Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu
tekhnik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang
dijadikan tempat penelitian adalah di Kabupaten Simalungun karena Kabupaten
Simalungun merupakan sentra terbesar produksi bawang merah di Sumatera
Utara. Berikut tabel dibawah ini data luas panen, produksi, dan produktivitas
bawang merah di Kabupaten Simalungun.

Tabel 3.1Luas panen, produksi, produktivitas Bawang Merah di Kabupaten
Simalungun
Luas Panen
Produksi
Rata-rata Produksi
Kecamatan
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
Silimakuta

Pematang Silimahuta
55
705
12,81
Purba
Haranggaol Horison
25
320
12,8
Dolok Pardamean
12
154
12,83
Sidamanik
Pematang Sidamanik
6
77
12,83
Girsang Sipangan Bolon
Tanah Jawa

Hatonduhan
Dolok Panribuan
Jorlang Hataran
Panei
Panombeian Panei
Raya
Dolok Silou
27
346
12,81
Raya Kahaean
Tapian Dolok
Gunung Malela
Gunung Maligas
Hutabayu Raja
Jawa Maraja Bah Jambi
Siantar
-

22

Universitas Sumatera Utara

23

Lanjutan tabel 3.1
Luas Panen
(Ha)
Dolok Batu Nanggar
Pematang Bandar
Bandar Huluan
Bandar
Bandar Masilam
Bosar Maligas
Ujung Padang
Kabupaten Simalungun
125
Sumber : BPS Sumatera Utara, 2014
Kecamatan

Produksi

(Ton)
1602

Rata-rata Produksi
(Ton/Ha)
12,82

Berdasarkan data tabel diatas, maka Kecamatan Pematang Silimahuta dipilih
sebagai daerah penelitian dengan melihat potensi produksinya terbesar di
Kabupaten Simalungun. Sehingga akan dilihat bagaimana pola saluran serta
efisiensi tataniaga serta lembaga tataniaganya.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel untuk petani bawang merah yaitu menggunakan metode sensus.
Penentuan sampel melalui metode sensus ialah seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian. Populasi petani didesa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta,
Kabupaten Simalungun ialah berjumlah 25 petani. Seluruh petani di bawang
merah di desa Siboras dijadikan sampel penelitian.
Penentuan sampel untuk lembaga tataniaga yang terlibat di dalam rantai tataniaga
bawang merah di Kabupaten Simalungun menggunakan pengambilan sampel
dengan teknik metode penelitian penelusuran (tracer study)

Metode pengambilan sampel dengan teknik penelusuran (tracer study) adalah
metode pengambilan sampel yang menelusuri seluruh saluran tataniaga yang
terlibat secara menyeluruh. Metode ini berusaha untuk mengetahui kemana aliran
produk dan lembaga apa saja yang terlibat dalam tataniaga bawang merah sampai

Universitas Sumatera Utara

24

konsumen akhir di Kabupaten Simalungun. Untuk pedagang pengumpul terdiri
dari 3 sampel, pedagang luar daerah 3 sampel dan pedagang pengecer 5 sampel.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara langsung
dengan responden yang menjadi sampel dengan mengajukan daftar kuisioner yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data
lengkap yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait, literatur, buku dan
media lain yang sesuai dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
1. Untuk identifikasi masalah 1 dijelaskan secara deskriptif kualitatif yaitu dengan

menjelaskan bagaimana pola saluran tataniaga bawang merah yang terbentuk
dari mulai tingkat petani hingga sampai ke konsumen akhir.
2. Untuk identifikasi masalah 2, digunakan rumus :
Untuk menghitung Share Margin :

Keterangan : Sm

�� =

��
��

� 100%

= Share Margin, dihitung dalam Persen

Pf

= Biaya-biaya dalam lembaga tataniaga


Pr

= Harga Beli konsumen

Universitas Sumatera Utara

25

Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga antara harga yang diterima oleh
petani (Pf) dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr-Pf).
Sehinggamarjin tataniaga dapat dikatakan sebagai selisih dari harga yang diterima
oleh petani dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir (Pr-Pf).
mji

