Penentuan Zat Pewarna Sintetis Dalam Minuman Ringan Secara Kromatografi Kertas

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Minuman Ringan
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakanminumanolahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung
bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetis yang
dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua
jenis, yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa
karbonasi (non karbonasi). Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman
yang dibuat dengan menambahkan CO2 dalam air minum, sedangkan minuman
ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi
(Cahyadi,2009)
Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan
minuman tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang
tidak beralkohol disebut soft drink.Dengan demikian soft drink dapat diperjual

belikan dengan bebas.Minuman ini, selain kadar gulanya yang tinggi, tidak
memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini kita kenal berbagai jenis produk minuman
ringan yang beredar di pasaran. Ada yang beraroma cola, ada yang berflavor buah
jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti rasa nenas, coffee cream, sampai cream
soda (Widodo,2008)

Universitas Sumatera Utara

5

2.2

Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental.(Praja,2015)
Menurut Puspitasari (2001), Bahan Tambahan Pangan adalah senyawa

(atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
dan minuman dalam proses pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan dan
bukan merupakan bahan (ingredient) utama.
Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah dapat
meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat
bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan
pangan. Pada umumnya Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat dibagi menjadi
dua golongan besar sebagai berikut :
1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang ditambahkan dengan sengaja
kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut
dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran,cita
rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet,
pewarna dan pengeras.
2. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak sengaja ditambahkan,
yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut,
terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup
banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan

Universitas Sumatera Utara


6

pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan
produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus
terbawa kedalam makanan yang dikonsumsi (Cahyadi,2009)

2.2.1. Kelompok Bahan Tambahan Pangan (BTP)
2.2.1.1 . BahanTambahan Pangan yang Diizinkan
Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokkan BTP
yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan
RI No.772/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna
pada makanan.
Contoh : amaranth, Ind-Igotine,dan Nafthol Yellow.
2. Pemanis Buatan,yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis
pada makanan yang tidak atau hampir tidak memiliki gizi.
Contoh : sakarin, siklamat, dan aspartame.
3. Pengawet yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat
terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada

makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba.
Contoh : asam asetat, asam propionate dan asam benzoate.
4. Antioksidan yaitu BTP yang dapat menghambat atau mencegah
proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
Contohnya adalah TBIIQ (Tertiary Butylhydroquinon)

Universitas Sumatera Utara

7

5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya
makanan serbuk, tepung, atau bubuk.
Contoh : kalium silikat
6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
Contoh :Monosodium Glutamate (MSG).
7. Pengatur Keasaman (Pengasam, penetral, dan pendapar), yaitu
BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan
derajat asam makanan
Contoh : agar, alginate, lesitin dan gum.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat
proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki
mutu pemanggangan .
Contoh : asam askorbat dan kalium bromat.
9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental, yaitu BTP yang dapat
membantu terbentuknya dan memantapkan sistem disperse yang
homogeny pada makanan
10. Pengeras yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah
lunaknya makanan
Contohnya : kalsium sulfat, kalsium klorida, dan kalsium glukonat.
11. Sekuestan, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang
terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna,
dan tekstur
Contoh : asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat)

Universitas Sumatera Utara

8

12. BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tapi tidak

termasuk golongan diatas
Contoh : enzim, penambah gizi dan humektan.

2.2.1.2. Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan
a) Natrium Tetraborat (Boraks)
b) Formalin (Formaldehyd)
c) Minyak nabati yang dibrominasikan (Brominated Vegetable Oils)
d) Kloramfenikol (Chlorampenicol)
e) Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)
f) Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC)
g) Nitrofuranzon (Nitrofuranone)
h) P-Phenitilkarbamidap-Phenethycarbamide,Dulcin, 4-ethoxphenyl)
i) Asam Salisilat dan garamnya
Selain bahan tambahan diatas masih ada tambahan kimia lain yang
dilarang seperti Rhodamin B (Pewarna Merah), Methanyl Yellow ( Pewarna
Kuning), dulsin (Pemanis Sintetis), dan kalsium bromat (pengeras). (Cahyadi,
2006)

2.3


Pewarna Bahan Pangan
Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan dan

minuman, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan dan
minuman olahan yang dibuat oleh industry kecil ataupun industri rumah tangga
meskipun pewarna buatan juga ditemukan pada berbagai jenis makanan yang

