Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah
menganalisis

penelitian asosiatif yang

tujuannya untuk

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Penelitian ini menguji pengaruh Current Ratio, Debt to Total Assets, Debt to
Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity, Growth, Collaterizable Assets
(COL) dan Firm Size terhadap kebijakan dividen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan
situs www.idx.co.id.
b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2016 sampai dengan bulan
Februari 2017.

3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini agar tidak
menyimpang dari pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun
2015

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel bebas (independent variabel), yaitu Current Ratio, Debt to Total
Assets, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity, Growth,
Collaterizable Assets (COL), dan Firm Size.
b) Variabel terikat (dependent variable), yaitu Kebijakan Dividen
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20112015.


3.4 Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen pada
penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Total Assets, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, Return on Equity, Growth, Collaterizable Assets (COL) dan Firm
Size.
a. Current Ratio (X1)
Merupakan Ratio

yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki Rumus menghitung current ratio adalah:
Current Ratio =

Current Assets
Current Liabilities


Universitas Sumatera Utara

b. Debt to Total Asset (X2)
Debt to Total Asset adalah ratio yang menunjukkan seberapa besar penggunaan
utang dalam membiayai aset perusahaan.. Rumus menghitung debt to total
asset adalah:
Debt to Total Assets =

Total Liabilities
Total Assets

c. Debt to Equity Ratio (X3)
Debt to equity ratio adalah ratio yang menunjukkan kemampuan modal
sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya. Rumus menghitung
debt to equity ratio adalah:
Debt to Equity Ratio =

Total Liabilities
Total Equity


d. Return on Asset (X4)
Return on Asset adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Rumus menghitung
return on asset adalah:
Return on Assets =

Earning After Tax
Total Assets

e. Return on Equity (X5)

Return on Equity adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba bersih dari total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rumus
untuk menghitung return on equity adalah:
Return on Equity =

Earning After Taxes
Total Equity


Universitas Sumatera Utara

f. Growth (X6)
Growth menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang
digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Secara sistematis growth
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Growth =

Total Assetst − Total Assetst −1
Total Assetst −1

g. Collateralizable Assets/ COL (X7)
Collateralizable Assets adalah ratio yang menunjukkan jumlah aktiva tetap
perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.. Secara sistematis
COL dapat dirumuskan sebagai berikut:
Collaterizable Assets =

Fixed Assets
Total Assets


h. Firm Size (X8)
Firm size adalah besarnya perusahaan. Semakin besar perusahaan akses untuk
mendapatkan dana akan semakin mudah sehingga biaya agensi akan semakin
besar. Semakin tinggi Firm Size dan biaya agensi pasti pembayaran dividen
akan semakin besar. Firm size dapat dirumuskan dengan:

Frim Size = Ln Total Assets
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini
adalah Dividend Payout Ratio. Rumus menghitung dividend payout ratio adalah:

Dividend Payout Ratio =

Dividend per Share
Earning per Share

Universitas Sumatera Utara

3.5 Operasionalisasi Variabel

Penelitian dapat dilakukan dengan baik jika memahami berbagai unsurunsur yang menjadi dasar penelitian yang terdapat di dalam operasional variabel
penelitian. Secara rinci, defenisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No

Variabel

Definisi

1.

Curent
Ratio (X1)

Ratio yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam

membayar
kewajiban jangka
pendeknya dengan
menggunakan
aktiva lancar yang
dimiliki
Ratio yang
menunjukkan
seberapa besar
penggunaan utang
dalam membiayai
aset perusahaan.
Ratio yang
menunjukkan
kemampuan modal
sendiri, perusahaan
untuk memenuhi
seluruh
kewajibannya
Rasio yang

menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba
setelah pajak dari
aktiva yang dimiliki
perusahaan

2.

3.

4.

Debt to
Total Asset
(X2)

Debt to
Equity

Ratio (X3)

Return on
Asset (X4)

Parameter

Skala
Ukur

Current Assets
Current Liabilitie s

Rasio

Debt to Total Assets =

Total Liabilities
Total Assets


Rasio

Debt to Equity Ratio =

Total Liabilities
Total Equity

Current Ratio =

Return on Assets =

Earning After Tax
Total Assets

Rasio

Rasio

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 3.1
No

Variabel

Definisi

5.

Return on
Equity (X5)

Rasio untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam
memperoleh laba
bersih dari total
ekuitas yang
dimiliki perusahaan.
Menunjukkan
pertumbuhan aset
yang dimiliki
perusahaan.
Ratio yang
menunjukkan
jumlah aktiva tetap
perusahaan yang
dapat digunakan
sebagai jaminan
pinjaman.
Besarnya
perusahaan atau
ukuran perusahaan.
Kebijakan
manajerial
perusahaan untuk
menentukan jumlah
dividen yang
didistribusikan
kepada investor.

6.

7.

8.

9.