= Psi – Pbi atau

mji

= bti + I


I

= mji –bti

Total margin pemasaran adalah :
Mj

= mji atau Pr - Pf

Keterangan :
Mji

= margin pada lembaga tataniaga tingkat ke-i

Psi

= harga jual lembaga tataniaga tingkat ke-i

Pbi


= harga beli lembaga tataniaga tingkat ke-i

Bti

= biaya pemasaran lembaga tataniaga tingkat ke-i

I

= keuntungan lembaga tataniaga tingkat ke-i

Mj

= total margin tataniaga

Pr

= harga pada tingkat konsumen

Pf


= harga pada tingkat petani produsen

3. Untuk menyelesaikan masalah 3, hipotesis 1 dijelaskan dengan :
Efisiensi tataniaga adalah maksimisasi penggunaan rasio input-output, yaitu
mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen terhadap barang
atau jasa.

Universitas Sumatera Utara

26

Perhitungan Efisiensi Tataniaga (ε) dapat dirumuskan :

dimana :
γ

�=

� + ��
� + ��


= Keuntungan lembaga tataniaga

γp = Keuntungan petani produsen
β

= Ongkos lembaga tataniaga

βp = Ongkos produksi yang dikeluarkan petani
Syarat tataniaga dikatakan efisien :
a. Jika nilai efisiensi≥ 1 maka saluran tataniaga dikatakan efisien dan
pasar terintegrasi sempurna.
b. Jika nilai efisiensi < 1 maka saluran tataniaga dikatakan belum efisien
dan pasar tidak terintegrasi sempurna

Universitas Sumatera Utara

27

3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka
perlu dibuat definisi dan batasan operasional.
3.5.1 Definisi
1. Bawang merah termasuk dalam kategori rempah-rempah. Bawang merah
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan. Komoditas ini termasuk ke
dalam kelompok rempah yang tidak bersubtitusi, artinya fungsi bawang merah
tidak dapat digantikan oleh bahan lain..
2. Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan
bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi).
3. Lembaga tataniaga merupakan segala usaha yang berkait dalam dalam
jaringan lalu lintas barang pertanian khususnya bawang merah di Kecamatan
Pematang Silimahuta.
4. Saluran tataniaga adalah sekumpulanpelaku-pelaku usaha (lembaga-lembaga
tataniaga) tataniaga Bawang Merah yang ada di Kecamatan Pematang
Silimakuta

yang

saling

melakukanaktivitas

bisnis

dalam

membantu

menyampaikan produk dari petani sampaikonsumen akhir.
5. Biaya tataniaga adalah keseluruhan total pengeluaran selama proses
pemasaran dari mulai tingkat petani sampai ke tingkat konsumen.
6. Price Spread merupakan sebaran-sebaran harga baik dari kegiatan produksi
sampai kegiatan pendistribusian ke Konsumen Akhir.
7. Marjin tataniaga adalah selisih dari harga yangditerima oleh petani Bawang
Merah dengan harga yang dibayar oleh Konsumen Akhir.

Universitas Sumatera Utara

28

8. Share Margin adalah kelompok harga beli dan harga jual, biaya pemasaran
menurut fungsi pemasaran yang dilakukan.
9. Efisiensi tataniaga adalah maksimisasi penggunaan rasio input-output, yaitu
mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen terhadap
komoditi bawang merah.
3.6 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember tahun
2016 di

Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten

Simalungun.
2. Sampel adalah petani dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran
bawang merah di Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis
Desa siboras berada di Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara. Letak astronomisnya antara 2°58'51 Lintang Utara dan
98°34'52 Bujur Timur dengan luas 8,3 km2 berada pada ketinggian 0-1300 meter
diatas permukaan laut.
Desa Siboras berbatasan dengan :


Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Seribujandi



Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Maridinding



Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Purbatua Kecamatan Silimakuta



Sebelah Barat berbatasan degan Desa Naga Saribu

Desa Siboras mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata pada tahun 2015 ialah
25,7 oC, dengan suhu terendah 21,8 oC dan suhu tertinggi 30,7 oC. Penyinaran
matahari rata-rata 5,2 jam perhari dan rata-rata penguapan 3 milimeter per hari
serta kelembaban nisbi udara harian sebesar 0,4 oC. Hari hujan di desa siboras
pada tahun 2015 per bulan 11 hari dengan rata-rata curah per bulannya 198 mm.
4.1.2 Tata Guna Lahan
Pola penggunaan tanah di Desa Siboras terdiri dari tanah sawah, tanah kering,
pemukiman, hutan dan lainnya. Penggunaan tanah di Desa Siboras dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut.