Universitas Sumatera Utara

9

dibuat oleh industri besar.Hampir setiap makanan dan minuman olahan telah
dicampur dengan pewarna sintetis.Penggunaannya secara terus menerus
(berlebihan) dapat membahayakan kesehatan.Penggunaan pewarna sebenarnya
boleh saja selama dalam jumlah terbatas. Namun demikian,apabila pewarna yang
digunakan adalah pewarna nonmakanan, misalnya pewarna tekstil atau kertas
ataupun pewarna makanan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan, tentulah akan
membahayakan kesehatan konsumen.(Yuliarti,2007)
Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk membuat
makanan lebih menarik.Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna

dibuat secara sintetis.Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa member
warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian, produsen bisa
menggunakan banyak pilihan warna untuk menarik minat konsumen(Syah
dkk,2005)

2.3.1. Pembagian Zat Pewarna Makanan
Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna
yang termasuk dalam golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu pewarna
alami dan pewarna sintetis.

2.3.1.1. Pewarna Alami
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna
alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,
walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang

Universitas Sumatera Utara

10

telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas

dari prosedur sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno,1992)
Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna
makanan, diantaranya karoten, riboflavin,kobalamin, kunir, paprika, dan caramel,
mioglobin, hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tanninbetalain, quinon, dan
xanton. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang
besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintetis yang demi keamanan
penggunaannya harus dibatasi (Yuliarti,2007)
Ciri-ciri warna alami pada produk pangan :
a. Konsentrasi pigmen rendah (warna agak suram).
b. Seringkali memberikan rasa khas yang tidak diinginkan.
c. Mudah larut dalam air.
d. Stabilitas pigmen rendah.
e. Keseragaman warna kurang baik.
f. Spectrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis.
g. Membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk.
h. Mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan
disimpan.
i. Selain itu umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil
terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami
umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

(Nugraheni, 2014)

Universitas Sumatera Utara

11

2.3.1.2 . Pewarna Sintetis
Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai
prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat
pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut permitted color
atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian
dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini
meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat
warna tersebut. (Yuliarti,2007)
Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang dianggap
aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan
timbale tidak boleh lebih dari 0,001%, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh
ada.(Winarno,1992)

Ciri-ciri pewarna sintetis antara lain :
a. Warna cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan
pemanasan.
b. Tidak mudah larut dalam air.
c. Membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi
rendah sudah mampu mewarnaidengan baik.
d. Cepat meresap kedalam produk.
(Nugraheni, 2014)

Universitas Sumatera Utara

12

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722, terdapat beberapa jenis
bahan pewarna sintetis yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia.Jenis bahan
pewarna sintetis yang diizinkan di Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1,
sedangkan bahan pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia dapat dilihat dalam
Tabel 2.
Tabel 2.1.Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia
Nomor Indeks
Batas Maksimum
Pewarna

Warna

Penggunaannya

(C.I.No)
Amaranth:CI Food
Amaran

Red 9

16185

Secukupnya

Biru Berlian

Brilliant Blue FCF: CI

42090

Secukupnya

45430

Secukupnya

42053

Secukupnya

Food red 2 Eritrosin:
Eritrosin

CI
Food red 14 Fast green

Hijau FCF

FCF: CI
Food green 3 Green S:

Hijau S

CI Food

44090

Secukupnya

Indigotin

Green 4 Indigotin:CI

73015

Secukupnya

Food
Ponceau 4R

Blue I Ponceau 4R: CI

16255

Secukupnya

Kuning

Food red 7

74005

Secukupnya

Carmoisine; CI Food

14720

Secukupnya

Karmoisin

Red 3

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Tabel 2.2Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia
Nomor Indeks
Bahan Pewarna

Warna

Universitas Sumatera Utara

13

(C.I.No)
Citrus Red No.2

12156

Ponceau 3R

(Red G)

16155

Ponceau SX

(Food Red No. 1)

14700

Rhodamine B

(Food Red No. 5)

45170

Guinea Green B

(Acid Green No. 3)

42085

Magenta

(Basic Violet No. 14)

42510

Chrysoidine

(Basic Orange No. 2)

11270

Butter Yellow

(Solvent Yellow No. 2)

11020

Sudan I

(Food Yellow No. 2)

12055

Methanil Yellow

(Food Yellow No. 14)

