dasar tulisan ini. Pertama, bargaining position
Kalbar dalam kontribusi suara. Kedua, kemungkinan tampilnya putra Kalbar untuk menduduki

posisi penting di Pemerintah Pusat (Nasional). Atas dasar itu, saya mencoba menganalisis
kepentingan Kalbar dalam Prilpres 2014 ini.

Bargaining Posistion Suara Pemilih Kalbar
Posisi suara Kalbar untuk Pilpres 2014 kelak tidak lebih dari 2% sehingga bila hendak
dibandingkan dengan Jabar (17%), Jateng (15%) dan Jatim (16%), suara itu tidaklah terlalu berarti
bagi pemenangan pasangan Capres dan Cawapres. Demikian juga bila hendak dibanding dengan
Sumut (5%), DKI dan Banten yang memberi kontribusi masing-masing sebesar 4%, Sulsel, Sumsel
dan Lampung masing-masing memberi sebesat 3% suara. Sementara provinsi lain, termasuk DIY,
Kaltim, posisinya sama dengan Kalbar, yakni hanya 2%. Lampung dan Sulsel sebesar 3%. Dengan
komposisi seperti ini, bergaining position Kalbar sama dengan provinsi lain yakni Aceh, Bali, Kaltim,
NTB, NTT, Papua, Malut, Sulbar, Sumbar. Provinsi yang tidak tersebut, komposisi pemilihnya lebih
sedikit dari Kalbar. Oleh karena itu, saya berpandangan bahwa masyarakat Kalbar perlu melihat dan
menempatkan kepentingan daerah dalam kepentingan nasional secara arif dari proses Pilpres 2014.
Kalbar pernah memiliki orang penting di Negeri ini, seorang tamatan sarjana muda dari
Fakultas Ekonomi UNTAN yang kemudian memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari mana,
saya lupa. Tetapi, masyarakat Kalbar mengatakan bahwa tokoh ini tidak banyak memberi arti bagi
pembangunan daerah Kalbar. Jangankan berbuat besar untuk Kalbar, menyelesaikan jalan tembus
                                                            


   Artikel yang telah dimuat pada Harian Equator Rakyat Kalbar, Senin 9 Juni 2014, pada Halaman 1 
pada rubrik Kolom.  
2
   Dr.  Erdi,  M.Si  adalah  Dosen  FISIP  UNTAN  yang  saat  ini  menjabat  sebagai  Ketua  Program  Studi 
Ilmu  Administrasi  Negara.  Selain  itu,  ybs  juga  mengajar  di  IPDN  Kampus  Kalbar;  S2  Ilmu  Sosial 
UNTAN; MAP (S2) pada UPBJJ‐UT Pontianak dan Ilmu Pemerintahan (IP) kerjasama FISIP UNTAN 
dengan  Pemerintah  Provinsi  Kalimantan  Barat.  Menamatkan  Pendidikan  Doktor  dari  Fakultas 
Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Brawijaya (UB) Malang dalam Bidang Administrasi Publik 
1

Kalimantan, bukan hanya tidak tuntas, tetapi juga tidak mampu! Oleh karena itu, ingin saya katakan
sebagaimana masyarakat Kalbar juga telah katakan kepada saya bahwa kehebatan tokoh nasional
asal Kalbar ini masih lebih hebat dari Gubernur Cornelis.