29

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 4.1 Pola penggunaan Lahan di Desa Siboras
No Penggunaa Lahan
Luas (Ha)
1
Tanah Sawah
64
2
Tanah Kering
450
3
Pemukiman
24
4
Hutan
54
5
Lain-lain
236
Jumlah
828
Sumber : Data Monografi Desa Siboras 2015

Persentase (%)
7,72
54,35
2,9
6,52
28,5
100

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tanah sawah 64 Ha
(7,72%), tanah kering 450 Ha (54,35%), pemukiman 24 Ha (2,9%) dan hutan 54
Ha (6,52%) dan untuk lain-lain 236 Ha (28,5%) seperti sekolah, tempat ibadah,
kantor, lahan tidur.
4.1.3 Demografi
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Siboras sebanyak 5031 jiwa yang terdiri dari 2284 jiwa
laki-laki dan 2747 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga
(KK) Desa Siboras dihuni 648 kepala keluarga. Dengan luas wilayah mencapai
68,20 Km2, kepadatan penduduk mencapai 39 jiwa/km2.

Universitas Sumatera Utara

31

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Siboras 2016
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(Tahun)
(Jiwa)
Jiwa
Persentase
Jiwa
Persentase
(%)
(%)
0-4
130
5.69
129
4.70
259
5-9
137
6.00
136
4.95
273
10-14
145
6.35
145
5.28
290
15-19
162
7.09
187
6.81
349
20-24
200
8.76
235
8.55
435
25-29
245
10.73
285
10.37
530
30-34
218
9.54
270
9.83
488
35-39
189
8.27
277
10.08
466
40-44
170
7.44
250
9.10
420
45-49
165
7.22
218
7.94
383
50-54
135
5.91
195
7.10
330
55-59
127
5.56
121
4.40
248
60-64
101
4.42
115
4.19
216
65-69
89
3.90
98
3.57
187
70-74
41
1.80
50
1.82
91
75+
30
1.31
36
1.31
66
Jumlah/Total
2284
2747
5031
Sumber : Data Monografi Desa Siboras 2015
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Siboras pada tahun
2015 sebesar 5031 jiwa yang terdiri dari 2284 jiwa laki-laki 45,39%) dan 2747
jiwa perempuan (54,61%). Dari data tersebut dapat di lihat bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Usia non produktif
(0-14 tahun) yang terdiri dari bayi balita, anak-anak dan remaja berjumlah
822jiwa (16,33%). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa
sebesar 3401 jiwa (67,61%). Dan jumlah manula ( ≥75tahun) sebesar 808 jiwa
(16,07%).
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Jenis pekerjaan penduduk di Desa Siboras yaitu sipil, pegawai swasta,
TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Siboras Tahun 2016
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
1. Pegawai Negeri
11
0,65
2. Petani
1538
90,31
3. Buruh Tani
114
6,70
4. Tenaga Pengajar
18
1,06
5. Tenaga Kesehatan
5
0,29
6. Lain-lain
17
1,01
Total
1703
100
Sumber : Data Monografi Desa Siboras 2015
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk Desa Siborasyang
terbesar adalah Petani yaitu sebesar 1538 jiwa (90,31%). Kemudian disusul
sebagai tenaga Buruh Tani yaitu sebesar 114 orang (6,70%), Pegawai Negeri
sebesar 11 orang (1,65%), Tenaga Pengajar18 orang (1,06%), Tenaga Kesehatan 5
orang (0,29%), dan tenaga Lainnya sebesar 17 orang (1,01%).
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Tabel 4.4 Jumlah Sarana dan Prasaran Desa Siboras Tahun 2016
No
Sarana / Prasarana
Jumlah (Unit)
1
Kantor Kepala Desa
1
2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1
3
Sekolah Dasar
1
4
Sekolah Menengah Pertama
1
5
Poliklinik
1
7
Gereja
3
Jumlah
8
Sumber : Data Monografi Desa Siboras 2015
Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa sarana atau prasarana di Desa Siboras sudah
cukup untuk menunjang kegiatan penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari
adanya fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti fasilitas
kesehatan, rumah ibadah, kantor Kepala Desa, maupun fasilitas pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