Growth
(X6)

Collateriza
ble Assets
(X7)

Firm Size
(X8)
Kebijakan
Dividen

Parameter

Earning After Taxes
Total Equity

Rasio

Total Assets t − Total Assets t −1
Total Assets t −1

Rasio

Return on Equity =

Growth =

Skala
Ukur

Collaterizable Assets =

Fixed Assets
Total Assets

Frim Size = Ln Total Assets

Dividend Payout Ratio =

Dividend per Share
Earning per Share

Rasio

Rasio

Rasio

3.6 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan

yang

terdaftar di BEI selama periode 2011-2015 yang berjumlah 39 (tiga puluh
sembilan) perusahaan. Pengambilan sampel di dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan didasarkan pada kriteria tertentu dimana kriteria
tersebut harus dipenuhi oleh sampel guna mendapatkan sampel yang
representatif. Kriteria-kriteria pengambilan sampel yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011
hingga tahun 2015.
2. Perusahaan pertambangan yang tidak melakukan IPO setelah tahun 2011
hingga 2015.
3. Perusahaan yang memperoleh laba bersih setelah pajak setiap tahunnya selama
tahun 2011 hingga tahun 2015.
4. Perusahaan sektor pertambangan yang membayar dividen tunai secara rutin
setiap tahunnya selama tahun 2011 hingga tahun 2015.

No

Tabel 3.2
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Kriteria

Jumlah

1

Jumlah Populasi

39

2

Perusahaan pertambangan yang tidak terdaftar
dan didelisting di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2015

(0)

3

Perusahaan pertambangan yang melakukan
IPO setelah tahun 2011 hingga 2015

(2)

4

Perusahaan
pertambangan
yang
tidak
memperoleh laba bersih setelah pajak 20112015

(0)

5

Perusahaan pertambangan tersebut tidak
membagikan dividen kas berturut- turut
selama periode 2011-2015

(28)

6

Jumlah Sampel

9

Perusahaan pertambangan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
sejumlah 39 (tiga puluh sembilan) perusahaan, dan yang memenuhi kriteria
sejumlah 9 (sembilan) perusahaan. Kesembilan perusahaan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.3 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.3
Daftar Sampel Perusahaan Pertambangan
No.

Kode

1
2
3
4
5
6
7
8
9

ADRO
GEMS
HRUM
ITMG
PTBA
PTRO
ELSA
RUIS
TINS

Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Golden Energy Mines Tbk
Harum Energy Tbk
Indo Tambangraya Megah Tbk
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Petrosea Tbk
Elnusa Tbk
Radiant Utama Interinsco Tbk
Timah (Persero) Tbk

Tanggal Listing
16 Juli 2008
17 November 2011
6 Oktober 2010
18 Desember 2007
23 Desember 2002
21 Mei 1990
6 Februari 2008
12 Juli 2006
19 Oktober 1995

3.7 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan pertambangan terbuka
di BEI pada periode 2011-2015 yang berasal dari www.idx.co.id.

3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan laporan keuangan setiap perusahaan
yang diperoleh dari website www.idx.co.id dan website masing-masing
perusahaan.

3.9 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam
perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program
pengelolaan data statisitik E-views. Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

3.9.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu penelitian. Metode analisis
deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan,
diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif

sehingga

memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Statistik
deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data.
3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda Data Panel
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana
variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel secara individual.
Adapun persaamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + b5X5it + b6X6it + b7X7 it + b8X8it + e
di mana:
Y = Dividend Payout Ratio
a = Konstanta
X1 = Current Ratio
X2 = Debt to Total Asset
X3 = Debt to Equity Ratio
X4= Return on Asset
X5 = Return on Equity
X6 = Growth
X7= Collaterizable Assets
X8 = Firm Size
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8 = Koefisien Regresi Variabel Independen
e = error term

Universitas Sumatera Utara

i

= perusahaan

t

= tahun

3.10 Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan
pengujian

asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Tujuan

pengujian asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan
regresi yang didapatkan mamiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan
konsisten. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.10.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kriteria
pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05,
maka residual tidak memiliki distribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis
grafik

normal probability plot dan grafik histogram. Dasar pengambilan

keputusan dalam uji normalitas sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

3.10.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Basuki (2016:61), ”Multikolinearitas atau Kolinearitas Ganda
(Multicollinearity) adalah adanya hubungan linear antara peubah bebas X dalam
Model Regresi Berganda. Multikolinearitas mengacu kepada situasi di mana dua
atau lebih variabel penjelas dalam suatu regresi mempunyai korelasi yang tinggi”.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya kolerasi antara variabel independen.
Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan uji korelasi antara
variabel independen dengan menggunakan tolerance dan varians inflating faktor
(VIF). VIF merupakan suatu jumlah yang menunjukkan variabel independen
dapat dijelaskan oleh variabel independen lain dalam persamaan regresi. Untuk
mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan kriteria
berikut ini:
Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolineritas
Jika VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas
Jika tolerance > 0.01, maka terjadi multikolinearitas
Jika tolerance < 0.01, maka tidak terjadi multikolinearitas
3.10.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut

Basuki

(2016:179),

”Heteroskedastisitas

adalah

adanya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Heteroskedastisitas timbul pada saat asumsi bahwa variance dari faktor galat
(error) adalah konstan untuk semua nilai dari variabel bebas yang tidak dipenuhi”.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

Universitas Sumatera Utara

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot
dengan memplotkan nilai prediksi dengan nilai residualnya. Model yang baik
didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian
menyempit. Uji statistik yang digunakan adalah uji glejser, uji park atau uji white.
3.10.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu metode
grafik, the runs test, percobaan d dari Durbin-Watson, dan the BreuschGodfrey (BG) Test. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan.
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable), baik
uji koefisien regresi secara serempak (Uji-F) atau uji koefisien regresi secara
parsial (Uji-t). Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi (Uji R2) untuk
mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi.