13065

Auramine

(Ext. D & C Yellow No. 1)

41000

Oil Oranges SS

(Basic Yellow No. 2)

12100

Oil Oraanges XO

(Solvent Oranges No. 7)

12140

Oil Yellow AB

(Solvent Oranges No. 5

11380

Oil Yellow OB

(Solvent Oranges No. 6)

11390

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Menurut Winarno (1992), ada dua macam yang tergolong certified color
yaitu dyedan lake. Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat warna yang termasuk
golongan dye telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang ditetapkan
oleh FDA (Food and Drug Administration). Sedangkan zat pewarna lake yang
hanya terdiri dari satu warna dasar, tidak merupakan warna campuran, juga harus
mendapat

sertifikat.

Dalam

certified

color

terdapat

spesifikasi

yang

mencantumkan keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya
bentuk garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya.

Universitas Sumatera Utara

14

1.

Dye

Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga
larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut
yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin, atau alkohol,
sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat
dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan. Penggunaannya tergantung
dari kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnaannya sendiri. Zat pewarna dye
terbagi menjadi empat kelompok, yaitu azo dye, tryphenylmethane dye,
fluorescein dan sulfonated indigo (Winarno,1992)
Pada umumnya penggunaan dye dilakukan untuk mewarnai roti dan kue,
produk-produk susu, minuman ringan, minuman berkarbonat dan lain-lain.
Konsentrasi pemakaian tidak dibatasi secara khusus, tetapi di Amerika Serikat
disarankan agar digunakan dengan memperhatikan Good Manufacturing Practices
(GMP), yang pada prinsipnya dapat digunakan dalam jumlah yang tidak melebihi
keperluan untuk memperoleh efek yang diinginkan, jadi rata-rata kurang dari 300
ppm. Tetapi dalam praktiknya ternyata digunakan konsentrasi 5-600 ppm.
(Cahyadi,2009)
2.

Lake

Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna dye dengan radikal
basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan Aluminium hidrat (alumina). Lapisan
alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua
pelarut. Lake stabil pada pH3,5-9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina
pecah dan dye yang dikandungnya terlepas (Winarno,1992)

Universitas Sumatera Utara

15

Kandungan dyes dalam lakes disebut pure dyes contents (pdc). Lakes
umumnya mengandung 10-40% dyes murni. Sesuai dengan sifatnya yang tidak
larut dalam air, maka zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang tidak
boleh kena air. Dibandingkan dengan dye, maka lake pada umumnya bersifat
lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehingga harga lake umumnya lebih
mahal daripada harga dye. (Cahyadi, 2006)

2.3.2. Tujuan Penambahan Zat Pewarna
Menurut Syah dkk (2005), kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat
pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa
member warna yang stabil pada produk pangan. Beberapa alasan utama
menambahkan zat pewarna pada makanan:
1.

Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara,
atautemperature yang ekstrim akibat proses pengolahan dan
penyimpanan.

2.

Memperbaiki variasi alami warna. Jeruk yang matang dipohon
misalnya sering disemprotkan pewarna Citrus Red No.2 untuk
memperbaiki warnanya yang hijauburik atau orange kecoklatan.

3.

Membuat identitas produk pangan. Identitas es krim Strawberry
adalah merah..Permen rasa mint akan berwarna hijau muda
sementara rasa jeruk akan berwarnahijau yang sedikit tua.

4.

Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang
menyenangkan.

Universitas Sumatera Utara

16

2.4

Efek Bahan Pewarna Terhadap Kesehatan
Menurut Cahyadi (2009), zat warna diabsorbsi dari dalam saluran

pencernaan makanan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh
mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati,
melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang
dimetabolisme dan dikonjugasi di hati, selanjutnya ada juga yang ke empedu
memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air
diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak
diabsorpsi sempurna tanpa metabolisme dalam usus, melainkan dimetabolisme
dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat
juga dihidrolisis, atau diikat oleh protein-protein hati. Senyawa yang merupakan
metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada
ikatan azo-nya membentuk aminonaftol.
Amaran dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi
pada pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak anak.Allura
merah dapat memicu kanker limfa, sedangkan caramel dapat menimbulkan efek
pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan
Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi
alergi khususnya bagi orang yang sensitive pada asam asetilsiklik dan asam
benzoat, Fast Green FCF yang berlebihan akan menyebabkan reaksi alergi dan
produksi tumor,sedangkan