33

4.2 Karateristik Sampel
4.2.1 Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani
kecenderungan kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada
produktivitasnya dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak
mengandalkan fisik. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Karateristik umur Petani Responden di Desa Siboras Tahun 2016
No

Kelompok Umur
(Tahun)

1
2

20-50
>50
Jumlah
Sumber : Data diolah Lampiran 1

Jumlah
(Orang)

Persentase
(%)

16
9
25

64
36
100

Berdasarkan tabel 4.5 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran
umur 20-50 tahun dengan persentase sebesar 64 %. Artinya petani sampel di
daerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam
mengoptimalkan usahataninya.
4.2.2 Tingkat Pendidikan Petani
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola
usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan
usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat
pendidikan petani di daerah penelitian:

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Siboras Tahun 2016
Jumlah
Persentase
No
Tingkat Pendidikan
(Orang)
(%)
1
Pendidikan Dasar (SD)
3
12
Pendidikan Menengah Pertama
2
4
16
(SMP)
Pendidikan Menengah Atas
3
17
68
(SMA)
4
Lainnya
1
4
Total
25
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata petani memiliki tingkat
pendidikan dasar sebesar 12 % dan pendidikan menengah (SMP+SMA) sebesar
84 %. Jadi tingkat pendidikan petani berada pada tingkat menengah.
4.2.3 Pengalam Bertani
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani
adalah pengalaman bertani. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani
bawang merah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani Desa
Siboras tahun 2016
No
1
2
3
4

Pengalaman Bertani
(Tahun)

0-5
6-10
11-20
>20
Jumlah
Sumber : Data diolah Lampiran 1

Jumlah
(Orang)

Persentase
(%)

1
3
7
14
25

4
12
28
56
100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai
pengalaman bertani paling lama adalah berada pada kisaran lebih dari 20 tahun.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Saluran Tataniaga Bawang Merah
Hasil penelitian mengenai saluran tataniaga bawang merah yang dilakukan di
Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. Memperlihatkan
bahwa terdapat 2 pola saluran tataniaga bawang merah yaitu :
1. Petani

Pedagang Pengumpul

2. Petani

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen

PedagangLuar Daerah

Konsumen
Pada pola tataniaga I, petani menjual hasil bawang merah kepada pedagang
pengumpul yang berdomisili di desa Ujung Meriah, Kecamatan Pematang
Silimahuta, Kabupaten Simalungun. Para Pedagang menjual hasil bawang merah
ini kepada pedagang pengecer di berbagai kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Dan selanjutnya Pedagang pengecer akan menjual bawang merah tersebut di
pasar-pasar kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Dan pada pola tataniaga II, Petani menjual ke pedagang pengumpul dan pedagang
pengumpul akan mendistribusikan bawang merah ke pasar luar daerah dalam hal
ini pedagang luar daerah adalah para pedagang di pasar induk di Jalan Bunga
Turi, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Tuntungan, Kota Medan. Selanjutnya akan
dijual pada Konsumen akhir di Kota Medan.
5.2 Fungsi Tataniaga Bawang Merah
Fungsi tataniaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga tataniaga, baik berupa proses fisik maupun aktivitas jasa yang
ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konseumen. Fungsi tataniaga

35

Universitas Sumatera Utara

36

dilakukan

oleh

masing-masing

pelaku

tataniaga

untuk

memperlancar

penyampaian hasil usahatani dari produsen kepada konsumen akhir. Konsekuensi
dari pelaksanaan fungsi tataniaga ini adalah semakin besar biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang perantara akibatnya harga komoditi bawang merah akan menjadi
lebih tinggi. Fungsi tataniaga bawang merah yang dilakukan masing-masing
lembaga tataniaga dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
tataniaga di Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta
Pedagang Pedagang
Pedagang
No
Fungsi Tataniaga
Petani
Pengumpul Pengecer Luar Daerah
Fungsi pertukaran
1
• Pembelian