3.11 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable), baik

Universitas Sumatera Utara

uji koefisien regresi secara bersama-sama (serempak) (Uji-F) atau uji koefisien
regresi secara individu (parsial) (Uji-t).
3.11.1 Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F)
Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara

serempak

(simultan)

mempunyai

pengaruh

terhadap

variabel

dependennya. Perumusan hipotesisnya:
1) H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = b8 = 0, artinya Current Ratio, Debt to
Total Asset, Debt to Equty Ratio, Return on Asset, Return on Equity, Growth,
Collaterizable Assets dan Firm size secara simultan berpengaruh tidak
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan
terbuka di Bursa Efek Indonesia.
2) Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b5 ≠ b6 ≠ b7 ≠ b8 ≠ 0, artinya Curent Ratio, Debt
to Total Asset, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Return on Equity,
Growth , Collaterizable Assets dan Frim Size secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan
terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:
a.

Jika Fhitung < Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.

b.

Jika Fhitung ≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima.

3.11.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
1) H0 : bi = 0, artinya, Curent Ratio, Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, Return on Equity, Growth, Collaterizable Assets dan Firm
Size secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Dividend Payout

Universitas Sumatera Utara

Ratio pada perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
2) Ha : bi ≠ 0, artinya, Curent Ratio, Debt to Total Asset, Debt to Equity Ratio,
Return on Asset, Return on Equity, Growth, Collaterizable Assets, dan Firm
Size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut:
a. Jika t hitung ≤ t tabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima
b. Jika t hitung ≥ t tabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima.
3.12 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dinotasikan dengan R-square merupakan suatu
ukuran penting dalam regresi karena dapa menginformasikan baik atau tidaknya
model regresi yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan
seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh oleh variabel bebasnya. Nilai
koefisien determinasi ini mempunyai interval nol sampai dengan satu (0 ≤R² ≤1).
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen yaitu Current
Ratio, DER, DAR, ROA, ROE, Growth, COL, dan Size memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
(kebijakan dividen), sedangkan nilai yang mendekati nol, berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)
merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah
memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan
Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan
ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. BEI menggunakan sistem perdagangan
bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995,
menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem
JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang
disediakan OMX.

4.1.2 Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dalam penelitian ini membahas perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) ada 9 perusahaan yang memenuhi syarat kelengkapan data yaitu Adaro Energy
Tbk (ADRO), Indo Tambangnya Megah (ITMG), Tambang Batubara Bukit Asam
(persero) Tbk (PTBA), Petrosea Tbk (PTRO), Harum Energy Tbk (HRUM), Golden
Energy Mines (GEMS), Elnusa Tbk (ELSA), Radiant Utama Interisco (RUIS) dan
PT Timah (persero) Tbk (TINS).

Universitas Sumatera Utara

1. Adaro Energy Tbk (ADRO)
Adaro Energy Tbk adalah Perusahaan Indonesia yang merupakan produsen
batu bara terbesar di belahan bumi selatan dan keempat terbesar di dunia. CEO
Garibaldi Thohir (orang indonesia) memiliki kira-kira seperenam saham dari Adaro,
senilai lebih dari $ 1 miliar.
Pada awalnya berdiri pada tahun 2004,

perusahaan yag masih berbentuk

perseroan terbatas yang bernama PT Padang Karunia. Pada tanggal 18 April 2008
perusahaan ini berganti nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk
“go public” . Visi yang ditetapkan bagi perusahaan ini adalah menjadi perusahaan
yang terbesar dan paling efisien dalam hal penambangan batubara serta terintegrasi
sebagai perusahaan energi di Asia Tenggara.
Adaro Energy dan anak perusahaannya saat ini bergerak dalam bidang
pertambangan dan perdagangan batubara, infrastruktur dan logistik batu bara serta
jasa kontraktor pertambangan. Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan
sebagai pusat laba yang mandiri dan terintegrasi. Hal ini sebagai upaya agar Adaro
Energy tbk memiliki produksi batubara yang kompetitif yang dapat diandalkan serta
menghasilkan rantai pasokan batubara dengan nilai optimal bagi pemegang saham.

2. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) didirikan tanggal 02 September
1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Kantor pusat
ITMG berlokasi di Pondok Indah Office Tower III, Lantai 3, Jln Sultan Iskandar
Muda, Pondok Indah Kav. V-TA, Jakarta Selatan 1230. Induk usaha Indo
Tambangraya Megah adalah Banpu Minerals (Singapore) Pte. Ltd (65,14%).

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan Induk usaha utama ITMG adalah Banpu Public Company Limited,
sebuah perusahaan yang didirikan di Kerajaan Thailand
Berdasarkan anggaran perusahaan ruang lingkup kegiatan ITMG adalah
berusaha

dalam

bidang

pertambangan,

pembangunan,

pengangkutan,

perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa. Saat ini, kegiatan utama ITMG
adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak usaha dan jasa
pemasaran untuk pihak-pihak berelasi. Anak usaha yang dimiliki ITMG bergerak
dalam industri penambangan batubara, jasa kontraktor yang berkaitan dengan
penambangan batubara dan perdagangan batubara. Pada tanggal 07 Desember 2007,
ITMG memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham ITMG (IPO) kepada masyarakat sebanyak
225.985.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran
Rp14.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 18 Desember 2007.

3. Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk (PTBA)
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk atau lebih dikenal dengan
nama Bukit Asam adalah Perusahaan Pertambangan yang dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia yang didirikan pada tahun 1950. Sejarah pertambangan batu bara di
Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan
menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi
pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan
metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan
produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan
berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia

Universitas Sumatera Utara

kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan
nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan
Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Tahun 1981, PN
TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan.
Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada
1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan
Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu
bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik
di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.

4. Petrosea Tbk (PTRO)
Petrosea Tbk (PTRO) didirikan tanggal 21 Februari 1972 dalam rangka
Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1972. Kantor pusat PTRO terletak di Indi Bintaro Office Park, Gedung B,Jl.
Boulevard Bintaro Jaya Blok B7/A6, Sektor VII, Tang Sel,15224 dan memiliki kantor
pendukung di Tanjung Batu dan Gedung Graha Bintang, Jl. Jend. Sudirman No. 423,
Balikpapan, Kalimantan Timur. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih
saham Petrosea Tbk (31/05/2015), antara lain: PT Indika Energy Tbk (INDY) (induk
usaha) (69,80%) dan Lo Kheng Hong (10,45%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTRO
terutama meliputi bidang rekayasa, konstruksi, pertambangan dan jasa lainnya. Saat
ini, PTRO menyediakan jasa pertambangan terpadu: pit-to-port maupun life-of-mine
service di sektor industri batubara, minyak dan gas bumi di Indonesia. Tahun 1990,

Universitas Sumatera Utara

PTRO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham PTRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak
4.500.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran
Rp9.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 21 Mei 1990.

5. Harum Energy Tbk (HRUM)
PT harum Energy didirikan pada tanggal 12 Oktober 1995 berdasarkan Akta
Notaris No.79 yang dibuat dihadapan notaris Eliwaty Tjitra, S.H. Akta Pendirian
Perusahaan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Kegiatan usaha perusahaan adalah pertambangan, perdagangan, dan jasa. Perusahaan
melakukan penawaran umum atas 500.000.000 lembar saham kepada masyarakat
pada tanggal 25 Januari 2006. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

6. Golden Energy Mines Tbk
PT. Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) mengoperasikan pertambangan
batubara termal dengan proyek batubara seluruhnya berlokasi di Indonesia yang
tersebar di Sumatra Selatan, Kalimantan Selantan, dan Kalimantan Tengah.
GEMS beroperasi sebagai anak usaha dari PT. Dian Swastatika Sentosa.
Perusahaan didirikan pada tahun 1997 dan berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.
GEMS tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 17 November 2011 pada
papan utama.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GEMS
bergerak dalam bidang pertambangan melalui penyertaan pada anak usaha dan
perdagangan batubara serta perdagangan lainnya. Pada tahun 2014 GEMS
memproduksi 6,58 juta ton dengan volume penjualan sebesar 9 juta ton. Adapun

Universitas Sumatera Utara

penjualan batubara GEMS 59,99% untuk diekspor dan sisanya 40,01% untuk
domestik. Pada tanggal 09 Nopember 2011, GEMS memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
GEMS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 882.353.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp2.500,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17
Nopember 2011
7. PT Elnusa Tbk (ELSA)
PT. Elnusa Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan
dengan produk yang dihasilkan yaitu minyal mentah dan gas alam, yang telah berdiri
sejak tanggal 25 Januari 1969. Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia pada tanggal 6 Februari 2008. Komposisi kepemilikan saham saat ini
dipegang oleh Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara sebesar
41,10%, PT. Benakat Petroleum Energy Tbk sebesar 24,60%, BSI Bank Limited
sebesar 5,25%, dan Publik sebesar 29,05%. Perusahaan ini berkantor pusat di Graha
Elnusa, Jl. T.B. Simatupang Kav. 1B Jakarta – 12560.

8. Radiant Utama Interisco (RUIS)
PT Radiant Utama Interisco Tbk (RUIS) adalah penyedia layanan energi yang
memeberikan berbagai solusi terkemuka di bidang Industri Minyak dan Gas. Kami
menyediakan jasa pendukung untuk industri energi dan melayani berbagai layanan
untuk memenuhi setiap kebutuhan pelanggan kami baik darat maupun lepas pantai.
RUIS dan anak perusahaannya terdiri dari PT Supraco Indonesia, PT Spraco Lines
dan PT Supraco Deep Water, memiliki sekitar Rp 1,8 Triliun penjualan,
mempekerjakan sekitar 3.155 orang dan beroperasi di 12 cabang/ kantor perwakilan

Universitas Sumatera Utara

di seluruh Indonesia.
RUIS didirikan sejak tahun 1984 berdasarkan akta pendirian no 41 tanggal 22
Agustus 1984. RUIS telah berpengalaman dalam sektor Industri Minyak dan Gas di
Indonesia selama lebih dari 30 tahun dalam memberikan layanan dukungan teknis
untuk sektor minyak dan gas dari hulu ke hilir, dan juga dengan industri terkait
lainnya. Perusahaan memulai debutnya di pasar modal pada tahun 2006, dengan
keuntungan Rp 42.500.000.000,- dari Initial Public Offering (IPO). Pada tanggal 12
Juli 2006, perusahaan pertama kali go public dan efektif tercatat di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan jumlah saham mencapai 770 juta lembar
saham dengan kode “RUIS”.