Indigotinedalam dosis tertentu mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

17

hiperaktif pada anak-anak dan Ponceau SX

dapat mengakibatkan kerusakan

sistem urin, kemudian dapat memicu timbulnya tumor (Yuliarti, 2007)
Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna azo yang dimakan dalam
jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain senyawa-senyawa azo lain
mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan waktunya lebih lama.
Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo dalam
penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat
warna azo (Cahyadi, 2009).
Zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan disebut zat beracun. Banyak zat-zat
kimia yang beracun pada dosis besar dan tidak beracun pada dosis yang kecil.
Kecenderungan zat-zat berbahaya yang menyebabkan kanker pada manusia
menjadi perhatian publik pada saat ini (Hughes, 1987)
2.5.Analisis Bahan Pewarna Sintetis secara Kromatografi Kertas.
2.5.1

Pengertian Kromatografi.
Kromatografididefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase
atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan
adanya perbedaan dalam adsorpsi , partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul
atau kerapatan muatan ion.
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media pemisah oleh aliran suatu

Universitas Sumatera Utara

18

pelarut

berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam bertindak

sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel,
dan resin penukar ion, serta dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak.(Dirjen POM,1995)
2.5.2. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon, dan Martin
yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan
selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar
lainnya. Bila air diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dianggap

analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai

penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserapdiantara struktur pori
kertas.
Keterbatasan metode ini adalah waktu yang relatif lama dan resolusinya
yang rendah. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak
sebagai tempat mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas secara komersial
tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3mm.Kertas asam asetil, kertas kieselguhr,
kertas silicon, dan kertas penukaran ion. Tersedia juga kertas selulosa murni,
kertas selulosa yang dimodifikasi, dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas,
yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,
difusivitas pembentukan spot, efek tailing, dan pembentukan komet (fenomena
dimana spot yang diperoleh bukan berbentuk bundar, melainkan bulatan
berbentuk panjang) serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik
descending.

Universitas Sumatera Utara

19

Kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan.
Kertas yang dipakai adalah kertas Whatman no.1 dengan kerapatan sedang
.Sejumlah cuplikan lebih kurang 1 µl diteteskan menggunakan mikropipet pada
jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horizontal
dengan pensil. Spot noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan
dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yg sesuai untuk
dikembangkan. Penjenuhan dilakukan selama 24 jam sebelum analisis (Yazid,
2005)
Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal
seperti berikut harus mendapatkan perhatian:
a. Metode (penaikan, penurunan atau mendatar)
b. Macam dari kertas
c. Pemilihan dan pembuatan pelarut (fase bergerak)
d. Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
e. Pembuatan cuplikan
f. Waktu pengembangan
g. Metoda deteksi dan identifikasi
Di samping sifat-sifat dari kertas dan pelarut, ada faktor-faktor utama yang
mempengaruhi pemisahan yaitu suhu, besarnya bejana, waktu pengembangan dan
arah dari aliran pelarut (Hardjono, 1985).
Menurut Hardjono (1985), dalam mengidentifikasi noda-noda dalam
kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (Retordation factor) yang
didefinisikan sebagai:
Rf =

�� � ��

�� � ��









����


Universitas Sumatera Utara

20

Nilai maksimum Rf adalah 1 dan ini dicapai ketika solut mempunyai
perbandingan distribusi dan faktor retensi sama dengan 0 yang berarti senyawa
bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase gerak. Nilai minimum Rf
adalah 0 dan ini teramati jika senyawa tertahan pada posisi titik awal dipermukaan
fase diam (Rohman, 2007).
Menurut Hardjono (1985), ada beberapa faktor yang menentukan harga
Rf, yaitu:
1.Pelarut.
Disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.
2.Suhu.
Perubahan dalam suhumerubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3.Ukuran dari bejana.
Volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi
memengaruhi kecepatan penguapan dari koponen-komponen pelarut dari kertas.
4.Kertas.
Pengaruh utama kertas pada harga-harga Rf timbul dari perubahan ion dan
serapan, yangberbeda untuk macam-macam kertas.
5.Sifat dari campuran.
Berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang
samadari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi
karakterisrik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga-harga Rf
mereka.

Universitas Sumatera Utara