• Penjualan



Fungsi Fisik
• Transportasi


2

• Penyimpanan



• Pendistribusian



Fungsi Fasilitas
• Resiko




• Sortasi
3




• Penyediaan Dana




• Informasi Pasar
Sumber : Data diolah
Keterangan :
√ : Melakukan Fungsi Tataniaga
- : Tidak Melakukan Fungsi Tataniaga
Berdasarkan data tabel 5.1, diketahui bahwa petani sebagai produsen bawang
merah tidak melakukan fungsi transportasi dan fungsi pendistribusian terhadap
hasil bawang merah dikarenakan para pedagang pengumpul yang menjemput
langsung hasil Panen bawang merah dari rumah petani. Tidak ada pelaku
tataniaga baik petani sebagai produsen, maupun para pedagang yang melakukan
fungsi sortasi. Petani sebagai produsen memperoleh informasi pasar mengenai
harga bawang merah melalui pedagang pengumpul yang menjadi langganan nya

Universitas Sumatera Utara

37

dan dari petani lain yang berbeda langganannya. Hal tersebut dikarenakan lokasi
pasar yang cukup jauh dan menyulitkan petani untuk memperoleh informasi
mengenai harga bawang merah di pasar kabupaten.
5.3 Distribusi Price Spread dan Share Margin Tataniaga Bawang Merah
Margin tataniaga adalah selisih harga yang dibayarkan konseumen akhir dengan
harga yang diterima petani. Analisis margin tataniaga dapat digunakan untuk
mengetahui distribusi magin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan
dari setiap aktivitas lembaga tataniaga yang berperan aktif serta untuk mengetahui
bagian harga (Farmer Share) yang diterima petani. Adapun distribusi margin
tataniaga pada saluran tataniaga I dapat dilihat sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

38

Tabel 5.2 Price Spread dan Share Margin pada Saluran Tataniaga I
Price Spread
Share Margin
No
Uraian
(Rp/Kg)
(%)
1

2

Harga Jual Petani

13.667

Biaya Produksi

7.448

Margin Keuntungan

6.219

Nisbah Margin Kuntungan

0,83

Harga Beli Pedagang

62,11
35,46
29,61

13.667

Pengumpul
Harga Jual Pedagang

16.333

77,77

Pengumpul
Biaya
Bongkar Muat

142,85

0,68

-

Transportasi

285,71

1,36

-

Kemasan

200

0,95

-

Retribusi

5,07

0,02

Nisbah Margin Keuntungan

1.259,37

5,9

1,99

Harga Beli Pedagang Pengecer

16.333

Harga Jual Pedagang Pengecer

21.000

Biaya

100

1.057,11

5,03

-

Transportasi

523,8

2,49

-

Penyusutan

480,95

2,31

-

Kemasan

47,6

0,22

Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
4

3.01

-

Margin Keuntungan

3

633,63

Harga Beli Konsumen

3.609,89

17,18

3,41
21000

100

Sumber : Lampiran 11, 12, 13, dan 14
Volume hasil produksi bawang merah yang melalui pola tataniaga 1 sebesar 3,3
ton bawang merah selama satu minggu atau 46,6% dari total hasil produksi
bawang merah 6,71 ton yg dipasarkan selama satu minggu. Dari tabel 12 dapat
dilihat bahwa harga jual yang diterima petani adalah sebesar Rp. 13.667/Kg
(62,11% dari harga yang diterima konsumen akhir). Biaya produksi yang

Universitas Sumatera Utara

39

dikeluarkan petani sebesar Rp. 7448/kg dan keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp. 6.219/Kg.
Harga jual yang diterima pedagang pengumpul adalah Rp. 16.333/Kg. Margin
Pemasaran yang terbentuk antara petani dan pedagang pengumpul sebesar
2.666/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp.
633,63/kg (3,01% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang
diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 1.259,37/kg (5,9% dari harga yang
diterima konsumen).
Harga jual yang diterima pedagang pengecer sebesar Rp 21.000. Margin
pemasaran yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer
sebesar 4.667/kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer sebesar 1.057,11/kg
(5,03% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang diperoleh
pedagang pengumpul sebesar Rp. 3.609,29/kg (17,18% dari harga yang diterima
konsumen).