9. PT Timah (persero) Tbk (TINS)
PT Timah Persero Tbk atau disingkat PT TIMAH adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah.
Perusahaan ini adalah penghasil timah dunia terbesar pada tahun 2008. PT Timah
(Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang
sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia
ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung,
Singkep, Karimun dan Kundur.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing
perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk di privatisasikan
sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar
modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta,
Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995.
Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan

Universitas Sumatera Utara

65% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Saat ini PT Timah (Persero)
Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang
dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap
berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

4.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan antara lain frekuensi
tendensi sentral (mean, median, modus), disperse (deviasi standar, variance), dan
pengukur-pengukur bentuk seperti measures of sharpe. Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif ini adalah DPR,
Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Growth, Collaterizable Asset (COL), dan Firm Size.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif DPR, Current Ratio, Debt to Equity Ratio
(DER), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Growth,
Collaterizable Asset (COL), dan Firm Size
DPR

CR

DAR

DER

ROA

ROE

Growth

COL

Mean

2.465

0.826

1.013

0.329

2.537

2.248

2.189

1.341

Firm
Size
18.200

Maximum

82.4

10.71

17.10

9.81

2.03

6.68

1.00

4.02

27.88

Minimum

14.6

0.77

0.05

0.11

0.01

0.02

0.01

0.10

12.84

Std. Deviasi

3.503

0.784

0.938

0.875

0.875

1.077

1.161

0.453

5.096

Obsevartio

45

45

45

45

45

45

45

45

45

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 data pengamatan yang diambil dari
laporan keuangan publikasi tahunan perusahaan pertambangan terbuka di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015. Berikut interpretasi dari statisk
deskriptif pada Tabel 4.1 tersebut :

Universitas Sumatera Utara

1. Variabel DPR (dividend payout ratio) memiliki nilai minimum 14.6% yang
diperoleh PT. Elnusa Tbk (ELSA) pada tahun 2013 dengan dividend per share
Rp.15.111.000 dan earning per share Rp.32,82, PT.Adaro Energy Tbk
(ADRO) tahun 2013 memiliki nilai minimum 21.9% dengan dividend per
share Rp.35.185.000 dan earning per share Rp.11,20, dan pada perusahaan
Petrosea Tbk (PTRO) pada tahun 2012 memiliki nilai minimum 30,1%
dengan dividend per share Rp.21.057.000 dan earning per share Rp.0,487,
sedangkan nilai DPR maksimum adalah 82,4% yang diperoleh oleh Golden
Energy Mines (GEMS) pada tahun 2014 dengan dividend per share
Rp.3.028.877 dan earning per share Rp.18,30, pada perusahaan Radiant
Utama Interisco Tbk (RUIS) tahun 2014 memiliki nilai maksimum 78,6%
dengan dividend per share Rp.5.775.156 dan earning per share Rp.72,79. Dan
pada PT.Tambang Batubara Tbk (PTBA) tahun 2012 memiliki nilai
maksimum 69,3% dengan dividend per share Rp. 1.613.116.000 dan earning
per share Rp.12,62. Diketahui rata-rata (mean) nilai DPR adalah 2,465 dan
standar deviasinya 3,503 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
2. Variabel CR (current ratio) memiliki nilai minimum 0,77 yang diperoleh PT.
Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) pada tahun 2014 dengan aktiva lancar
Rp.561.014.240.266 dan utang lancar Rp.728.273.748.903, pada perusahaan
Timah Persero Tbk (TINS) pada tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,91
dengan aktiva lancar Rp.3.200.301 dan utang lancar Rp.3.512.730 dan Elnusa
Tbk (ELSA) pada tahun 2011 memiliki nilai minimum 1,25 dengan aktiva
lancar Rp2.476.571 dan utang lancar Rp.1.987.777, sedangkan nilai CR

Universitas Sumatera Utara

maksimum adalah 10,71 diperoleh oleh PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) pada
tahun 2015 dengan aktiva lancar Rp.4.866.110 dan utang lancar Rp.454.473,
Harum Energy Tbk (HRUM) pada tahun 2015 memiliki nilai maksimum 4,76
dengan aktiva lancar Rp.155.203.973 dan utang lancar Rp.32.609.650 dan
PT.Petrosea Tbk (PTRO) pada tahun 2011 memiliki nilai maksimum 3,35
dengan aktiva lancar Rp.377.298 dan utang lancar Rp.112.459. Rata-rata
(mean) nilai CR adalah 0,826 dan standar deviasinya 0,784 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 45.
3. Variabel DAR (debt to total asset) memiliki nilai minimum 0,05 yang
diperoleh Golden Energy Mines (GEMS) pada tahun 2014 dengan total utang
Rp.67.581.886 dan total Aset Rp.1.315.639.491, Harum Energy Tbk (HRUM)
pada tahun 2011 memiliki nilai minimum 0,11 dengan total hutang
Rp.45.159.139 dan total aset Rp.408.205.682 dan pada Indo Tambangraya
Megah Tbk (ITMG) tahun 2015 memiliki nilai minimum 0,19 dengan total
utang Rp.343.806 dan total aset Rp.1.781.363, sedangkan nilai DAR
maksimum adalah 17,10 diperoleh oleh Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
pada tahun 2013 dengan total utang Rp.58.020.756 dan total aset
Rp.2.393.567.309, Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) pada tahun 2013
memiliki nilai maksimum 0,80 dengan total utang Rp.1.016.044.813.478 dan
total aset Rp.1.277.942.893.245 dan pada PT. PetroseaTbk (PTRO) tahun
2012 memiliki nilai maksimum 0,65 dengan total utang Rp.342.452 dan total
aset Rp.529.742 . Rata-rata (mean) nilai DAR adalah 1,013 dan standar
deviasinya 0,938 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.