Model Analisis “Seandainya ...., maka .....”
Selanjutnya, saya ingin menjelaskan hitung-hitungan dengan model “seandainya ......., maka
.......”. Kita hanya memiliki dua pasang Presiden sehingga sudah dapat ditebak pemenangnya adalah
kalau tidak no. 1, ya no. 2 dan sebaliknya. Kalau No. 1 yang menang, saya belum melihat adanya
tokoh dari Kalbar yang dapat tampil sebagai figur untuk menjadi atau menduduki posisi penting di
Kabinet hasil Pilpres 2014. Mudah-mudahan saya salah sehingga analisis saya juga salah. Tentu,

sebagai seorang akademisi, saya akan mengakui bahwa analisis saya masih dangkal. Namun, bila
Pasangan No. 2 yang memenangkan pertarungan sebagai Presiden, saya yakin, akan ada tokoh dari
Kalbar yang dapat menjadi orang penting di Kabinet.
Posisi penting itu, adalah Pertama: Menteri Dalam Negeri atau Kedua, Menteri Negara
Pembagunan Daerah Tertinggal. Saya melihat peluang untuk menjadi Menteri Dalam Negeri
lebih besar akan dihadiahkan kepada tokoh dari Kalbar ini. Tokoh atau orang itu adalah Gubernur
kita, Drs. Cornelis, MH. Mengapa tidak?
Pertama, Gubernur Kalbar adalah tokoh yang sudah terbukti dan telah berbuat untuk
daerah dan masyarakat yang dipimpinnya. Apa yang telah dibuatnya, berkesan di hati rakyat
sehingga dapat terpilih kembali menjadi Gubernur untuk masa jabatan kedua dengan suara
kemenangan telak 52,1%. Bilamana suara dari tiga pasangan lainnya digabung menjadi satu, pun
belum dapat mengalahkan suara Cornelis yang kala itu berpasangan dengan Wakil Gubernur pada
periode pertama. Dengan maju kembali menjadi Calon Gubernur dengan pasangan lama pada
periode kedua menunjukkan bahwa Cornelis adalah sosok yang setia kawan, mampu bekerja sama
dan juga memberi kepercayaan kepada orang-orang yang telah dipercayainya. Dengan terpilihnya
untuk periode kedua, maka dapat saya katakan bahwa Cornelis adalah Gubernur yang kredibel dan
kapabel (lihat Kouses dan Pozner, 2002.
Jabatan Menteri Dalam Negeri pantas dihadiahkan kepada dirinya atas karir yang sudah
digelutinya sejak 1989 hingga 2014. Sebagai pegawai negeri di pemerintahan, karir Cornelis dimulai
dari bawah, yakni sebagai Camat Menjalin dua kali (1989-1995 dan 1995–1999), lanjut terpilih

oleh Rakyat Landak untuk Bupati Landak dua kali (2002-2008 dan 2008-2013) serta terpilih oleh
Rakyat Kalbar melalui pemilihan langsung oleh rakyat menjadi Gubernur Kalbar dua periode hingga
sekarang (lihat http://profil.merdeka.com/indonesia/c/cornelis). Kalaulah Cornelis tidak hebat,
mustahil dirinya terpilih dan terpilih!
Dalam kapasitas sebagai seorang Ketua DPD PDI-P Kalbar dan melihat karir politik beliau
serta sukses Cornelis dalam membawa, baik partai maupun dalam menjalankan amanah sebagai
Camat, Bupati dan Gubernur, maka peluangnya untuk menduduki posisi sebagai Menteri Dalam
Negeri sangat terbuka. Dan oleh karena itu, sebagai pribadi yang memiliki hak pilih, maka saya akan
menggunakan hak pilih itu untuk mencoblos Jokowi-JK. Bukan Pak Jokowi dan JK yang tampak di
mata saya, tetapi peluang Cornelis untuk menjadi Menteri Dalam Negeri!
Statemen saya terakhir ini adalah statemen sebagai seorang warga negara yang memiliki hak
pilih, bukan statemen sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bukan juga tim kampanye
Jokowi-JK! Sebagai putra Kalbar, saya akan bangga memiliki Gubernur yang amanah dan telah
bekerja dengan hati, ilmu dan aturan negara. Akan lebih bangga lagi bila orang Kalbar yang saya
banggakan dengan track record karir dan prestasi yang baik itu dapat menjadi orang besar dalam
skala yang lebih besar dan tinggi. Semoga!
Singkawang, 8 Juni 2014.