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 5.3 Price Spread dan Share Margin pada Saluran Tataniaga II
Price Spread
Share Margin
No
Uraian
(Rp/Kg)
(%)
1

2

Harga Jual Petani

14.000

Biaya Produksi

7.448

Margin Keuntungan

6.552

Nisbah Margin Kuntungan

0,87

Harga Beli Pedagang

60,86
32,38
31,2

14.440

Pengumpul
Harga Jual Pedagang

18.500

80,43

Pengumpul
Biaya

4,95

-

Bongkar Muat

180,55

0,78

-

Transportasi

833,33

1,36

-

Kemasan

116,66

0,95

-

Retribusi

8,3

0,02

Margin Keuntungan

3

1.138.84

2.921,16

Nisbah Margin Keuntungan

2,56

Harga Beli Pedagang Luar

18.500

12,7

Daerah
Harga Jual Pedagang Luar

23.000

100

Daerah
Biaya

4,39

-

Bongkar Muat

268,36

1,27

-

Penyusutan

481,63

2,29

-

Kemasan

153,95

0,73

-

Retribusi

19,77

0,09

Margin Keuntungan
Nisbah Margin Keuntungan
4

923,71

Harga Beli Konsumen

3.576,29

17,02

3,87
23000

100

Sumber : Lampiran 11, 12, 15 dan 16
Volume hasil produksi bawang merah yang melalu pola tataniaga II adalah
sebesar 3,6 ton selama satu minggu atau 53,3% dari total hasil produksi bawang
merah 6,71 ton yang dipasarkan selama satu minggu. Dari tabel 13 dapat dilihat

Universitas Sumatera Utara

41

bahwa harga jual yang diterima petani sebesar Rp 14.000/kg (60,86% dari harga
yang diterima konsumen). Biaya produksi bawang merah yang dikeluarkan petani
adalah sebesar Rp 7.448/kg dan keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp
6552/kg.
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
sebesar Rp 14.000/kg dan harga penjualan sebesar Rp 18.500/kg. Biaya yang
dikeluarkan pedagang pengumpul untuk menjual bawang merah adalah sebesar
Rp 1.138,84/kg (4,95% dari harga yang diterima konsumen). Keuntungan yang
didapat oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 2.921,16/kg (12,7% dari harga
yang diterima oleh konsumen).
Harga pembelian bawang merah yang dikeluarkan oleh pedagang luar daerah
sebesar Rp. 18.500 dan harga penjualan sebesar Rp. 23.000/kg. Biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang luar daerah untuk menjual bawang merah adalah
sebesar Rp 923,71/kg (4,39% dari harga yang diterima oleh konsumen).
Keuntungan yang di dapat oleh pedagang luar daerah sebesar Rp 3576,29/kg
(17,02% dari harga yang diterima konsumen).
5.4 Efisiensi Saluran Tataniaga
Berdasarkan metode Soekartawi, penentuan efisiensi tataniaga pada penelitian ini
dihitung dengan cara membandingkan besarnya keuntungan petani dan seluruh
pedagang perantara yang terlibat dengan seluruh biaya produksi serta ongkos
tataniga yang dikeluarkan oleh petani dan ongkos tataniaga yang dikeluarkan oleh
seluruh pedagang perantara. Saluran tataniaga dikatakan efisien apabila tingkat
efisiensi lebih dari sama dengan satu ( e≥ 1).