Universitas Sumatera Utara

4. Variabel DER (debt to equity ratio) memiliki nilai minimum 0,11 yang
diperoleh PT.Harum Energy Tbk (HRUM) pada tahun 2015 dengan total
utang Rp.45.159.139 dan total ekuitas Rp.408.205.682, Golden Energy Mines
Tbk (GEMS) pada tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,27 dengan total
utang Rp.67.581.886 dan total ekuitas Rp.248.057.605 dan pada Timah
(persero) Tbk (TINS) tahun 2012 memiliki nilai minimum 0,34 dengan total
utang Rp.1.542.807 dan total ekuitas Rp.4.558.200, sedangkan DER
maksimum adalah 9,81 yang diperoleh Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
pada tahun 2014 dengan total utang Rp.1.053.418.020.786 dan total ekuitas
Rp.2.968.975.546, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) pada tahun 2012
memiliki nilai maksimum 3,92 dengan total utang Rp.933.324.871.170 dan
total ekuitas Rp.237.936.336.553 dan pada Petrosea Tbk (PTRO) tahun 2012
memiliki nilai maksimum 1,83 dengan total utang Rp.342.452 dan total
ekuitas Rp.187.290. Rata-rata (mean) DER adalah 0,329 dan standar
deviasinya 0,875 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
5. Variabel ROA (return on asset) memiliki nilai minimum 0,01 yang diperoleh
Harum Energy Tbk (HRUM) pada tahun 2014 dengan laba setelah pajak
Rp.6.345.650 dan total aktiva Rp.444.106.858, Radiant Utama Interinsco Tbk
(RUIS) pada tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,01 dengan laba bersih
setelah pajak Rp.3.285.029 dan total aktiva Rp.1.266.471.270 dan pada Adaro
Energy Tbk (ADRO) tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,05 dengan laba
bersih setelah pajak Rp.321.639 dan total aktiva Rp.6.413.864, sedangkan
nilai ROA maksimum adalah 2,03 yang diperoleh Petrosea Tbk (PTRO) pada

Universitas Sumatera Utara

tahun 2011 dengan laba setelah pajak Rp.766.267 dan total aktiva Rp.377.298,
Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pada tahun 2011 memiliki nilai
maksimum 0,46 dengan laba bersih setelah pajak Rp.729.938 dan total aset
Rp.1.578.474, dan pada Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) tahun
2014 memiliki nilai maksimum 0,36 dengan laba bersih setelah pajak
Rp.4.141.132 dan total aset Rp.4.510.262. Rata-rata (mean) nilai ROA adalah
2,537 dan standar deviasinya 0,875 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
6. Variabel ROE (return on equity) memiliki nilai minimum 0,02 diperoleh PT.
Elnusa Tbk (ELSA) pada tahun 2011 dengan laba bersih setelah pajak
Rp.30.115 dan total ekuitas Rp.1.904.825, Harum Energy Mines Tbk
(HRUM) pada tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,03 dengan laba bersih
setelah pajak Rp.12.234.949 dan total ekuitas Rp.444.106.858, dan pada
Petrosea Tbk (PTRO) tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,06 dengan laba
bersih setelah pajak Rp.12.356 dan total ekuitas Rp.192.244, sedangkan nilai
ROE maksimum adalah 6,68 diperoleh Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
pada tahun 2014 dengan laba bersih setelah pajak Rp.167.110.818.904 dan
total ekuitas Rp.248.057.605, Harum Energy Tbk (HRUM) pada tahun 2011
memiliki

nilai

maksimum

0,52

dengan

laba

bersih

setelah

pajak

Rp.200.516.668 dan total ekuitas Rp.387.685.703 dan pada Indo Tambangraya
Megah Tbk (ITMG) tahun 2011 memiliki nilai maksimum 0,51 dengan laba
bersih setelah pajak Rp.546.126 dan total ekuitas Rp.1.080.804 . Rata-rata
(mean) nilai ROE adalah 2,248 dan standar deviasinya 1,077 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 45.

Universitas Sumatera Utara

7. Variabel Growth memiliki nilai minimum 0,01 diperoleh Radiant Utama
Interinsco Tbk (RUIS) pada tahun 2014 dengan jumlah total aset
Rp.1.266.471.770.861, Elnusa Tbk (ELSA) pada tahun 2012 memiliki nilai
minimum 0,02 dengan total aset Rp.4.294.557 dan pada Adro Energy Tbk
(ADRO) tahun 2011 memiliki nilai minimum 0,02 dengan total aset
Rp.5.658.961, sedangkan nilai growth maksimum adalah 1,00 diperoleh dari
Golden Energy Mines Tbk (GEMS) pada tahun 2012 dengan jumlah total aset
Rp.3.440.326.009, Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) pada tahun 2011
memiliki nilai maksimum 0,70 dengan total aset Rp.985.922.224.185 dan pada
Petrosea Tbk (PTRO) tahun 2012 memiliki nilai maksimum 0,66 dengan
jumlah total aset Rp.377.298 .Rata-rata (mean) nilai growth adalah 2,189 dan
standar deviasinya 1,161 dengan jumlah pengamatan sebanyak 45.
8. Variabel COL (collaterizable asset) memiliki nilai minimum 0,10 diperoleh
Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) pada tahun 2011 dengan aktiva tetap
Rp.1.139.424 dan total aset Rp.11.510.262, Indo Tambangraya Megah Tbk
(ITMG) pada tahun 2015 memiliki nilai minimum 0,14 dengan aktiva lancar
Rp.254.594 dan total aset Rp.1.781.363 dan pada Timah persero Tbk (TINS)
tahun 2014 memiliki nilai minimum 0,20 dengan aktiva tetap Rp.2.017.066
dan total aset Rp.9.843.818, sedangkan nilai COL maksimum adalah 4,02
diperoleh Golden Energy Mines Tbk (GEMS) pada tahun 2013 dengan aktiva
tetap Rp.694.183.880.174 dan total aset Rp.2.393.567.309, Petrosea Tbk
(PTRO) tahun 2011 memiliki nilai maksimum 0,67 dengan aktiva tetap
Rp.254.262 dan total aset Rp.377.298, dan pada Radiant Utama Interisco Tbk

Universitas Sumatera Utara

(RUIS) tahun 2015 memiliki nilai maksimum 0,43 dengan aktiva tetap
Rp.474.338.230.928 dan total aset Rp.1.091.753.891.437. Rata-rata (mean)
nilai COL adalah 1,341 dan standar deviasinya 0,453 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 45.
9. Variabel Firm Size memiliki nilai minimum 12,84 diperoleh Petrosea Tbk
(PTRO) pada tahun 2011 dengan total aset Rp.377.298, Indo Tambangraya
Megah Tbk (ITMG) pada tahun 2013 memiliki nilai minimum 14,15 dengan
total aset Rp.1.392.140 dan pada Elnusa Tbk (ELSA) tahun 2014 memiliki
nilai minimum 15,26 dengan total aset Rp.4.256.884, sedangkan nilai firm size
maksimum adalah 27,88 diperoleh Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) pada
tahun 2013 dengan total aset Rp.1.277.942.893.245, Golden Energy Mines
Tbk (GEMS) pada tahun 2012 memiliki nilai maksimum 21,96 dengan total
aset Rp.3.440.326.009 dan pada Harum Energy Mines Tbk (HRUM) tahun
2012 memiliki nilai maksimum 20,10 dengan total aset Rp.538.639.301. Ratarata (mean) nilai firm size adalah 18,200 dan standar deviasinya 5,096 dengan
jumlah pengamatan sebanyak 45.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa standar deviasi setiap variabel mengalami
fluktuasi yang mencerminkan adanya keberagaman data didalam penelitian ini.
Apabila standar deviasi lebih besar daripada rata-rata maka tingkat penyebaran
data terhadap rata-rata tinggi karena data menyebar jauh dari rata-rata, begitu pun
sebaliknya apabila standar deviasi lebih kecil dari rata-rata, maka tingkat
penyebaran data terhadap rata-rata rendah.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan
uji Jarque-Bera (J-B). Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan
. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dari
statistik J-B, dengan ketentuan yaitu jika nilai probabilitas

0,05, maka asumsi

normalitas terpenuhi namun jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas
tidak terpenuhi.
Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera
12

Series: Residuals
Sample 1 45
Observations 45

10

8

6

4

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

-1.18e-16
1.222969
6.400814
-6.794958
3.074647
-0.696091
2.736565

Jarque-Bera
Probability

3.764193
0.152271

2

0
-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai probabilitas dari
statistik J-B adalah 0,152271. Karena nilai probabilitas , yakni 0,152271, lebih
besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi
normalitas dipenuhi.
4.3.2. Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi
antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi, yakni di atas 0,9, maka hal ini

Universitas Sumatera Utara

merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas disajikan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi
CR

DAR

DER

ROE

ROA

GROWTH

COL

CR

1.000000

-0.052494

0.014046

0.03960

0.037343

-0.088730

-0.091583

FIRM SIZE
0.848403

DAR

-0.052494

1.000000

-0.271271

-0.037879

-009435

0.654374

0.023385

-0.343879

DER

0.014046

-0.271271

1.000000

0.913243

0.077170

-0.214686

-0.232565

-0.652491

ROE

0.003960

-0.037879

0.913243

1.000000

0.109641

-0.081691

-0.175581

-0.352189

ROA

0.037343

-0.009435

0.077170

0.109641

1.000000

-0.165453

0.155949

-0.071016

Growth

-0.088730

0.654374

-0.214686

-0.081691

-0.165453

1.000000

-0.223954

0.059632

COL

-0.0915183

0.023385

-0.232565

-0.175581

0.155949

-0.223954

1.000000

-0.015926

FIRM
SIZE

0.848403

-0.343879

-0.652491

0.352189

-0.071016

0.059632

-0.015926

1.000000

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa korelasi antara CR dan DAR
sebesar -0,052494, korelasi antara DER dan DAR sebesar 0,014046, dan
seterusnya. Dari hasil pengujian multikolinearitas pada Tabel 4.2 dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel
independen. Hal ini karena nilai korelasi antar variabel independen tidak lebih
dari 0,9.