Universitas Sumatera Utara

42

Tingkat efisiensi tataniaga bawang merah di Desa Siboras, Kecamatan Pematang
silimahuta dapat diketahui pada tabel berikut.
Tabel 5.4 Efisiensi Saluran Tataniaga di Daerah penelitian
Keuntungan
Biaya
Ongkos
Volume Keuntungan
Pedagang Produksi
Tataniaga
Saluran Penjualan
Petani
Perantara
Petani
(Rp)
(Kg)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
I
3150
6.129
4.869,26
7.448
1.690,74
II
3600
6.552
6.497,45
7.448
2.062,55
Sumber : Data diolah

Efisiensi
Tataniaga
1,21
1,37

Berdarsarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa kedua saluran untuk tataniga
bawang merah di daerah penelitian sudah efisien karena nilai efisiensinya lebih
besar daripada 1 (e≥ 1). Hal ini menunjukan pada hipotesis penelitian bahwa
saluran tataniaga bawang merah di daerah penelitian sudah tergolong efisien.
Saluran tataniaga II dapat dikatakan lebih efisien jika dibandingkan dengan
saluran tataniaga I. saluran tataniaga II dapat memberikan keuntungan sebesar Rp.
1370 dengan besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1000, sedangkan saluran
tataniaga I hanya memberikan keuntungan sebesar Rp 1.210 dengan besar biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasli penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Saluran tataniaga bawang merah di Desa Siboras, Kecamatan Pematang
Silimahuta, Kabupaten Simalungung terdiri dari 2 yaitu Petani – Pedagang
Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir sebanyak 3,15
Ton/Minggu (46,6%) dan Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Luar
Daerah – Konsumen Akhir sebanyak 3,6 Ton/Hari (53,3%).
2. Price Spread ataupun sebaran harga pada Saluran I tataniaga bawang merah
ialah ditingkat petani dengan harga jual Rp 13.667/kg (65,08% dari harga
konsumen akhir) dengan biaya produksi Rp 7448/kg (35,46% dari harga
konsumen). Di tingkat pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengecer
sebesar Rp 16.333 Rp/kg (77,77% dari harga konsumen), dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 633,63/kg (3,01% dari harga konsumen). Di
tingkat pedagang pengecer menjual ke konsumen akhir sebesar Rp 21.000/kg
dengan biaya yang ditanggung ialah Rp 1.057,11/kg (5,03% dari harga
konsumen. Pada saluran II tataniaga bawang merah, di tingkat petani dengan
harga jual Rp 14.000/kg (60,86% dari harga konsumen akhir). Pedagang
pengumpul menjual ke pedagang luar daerah Rp 18.500/kg (80,43% dari
harga konsumen), dengan biaya yang dikeluarkan Rp 1.138,84/kg (4,95% dari
harga konsumen). Di tingkat pedagang luar daerah, menjual bawang merah ke
konsumen sebesar Rp 23.000/kg dengan biaya yang di tanggung Rp 923,71/kg
(4,39% dari harga konsumen akhir). Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan

43

Universitas Sumatera Utara

44

3. oleh lembaga tataniaga adalah Fungsi Pertukaran (penjualan dan pembelian),
Fungsi Fisik (transpotasi, penyimpanan dan pendistribusian) dan Fungsi
Fasilitas (resiko, penyediaan dana dan informasi pasar)
4. Saluran tataniaga I dan II dikatakan sudah efisien karena tingkat efisiensi
tataniaga untuk saluran I dan II lebih besar daripada 1 (e≥ 1), masing -masing
sebesar 1,21 dan 1,37.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan sebagai berikut :
1. Kepada petani dan lembaga tataniaga dan lembaga tataniaga lainnya sebaiknya
melakukan fungsi sortasi (grading) dalam rangka membuat perbedaan harga
berdasarkan standar kualitas bawang merah.
2. Kepada Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Simalungun harus memberikan perhatian
dan pengawasan terhadap terbentuknya harga di tingkat konsumen sehingga
tidak terjadi perubahan-perubahan harga yang terlalu tinggi. Dan juga dalam
halpenyediaan pasokan bibit bawang merah untuk mempermudah petani
dalam mendapatkan bibit dengan kualitas tinggi.
3. Peneliti Selanjutnya
Melanjutkan dan mengembangkan penelitian dengan menelusuri lebih lanjut
lembaga-lembaga tataniaganya seperti lembaga tataniaga diluar daerah.

Universitas Sumatera Utara