4.3.3 Uji Autokorelasi
Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat
diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai statistik dari uji DurbinWatson berkisar di antara 0 dan 3. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang
lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

q
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

-95.38472
0.416471
0.937804

Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

5.061577
2.178437

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.3, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,178437.
Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3,
maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala
autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White.
Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dari statistik uji
White.
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared

1.790875
11.38816

Prob. F(7,37)
Prob. Chi-Square(7)

0.1185
0.1226

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4, nilai Prob. Chi-Square dari Obs *R-squared =
0,1226

0,05, maka asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Dengan kata lain, tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas yang tinggi pada residual.

4.4 Pemilihan Model Data Panel
Untuk mengestimasi model dengan data panel, terdapat beberapa teknik
yang dapat digunakan yaitu Common effect Model atau Pooled Least Square
(PLS), Metode Efek Tetap, dan Metode Efek Random.

Universitas Sumatera Utara

4.4.1 Penentuan pemilihan Model Estimasi antara Common Effect Model
(CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow
Dalam menentukan apakah model estimasi CEM atau FEM dalam
membentuk model regresi, maka dapat digunakan uji Chow. Hipotesis yang diuji
sebagai berikut.
Common Effect Model
Fixed Effect Model
Dengan kriteria:
1. Jika nilai probabilitas chi-square

< 0,05, maka

ditolak dan

diterima.
2. Jika nilai probabilitas chi-square

0,05, maka

diterima dan

ditolak.
Berikut hasil berdasarkan uji Chow dengan menggunakan Eviews 9.
Tabel 4.5 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: DATAPANEL_AMEL
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square

Statistic
2.630898
22.078354

d.f.

Prob.

(7,25)
7

0.0350
0.0025

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil dari uji Chow pada Tabel 4.5, diketahui nilai probabilitas
Chi- Squarenya adalah 0,0025. Karena nilai probabilitas < 0,05, maka model
estimasi yang digunakan adalah fixed effect model (FEM).

Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Penentuan Model Estimasi antara Fixed Effect Model (FEM) dan
Random Effect Model (REM) dengan Uji Hausman
Untuk mengetahui apakah model antara fixed effect model dengan random
effect model untuk membentuk model regresi dapat digunakan uji Hausman.
Hipotesisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Random Effect Model (REM)
Fixed Effect Model
Dengan kriteria:
ditolak dan

1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka
2. Jika nilai probabilitas

0,05, maka

diterima.

diterima dan

ditolak.

Berikut hasil berdasarkan uji Hausman dengan menggunakan Eviews 9.
Tabel 4.6 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random

Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq. d.f.

Prob.

8.133055

7

0.3210

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan uji Hausman pada Tabel 4.3, diketahui nilai probilitasnya adalah
0.3210. Karena nilai probabilitas > 0,05, maka model estimasi yang digunakan
adalah Random effect model (REM).

4.5 Analisis Regresi Data Panel Berganda
Analisis regresi data panel berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Return on

Universitas Sumatera Utara

Asset, Growth, Collaterizable Asset dan Firm Size terhadap Kebijakan Dividen
yang diproksikan dengan DPR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Pengujian regresi data panel berganda dilakukan untuk
mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui
pengaruh Current Ratio, DER, ROA, ROE, Growth, COL, dan Firm Size dengan
DPR. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7
Pengujian Regresi Berganda Data Panel
Dependent Variable: DPR
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 02/01/17 Tim e: 06:19
Sam ple: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (unbalanced) observations: 44
Swam y and Arora estim ator of com ponent variances
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

C
CR
DAR
DER
ROE
ROA
GROWTH
COL
SIZE

-5.883652
0.236250
-0.108709
-0.081044
-0.334539
-0.080291
-0.718347
0.145447
0.560238

1.980372
0.396267
0.539969
0.866494
0.275155
0.850910
0.995913
0.069124
0.095235

-2.970983
0.596188
-0.201324
-0.093531
-1.215819
-0.094359
-0.721295
2.104154
5.882713

Prob.
0.0053
0.5549
0.8416
0.9260
0.2322
0.9254
0.4755
0.0426
0.0000

Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)

Berdasarkan pengelolaan data pada Tabel 4.7 pada kolom Coefficients , diperoleh
model persamaan regresi sebagai berikut:
+

+

+

+ b5X5 + b6X6 + b7X7+ b8X8 + e

Sehingga, persamaan regresi data panel berganda adalah sebagai berikut :
DPR = -5,883 – 0,236 CR – 0,108 DAR – 0,081 DER – 0,334 ROE – 0,080
ROA – 0,718 Growth + 0,145 COL + 0,560 Size

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan persamaan regresi berganda yang telah dijabarkan, berikut
interpretasi dari model persamaan regresi tersebut :
a. Konstanta

sebesar

5,883

mencerminkan

bahwa

walaupun

tanpa

mempertimbangkan variabel independen, maka nilai dividend payout ratio
(DPR) sebesar 5,883%.
b. Koefisien regresi Current Ratio (CR) sebesar 0,236 , artinya setiap kenaikan
CR sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan, maka akan meningkatkan
DPR sebesar 0,236%.
c. Koefisien regresi Debt to Total Asset (DAR) sebe